Anda di halaman 1dari 9

Tahap Desain Perencanaan Drainase

1. Daerah Perencanaan
Yang dimaksud dengan daerah perencanaan adalah luas daerah atau wilayah yang
direncanakan dan diperhitungkan untuk perancangan sistem drainase baik secara mikro
maupun makro.
Penentuan debit pengaliran pada daerah perencanaan dipermudah dengan membuat
blok-blok daerah pelayanan sehingga penentuan dimensi saluran seluruhnya dapat diketahui
perhitungannya. Dalam penentuan blok pelayanan ini harus memperhatikan keadaan tinggi
tanah, jalan-jalan yang ada, ruang yang tersedia, besaran aliran alaminya, besar kontribusi
daerah serta keseragaman dimensi saluran.

2. Prinsip pengaliran
Pengaliran pada saluran drainase secara alamiah mengikuti kondisi tofografi yang ada,
yaitu mengikuti kontur alamiah dari tanah. Pengaliran secara gravitasi tersebut dinilai sangat
menguntungkan karena dapat meminimalkan jumlah lahan urugan atau pemotongan pada
jalur tanah. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam prinsip pengaliran
saluran drainase adalah sebagai berikut:
1. Arah pengaliran sebisa mungkin mengikuti garis ketinggian permukaan tanah sehingga
pengaliran yang terjadi adalah secara alami menuju kebadan air penerima terdekat.
2. Dasar permukaan saluran yang mempunyai kemiringan (Slope) yang sangat kecil
memerlukan penanganan dengan mempertimbangkan kecepatan minimum yang di
ijinkan. Kemiringan dasar saluran diusahakan tetap mengikuti keniringan permukaan
tanah sejauh kemiringan tanah tidak memberikan aliran balik (Water back) menuju awal
dimulai saluran.
3. Agar tidak terjadi penggerusan dinding saluran drainase, maka perlu diperhatikan
kecepatan saluran agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dengan tujuan mencegah
terjadinya pendangkalan pada dasar saluran sehingga menyebabkan penampang efektif
saluram untuk mengalirkan air hujan semakin kecil dan kemungkinan besar akan
meluap. Dengan pengecualian pendangkalan bisa diantisipasi dengan salah satu
alternatifnya yaitu dengan menanam tumbuhan, maka koefisien limpasan dapat
diperkecil dan waktu konsentrasi semakin lama, sehingga kecepatan penggerusan air
dipermukaan tanah semakin kecil dengan demikian tanah tidak ikut masuk ke dalam
saluran drainase.

3. Sistem Drainase yang Direncanakan


Sistem penyaluran air hujan yang direncanakan adalah sistem yang terpisah dari saluran
pengumpul air buangan domestik. Bentuk dari sistem ini adalah saluran terbuka, bentuk segi
empat
Saluran ini dibuat dari pasangan batu kali atau pasangan batu belah dan diterapkan di
daerah dengan luas lahan yag terbatas seperti daerah pemukiman penduduk.

DASAR-DASAR PERENCANAAN dan KRITERIA DESAIN


1. Kriteria Hidrologis
 Kapasitas Pengaliran
Besarnya kapasitas pengaliran air hujan diatas permukaan tanah ke saluran air hujan
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
Luas permukaan daerah pengaliran
Jenis/karakteristik daerah pengaliaran
Durasi/intensitas curah hujan
Nilai koefisien pengaliran
Kapasitas pengalian tersebut diperkirakan dengan metoda rasional yang dimodifikasi.
Adapun rumus untuk metoda rasional yang dimodifikasi adalah :
Q  F  Cs  C  A  I (1)
dimana :
Q = kapasitas pengaliran (m3/dt)
F = faktor konversi
Jika Q dalam m3/dt maka F = 1/360
Jika Q dalam L/dt maka F = 100/36
Cs = koefisien storasi , yang dihitung dengan rumus :
2tc
Cs  (2)
2tc  td
tc = waktu konsentrasi (menit)
td = lamanya pengaliran dalam saluran (menit)
C = koefisien pengaliran
A = luas daerah pengaliran (Ha)
I = intensitas hujan (mm/jam)

 Waktu Konsentrasi (tc)


Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air hujan dari
titik terjauh menuju suatu titik tertentu yang ditinjau pada daerah pengaliran (titik
pengamatan) dan atau diperoleh dari debit maksimum.
Dalam drainase perkotaan pada umumnyA, tc terdiri dari penjumlahan dua komponen, yaitu:
to, yaitu waktu yang diperlukan untuk titik air yang terjauh dalam DPS mengalir pada
permukaan tanah menuju ke alur saluran permulaan yang terdekat.
yaitu waktu yang diperlukan untuk air mengalir dari alur saluran permulaan menuju ke
suatu profil melintang saluran yang ditinjau.
Jadi waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus:
tc = to + td (3)

Waktu konsentrasi jika harganya lebih kecil dari waktu durasi hujan (t c), dalam perhitungan
intensitas hujannya, dianggap sama dengan waktu durasi hujannya, yaitu tc = te sehingga Ic
= Ie harga harga tc dapat di dekati dengan persamaan:
R1.92
te = (4)
1.11 xR
dimana:
R = Curah hujan harian maksimum (mm/24 jam)
Waktu konsentrasi untuk aliran di atas permukaan (t o) yang sering disebut overland flow ,
tergantung pada beberapa faktor yaitu kemiringan tanah, jarak yang ditempuh oleh air
menuju saluran terdekat, koefisien run off (pengaliran) dan lain-lain.
0.5
0.75 x (1.1  Co ) xLo
Untuk menghitung harga to = 0.3 (5)
So
dimana:
Co = koefisien limpasan pada permukaan tanah
Lo = jarak yang ditempuh oleh air menuju saluran terdekat (m)
So = kemiringan permukaan tanah (m/m)
Untuk besarnya time to flow (td) dihitung berdasarkan karakteristik hidrolis di dalam saluran.
Rumus pendekatannya adalah:
Lda
td =
60 xvd
vd = 0.0035 x (R x Ld)0.1 x (C x A)0.1 x S0.2 (6)
dimana:
Lda = panjang saluran dari awal sampai dengan titik yang ditinjau (m)
Vd = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/det)
R = tinggi hujan (mm/24 jam)
Ld = panjang saluran dari alami (m)
C = koefisien pengaliran
A = luas total area (Ha)
S = kemiringan rata-rata (m/m)
Untuk menghitung Ld dalam perhitungan kapasitas saluran yang direncanakan digunakan
rumus:
Ld = 88.33 x A0.6 (7)
dimana:
Ld = panjang saluran ideal (m)
A = luas total area (Ha)

 Kecepatan aliran (V)


Pendekatan kecepatan aliran rerata dalam saluran, vd trial & error disajikan dalam
Tabel 4.1 Rumus kecepatan menurut persamaan Manning:
1
v= x R2/3 x S1/2 (8)
n
dimana:
v = kecepatan aliran dalam saluran (m/dtk_
n = koefisien Manning (tergantung kekasaran bahan)
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan saluran (m/m)

 Intensitas Hujan (I)


Intensitas hujan (I) adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Satuan untuk intensitas hujan adalah mm/jam,
yang artinya tinggi curah hujan yang terjadi sekian milimeter dalam kurun waktu satu jam.
Penentuan intensitas hujan untuk perencanaan saluran termasuk dalam suatu pemikiran
terhadap faktor :
1. Perioda ulang hujan rata-rata yang diperoleh
2. Karakteristik durasi pada frekuensi terpilih
3. Waktu konsentrasi
Untuk keperluan perencanaan digunakan intensitas hujan yang merupakan laju rata-rata dari
curah hujan yang mempunyai durasi sama dengan waktu konsentrasi.
Perhitungan intensitas hujan menggunakan rumus:
54 R  0,07 R 2
Ie  (9)
te  0,3R
dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R = curah hujan harian maksimum (mm/hari)
t = waktu konsentrasi (menit)

 Perioda Ulang Hujan


Perioda ulang hujan (PUH) desain sistem saluran dan bangunan-bangunan drainase
kota untuk berbagai tata guna lahan mengacu pada tabel 2, kecuali untuk keadaan khusus
dengan persamaan :
T  N 1   1 2  (10)
dimana :
T = perioda ulang hujan T tahun
N = umur bangunan efektif (tahun)
μ = faktor resiko, biasanya diambil 1/3

Tabel 2 PUH untuk Perencanaan Saluran Drainase dan Perlengkapannya


No Tata Guna Lahan Perioda Ulang T(tahun)
1 Saluran awalan pada daerah
Lahan rumah, taman, kebun, kuburan, lahan tak terbangun 2
Perdagangan, perkantoran dan industri 5
2 Saluran Minor
DPS ≤ 5 Ha (saluran tersier)
Resiko kecil 2
Resiko besar 5
DPS 5 - 25 Ha (saluran sekunder)
Tanpa resiko (kecil sekali) 2
Resiko kecil 5
Resiko besar 10
DPS 25 - 50 Ha (saluran primer)
Tanpa resiko 5
Resiko kecil 10
Resiko besar 25
3 Saluran Mayor
DPS 50 - 100 Ha (saluran sekunder)
Tanpa resiko 5
Resiko kecil 10
Resiko besar 25
DPS>100 Ha
Tanpa resiko 10
Resiko sedang 25
Resiko besar 50
Pengendalian banjir/kiriman 100

Lanjutan Tabel 2 PUH untuk Perencanaan Saluran Drainase dan Perlengkapannya

Perioda Ulang
No Tata Guna Lahan
T(tahun)
4 Gorong-gorong/jembatan
Jalan biasa 5-10
Jalan bypass 10-25
Jalan bebas hambatan 25-50
5 Saluran tepian jalan
Jalan lingkungan 2-5
Jalan kota 5-10
Jalan bypass 10-25
Jalan bebas hambatan 25-50
 Luas daerah Pengaliran
Luas daerah pengaliran harus diperhitungkan secara teliti, karena merupakan salah satu
elemen penting dalam perhitungan besarnya limpasan dengan metoda rasional yang
dimodifikasi. Informasi luas daerah pengaliran meliputi:
1. Tata guna tanah pada masa kini, dan pengembangannya pada masa yang akan
datang.
2. Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya.
3. Kemiringan tanah dan daerah pengaliran.

 Koefisien Pengaliran (C)


Koefisien pengaliran (C) diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah hujan yang
jatuh dengan mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan dalam permukaan tanah tertentu.
Harga koefisien pengaliran selalu lebih kecil dari satu (0<C<1), karena kehilangan yang
disebabkan adanya infiltrasi, tertahan oleh tumbuhan dan evaporasi. Koefisien pengaliran
disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Koefisien Pengaliran Berdasarkan Tata Guna Lahan

No Tata Guna Lahan Koefisien Pengaliran


1 Urban
Pusat perdagangan 0,90-0,95
Industri 0,80-0,90
2 Pemukiman
Kepadatan rendah (20 rumah/Ha) 0,25-0,40
Kepadatan menengah (20 - 60 rumah/Ha) 0,40-0,70
Kepadatan tinggi (60 - 160 rumah /Ha) 0,70-0,80
3 Taman dan daerah rekreasi 0,20-0,30
4 Rural
Kemiringan curam (20%) 0,50-0,60
Kemiringan bergelombang 0,40-0,50
Kemiringan tingkat 0,25-0,35
Pertanian padi 0,45-0,55
Sumber : Bandung Urban Development and Sanitation Project dalam Tugas Akhir Iwan
Kurniawan,2001

 Kapasitas Saluran
Debit pada suatu penampang saluran untuk sembarang aliran dapat dinyatakan
sebagai hasil perkiraan kecepatan rata-rata luas penampang melintang tegak lurus arah
aliran (luas basah). Oleh karena itu menghitung kapasitas saluran digunakan rumus
persamaan kontinuitas:
Q=VxA (11)
dimana:
Q = debit saluran (m3/det)
V = kecepatan aliran dari Manning (m/det)
A = luas penampang saluran (m2).

 Kecepatan Aliran
Penentuan kecepatan aliran di dalam saluran yang direncanakan didasarkan pada
kecepatan minimum yang diperbolehkan agar tetap self cleasining dan kecepatan
maksimum yang diperbolehkan agar konstruksi saluran tetap aman.
Besarnya kecepatan aliran dalam saluran tergantung pada bahan saluran yang
digunakan, kondisi fisik, dan sifat hidrolis.
Untuk kedalaman air lebih dari 1.00 m, harga kecepatan dapat diperbesar dengan
faktor koreksi. Harga kecepatan untuk kedalaman yang lebih kecil dari 1.00 m harus
diperkecil demikian pula bila terdapat belokan. Besarnya faktor koreksi ini dapat dilihat pada
tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4 Faktor Koreksi dari Kecepatan Maksimum yang Diperbolehkan
untuk Berbagai Kedalaman Air
Kedalaman Air(m) Faktor Koreksi
0.3 0.8
0.5 0.9
0.75 0.95
1 1
1.5 1.1
2 1.15
2.5 1.2
3 1.25
Sumber: Z.Kinori, ”Manual Of Surface Drainage Engineering” dalam Tugas Akhir
Iwan Kurniawan, 2001

Tabel 5 Faktor Koreksi dari Kecepatan Rata-rata yang Diijinkan untuk Belokan
Saluran Faktor Koreksi
Lurus 1
Sedikit Berbelok α < 22.5 0.95
Berbelok sedang 22.5 < α < 35 0.87
Berbelok besar 35 < α < 60 0.78
Berbelok besar 60 < α < 80 0.68
Berbelok 80 < α < 90 0.57
Sumber: Z.Kinori, ”Manual Of Surface Drainage Engineering” dalam Tugas Akhir Iwan
Kurniawan, 2001
 Kemiringan Saluran
Kemiringan saluran yang dimaksudkan adalah kemiringan dasar saluran. Kemiringan
dasar saluran direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaliran secara
gravitasi dengan batasan kecepatan minimum tidak boleh terjadi pengendapan dan
kecepatan maksimum tidak boleh terjadi perusakan pada dasar maupun dinding salurannya.

4.5.2.4 Ambang Bebas (free board)


Untuk saluran terbuka, ambang bebas dapat diperkirakan sebagai berikut:
F  Cd (12)
dimana:
F = free board
D = kedalaman air dalam keadaan normal (m)
C = koefisien dengan nilai:
 0.14 untuk Q < 0.6 m3/dettik
 0.14 - 0.2 untuk 0.6 < Q < 8.0 m3/detik
 > 0.23 untuk Q > 8.0 m3/detik
Atau dapat diperoleh dengan asumsi 20 % dari kedalaman air dalam keadaan normal pada
saluran.

 Penampang Saluran
Bentuk saluran yang dapat direncanakan untuk diterapkan adalah penampang
persegi empat. Faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk saluran adalah:
 Tata guna lahan daerah perencanaan yang akan terpengaruh terhadap ketersediaan
tanah dan kepadatan lalu lintas.
 Kemampuan pengaliran dengan memperhatikan bahan saluran yang disediakan.
 Kemudahan pembuatan dan pemeliharaan.

 Perlengkapan saluran
Perlengkapan saluran yang dimaksud sebagai sarana pelengkap pada penyaluran air
hujan, sehingga fungsi pengaliran dapat berfungsi sesuai dengan yang direncanakan. Pada
umumnya perlengkapan saluran pada sistem penyaluran air hujan terdiri dari street inlet,
gorong-gorong dan bangunan pembuangan. Jenis bangunan-bangunan perlengkapan
saluran ditempatkan tergantung kepada keadaan daerah setempat.
 Street Inlet
Street inlet merupakan lubang/bukaan di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke
dalam saluran.
Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka jenis
penggunaan saluran yang ada merupakan bukaan bebas (kecuali untuk jalan dengan trotoar
terbangun).
Perletakan street inlet mempunyai ketentuan sebagai berikut:
 Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan terhadap lalu lintas jalan
maupun pejalan kaki.
 Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju kearah
tersebut.
 Jumlah street inlet harus cukup untuk menangkap limpasan air hujan pada jalan yang
bersangkutan.

 Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan perlintasan karena adanya saluran yang melintasi
jalan. Perencanaan gorong-gorong didasarkan atas besarnya debit pengaliran dengan
keadaan saluran. Gorong-gorong harus terbebas dari lumpur, dengan batasan kecepatan
dalam gorong-gorong harus lebih besar atau sama dengan self cleansing. Dalam
perencanaan ini batas kecepatan minimal yang diambil adalah 0.6 m/det.
kapasitas gorong-gorong dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Barkly, sebagai
berikut:
0.00278 xCxAxI
Qg = (13)
f

dimana:
Qd = kapasitas gorong-gorong (m3/det)
C = koefisien pengaliran
A = luas daerah (ha)
I = intensitas hujan (mm/jam)
f = faktor koreksi untuk perhitungan waktu konsentrasi pada gorong-gorong yang besarnya
tergantung pada kemiringan permukaan secagai berikut:
f = 3.0 untuk kemiringan < 0.5 %
f = 2.5 untuk kemiringan 0.5 % - 0.1%
f = 2.0 untuk kemiringan > 1 %

Anda mungkin juga menyukai