Lianur Istiqomah
NIM. 10181035
Lianur Istiqomah
NIM. 10181035
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga
saya mampu menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul :
“PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 2019 PADA PENGADILAN
AGAMA TENGGARONG”
Proposal tugas akhir adalah salah satu syarat yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Sistem Informasi, Jurusan
Matematika dan Teknologi Informasi, Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
Balikpapan. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Yuyun Tri Wiranti, S.Kom., M.MT selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Ibu Lovinta Happy Atrinawati, S.T., M.T.,CISA selaku Dosen Pembimbing
Pendamping.
2. Bapak M. Gilvi Langgawan Putra, S.Kom., selaku Koordinator Program Studi
Sistem Informasi Jurusan Matematika dan Teknologi Informasi ITK.
3. Bapak dan Ibu seluruh Dosen serta Tendik Jurusan Matematika dan Teknologi
Informasi ITK..
4. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal tugas akhir ini.
Saya sadar dalam pengerjaan proposal tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh itu saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun.
Semoga tugas akhir ini berguna bagi kita semua. Atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.
Penyusun
1
PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI
INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 2019
PADA PENGADILAN AGAMA TENGGARONG
ABSTRAK
Kata kunci: COBIT 2019, Pengadilan Agama Tenggarong, Tata Kelola TI.
2
DAFTAR ISI
Abstrak ........................................................................................................ 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3
3
3.3.1 Identifikasi Masalah .............................................................. 28
4
Daftar Gambar
Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 12
Gambar 2. 1 Diagram Alur Perancangan Sistem Tata Kelola COBIT 2019 (ISACA,
2018) ..................................................................................................................... 16
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 28
5
Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Design Faktor Prioritas Strategi ........................................................... 18
Tabel 2. 2 Klasifikasi Peran TI ............................................................................. 19
Tabel 2. 4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 23
Tabel 3. 1 Rencana Jadwal Penelitian ................................................................... 30
6
BAB 1
PENDAHULUAN
7
kepada masyarakat, baik dari pelayanan pegawai maupun layanan TI. Karena
pada saat ini, seluruh pelayanan pada Pengadilan Agama Tenggarong sudah
teintegrasi dengan TI. Namun, Pengadilan Agama Tenggarong belum
melakukan penilaian terhadap tata kelola TI. Sesuai dengan kebijakan yang
dikeluarkan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
269/KMA/SK/XII/2018 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan
Komunikasi di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang
Berada Dibawahnya, menyebutkan bahwa “Penerapan e-government dalam
pelayanan peradilan kepada masyarakat pencari keadilan, membutuhkan
sebuah tata kelola teknologi informasi serta komunikasi yang ideal sesuai
konsep IT Governance yang dapat meliputi manajemen layanan, keamanan,
dan audit terhadap sumber daya TI”.
8
keselarasan digolongkan menjadi 5 tingkatan dari yang terendah pada level 1
hingga yang tertinggi pada level 5 (Luftman, 2003).
9
diperlukan bagi suatu organisasi untuk dapat menjalankan prosedur
operasional untuk mencapai tujuan.
10
core model tertinggi dari design factor. Dengan hasil rekomendasi dan hasil
implementasi work product dari perancangan tata kelola TI pada Pengadilan
Agama Tenggarong diharapkan dapat meningkatkan tata kelola TI.
11
b. Sebagai bahan perbaikan tata kelola TI bagi Pengadilan
Agama Tenggarong dalam meningkatkan kinerja instansi
dalam menyediakan layanan bagi masyarakat maupun internal
instansi.
2. Bagi Universitas / Akademisi
Hasil penelitian perancangan tata kelola TI diharapkan dapat
menjadi sumber informasi dan referensi bacaan bagi semua pihak
yang membutuhkan
12
Pada Gambar 1.1. diperoleh beberapa kategori dalam kerangka
pemikiran yaitu kebijakan, ukuran, metode dan manusia. Pada kategori
kebijakan menjelaskan bahwa Pengadilan Agama Tenggarong belum
memiliki prosedur dokumen tata kelola TI dan juga belum melakukan
penerapan tata kelola TI sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 269/KMA/SK/XII/2018,
sehingga Pengadilan Agama Tenggarong belum mengetahui permasalahan
terkait tata kelola TI. Pada kategori ukuran menjelaskan bahwa Pengadilan
Agama Tenggarong tingkat kematangan keselarasan antara strategi TI dan
bisnis berapa pada Level 1, sehingga Pengadilan Agama Tenggarong perlu
melakukan peningkatan terhadap tingkat kematangan keselarasan antara
strategi TI dan bisnis. Pada kategori metode menjelaskan bahwa Pengadilan
Agama Tenggarong belum pernah melakukan evaluasi mengenai tata kelola
TI sehingga perlu dilakukan evaluasi tata kelola guna mengetahui kondisi TI
pada Pengadilan Agama Tenggarong. Dan pada kategori manusia mejelaskan
bahwa kurangnya sumber daya manusia (SDM) pada Pengadilan Agama
Tenggarong yang memahami akan TI dan juga tidak ada penilaian secara
rutin yang dilakukan pihak Pengadilan Agama Tenggarong terkait
pemahaman pegawai akan TI.
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Peran TI berubah dari peran efisien menjadi peran stategis yang perly
ditangani oleh tingkat korporat
2. Banyak proyek strategi TI yang penting tetapi tidak dirancang dengan
baik
14
3. Keputusan TI seringkali bersifat ad hoc atau tidak direncanakan
dengan baik
4. TI ialah penggerak utama aktivitas transformasi bisnis yang memiliki
dampak signifikan pada perusahaan dalam mencapai visi, misi dan
tujuan.
15
1. Setiap perusahaan butuh sistem tata kelola sebagai pemenuhan kebutahan
pihak terkait serta untuk hasil nilai dari penggunaan TI. Nilai tersebut
dapat memperlihatkan proporsi antara fungsi, resiko serta sumber daya, dan
perusahaan membutuhkan strategi serta sistem tata kelola yang mampu
ditindaklanjuti untuk merealisasikan nilai.
2. Sistem tata kelola untuk TI dibangun dari sekumpulan komponen yang
didapatkan dari bermacam jenis serta kerjasama secara holistik
3. Sistem pemerintahan harus dinamis sesuai dengan desain faktor
4. Sistem tata kelola harus beda antara kegiatan serta struktur tata kelola dan
pengelolaannya
5. Sistem tata kelola harus sesaui terhadap kepentingan perusahaan dengan
menggunakan desain faktor sebagai tolak ukur untuk menyesuaikan dan
memprioritaskan bagian sistem tata kelola
6. Sistem tata kelola harus melingkupi keseluruhan perusahaan.
2.2.2 Perancangan Sistem Tata Kelola COBIT 2019
COBIT 2019 memiliki 4 tahap dengan hasil rancang sistem tata kelola yang
dijelaskan sebagai berikut (ISACA, 2018a)
16
Perusahaan wajib mengetahui fokus tujuan dalam menjalankan bisnisnya
sehingga dapat menentukan strategi mana yang paling sesuai dengan
perusahaan.
2. Memahami tujuan perusahaan
Setiap perusahaan wajib bisa mengutamakan tujuan perusahaannya
sesuai strategi perusahaan. Dengan strategi yang dipahami akan
memudahkan perusahaan dalam memilih tujuan.
3. Memahami profil risiko
Sangat penting untuk memahami skenario risiko mana yang
memengaruhi perusahaan serta bagaimana menilai dampak dan
kemungkinanya terjadi. Saat dapat mencapai pemahaman ini, analisis risiko
tingkat tinggi harus dilakukan, termasuk identifikasi skenario risiko yang
relevan dan penilaian dampak dan kemungkinan skenario risiko terjadi
dengan mempertimbangkan kondisi risiko saat kontrol mitigasi.
4. Memahami permasalahan terbaru terkait TI
Masalah TI bisa dilaporkan melalui manajemen risiko, audit, atau
manajemen stakeholder. Diferensiasi yang jelas wajib dibentuk dalam kasus
TI, untuk memberikan masukan yang dibutuhkan untuk memilih prioritas
desain tata kelola.
B. Menentukan ruang lingkup awal sistem tata kelola.
Informasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan ruang lingkup
sistem tata kelola. Nilai-nilai yang diturunkan untuk strategi perusahaan,
tujuan perusahaan, profil risiko serta masalah terkait TI dimuat di dalam
komponen tata kelola yang diutamakan. Selanjutnya menyajikan desain
faktor yang relevan dan nilai deskripsi terkait yang akan mendorong
prioritas tata kelola dan tujuaan pengelolaan. Ada dua pilihan untuk
penilaian yaitu Pendekatan kualitatif mempertimbangkan tujuan tata kelola
dan manajemen yang paling relevan untuk nilai masing-masing desain
faktor. Pendekatan kuantitatif melibatkan tabel pemetaan numerik yang
dibuat untuk setiap desain faktor.
Terdapat 4 langkah pada tahap yakni:
1. Enterprise Strategy (Design Faktor 1)
17
Dalam penentuan strategi perusahaan, terdapat 4 pola dasar. Tabel 2.1
merupakan nilai desain faktor untuk tata kelola dan manjemen sebagai
berikut(ISACA, 2018a) :
Tabel 2. 1 Design Faktor Prioritas Strategi
18
1. Threat Landscape (Design Factor 5)
Ancaman ialah faktor yang mepengaruhi perusahaan. Dalam COBIT
2019 terdapat 2 kategori ancaman yaitu normal dan tinggi. Pada kondisi
ancaman normal, pada saat terjadi ancaman perusahaan masih dapat berjalan
sedangkan pada ancaman tinggi perusahaan sudah tidak berjalan (ISACA,
2018a)
2. Compliance Requirements (Design Factor 6)
Perusahaan mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. COBIT 2019
memiliki ketegori kebutuhan 3 bagian yaitu Low compliance requirement
yaitu tuntutan perusahaan tergolong kecil. Normal compliance requirement
yaitu tuntutan perusahaan tergolong umum. High compliance requirement
yaitu tuntutan perusahaan tergolong sangat tinggi (ISACA, 2018a)
3. Role of IT (Design Factor 7)
Didalam pemanfaatan TI pada tiap perusahaan memiliki peranan
berbeda, oleh karena itu analisis terhadap peran TI dalam perusahaan sangat
penting. Ada 4 kategori pengelompokkan peranan yang terdapat didalam
Tabel 2.2 (ISACA, 2018a)
Tabel 2. 2 Klasifikasi Peran TI
Peran TI Keterangan
Support TI tidak terlalu krusial di dalam keberlangsungan
bisnis serta layanan ataupun tidak diperlukan inovasi
TI
Factory TI memiliki pengaruh sedikit terhadap
keberlangsungan bisnis serta layanan, namum TI tidak
dilihat sebagai hal dalam penggerak inovasi bisnis
Turnaround TI dianggap sebagai pelopor pembaruan bisnis dan
layanan, namun perusahaan tidak sungguh-sungguh
menggantungkan TI
Strategic TI memiliki karakter sebagai pelaksana inovasi bisnis
dan layanan serta sebagai pelaksana kegiatan bisnis
dan layanan
19
penyedia layanan TI. Cloud ialah perusahan yang menggunakan cloud
sebagai penyedia layanan TI. Insourced ialah perusahaan sendiri yang
menyediakan layanan dan karyawan TI. Dan Hybrid ialah gabungan dari
beberapa model sumber TI(ISACA, 2018a).
5. IT Implementation Method (Design Factor 9)
Ada beberapa tipe dapat digunakan perusahaan untuk mengimplementasi
TI yaitu Agile, DevOps, Traditional, dan Hubird. Tipe Agile ialah organisasi
mengembangkan perangkat lunak dengan metode agile. Tipe DevOps ialah
pembangun, penyebaran dan pengoprasian software metode DevOps. Tipe
tradisional ialah pengembangan operasi software terpisah dan metode
pengembangan dengan pendekatan waterfall.. Lalu Hybrid ialah perusahaan
menggunakan campuran implementasi TI tradisional dan modern (ISACA,
2018a)
6. Technology Adoption Strategy (Design Factor 10)
Dalam adopsi teknologi terbaru, terdapat beberapa kategori yaitu: First
mover ialah secara umum mencoba mendapatkan keuntungan sebagai tangan
pertama sehingga teknologi diadopsi secepat mungkin. Follower ialah
perusahaan bakal mendalami teknologi terkini sudah terbukti dan menjadi
trand untuk selanjutnya diadopsi. Dan slow adopter ialah perusahaan sangat
lamban mengadopsi teknologi terkini (ISACA, 2018a)
7. Enterprise Size (Design Faktor 11)
Perusahaan dapat diukur seperti perusahaan berukuran besar atau
berukuran kecil. Terdapat standar ukuran yang dilihat dari jumlah pekerja
tetap yang kerja di perusahaan. Ada 2 ukuran yaitu Large dimana perusahaan
memiliki lebih dari 250 tenaga kerja dan Small/Medium yang dimana
perusahaan memiliki 50 hingga 250 tenaga kerja(ISACA, 2018a)
D. Menyimpulkan desain sistem tata kelola.
Dalam melakukan analisis design factor dilakukan secara menyeluruh
dalam perusahaan supaya berdasarkan tujuan ketika penggunaan sistem tata
kelola. Hasil akhir atas analisis design factor akan menjadi keputusan dari
setiap core model yang memiliki nilai kapabilitas tertinggi. Rancangan
20
sistem bisa bermanfaat untuk membuat sistem tata kelola yang tepat dengan
kebutuhan perusahaan (ISACA, 2018a)
21
2.4 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah hasil Penelitian telah dilakukan terkait perancangan tata kelola
TI sebagai berikut:
22
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu
23
4. (Hikmah et al., DISKOMINFO Kabupaten Bojonegoro COBIT 2019 Pada penelitian dilakukan assessment
2019) belum memiliki kebijakan tekait proses tata capability terkait proses domain yang dipilih.
kelola manajemen TI, belum adanya instruksi Berdasarkan hasil tersebut, pengelolaan
kerja terkait manajemen masalah yang terjadi layanan TI masih belum optimal terutama pada
dan belum adanya aplikasi pendukung proses domain BAI08, DSS01, DSS02 dan DSS03
tata kelola yang mendukung tingkat kerena terdapat aktivitas yang belum dilakukan
kematangan Sistem pemerintahan Berbasis dokumentasi resminya. Dan dihasilkan
Elektronik. rekomendasi berupa rancangan kebijakan,
intruksi kerja dan aplikasi yang diharapkan
dapat diterapkan pada DISKOMINFO
Kabupaten Bojonegoro
5. (Dewi et al., 2021) Dengan adanya regulasi terbaru dari COBIT 2019 Pada penelitian ini berfokus pada domain
Kementerian BUMN Nomor :S- BAI01, BAI04, BAI11. Pengaruh terhadap
122/MBU/DSI/05/2021 tentang BUMN penilaian perancangan tata kelola dapat
diwajibkan untuk melaksanakan Assessment meningkatkan nilai indeks perusahaan sebadar
IT Maturity Level secara Independen dengan 0,35 atau 7%. Rekomendasi memberikan
target skor 3 pada Tahun 2021 dengan referensi bagi Bank XYZ untuk menyusun tata
panduan penyusunan pengelolaan teknologi kelola TI untuk menuju proses transformasi
informasi standar framework assessment IT digital.
maturity level COBIT terbaru yaitu COBIT 5,
COBIT 2019 atau versi yang lebih baru.
24
Penelitian Tri Oktarina tentang tata kelola TI dengan COBIT 5 pada Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) Kota Palembang memiliki
permasalahan Namun, kontrol laporan dalam sistem manajemen laporan sering
menunda pemecahan masalah khusus pengguna, dan saat ini tidak ada sistem
pemrosesan data terintegrasi yang dapat dirujuk. Dan DISDIKPORA kurang
produktif dalam inovasi terkait IT, sehingga DISDIKPORA kota Palembang tidak
mengetahui informasi tentang kondisi TI pada DISDIKPORA pada saat ini.
Berdasarkan uraian tersebut penulis melakukan tata kelola TI dengan kerangka
kerja COBIT 5 di DISDIKPORA. Hasil penelitian didapatkan bahwa
DISDIKPORA Kota Pelembang berapa pada tingkat kematangan level 3, yaitu
semua aktivitas didokumentasikan dan dikomunikasikan, serta dilaksanakan
menggunakan metode pengembangan sistem yang teratur, tetapi sistem yang telah
diterapkan belum dilakukan proses evaluasi (Oktarina, 2017)
Penelitian Gelsi Isabel Belo, Yuyun Tri Wiranti dan Lovintas Happy
Atrinawati memiliki masalah terkait penerapan TI yang sering terjadi kesalahan
dalam pengelolaan data dan tindakan terhadap perbaikan gangguan yang dialami
oleh pelanggan. Terkait permasalah yang ada tata kelola TI yang menghasilkan
rancangan tata kelola TI yang terdiri dari 14 proses penting yang memiliki nilai ≥
50(Belo et al., 2020)
Penelitian Muhamad Gilang Ginanjarm Luthfi Ramadani dan Ryan Adhitya
Nugraha memiliki permasalahan mengenai tugas serta fungsi pelayanan yaitu
kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia DISKOMINFOSAN masih
terbatas, sistem e-government yang belum terintegrasi, serta keterbatasan anggaran
untuk pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan SPBE. DISKOMINFOSAN
memiliki fungsi, salah satunya ialah pengelolaan e-government daerah. Dalam
penentuan ruang lingkup sistem tata kelola TI dalam membangun pemerintahan
yang baik diperlukan tata kelola TI sesuai kebijakan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Perancangan tata kelola TI
menggunakan domain EDM04, APO12, BAI08, DSS03 dan MEA03. Hasil yang
diperoleh ialah penerapan tata kelola TI di DISKOMINFOSAN belum optiman
kerna berdasarkan hasil analisis design factor masih terdapat masalah terkait peran
TI. Selain itu, pemetaan EDM04, BAI08 dan DSS03 masih terdapat kegiatan pada
25
management practice yang belum dilaksanakan serta pada APO12 dan MEA03
tidak ada aktivitas yang dilakukan (Ginanjar et al., 2021)
Peneliti Faidatul Hikmah, Luthfi Ramadhani dan Ryan Adithya Nugraha
memiliki permasalahan DISKOMINFO Kabupaten Bojonegoro belum memiliki
kebijakan tekait proses tata kelola manajemen TI, belum adanya instruksi kerja
terkait manajemen masalah yang terjadi dan belum adanya aplikasi pendukung
proses tata kelola yang mendukung tingkat kematangan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik. Dengan penyusunan tata kelola TI dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam upaya penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik agar
terciptanya tata kelola TI yang teratur dan sesuai dengan tujuan DISKOMINFO
Kabupaten Bojonegoro (Hikmah et al., 2019).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Putu Minia Dewi, Rokhman Fauzi dan
Rahmat Mulyana memiliki permasalahan terkait proses transformasi digital harus
didukung dengan adanya tata kelola untuk mengontrol risiko dan memastikan
sumber daya perusahaan dapat berjalan semestinya. Dan di samping itu terdapat
peraturan terbaru dari Kementrian BUMN Nomor : S-122/MBU/DSI/05/2021 yaitu
BUMN diwajibkan untuk melaksanakan Assessment IT Maturity Level secara
mandiri dengan target skor 3 pada Tahun 2021 menggunakan framework COBIT
versi yang terbaru sehingga didapatkan perancangan tata kelola TI yang dapat
meningkatkan nilai indeks perusahaan sebesar 0,35 atau 7% (Dewi et al., 2021).
Pada penelitian sebelumnya memiliki keterkaitan dengan penelitian yang ada
dilakukan pada Pengadilan Agama Tenggarong yang dimana membutuhkan sebuah
rancangan tata kelola untuk membantu meningkatkan keadaan tata kelola TI dan
memberikan solusi yang diterapkan untuk memperbaikinya sesuai dengan adanya
kebijakan yang mengatur terkait tata kelola TI.
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan deskripsi singkat terkait garis besar, diagram alir, prosedur , serta
rencana jadwal penelitian yang diharapkan dapat menjelaskan metodologi yang akan
digunakan dalam penyelesaian.
27
Gambar 3. 1 Diagram Alur Penelitian
3.3.4 Menentukan Ruang Lingkup Awal Sistem Tata Kelola (Design Factor
1 - 4)
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis design factor 1 sampai design
factor 4 yang berkaitan dengan strategi perusahaan, tujuan perusahaan, profil risiko
dan permasalahan terkait TI pada Pengadilan Agama Tenggarong. Pada tahap ini
dilakukan wawancara untuk dapat memberikan penilaian terhadap design factor 1
hingga 4 dengan pertanyaan yang telah disediakan COBIT 2019
3.3.5 Memperbaiki Ruang Lingkup Sistem Tata Kelola (Design Factor 5-11)
Dilakukan analisis design factor 5 hingga 11 mengenai dengan ancaman
perusahaan, kebutuhan dan tuntutan, peran TI dalam perusahaan, model sumber
daya TI, metode pengembangan TI, strategi adopsi teknologi baru, dan ukuran
perusahaan. Sebelum melakukan wawancara, ditentukan terlebih dahulu diantara
design factor 5 hingga design factor 11 yang sesuai dengan kondisi perusahaan
untuk dapat menyusun pertanyaan sesuai dengan COBIT 2019. Setelah itu
dilakukan wawancara dan penilaian terkait design factor tersebut.
29
ialah proses yang dianggap penting bagi instansi yaitu proses yang mempunyai
tingkat kapabilitas pada level 3 dan level 4. Proses yang mempunyai tingkat
kapabilitas pada level 3 memiliki nilai 50 ke atas, sedangkan proses yang memiliki
tingkat kapabilitas pada level 4 memiliki nilai 75 ke atas.
30
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Identifikasi
Masalah
2. Studi Literatur
3. Memahami
Konteks dan
Strategi
Perusahaan
4. Menentukan
Ruang
Lingkup Awal
Sistem Tata
Kelola (Design
Factor 1-4)
5. Memperbaiki
Ruang
Lingkup
Sistem Tata
Kelola (Design
Factor 5-11)
6. Menyimpulkan
Desain Sistem
Tata Kelola
7. Melakukan
Penilaian
Tingkat
Kapabilitas
8. Menyusun
Rekomendasi
Perbaikan Tata
Kelola
9. Kesimpulan
dan Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Objectives.
ISACA. (2018c). COBIT 2019 Framework Introduction and Methodology. ISACA.
Kusbandono, H., Ariyadi, D., & Lestariningsih, T. (2019). Tata Kelola Teknologi
Informasi.
Luftman, J. (2003). Measure Your Business-IT Alignment. Optimize: Business
Execution for CIOs Magazine, 26(22), 1–4.
Oktarina, T. (2017). Tata Kelola Teknologi Informasi Dengan Cobit 5. Jurnal
Informanika, 4(2), 9–15.
Purbawangsa, I. nyoman A., Darwiyanto, E., & Rahmat, K. (2014). Evaluasi Sistem
E-Government Kota Denpasar Menggunakan Framework COBIT 5 pada
Domain Monitor, Evaluate and Assess (MEA). E-Proceeding of Engineering,
1.
Rahmadayanti, F., Cholil, W., & Linda, A. (2019). Optimalisasi Tata Kelola
Teknologi Informasi Menggunakan COBIT 5 (Studi Kasus STT Pagar Alam).
Jurnal Bina Komputer, 1, 82–97.
Syuhada, A. M. (2021). Kajian Perbandingan COBIT 5 dengan COBIT 2019
sebagai Framework Audit Tata Kelola Teknologi. Jurnal Ilmiah Indonesia, 6.
Tenggarong, P. A. (2021). Pengadilan Agama Tenggarong. pa-tenggarong.go.id
Van Grembergen, W., & De Haes, S. (2009). Enterprise governance of information
technology: Achieving strategic alignment and value. In Enterprise
Governance of Information Technology: Achieving Strategic Alignment and
Value. https://doi.org/10.1007/978-0-387-84882-2
33
LAMPIRAN A.
1
2
3
4
5