Anda di halaman 1dari 40

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN TATA KELOLA


TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK
COBIT 2019 PADA PENGADILAN
AGAMA TENGGARONG

Lianur Istiqomah
NIM. 10181035

Yuyun Tri Wiranti, S.Kom, M.MT


Lovinta Happy Atrinawati, S.T., M.T., CISA

Program Studi Sistem Informasi


Jurusan Matematika dan Teknologi Informasi
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir dengan judul :

“PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI


MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 2019 PADA PENGADILAN
AGAMA TENGGARONG”

Yang disusun oleh :

Lianur Istiqomah
NIM. 10181035

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing:

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Yuyun Tri Wiranti, S.Kom., M.MT Lovinta Happy Atrianawati,S.T., M.T


NIP. 199008092019032016 NIP. 19890415200180320001
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga
saya mampu menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul :
“PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 2019 PADA PENGADILAN
AGAMA TENGGARONG”
Proposal tugas akhir adalah salah satu syarat yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Sistem Informasi, Jurusan
Matematika dan Teknologi Informasi, Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
Balikpapan. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Yuyun Tri Wiranti, S.Kom., M.MT selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Ibu Lovinta Happy Atrinawati, S.T., M.T.,CISA selaku Dosen Pembimbing
Pendamping.
2. Bapak M. Gilvi Langgawan Putra, S.Kom., selaku Koordinator Program Studi
Sistem Informasi Jurusan Matematika dan Teknologi Informasi ITK.
3. Bapak dan Ibu seluruh Dosen serta Tendik Jurusan Matematika dan Teknologi
Informasi ITK..
4. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal tugas akhir ini.
Saya sadar dalam pengerjaan proposal tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh itu saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun.
Semoga tugas akhir ini berguna bagi kita semua. Atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.

Balikpapan, 28 Februari 2022

Penyusun

1
PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI
INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 2019
PADA PENGADILAN AGAMA TENGGARONG

Nama Mahasiswa : Lianur Istiqomah


NIM : 10181035
Dosen Pembimbing Utama : Yuyun Tri Wiranti, S.Kom., M.MT
Dosen Pembimbing Pendamping : Lovinta Happy Atrinawati, S.T., M.T.,CISA

ABSTRAK

Pengadilan Agama Tenggarong adalah instansi badan layanan


pemerintahaan yang memiliki tugas serta berwenang dalam memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan perkara pada tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam dalam bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat,
infaq, shadaqah serta ekonomi syariah. Pengadilan Agama Tenggarong merupakan
instansi yang memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat, baik dari pelayanan pegawai maupun layanan TI. Namun, Pengadilan
Agama Tenggarong belum melakukan penilaian terhadap tata kelola TI. Sesuai
dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
269/KMA/SK/XII/2018. Dan Pengadilan Agama Tenggarong berada pada level 1
pada pengukuran tingkat keselasaran antara strategi TI dan strategi bisnis. Sehingga
untuk dapat meningkatkan tingkat keselarasan antara strategi TI dan strategi bisnis,
Pengadilan Agama Tenggarong membutuhkan suatu perancangan tata kelola TI.
Penelitian ini dimulai dari tahap identifikasi masalah pada Pengadilan Agama
Tenggarong, kemudian dilakukan studi literatur untuk mendapatkan refensi tekait
tata kelola TI dan framework COBIT 2019. Selanjutnya dilakukan perancangan tata
kelola sesuai dengan COBIT 2019 yaitu memahami konteks dan strategi
perusahaan, menentukan ruang lingkup sistem tata kelola, memperbaiki ruang
lingkup sistem tata kelola, dan menyimpulkan desain sistem tata kelola. Selanjutnya
dilakukan penilaian tingkat kapabilitas yang menghasilkan rekomendasi perbaikan
tata kelola serta memberikan kesimpulan dan saran terkait perancangan tata kelola
TI pada Pengadilan Agama Tenggarong. Hasil penelitian berupa perancangan tata
kelola TI dan 1 rekomendasi work product diharapkan dapat meningkatkan kinerja
dalam menyediakan layanan bagi masyarakat maupun internal instansi pada
Pengadilan Agama Tenggarong.

Kata kunci: COBIT 2019, Pengadilan Agama Tenggarong, Tata Kelola TI.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ 1

Abstrak ........................................................................................................ 2

Daftar Isi...................................................................................................... 3

Daftar Gambar ............................................................................................. 5

Daftar Tabel ................................................................................................ 6

BAB 1 Pendahuluan ............................................................................... 7

1.1 Latar belakang ............................................................................... 7

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 11

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 11

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 11

1.5 Batasan Penelitian ....................................................................... 12

1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................... 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 14

2.1 Tata Kelola Teknologi Informasi ................................................ 14

2.2 COBIT 2019 ................................................................................ 15

2.2.1 Prinsip COBIT 2019 .............................................................. 15

2.2.2 Perancangan Sistem Tata Kelola COBIT 2019 ..................... 16

2.2.3 COBIT 2019 Design Toolkit ................................................. 21

2.3 Pengadilan Agama Tenggarong .................................................. 21

2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................... 22

BAB 3 Metode penelitian .................................................................... 27

3.1 Garis Besar Penelitian ................................................................. 27

3.2 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 27

3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................... 28

3
3.3.1 Identifikasi Masalah .............................................................. 28

3.3.2 Studi Literatur ........................................................................ 29

3.3.3 Memahami Konteks dan Strategi Perusahaan ....................... 29

3.3.4 Menentukan Ruang Lingkup Awal Sistem Tata Kelola (Design


Factor 1 - 4) ..................................................................................... 29

3.3.5 Memperbaiki Ruang Lingkup Sistem Tata Kelola (Design


Factor 5-11) ..................................................................................... 29

3.3.6 Menyimpulkan Desain Sistem Tata Kelola ........................... 29

3.3.7 Melakukan Penilaian Tingkat Kapabilitas............................. 30

3.3.8 Menyusun Rekomendasi Perbaikan Tata Kelola ................... 30

3.3.9 Kesimpulan dan Saran ........................................................... 30

3.4 Rencana Jadwal Penelitian .......................................................... 30

Daftar Pustaka ........................................................................................... 32

4
Daftar Gambar
Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 12
Gambar 2. 1 Diagram Alur Perancangan Sistem Tata Kelola COBIT 2019 (ISACA,
2018) ..................................................................................................................... 16
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 28

5
Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Design Faktor Prioritas Strategi ........................................................... 18
Tabel 2. 2 Klasifikasi Peran TI ............................................................................. 19
Tabel 2. 4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 23
Tabel 3. 1 Rencana Jadwal Penelitian ................................................................... 30

6
BAB 1
PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan


penelitian, manfaat dari penelitian, batasan penelitian serta kerangka
pemikiran penelitian dengan harapan pembaca mampu memahami masalah
serta solusi penelitian.

1.1 Latar belakang


Pada saat ini Teknologi Informasi (TI) menjadi aset penting dalam
proses perubahan dan perkembangan bagi suatu organisasi untuk dapat
bersaing. Peran TI tentu didukung dengan berbagai macam pengelolaan
struktur dan proses. Tata kelola TI sangat penting untuk membantu
keberhasilan manajemen organisasi dan memastikan efektivitas dan efisiensi
pengukuran perbaikan dalam proses organisasi (Rahmadayanti et al., 2019).
Dengan adanya tata kelola TI dapat membantu organisasi dalam melakukan
pemantauan, evaluasi serta menilai kinerja dari TI. Tata kelola TI ialah bagian
penting dari penerapan tata kelola perusahaan dengan adanya peningkatkan
yang terukur terhadap efisiensi dan efektivitas pada aktivitas bisnis
perusahaan (Kusbandono et al., 2019). Pada sektor pemerintahan, tata kelola
yang baik pada orientasi pelayanan berperan penting pada proses kinerja
untuk meningkatkan kemampuan proses pengolahan informasi serta
pelayanan terhadap publik dan juga meningkatkan kinerja lembaga
pemerintahan secara transparansi serta akuntabilitas agar menuju good
governace (Adi et al., 2020).
Pengadilan Agama Tenggarong ialah instansi badan layanan
pemerintahan memiliki tugas serta wewenang dalam memeriksa,
memutuskan, dan mengurus perkara pada tingkat pertama antara orang-orang
yang beragama Islam (Tenggarong, 2021). Pengadilan Agama Tenggarong
merupakan instansi yang memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan

7
kepada masyarakat, baik dari pelayanan pegawai maupun layanan TI. Karena
pada saat ini, seluruh pelayanan pada Pengadilan Agama Tenggarong sudah
teintegrasi dengan TI. Namun, Pengadilan Agama Tenggarong belum
melakukan penilaian terhadap tata kelola TI. Sesuai dengan kebijakan yang
dikeluarkan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
269/KMA/SK/XII/2018 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan
Komunikasi di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang
Berada Dibawahnya, menyebutkan bahwa “Penerapan e-government dalam
pelayanan peradilan kepada masyarakat pencari keadilan, membutuhkan
sebuah tata kelola teknologi informasi serta komunikasi yang ideal sesuai
konsep IT Governance yang dapat meliputi manajemen layanan, keamanan,
dan audit terhadap sumber daya TI”.

Dengan tata kelola TI mampu membantu instansi dalam menyelasakan


antara strategi TI dan strategi bisnis. Keselarasan strategi antara strategi TI
dan bisnis ditunjukkan dengan adanya hubungan keduanya yang saling
mendukung. Keselarasan akan mengarahkan instansi untuk dapat
mewujudkan manfaat dari investasi TI dalam menciptakan keunggulan
kompetitif bisnis yang berkesinambungan (Luftman, 2000). Pengukuran
tingkat keselarasan (maturity) antara stategi TI dan bisnis dapat menggunakan
Metode Luftman. Dalam metode Luftman, proses pengukuran tingkat
kematangan keselarasan dapat membantu instansi dalam mengetahui kondisi
terbaru dari keselarasan strategi dan dapat mengidentifikasi solusi untuk
meningkatkan kondisi tersebut.

Telah dilakukan pengukuran pada Pengadilan Agama Tenggarong


terkait tingkat keselarasan strategi TI dan strategi bisnis. Pengukuran
menggunakan metode Luftman untuk membuktikan tingkat keselarasan
antara strategi TI dan strategi bisnis. Pengukuran terdiri dari 6 kriteria
kematangan keselarasan yaitu : komunikasi, kompetensi, tata kelola,
kemitraan, ruang lingkup dan arsitektur, serta keahlian. Tingkat kematangan

8
keselarasan digolongkan menjadi 5 tingkatan dari yang terendah pada level 1
hingga yang tertinggi pada level 5 (Luftman, 2003).

Dari hasil pengukuran yang terdapat pada Lampiran A, diperoleh


tingkat kematangan keselarasan strategi pada Pengadilan Agama Tenggarong
berada pada level 1 initial process yang dimana pada level ini instansi telah
sadar akan permasalah yang harus segera ditangani, namun belum ada
ketentuan baku untuk mengatasinya. Sehingga untuk dapat mengatasi
permasalahan dan meningkatkan keselarasan antara strategi TI dan strategi
bisnis, Pengadilan Agama Tenggarong membutuhkan suatu perancangan tata
kelola TI.
Tata kelola TI memerlukan kerangka kerja (framework) yang digunakan
untuk panduan dalam pengelolaan TI. Ada beberapa framework dari tata
kelola TI yaitu ISO/IEC 27001 digunakan untuk sistem tata kelola keamanan
informasi. ITIL (information Technology Infrastructure Library) digunakan
untuk tata kelola infrastruktur, TOGAF (The Open Group Architecture
Framework) digunakan dalam pengembangan arsitektur perusahaan dan
COBIT (Control Objective for Information and Related Technology)
digunakan dalam manajemen layanan TI. COBIT menyediakan ukuran,
indikator, proses dan kumpulan praktik terbaik dalam pengelolaan teknologi
yang lebih optimal (Oktarina, 2017).
Prinsip COBIT ialah menyediakan informasi yang diperlukan untuk
memperoleh tujuan organisasi. Untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan, instansi perlu mengatur sumber daya TI dengan sekumpulan
proses TI yang terstruktur (Ekowansyah et al., 2017). Pada tahun 2018,
ISACA mengeluarkan COBIT versi terbaru yaitu COBIT 2019. COBIT 2019
ialah versi penyesuaian perkembangan dengan teknologi terbaru pada saat ini
(Syuhada, 2021). Sebagai COBIT versi terbaru, COBIT 2019 meningkatkan
evaluasi beberapa bagian yang membantu organisasi mengevaluasi tata
kelola TI dan mengembangkan peningkatan sesuai dengan tujuan bisnis
mereka (ISACA, 2018c). Sehingga pada saat ini, tata kelola TI sangat

9
diperlukan bagi suatu organisasi untuk dapat menjalankan prosedur
operasional untuk mencapai tujuan.

Adapun penelitian sebelumnya terkait tata kelola TI menggunakan


framework COBIT 2019 yaitu penelitian pertama dengan studi kasus pada
salah satu Bank BUMN dalam proses transformasi digital harus didukung
dengan tata kelola yang tepat diterapkan untuk mengelola risiko yang muncul
serta menyakinkan bahwa sumber daya perusahaan digunakan dengan tepat.
Di samping itu, terdapat peraturan terbaru dari Kementrian BUMN Nomor :
S-122/MBU/DSI/05/2021 yaitu BUMN diwajibkan untuk melaksanakan
Assessment IT Maturity Level secara mandiri dengan target skor 3 pada Tahun
2021 menggunakan framework COBIT versi yang terbaru. Hasil penelitian
ini membawa pengaruh terhadap penilaian perancangan tata kelola dengan
meningkatkan nilai indeks perusahaan sebesar 0,35 atau 7% (Dewi, et al.,
2021). Dan pada penelitian kedua yang dilakukan pada PT. Telekomunikasi
Indonesia Region IV Kalimantan terdapat masalah yang sering terjadi yaitu
ketika pelanggan mengajukan protes, pegawai sering mengalami kesalahan
dalam pengelolaan data protes tersebut, hal ini membuat Telkom
membutuhkan tata kelola TI untuk dapat meningkatkan serta memberikan
layanan terbaik kepada pelanggan dan internal perusahaan (Belo et al., 2020).

Berdasarkan permasalahan pada penelitian sebelumnya, dapat


disimpulkan bahwa tata kelola TI perlu dirancang pada Pengadilan Agama
Tenggarong untuk memahami keadaan tata kelola TI saat ini dan
mengidentifikasi solusi yang diterapkan untuk memperbaikinya sesuai
dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
269/KMA/SK/XII/2018 terkait penerapan e-government dalam pelayanan
peradilan kepada masyarakat.

Penelitian ini akan melakukan perancangan tata kelola TI di Pengadilan


Agama Tenggarong dengan memberikan penilaian pada tata kelola TI serta
akan memberikan rekomendasi perbaikan sesuai dengan kondisi instansi
menggunakan framework COBIT 2019. Penelitian ini berfokus pada hasil

10
core model tertinggi dari design factor. Dengan hasil rekomendasi dan hasil
implementasi work product dari perancangan tata kelola TI pada Pengadilan
Agama Tenggarong diharapkan dapat meningkatkan tata kelola TI.

1.2 Perumusan Masalah


Terkait dengan pemasalahan yang terdapat pada Pengadilan Agama
Tenggarong maka didapakan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana merancangan tata kelola teknologi pada Pengadilan
Agama Tenggarong berdasarkan framework COBIT 2019 ?
2. Bagaimana rekomendasi hasil perbaikan tata kelola teknologi
informasi pada Pengadilan Agama Tenggarong berdasarkan
framework COBIT 2019?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian. yang dilakukan pada Pengadilan Agama Tenggarong
sebagai berikut:
1. Merancang sebuah tata kelola teknologi informasi untuk
menghasilkan keselarasan antara pemanfaatan teknologi informasi
dengan tujuan Pengadilan Agama Tenggarong
2. Menyusun rekomendasi perbaikan tata kelola teknologi informasi
pada Pengadilan Agama Tenggarong berdasarkan framework
COBIT 2019

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang didiperoleh dari dilakukan penelitian pada
Pengadilan Agama Tenggarong sebagai berikut:
1. Bagi Pengadilan Agama Tenggarong
a. Sebagai pendukung pencapaian dari tata kelola TI yang baik
sesuai dengan prinsip good governance bagi Pengadilan
Agama Tenggarong

11
b. Sebagai bahan perbaikan tata kelola TI bagi Pengadilan
Agama Tenggarong dalam meningkatkan kinerja instansi
dalam menyediakan layanan bagi masyarakat maupun internal
instansi.
2. Bagi Universitas / Akademisi
Hasil penelitian perancangan tata kelola TI diharapkan dapat
menjadi sumber informasi dan referensi bacaan bagi semua pihak
yang membutuhkan

1.5 Batasan Penelitian


Agar permasalahan dapat lebih terfokus, maka diterapkannya batasan
penelitian, yakni:
1. Perancangan tata kelola teknologi informasi pada Pengadilan
Agama Tenggarong menggunakan framework COBIT 2019
2. Penelitian ini hanya mengimplementasi satu rekomendasi work
product,dengan nilai prioritas tertinggi
3. Penilaian kapabilitas hanya dilakukan terhadap 5 proses yang
memiliki prioritas tertinggi

1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian


Kerangka pemikiran penelitian diilustrasikan oleh diagram tulang ikan
yang menjelaskan penyebab permasalahan yang ada pada Pengadilan Agama
Tenggarong

Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

12
Pada Gambar 1.1. diperoleh beberapa kategori dalam kerangka
pemikiran yaitu kebijakan, ukuran, metode dan manusia. Pada kategori
kebijakan menjelaskan bahwa Pengadilan Agama Tenggarong belum
memiliki prosedur dokumen tata kelola TI dan juga belum melakukan
penerapan tata kelola TI sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 269/KMA/SK/XII/2018,
sehingga Pengadilan Agama Tenggarong belum mengetahui permasalahan
terkait tata kelola TI. Pada kategori ukuran menjelaskan bahwa Pengadilan
Agama Tenggarong tingkat kematangan keselarasan antara strategi TI dan
bisnis berapa pada Level 1, sehingga Pengadilan Agama Tenggarong perlu
melakukan peningkatan terhadap tingkat kematangan keselarasan antara
strategi TI dan bisnis. Pada kategori metode menjelaskan bahwa Pengadilan
Agama Tenggarong belum pernah melakukan evaluasi mengenai tata kelola
TI sehingga perlu dilakukan evaluasi tata kelola guna mengetahui kondisi TI
pada Pengadilan Agama Tenggarong. Dan pada kategori manusia mejelaskan
bahwa kurangnya sumber daya manusia (SDM) pada Pengadilan Agama
Tenggarong yang memahami akan TI dan juga tidak ada penilaian secara
rutin yang dilakukan pihak Pengadilan Agama Tenggarong terkait
pemahaman pegawai akan TI.

Gambar STYLEREF 1 \s 1. SEQ Gambar \* ARABIC \s 1 1 Kerangka pemikiran penelitian

13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan referensi terkait dengan penelitian. Referensi didapat


melalui ebook, jurnal, atau artikel. Tujuannya agar pembaca memahami konsep
penyelesaian dari penelitian.

2.1 Tata Kelola Teknologi Informasi


Tata kelola TI adalah bagian dari tata kelola perusahaan yang membahas dan
mengimplementasi proses, struktur, dan mekanisme relasional dalam organisasi
yang memungkinkan orang bisnis dan TI untuk melaksanakan tanggung jawab
dalam mendukung penyelarasan bisnis dan TI serta menciptakan nilai dari investasi
bisnis yang mendukung TI (Van Grembergen & De Haes, 2009). Tata kelola TI
ialah tanggungjawab dari pimpinan puncak dan eksekutif managemen sebuah
perusahaan. Tata kelola TI adalah salah satu bagian pada tata kelola perusahaan
yang terdiri dari kepemimpinan, struktur organisasi, serta proses untuk menjamin
keberlanjutan organisasi TI dan pengembangan strategi dan tujuan organisasi. Tata
kelola TI menggabungkan dan mengoptimalisasikan, melakukan akuisisi serta
pelaksanaan, pengantaran dan support, serta monitoring dan penilaian kinerja TI
(Kusbandono et al., 2019). Dengan adanya tata kelola TI dapat memberikan solusi
bagi organisasi dalam mengoptimalkan investasi TI dan menyeimbangkan risiko
organisasi.

Sebagai subtansi esensial dengan nilai keuntungan dan risiko tinggi, TI


membutuhkan tata kelola yang baik untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut
Hartono, ada beberapa alasan pentingnya tata kelola TI, yaitu (Hartono, 2011)

1. Peran TI berubah dari peran efisien menjadi peran stategis yang perly
ditangani oleh tingkat korporat
2. Banyak proyek strategi TI yang penting tetapi tidak dirancang dengan
baik

14
3. Keputusan TI seringkali bersifat ad hoc atau tidak direncanakan
dengan baik
4. TI ialah penggerak utama aktivitas transformasi bisnis yang memiliki
dampak signifikan pada perusahaan dalam mencapai visi, misi dan
tujuan.

2.2 COBIT 2019


Control Objective for Information and Related Technology serta lebih dikenal
sebutan COBIT ialah kerangka aktivitas yang terdiri atas sejumlah dokumen yang
mampu bermanfaat untuk pengaudit, pengguna, sampai manajemen sewaktu
menghubungkan gap antar resiko bisnis, kepentingan otoritas organisasi, serta
persoalan teknis lainnya. COBIT adalah best practices yang mampu didapatkan
serta dijalankan secara internasional atas informasi, teknologi informasi, dan
bahaya yang terkait organisasi serta dapat dimanfaatkan sewaktu membantu
pemutusan teknologi informasi ketika mengoptimalkan kontrol mengenai TI
(Saputra, et al., 2020). Tujuan COBIT ialah menjadi sebagai satu-satunya model
kendali TI, dan serta melakukan riset, perekembangan, publikasi, dan promosi
makalah serta memperbarui ketentuan TI control objective yang bisa dimengerti
pihak umum ((Purbawangsa et al., 2014)
Kerangka kerja COBIT terbagi menjadi 3 yakni tata kelola dan manajemen.
Tata kelola memastikan bahwa kondisi kebutuhan stakeholder dievaluasi untuk
penentu tujuan perusahaan yang seimbang serta disepakati. sementara pada
manajemen melingkupi kegiatan menjadwalkan, membangun, melaksanakan serta
mengawasi aktivitas, seiring dengan instruksi yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan perusahaan (ISACA, 2018b)

2.2.1 Prinsip COBIT 2019


Terdapat dua prinsip COBIT 2019 yakni satu prinsip yang menjelaskan
maksud dari sistem tata kelola TI dan satu yang bisa dipergunakan ketika
membangun sistem tata kelola perusahaan.
prinsip tata kelola COBIT 2019 yakni :(ISACA, 2018c)

15
1. Setiap perusahaan butuh sistem tata kelola sebagai pemenuhan kebutahan
pihak terkait serta untuk hasil nilai dari penggunaan TI. Nilai tersebut
dapat memperlihatkan proporsi antara fungsi, resiko serta sumber daya, dan
perusahaan membutuhkan strategi serta sistem tata kelola yang mampu
ditindaklanjuti untuk merealisasikan nilai.
2. Sistem tata kelola untuk TI dibangun dari sekumpulan komponen yang
didapatkan dari bermacam jenis serta kerjasama secara holistik
3. Sistem pemerintahan harus dinamis sesuai dengan desain faktor
4. Sistem tata kelola harus beda antara kegiatan serta struktur tata kelola dan
pengelolaannya
5. Sistem tata kelola harus sesaui terhadap kepentingan perusahaan dengan
menggunakan desain faktor sebagai tolak ukur untuk menyesuaikan dan
memprioritaskan bagian sistem tata kelola
6. Sistem tata kelola harus melingkupi keseluruhan perusahaan.
2.2.2 Perancangan Sistem Tata Kelola COBIT 2019
COBIT 2019 memiliki 4 tahap dengan hasil rancang sistem tata kelola yang
dijelaskan sebagai berikut (ISACA, 2018a)

Memahami Menentukan Memperbaiki


Menyimpulkan
konteks dan ruang lingkup ruang lingkup
desain sistem
strategi awal sistem sistem tata
tata kelola.
perusahaan. tata kelola. kelola.

Gambar 2. 1 Diagram Perancangan Sistem Tata Kelola COBIT 2019.

A. Memahami konteks dan strategi perusahaan.


Tahapan pertama, melakukan analisis serta memeriksa konteks, strategi
serta lingkungan bisnis agar mencapai tujuan yang jelas. Pada tahapan ini
dibagi menjadi 4 tahapan yakni (ISACA, 2018a):
1. Memahami strategi perusahaan

16
Perusahaan wajib mengetahui fokus tujuan dalam menjalankan bisnisnya
sehingga dapat menentukan strategi mana yang paling sesuai dengan
perusahaan.
2. Memahami tujuan perusahaan
Setiap perusahaan wajib bisa mengutamakan tujuan perusahaannya
sesuai strategi perusahaan. Dengan strategi yang dipahami akan
memudahkan perusahaan dalam memilih tujuan.
3. Memahami profil risiko
Sangat penting untuk memahami skenario risiko mana yang
memengaruhi perusahaan serta bagaimana menilai dampak dan
kemungkinanya terjadi. Saat dapat mencapai pemahaman ini, analisis risiko
tingkat tinggi harus dilakukan, termasuk identifikasi skenario risiko yang
relevan dan penilaian dampak dan kemungkinan skenario risiko terjadi
dengan mempertimbangkan kondisi risiko saat kontrol mitigasi.
4. Memahami permasalahan terbaru terkait TI
Masalah TI bisa dilaporkan melalui manajemen risiko, audit, atau
manajemen stakeholder. Diferensiasi yang jelas wajib dibentuk dalam kasus
TI, untuk memberikan masukan yang dibutuhkan untuk memilih prioritas
desain tata kelola.
B. Menentukan ruang lingkup awal sistem tata kelola.
Informasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan ruang lingkup
sistem tata kelola. Nilai-nilai yang diturunkan untuk strategi perusahaan,
tujuan perusahaan, profil risiko serta masalah terkait TI dimuat di dalam
komponen tata kelola yang diutamakan. Selanjutnya menyajikan desain
faktor yang relevan dan nilai deskripsi terkait yang akan mendorong
prioritas tata kelola dan tujuaan pengelolaan. Ada dua pilihan untuk
penilaian yaitu Pendekatan kualitatif mempertimbangkan tujuan tata kelola
dan manajemen yang paling relevan untuk nilai masing-masing desain
faktor. Pendekatan kuantitatif melibatkan tabel pemetaan numerik yang
dibuat untuk setiap desain faktor.
Terdapat 4 langkah pada tahap yakni:
1. Enterprise Strategy (Design Faktor 1)

17
Dalam penentuan strategi perusahaan, terdapat 4 pola dasar. Tabel 2.1
merupakan nilai desain faktor untuk tata kelola dan manjemen sebagai
berikut(ISACA, 2018a) :
Tabel 2. 1 Design Faktor Prioritas Strategi

Design Faktor Governance and Management


Objective Priority
growth/acquisition  APO02, APO03, APO05
 BAI01, BAI05, BAI11
innovation/  APO02 ,APO04, APO05.
differentiation  BAI08, BAI11.
cost leadership  EDM04
 APO06, APO10
client  EDM02
service/stability  APO08, APO09, APO11
 BAI04
 DSS02, DSS03, DSS04

2. Enterprise Goals (Design Faktor 2)


Strategi perusahaan diwujudkan dengan mencapai tujuan perusahaan.
COBIT 2019 mendefinisikan ada 13 tujuan . Setiap perusahaan harus
memilih prioritas tujuan perusahaan antara keselarasan dengan strategi
perusahaan (ISACA, 2018a)
3. Risk Profile (Design Faktor 3)
Profil risiko merupakan preferensi untuk tujuan tata kelola dan
manajemen. Risiko yang general digunakan dalam manajemen risiko ialah
mitigasi risiko yang memerlukan penerapan beberapa kontrol (ISACA,
2018a)
4. IT Related Issues (Design Faktor 4)
Perusahaan melakukan kinerja tingkat tinggi terhadap analisis masalah
terkait TI yang dialami. Hasil analisis diterjamahkan kedalam prioritas
tujuan(ISACA, 2018a)
C. Memperbaiki ruang lingkup sistem tata kelola.
Tahap Selanjutnya memperbaiki ruang lingkup sistem tata kelola,
berdasar rangkaian desain faktor yang tersisi. Tidak semua desain faktor
dapat diterapkan untuk setiap perusahaan. Pada tahapan ini memiliki
beberapa langkah yaitu (ISACA, 2018a)

18
1. Threat Landscape (Design Factor 5)
Ancaman ialah faktor yang mepengaruhi perusahaan. Dalam COBIT
2019 terdapat 2 kategori ancaman yaitu normal dan tinggi. Pada kondisi
ancaman normal, pada saat terjadi ancaman perusahaan masih dapat berjalan
sedangkan pada ancaman tinggi perusahaan sudah tidak berjalan (ISACA,
2018a)
2. Compliance Requirements (Design Factor 6)
Perusahaan mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. COBIT 2019
memiliki ketegori kebutuhan 3 bagian yaitu Low compliance requirement
yaitu tuntutan perusahaan tergolong kecil. Normal compliance requirement
yaitu tuntutan perusahaan tergolong umum. High compliance requirement
yaitu tuntutan perusahaan tergolong sangat tinggi (ISACA, 2018a)
3. Role of IT (Design Factor 7)
Didalam pemanfaatan TI pada tiap perusahaan memiliki peranan
berbeda, oleh karena itu analisis terhadap peran TI dalam perusahaan sangat
penting. Ada 4 kategori pengelompokkan peranan yang terdapat didalam
Tabel 2.2 (ISACA, 2018a)
Tabel 2. 2 Klasifikasi Peran TI

Peran TI Keterangan
Support TI tidak terlalu krusial di dalam keberlangsungan
bisnis serta layanan ataupun tidak diperlukan inovasi
TI
Factory TI memiliki pengaruh sedikit terhadap
keberlangsungan bisnis serta layanan, namum TI tidak
dilihat sebagai hal dalam penggerak inovasi bisnis
Turnaround TI dianggap sebagai pelopor pembaruan bisnis dan
layanan, namun perusahaan tidak sungguh-sungguh
menggantungkan TI
Strategic TI memiliki karakter sebagai pelaksana inovasi bisnis
dan layanan serta sebagai pelaksana kegiatan bisnis
dan layanan

4. Sourcing Model for IT (Design Factor 8)


Sumber daya TI menjadi bagian penting dalam perancangan tata kelola.
COBIT 2019 mengelompokkan kedalam 4 model sumber TI bagi perusahaan
yaitu Outsourcing ialah perusahaan yang menggunakan pihak ketiga sebagai

19
penyedia layanan TI. Cloud ialah perusahan yang menggunakan cloud
sebagai penyedia layanan TI. Insourced ialah perusahaan sendiri yang
menyediakan layanan dan karyawan TI. Dan Hybrid ialah gabungan dari
beberapa model sumber TI(ISACA, 2018a).
5. IT Implementation Method (Design Factor 9)
Ada beberapa tipe dapat digunakan perusahaan untuk mengimplementasi
TI yaitu Agile, DevOps, Traditional, dan Hubird. Tipe Agile ialah organisasi
mengembangkan perangkat lunak dengan metode agile. Tipe DevOps ialah
pembangun, penyebaran dan pengoprasian software metode DevOps. Tipe
tradisional ialah pengembangan operasi software terpisah dan metode
pengembangan dengan pendekatan waterfall.. Lalu Hybrid ialah perusahaan
menggunakan campuran implementasi TI tradisional dan modern (ISACA,
2018a)
6. Technology Adoption Strategy (Design Factor 10)
Dalam adopsi teknologi terbaru, terdapat beberapa kategori yaitu: First
mover ialah secara umum mencoba mendapatkan keuntungan sebagai tangan
pertama sehingga teknologi diadopsi secepat mungkin. Follower ialah
perusahaan bakal mendalami teknologi terkini sudah terbukti dan menjadi
trand untuk selanjutnya diadopsi. Dan slow adopter ialah perusahaan sangat
lamban mengadopsi teknologi terkini (ISACA, 2018a)
7. Enterprise Size (Design Faktor 11)
Perusahaan dapat diukur seperti perusahaan berukuran besar atau
berukuran kecil. Terdapat standar ukuran yang dilihat dari jumlah pekerja
tetap yang kerja di perusahaan. Ada 2 ukuran yaitu Large dimana perusahaan
memiliki lebih dari 250 tenaga kerja dan Small/Medium yang dimana
perusahaan memiliki 50 hingga 250 tenaga kerja(ISACA, 2018a)
D. Menyimpulkan desain sistem tata kelola.
Dalam melakukan analisis design factor dilakukan secara menyeluruh
dalam perusahaan supaya berdasarkan tujuan ketika penggunaan sistem tata
kelola. Hasil akhir atas analisis design factor akan menjadi keputusan dari
setiap core model yang memiliki nilai kapabilitas tertinggi. Rancangan

20
sistem bisa bermanfaat untuk membuat sistem tata kelola yang tepat dengan
kebutuhan perusahaan (ISACA, 2018a)

2.2.3 COBIT 2019 Design Toolkit


COBIT 2019 design toolkit adalah tools yang basis spreadsheet terdiri
dari lembar instruksi penyedia informasi dasar mengenai tahap penggunaan toolkit,
lembaran kanvas yang menghubungkan seluruh buatan uraian aktivitas buatan
sistem tata kelola. setiap lembaran untuk setiap design factor yang dimana jumlah
bisa masuk dan direpresentasikan dengan ilustratif serta nilai engutamaan tujuan
tata kelola serta manajemen diukur dan perlihatkan kedalam bentuk tabel dan secara
dua diagram grafis. COBIT 2019 design toolkit mempunyai spreadsheet
tersembunyi terkait hitungan per design factor dari 40 core model. Spreadsheet
tersembunyi itu sudah ditetapkan oleh COBIT serta tidak bisa diubah. Sehingga tiap
hitungan design factor tidak bisa di ubah lantaran ketetapan para ahli (ISACA,
2018a)
2.3 Pengadilan Agama Tenggarong
Pengadilan Agama Tenggarong ialah instansi pemerintahan yang memiliki
tugas serta wewenang dalam memeriksa, memutus, serta menyelesaikan perkara
pada tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dalam bidang
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah serta ekonomi
syariah. Pengadilan Agama Tenggarong berlokasi di Jalan Pesut Kel Timbau,
Tenggarong dan saat ini dipimpin oleh Ibu Rusdiana, S.Ag., sebagai Ketua
Pengadilan Agama Tenggarong. Pengadilan Agama Tenggarong memilik 2
katagori kepegawaian yaitu PNS dan PPNPN (Tenaga Kontrak). Visi dari
Pengadilan Agama Tenggarong ialah “Terciptanya pengadilan Agama Tenggarong
yang Agung” serta terdapat misi yaitu menjaga kemandirian pengadilan agama,
meningkatkan profesional pegawai, mewujudkan manajemen peradilan yang
modern, memberikan pelayanan hukum yang adil dan meningkatkan kajian terkait
sumber hukum. Serta tedapat tujuan Pengadilan Agama Tenggarong ialah
terciptanya aktivitas peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel, meningkatkan
efektifitas pengelolaaan perkara, dan meningkatkan kepatuhan terhadap putusan.

21
2.4 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah hasil Penelitian telah dilakukan terkait perancangan tata kelola
TI sebagai berikut:

22
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu

No. Penulis Permasalahan Metode Hasil


1. (Oktarina, 2017) DISDIKPORA Kota Pelembang membawahi COBIT 5 Pada penelitian ini didapatkan rata-rata nilai
seluruh catatan sekolah yang ada di Kota kematangan yaitu 3,34. Ini menerangkan jika
Palembang. Namun, kontrol laporan dalam pada pelaksanaann tata kelola teknologi
sistem manajemen laporan sering menunda informasi sudah dilakukan prosedur yang
pemecahan masalah khusus pengguna, dan terstandarisasi, terdokumentasi dan telah
saat ini tidak ada sistem pemrosesan data dikomunikasikan melalui media serta
terintegrasi yang dapat dirujuk. Dan pelatihan. Tetapi terdapat permasalahan pada
DISDIKPORA kurang produktif dalam pelaksanaan sehingga perlu dilakukan
inovasi terkait IT. perbaikan kedepannya.
2. (Belo et al., 2020) Telkom menggunakan teknologi informasi COBIT 2019 Pada penelitian dihasilkan sebuah sistem tata
untuk meningkatkan layanan di hampir semua kelola teknologi informasi yang mencakup
proses bisnisnya, namun aplikasi TI masih total 14 proses yang penting bagi sebuah
memiliki kendala dalam hal kesalahan perusahaan dengan nilai 50 telah
manajemen data dan menanggapi masalah dikembangkan. Baik pelanggan maupun
yang dihadapi pelanggan. internal perusahaan.
3. (Ginanjar et al., DISKOMINFOSAN Kabupaten Sukabumi COBIT 2019 Pada penelitian ditemukan bahwa kondisi
2021) masik memiliki kualifikasi SDM yang penerapan pengelolaan TI
terbatas, belum terintegrasinya sistem DISKOMINFOSAN Kabupaten Sukabumi
pemerintahan berbasis elektronik dan belum optimal. Hal ini dikarenakan proses
keterbatasan anggaran dalam rangka domain EDM04, BAI08, dan DSS03
pembangunan, pemeliharaan dan bermasalah dengan IT dan tampilan hasil
pengembangan SPBE. penilaian serta aktivitasnya masih ada.
Dilakukan dalam praktik manajemen yang
belum diterapkan.

23
4. (Hikmah et al., DISKOMINFO Kabupaten Bojonegoro COBIT 2019 Pada penelitian dilakukan assessment
2019) belum memiliki kebijakan tekait proses tata capability terkait proses domain yang dipilih.
kelola manajemen TI, belum adanya instruksi Berdasarkan hasil tersebut, pengelolaan
kerja terkait manajemen masalah yang terjadi layanan TI masih belum optimal terutama pada
dan belum adanya aplikasi pendukung proses domain BAI08, DSS01, DSS02 dan DSS03
tata kelola yang mendukung tingkat kerena terdapat aktivitas yang belum dilakukan
kematangan Sistem pemerintahan Berbasis dokumentasi resminya. Dan dihasilkan
Elektronik. rekomendasi berupa rancangan kebijakan,
intruksi kerja dan aplikasi yang diharapkan
dapat diterapkan pada DISKOMINFO
Kabupaten Bojonegoro
5. (Dewi et al., 2021) Dengan adanya regulasi terbaru dari COBIT 2019 Pada penelitian ini berfokus pada domain
Kementerian BUMN Nomor :S- BAI01, BAI04, BAI11. Pengaruh terhadap
122/MBU/DSI/05/2021 tentang BUMN penilaian perancangan tata kelola dapat
diwajibkan untuk melaksanakan Assessment meningkatkan nilai indeks perusahaan sebadar
IT Maturity Level secara Independen dengan 0,35 atau 7%. Rekomendasi memberikan
target skor 3 pada Tahun 2021 dengan referensi bagi Bank XYZ untuk menyusun tata
panduan penyusunan pengelolaan teknologi kelola TI untuk menuju proses transformasi
informasi standar framework assessment IT digital.
maturity level COBIT terbaru yaitu COBIT 5,
COBIT 2019 atau versi yang lebih baru.

24
Penelitian Tri Oktarina tentang tata kelola TI dengan COBIT 5 pada Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA) Kota Palembang memiliki
permasalahan Namun, kontrol laporan dalam sistem manajemen laporan sering
menunda pemecahan masalah khusus pengguna, dan saat ini tidak ada sistem
pemrosesan data terintegrasi yang dapat dirujuk. Dan DISDIKPORA kurang
produktif dalam inovasi terkait IT, sehingga DISDIKPORA kota Palembang tidak
mengetahui informasi tentang kondisi TI pada DISDIKPORA pada saat ini.
Berdasarkan uraian tersebut penulis melakukan tata kelola TI dengan kerangka
kerja COBIT 5 di DISDIKPORA. Hasil penelitian didapatkan bahwa
DISDIKPORA Kota Pelembang berapa pada tingkat kematangan level 3, yaitu
semua aktivitas didokumentasikan dan dikomunikasikan, serta dilaksanakan
menggunakan metode pengembangan sistem yang teratur, tetapi sistem yang telah
diterapkan belum dilakukan proses evaluasi (Oktarina, 2017)
Penelitian Gelsi Isabel Belo, Yuyun Tri Wiranti dan Lovintas Happy
Atrinawati memiliki masalah terkait penerapan TI yang sering terjadi kesalahan
dalam pengelolaan data dan tindakan terhadap perbaikan gangguan yang dialami
oleh pelanggan. Terkait permasalah yang ada tata kelola TI yang menghasilkan
rancangan tata kelola TI yang terdiri dari 14 proses penting yang memiliki nilai ≥
50(Belo et al., 2020)
Penelitian Muhamad Gilang Ginanjarm Luthfi Ramadani dan Ryan Adhitya
Nugraha memiliki permasalahan mengenai tugas serta fungsi pelayanan yaitu
kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia DISKOMINFOSAN masih
terbatas, sistem e-government yang belum terintegrasi, serta keterbatasan anggaran
untuk pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan SPBE. DISKOMINFOSAN
memiliki fungsi, salah satunya ialah pengelolaan e-government daerah. Dalam
penentuan ruang lingkup sistem tata kelola TI dalam membangun pemerintahan
yang baik diperlukan tata kelola TI sesuai kebijakan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Perancangan tata kelola TI
menggunakan domain EDM04, APO12, BAI08, DSS03 dan MEA03. Hasil yang
diperoleh ialah penerapan tata kelola TI di DISKOMINFOSAN belum optiman
kerna berdasarkan hasil analisis design factor masih terdapat masalah terkait peran
TI. Selain itu, pemetaan EDM04, BAI08 dan DSS03 masih terdapat kegiatan pada

25
management practice yang belum dilaksanakan serta pada APO12 dan MEA03
tidak ada aktivitas yang dilakukan (Ginanjar et al., 2021)
Peneliti Faidatul Hikmah, Luthfi Ramadhani dan Ryan Adithya Nugraha
memiliki permasalahan DISKOMINFO Kabupaten Bojonegoro belum memiliki
kebijakan tekait proses tata kelola manajemen TI, belum adanya instruksi kerja
terkait manajemen masalah yang terjadi dan belum adanya aplikasi pendukung
proses tata kelola yang mendukung tingkat kematangan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik. Dengan penyusunan tata kelola TI dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam upaya penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik agar
terciptanya tata kelola TI yang teratur dan sesuai dengan tujuan DISKOMINFO
Kabupaten Bojonegoro (Hikmah et al., 2019).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Putu Minia Dewi, Rokhman Fauzi dan
Rahmat Mulyana memiliki permasalahan terkait proses transformasi digital harus
didukung dengan adanya tata kelola untuk mengontrol risiko dan memastikan
sumber daya perusahaan dapat berjalan semestinya. Dan di samping itu terdapat
peraturan terbaru dari Kementrian BUMN Nomor : S-122/MBU/DSI/05/2021 yaitu
BUMN diwajibkan untuk melaksanakan Assessment IT Maturity Level secara
mandiri dengan target skor 3 pada Tahun 2021 menggunakan framework COBIT
versi yang terbaru sehingga didapatkan perancangan tata kelola TI yang dapat
meningkatkan nilai indeks perusahaan sebesar 0,35 atau 7% (Dewi et al., 2021).
Pada penelitian sebelumnya memiliki keterkaitan dengan penelitian yang ada
dilakukan pada Pengadilan Agama Tenggarong yang dimana membutuhkan sebuah
rancangan tata kelola untuk membantu meningkatkan keadaan tata kelola TI dan
memberikan solusi yang diterapkan untuk memperbaikinya sesuai dengan adanya
kebijakan yang mengatur terkait tata kelola TI.

26
BAB 3
METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan deskripsi singkat terkait garis besar, diagram alir, prosedur , serta
rencana jadwal penelitian yang diharapkan dapat menjelaskan metodologi yang akan
digunakan dalam penyelesaian.

3.1 Garis Besar Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa tahapan, mulai dari identifikasi permasalahan yang
terdapat pada studi kasus. Selanjutnya tahap kedua yaitu studi literatur mengenai
permasalahan yang telah diidentifikasi pada studi kasus. Tahap ketiga sampai dengan tahap
keenam merupakan tahapan yang telah di atur dalam COBIT 2019 dalam perancangan tata
kelola teknologi informasi yang meliputi memahami konteks dan strategi, menentukan
ruang lingkup awal sistem tata kelola, memperbaiki ruang lingkup sistem tata kelola, dan
menyimpulkan desain sistem tata kelola. Tahap ketujuh yaitu melakukan penilaian tingkat
kapabilitas dari hasil tata kelola yang telah disimpulkan. Tahap kedelapan yaitu menyusun
rekomendasi perbaikan tata kelola TI untuk meningkatkan tata kelola TI, dan tahap
kesembilan memberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

3.2 Diagram Alir Penelitian


Berikut adalah diagram alir penelitian yang merupakan gambaran tahapan-tahapan
dalam melakukan perancangan tata kelola teknologi informasi menggunakan framework
COBIT 2019 pada Pengadilan Agama Tenggarong sebagai berikut:

27
Gambar 3. 1 Diagram Alur Penelitian

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Identifikasi Masalah
Tahap awal dilakukan dengan observasi dan wawancara pada Pangadilan
Agama Tenggarong. Dari hasil obeservasi dan wawancara didapatkan
permasalahan terkait tata kelola TI. Kemudian dilakukan evaluasi tingkat
keselarasan strategi TI dan strategi bisnis untuk mempertajam permasalahan yang
ada pada Pengadilan Agama Tenggarong.
28
3.3.2 Studi Literatur
Pada tahap ini peneliti mencari referensi mengenai teori yang berhubungan
dengan studi kasus, teori-teori berasal dari berbagai sumber yaitu buku, artikel,
jurnal, dan skripsi terdahulu. Adapun beberapa studi literatur yang digunakan yaitu
Profil Pengadilan Agama Tenggarong, Tata Kelola TI, COBIT 2019, dan Strategi
Alignment Maturity Model.

3.3.3 Memahami Konteks dan Strategi Perusahaan


Pada tahap ini, dilakukan wawancara pada Pengadilan Agama Tenggarong
dengan bagian perencanaan, TI dan pelaporan untuk mengetahui terkait profil
instansi termasuk struktur instansi, visi dan misi, tujuan dan sasaran instansi.

3.3.4 Menentukan Ruang Lingkup Awal Sistem Tata Kelola (Design Factor
1 - 4)
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis design factor 1 sampai design
factor 4 yang berkaitan dengan strategi perusahaan, tujuan perusahaan, profil risiko
dan permasalahan terkait TI pada Pengadilan Agama Tenggarong. Pada tahap ini
dilakukan wawancara untuk dapat memberikan penilaian terhadap design factor 1
hingga 4 dengan pertanyaan yang telah disediakan COBIT 2019

3.3.5 Memperbaiki Ruang Lingkup Sistem Tata Kelola (Design Factor 5-11)
Dilakukan analisis design factor 5 hingga 11 mengenai dengan ancaman
perusahaan, kebutuhan dan tuntutan, peran TI dalam perusahaan, model sumber
daya TI, metode pengembangan TI, strategi adopsi teknologi baru, dan ukuran
perusahaan. Sebelum melakukan wawancara, ditentukan terlebih dahulu diantara
design factor 5 hingga design factor 11 yang sesuai dengan kondisi perusahaan
untuk dapat menyusun pertanyaan sesuai dengan COBIT 2019. Setelah itu
dilakukan wawancara dan penilaian terkait design factor tersebut.

3.3.6 Menyimpulkan Desain Sistem Tata Kelola


Penilaian yang telah dilakukan pada design factor akan menghasilkan nilai
dari setiap proses atau core model dari skala -100 hingga 100. Berdasarkan
ringkasan nilai didapatkan tingkat kapabilitas dari setiap proses. Proses yang dinilai

29
ialah proses yang dianggap penting bagi instansi yaitu proses yang mempunyai
tingkat kapabilitas pada level 3 dan level 4. Proses yang mempunyai tingkat
kapabilitas pada level 3 memiliki nilai 50 ke atas, sedangkan proses yang memiliki
tingkat kapabilitas pada level 4 memiliki nilai 75 ke atas.

3.3.7 Melakukan Penilaian Tingkat Kapabilitas


Pada tahap ini, dilakukan penilaian tingkat kapabilitas dengan
menggunakan pengukuran yang disediakan oleh COBIT 2019. COBIT 2019 telah
menyediakan pertanyaan terkait proses dan aktivitas dari setiap core model untuk
kemudian disusun dan diajukan kepada Pengadilan Agama Tenggarong.

3.3.8 Menyusun Rekomendasi Perbaikan Tata Kelola


Pada tahap ini, didapatkan hasil penilaian tingkat kapabilitas dari masing-
masing proses atau core model. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat tingkat
kapabilitas yang diharapkan belum tercapai, maka dilakukan penyusunan
rekomendasi agar instansi dapat menerapkan hal tersebut untuk pencapaian tingkat
kapabilitas dan peningkatan tingkat kematangan proses. Penyusunan rekomendasi
akan mengimplementasi salah satu work product yang memiliki prioritas tinggi.

3.3.9 Kesimpulan dan Saran


Pada tahap ini, didapatkan kesimpulan dan saran dalam dokumen
perancangan tata kelola TI pada Pengadilan Agama Tenggarong yang berisi tentang
perancangan tata kelola TI serta rekomendasi perbaikan yang diberikan untuk
meningkatkan tata kelola TI agar didapatkan keselarasan antara strategi TI dan
strategi bisnis pada Pengadilan Agama Tenggarong.

3.4 Rencana Jadwal Penelitian


Perencanaan jadwal penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan metodelogi
penelitian sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Rencana Jadwal Penelitian

No Aktivitas Jan Feb Mar Apr Mei Jun

30
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Identifikasi
Masalah

2. Studi Literatur

3. Memahami
Konteks dan
Strategi
Perusahaan

4. Menentukan
Ruang
Lingkup Awal
Sistem Tata
Kelola (Design
Factor 1-4)

5. Memperbaiki
Ruang
Lingkup
Sistem Tata
Kelola (Design
Factor 5-11)

6. Menyimpulkan
Desain Sistem
Tata Kelola

7. Melakukan
Penilaian
Tingkat
Kapabilitas

8. Menyusun
Rekomendasi
Perbaikan Tata
Kelola

9. Kesimpulan
dan Saran

31
DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. D. G., Sasmita, G. M. A., & Marini, N. M. I. (2020). Manajemen and


information Technology Audit Using the COBIT 5 Framework at Archives
and Library Department Bali Region. Internasional Journal of Computer
Application Technologi and Research, 9(01), 21–26.
Belo, G. I., Wiranti, Y. T., & Atrinawati, L. H. (2020). Perancangan Tata Kelola
Teknologi Informasi Menggunakan Cobit 2019 Pada PT Telekomunikasi
Indonesia Regional VI Kalimantan. JUSIKOM PRIMA (Jurnal Sistem
Informasi Ilmu Komputer Prima), 4(1), 23–30.
Dewi, P. M., Fauzi, R., & Mulyana, R. (2021). Perancangan Tata Kelola Teknologi
Informasi Untuk Transformasi Digital Di Industri Perbankan Menggunakan
Framework Cobit 2019 Dengan Domain Build, Acquire …. EProceedings …,
8(5), 9672–9683.
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/
article/view/15777%0Ahttps://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id
/index.php/engineering/article/view/15777/15490
Ekowansyah, E., Chrisnanto, Y. H., & Sabrina, P. N. (2017). Audit Sistem
Informasi Akademik Menggunakan COBIT 5 di Universitas Jenderal Achmad
Yani. Seminar Nasional Komputer Dan Informatika, 201–206.
Ginanjar, M. G., Ramadani, L., & Nugraha, R. A. (2021). Perancangan Tata Kelola
Teknologi Informasi Menggunakan Kerangka Kerja COBIT 2019 di
DISKOMINFOSAN Kabupaten Sukabumi. Smart Comp, 10.
Hartono, J. (2011). Sistem Tata Kelola Teknologi Informasi. Andi.
Hikmah, F., Ramadhani, L., & Nugraha, R. A. (2019). Pada Dinas Komunikasi Dan
Informatika Kabupaten Bojonegoro Menggunakan Framework Cobit 2019
Analysis and Design of Information Technology Governance At Dinas
Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Bojonegoro Using Cobit 2019
Framework. 1–15.
ISACA. (2018a). COBIT 2019 Design Guide : Designing an Information and
Technology Govermance Solution. ISACA.
ISACA. (2018b). COBIT 2019 Framework :Governance and Management

32
Objectives.
ISACA. (2018c). COBIT 2019 Framework Introduction and Methodology. ISACA.
Kusbandono, H., Ariyadi, D., & Lestariningsih, T. (2019). Tata Kelola Teknologi
Informasi.
Luftman, J. (2003). Measure Your Business-IT Alignment. Optimize: Business
Execution for CIOs Magazine, 26(22), 1–4.
Oktarina, T. (2017). Tata Kelola Teknologi Informasi Dengan Cobit 5. Jurnal
Informanika, 4(2), 9–15.
Purbawangsa, I. nyoman A., Darwiyanto, E., & Rahmat, K. (2014). Evaluasi Sistem
E-Government Kota Denpasar Menggunakan Framework COBIT 5 pada
Domain Monitor, Evaluate and Assess (MEA). E-Proceeding of Engineering,
1.
Rahmadayanti, F., Cholil, W., & Linda, A. (2019). Optimalisasi Tata Kelola
Teknologi Informasi Menggunakan COBIT 5 (Studi Kasus STT Pagar Alam).
Jurnal Bina Komputer, 1, 82–97.
Syuhada, A. M. (2021). Kajian Perbandingan COBIT 5 dengan COBIT 2019
sebagai Framework Audit Tata Kelola Teknologi. Jurnal Ilmiah Indonesia, 6.
Tenggarong, P. A. (2021). Pengadilan Agama Tenggarong. pa-tenggarong.go.id
Van Grembergen, W., & De Haes, S. (2009). Enterprise governance of information
technology: Achieving strategic alignment and value. In Enterprise
Governance of Information Technology: Achieving Strategic Alignment and
Value. https://doi.org/10.1007/978-0-387-84882-2

33
LAMPIRAN A.

1
2
3
4
5

Anda mungkin juga menyukai