Anda di halaman 1dari 5

PROSES PENGAWETAN KAYU

1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

Tujuan dari persiapan kayu sebelum proses pengawetan adalah agar 1 ebih
banyak atau lebih mudah bahan pengawet atau larutannya meresap ke dalam kayu.
Persiapan kayu sebelum diawetkan dapat satu atau lebih dari proses di bawah ini.

a. Pengupasan kayu, untuk kayu bulat

b. Pengeringan kayu, untuk kayu gergajian

c. Pengerjaan kayu sampai bentuk akhir

d. Perlubangan dangkal di sekitar garis tanah, untuk tiang listrik atau telepon.
Untuk kayu basah yang akan segera diawetkan dan untuk menunggo penge-
ringan akan terlalu lama dapat dilakukan pengukusan disertai penghampaan selama
satu atau dua hari. Apabila kayu diawetkan sebelum selesai pengerjaan akhir, maka
ada dtiga kerugian yang diperoleh. Pertama, boros penggunaan bahan pengawet dan
kedua, kayu limbah sesudah kayu diawetkan karena kayu kemudian dipotong, dibelah
atau dibor, dipasah dan sebagainya, mengandung bahan pengawet dan dapat
membahayakan lingkungan dan ketiga, karena dipotong akan terbuka bagian tengah
kayu yang mungkin tidak teresapi bahan pengawet.

2. Proses Pengawetan Tanpa Tekanan

Proses pengawetan dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu proses


pengawetan tanpa tekanan dan dengan tekanan. Proses tanpa tekanan lebih murah
tetapi jumlah bahan pengawet yang meresap lebih sedikit dan waktunya lebih lama.

a. Pengawetan permukaan
meliputi pelaburan (untuk jumlah kayu yang sedikit), penyemprotan (untuk kayu
bulat misalnya, pada bagian Ujung dan pangkalnya) danpencelupan (untuk kayu ger-
gajian yang banyak, baik dengan sistim rantai berjalan masuk ke dalam kolam berisi
larutan bahan pengawet, ataupun dengan sistim tumpukan yang diangkat dengan ke-
ran dan dicelupkan ke dalam bak larutan). Tujuan utama pengawetan permukaan
untuk mencegah serangan jamur permukaan pada kayu-kayu tertentu seperti tusam,
sengon dan ramin yang masih basah atau segar.

Universitas Gadjah Mada


b. Perendaman, dibedakan perendaman dingin, yaitu peredaman pada suhu kamar
dan perendaman panas-dingin yaitu perendaman di dalam larutan panas 70 C selama
minimal 6 jam diteruskan perendaman pada suhu kamar selama satu hari. Pada
proses ini kayu harus sudah kering udara. Kayu ditumpuk dengan menggunakan
tongkattongkat antara seperti penumpukan pada pengeringan. Tumpukan hams diberi
pemberat agar tidak mengapung di dalam larutan. Pada perendaman, peresapan yang
paling banyak terjadi pada 3 hari yang pertama dan khususnya dalam 24 jam yang
pertama, sesudah itu peresapan berlangsung sangat lambat dan akhirnya berhenti.
Pada perendaman panas-dingin, pada saat perendaman panas, udara di dalam
rongga sel kayu di lapisan luar menjadi panas, mengembang dan sebagian keluar
meninggalkan kayu. Pada saat perendaman dingin, udara di dalam rongga sel kayu
menjadi dingin dan karena massanya sudah berkurang, tekanannya menjadi kurang
dari satu atmosfir. Akibatnya udara luar menekan larutan masuk ke dalam kayu.
Apabila dikerjakan dengan baik, maka dengan waktu yang lebih singkat, jumlah bahan
pengawet yang masuk ke dalam kayu sama dengan jumlah bahan pengawet yang
masuk pada proses rendaman dingin.

c. Proses difusi. Proses ini dilakukan pada kayu yang masih basah atau segar.
1) Pelaburan pada kayu bulat. Kayu bulat segar dikupas kulitnya dan dilaburi ba-
han pengawet bentuk pasta. Kayu kemudian ditumpuk, ditutup dengan lembaran yang
kedap air (tidak tembus air dan uap air) selama 40 hari. Bahan pengawet akan masuk
ke dalam kayu dengan cara difusi.
2) Proses stepping. Pohon ditebang, batang bebas cabang dipotong, disandarkan
pada pohon lain, pangkal batang direndam larutan bahan pengawet selama beberapa
hari.
3) Metode ban mobil. Pohon ditebang, batang direbahkan tanpa membuang
cabang dan dawn, pangkal diangkat, ban dalam mobil dipotong sehingga seperti pipa
karet, salah satu ujung pipa dimasukkan ke pangkal batang. Dari ujung lain dituangkan
larutan bahan pengawet.
4) Pengawetan pohon hidup. Pada permukaan batang pohon dibuat takik spiral
mengelilingi pangkal batang. Takik diisi bahan pengawet bentuk pasta, takik ditutup
dengan lembaran kedap air dan didikat kuat selama beberapa hari.
5) Metode tong atau drum. Tonggak-tonggak pendek masih segar didirikan di
dalam tong atu drum berisi larutan bahan pengawet. Setelah beberapa hari, bagian
ujung dipotong 5 cm kemudian tonggak dibalik ujung pangkalnya, bagian ujung
dimasukkan ke dalam larutan selama beberapa hari pula.

Universitas Gadjah Mada


6) Metode Boucherie. Larutan bahan pengawet disimpan di dalam bak yang ditaruh
di atas menara yang tinggi. Sebuah pipa keluar dari bak larutan ke bawah, disambung
dengan suatu seri paralel kop yang masuk menyelimuti pangkal kavu bulat segar.
d. Pengaranagn dan penyemprotan. Pangkal suatu tonggak diarangkan dengan api
gas kemudian disemprot dengan larutan bahan pengawet.
e. Metode seluhung pasir yang diberi &than penguwet. Bagian tonggak yang masuk ke
dalam tanah diselubungi pasir dan pasir kemudian disiram larutan bahan pengawet.

3. Proses Pengawetan dengan Tekanan

Proses pengawetan dengan tekanan membutuhkan tanki larutan yang tahan


terhadap tekanan tinggi dan dilengkapi dengan pompa hisap dan pompa tekan.
a. Proses sel penuh. Dipatenkan oleh John Bethell sehingga disebut proses Bethell.
Secara harfiah dengan proses ini dimaksudkan agar bahan pengawet atau larutannya
akan meresap atau masuk ke dalam dinding sel dan rongga sel kayu sehingga selnya
menjadi penuh. Tujuannya agar diperoleh hasil peresapan yang maksimum. Pada
proses ini diperlukan kayu yang kering udara.

Urut-urutan kerjanya sebagai berikut.


1) Muatan kayu yang ditumpuk seperti penumpukan pada pengeringan,
dimasukkan ke dalam tanki pengawetan. Tanki ditutup rapat.
2) Udara di dalam tanki dihisap atau dikeai yakum sehingga tekanan berkurang
menjadi minimum tinggal 1/3 atmosfir selama 1/4 sampai 'A jam.
3) Tanpa mengubah kondisi yakum, larutan bahan pengawet yang sudah
dipanaskan sebelumnya dipompakan masuk ke dalam tanki pengawetan
sampai kayu terendam berlebihan.
4) Udara di dalam tanki kemudian dikenai tekanan sampai 12 atmosfir atau sam-
pai maksimum selama 3-4 jam.

5) Tekanan dilepaskan, larutan dikeluarkan dan dikirim ke tanki larutan.


6) Udara di dalam tanki dikenai vakum lagi untuk mengeluarkan sisa-sisa larutan
di dalamnya sampai 2 jam.

7) Tanki dibuka dan kayu dikeluarkan.

Universitas Gadjah Mada


b. Proses sel kosong. Dipatenkan oleh Max Rueping sehingga disebut proses Rueping
Secara harfiah, dengan proses ini dimaksudkan bahwa bahan pengawet atau
larutannya hanya meresap ke dalam dinding sel kayu saja dan tidak masuk ke dalam
rongga sel, sehingga selnya tetap kosong.

Urut-urutan kerjanya sebagai berikut.

1) Muatan kayu dimasukkan ke dalam tanki pengawetan. Tanki ditutup rapat.


2) Udara di dalam tanki dikenai tekanan awal beberapa atmosfir selama 1/4 -
1/2 jam.
3) Tanpa mengubah kondisi tekanan, larutan bahan pengawet yang telah
dipanaskan sebelumnya, dipompakan masuk ke dalam tanki pengawetan.
Untuk ini diperlukan tanki keseimbangan untuk menampung udara keluar agar
tekanan udara di dalam tanki tetap.
4) Udara di dalam tanki diberi tekanan sehingga mencapai 12 atmosfir atau sam-
pai maksimum selama 3-4 jam.

5) Tekanan dilepaskan dan larutan dikeluarkan (untuk dikirim ke tanki larutan).


6) Udara di dalam tanki dikenai vakum selama 1/4 - '/2 jam untuk
mengeluarkan sisa-sisa larutan di dalam tanki.

7) Tanki dibuka dan kayu dikeluarkan.


c. Proses Lowry. Proses ini proses sel kosong dan merupakan modifikasi dari proses
Rueping. Dipatenkan oleh Lowry. Proses ini persis sama dengan proses Rueping
dengan hanya satu perbedaan yaitu tidak adanya tekanan awal pada proses ini.
d. Proses Cellon. Proses ini menggunakan pelarut LPG (liquified petroleum gas). Se-
telah proses selesai dan tekanan dilepaskan, pelarut akan berubah menjadi gas
kembali dan dihisap ke tanki yang lain untuk kemudian disimpan dalam bentuk
cair setelah diberi tekanan tinggi.

3. Perlakuan terhadap Kayu sesudah Diawetkan

Sesudah diawetkan, sebelum digunakan, kayu perlu dikering-udarakan terlebih


dahulu di bawah atap selama 40 hari. Pengeringan perlu dilakukan di bawah atap agar
tidak kehujanan yang dapat mencuci bahan pengawet dan tidak terkena sinar matahari
langsung yang dapat membuat kayu retak dan pecah. Tujuan pengeringan adalah
pada pengawetan dengan bahan pengawet larut air

air akan menguap

Universitas Gadjah Mada


bahan pengawet akan bereaksi dengan kayu dan mengendap di dalam
kayu.
Pada pengawetan dengan bahan pengawet minyak atau larut minyak, agar
fraksi-fraksi dari minyak yang mudah menguap, akan menguap lebih dahulu dan ini
akan mengurangi risiko kebakaran.

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai