Anda di halaman 1dari 7

Analisis, Juni 2014, Vol.3 No.

1 : 53 59 ISSN 2252-7230

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MAKASSAR TENTANG PENATAAN


TROTOAR DI KOTA MAKASSAR

Makassar City Government's Policy of Structuring the Sidewalk in the City


of Makassar

Zasimah Margawaty Djamil, Muh. Yunus Wahid, Zulkifli Aspan

Bagian Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin

(E-mail: zasimahmd@gmail.com)

ABSTRAK

Fasilitas pejalan kaki yang berupa trotoar dibuat untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki dari
benturan kendaraan di jalan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fungsi pemerintah Kota
Makassar didalam penataan trotoar sebagai fasilitas pendukung dijalan untuk jalur pejalan kaki.
Penelitian ini dilakukan di kota Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang keberadaan
trotoar sangat dibutuhkan untuk mendukung fungsi kota. Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposing sampling yaitu sampel yang ditentukan sendiri oleh peneliti dengan
pertimbangan responden dianggap memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengalaman tentang
trotoar maupun responden memiliki kewenangan dalam pengaturan trotoar. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, studi dokumen dan wawancara.
Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ada beberapa kendala yang menyebabkan penataan trotoar di kota Makassar yang dilakukan
oleh pemerintah kota Makassar belum memberikan rasa nyaman dan aman untuk dilalui oleh pejalan
kaki, kendala yaitu lahan yang sempit sehingga trotoar yang sesuai dengan standar sulit untuk
dibangun, begitupun dengan pelebaran jalan untuk kendaraan bermotor membuat trotoar
dipersempit. Pemanfaatan trotoar yang dilakukan sebagian masyarakat untuk berjualan ataupun
parkir membuat pejalan kaki tidak nyaman berjalan di trotoar dan memilih untuk berjalan di bahu
jalan. Tidak adanya Perda yang mengatur secara khusus tentang trotoar membuat pengawasan
terhadap pemanfaatan trotoar yang tidak sesuai dengan peruntukannya sulit untuk dilakukan. Fungsi
pemerintah Kota Makassar didalam penataan trotoar belum optimal dikarenakan karena adanya
keterbatasan lahan sehingga tidak semua jalan dilengkapi trotoar, dan belum adanya pengawasan dan
penegakan hukum yang tegas membuat masyarakat menggunakan trotoar tidak sesuai dengan
fungsinya.

Kata Kunci: Kebijakan Pemerintah, Penataan Trotoar

ABSTRACT

Pedestrian facilities such as sidewalks are made for the safety and convenience of pedestrian-vehicle
crash on the road. The purpose of this study to determine the function of the government of
Makassar in structuring the street pavement as supporting facilities for pedestrian paths. This
research was conducted in the city of Makassar as one of Indonesia's major cities are where the
sidewalk is needed to support the function of the city. The samples in this study using a sample
purposing sampling is determined solely by the researcher with the consideration of the respondents
considered to have knowledge, understanding and experience of the sidewalk and the respondent has
authority in setting the sidewalk. Data collection methods used in this study was the observation,
study documents and interviews. Data analysis was performed with qualitative data analysis
techniques. The results of this study indicate that there are several obstacles that cause the sidewalks
in the city of Makassar arrangement made by the municipal government of Makassar yet provide
comfort and safety for pedestrians passed by, constraints that narrow land so that the sidewalks in
accordance with the standards is difficult to be built, as well as with widening of roads for motor
vehicles make sidewalk narrowed. Utilization pavement made some people to sell or park makes

53
Zasimah Margawaty Djamil ISSN 2252-7230

uncomfortable pedestrian walking on the sidewalk and chose to walk on the shoulder of the road.
The absence of regulation that specifically regulate the use of sidewalks makes supervision of
pavement that is not in accordance with the designation difficult to do. Makassar government
functions in the arrangement is not optimal because the sidewalk because of the limited land that is
not equipped with sidewalks all the way, and the lack of supervision and strict law enforcement
make use of the public sidewalk is not in accordance with its function.

Keywords: Government Policies, Structuring Sidewalk

PENDAHULUAN untuk kendaraan bermotor dan jalur


Jalan adalah sebuah prasarana untuk pejalan kaki maka akan tercipta
penting dalam tata kota dimana banyak ketertiban antara jalur kendaraan ber-
prasarana lain ikut bergantung pada motor dan jalur pejalan kaki.
keberadaan jalan tersebut yaitu salah Peraturan Pemerintah Republik
satunya transportasi. Beragamnya peng- Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang
guna jalan maka dirasakan penting untuk Jalan, Pasal 34 ayat (4) menentukan
dibuat pembagian penggunaan jalan bahwa trotoar hanya diperuntukkan bagi
berdasarkan penggunanya, maka kita bisa lalu lintas pejalan kaki. Realitas yang
menemukan apa yang kita sebut dengan banyak berkembang di kota Makassar,
trotoar yaitu jalan untuk pejalan kaki sejumlah trotoar yang semula dibangun,
yang melakukan perjalanan dengan alat dikembangkan dan dipelihara dengan
transportasi yaitu sepasang kaki. baik, secara perlahan tidak hanya diper-
Berdasarkan pedoman perencanaan gunakan oleh pejalan kaki untuk ber-
jalur pejalan kaki pada jalan umum pindah dari satu tempat ketempat lain
No.032/T/BM/1999 dijelaskan bahwa dengan menggunakan kaki tapi juga
pengertian trotoar adalah jalur pejalan dipergunakan untuk keperluan lain,
kaki yang terletak pada daerah milik jalan antara lain pedagang kaki lima, tempat
yang diberi lapisan permukaan dengan parkir sepeda motor, atau kegiatan lain
elevasi yang lebih tinggi dari permukaan yang bisa mengganggu keamanan dan
perkerasan jalan, dan pada umumnya keselamatan pejalan kaki. Hal ini tidak
sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan terlepas dari adanya paradigma yang
(Puspanigtyas, 2011). Menurut Danis- salah terhadap trotoar yang dianggap
woro, trotoar merupakan jalur pejalan sebagai ruang kosong untuk diman-
kaki yang dibuat terpisah dari jalur faatkan keberadaannya diluar kegiatan
kendaraan umum, biasanya terletak berjalan kaki.
bersebelahan atau berdekatan (Riza, Akibat dari adanya penggunaan
2011). trotoar tidak sesuai dengan fungsinya
Fasilitas pejalan kaki yang berupa tersebut maka pejalan kaki berjalan di
trotoar dibuat untuk keamanan dan bahu jalan, yang sewaktu-waktu bisa
kenyamanan pejalan kaki dari benturan terancam keselamatannya. Kewajiban pe-
kendaraan di jalan. Fungsi fasilitas merintah harus menertibkan pedagang-
trotoar adalah pemisahan antara pejalan pedagang dan kendaraan bermotor yang
kaki dan kendaraan di jalan, sehingga menggunakan area trotoar. Trotoar seba-
pejalan kaki terlindungi dari benturan gai fasilitas pendukung di jalan untuk
kendaraan di jalan. Pemisahan ini juga jalur pejalan kaki adalah fasilitas publik
dimaksudkan untuk memperlancar arus harus menjadi perhatian pemerintah.
kendaraan bermotor, karena dengan Pejalan kaki harus dilindungi agar
adanya pejalan kaki yang berjalan di jalur aktivitas warga merasa nyaman dan
kendaraan bermotor maka akan mem- aman.
perlambat laju kendaraan, sehingga Beranjak dari masalah di atas, pene-
dengan adanya pembagian antara jalur litian ini bertujuan untuk mengetahui

54
Kebijakan Pemerintah, Penataan Trotoar ISSN 2252-7230

kebijakan pemerintah Kota Makassar majalah, koran, kamus dan bahan-bahan


didalam penataan trotoar sebagai fasilitas tertulis lainnya yang berhubungan dengan
pendukung dijalan untuk jalur pejalan penataan trotoar maupun peraturan
kaki. perundang-undangan yang terkait. Wa-
wancara dalam bentuk tanya jawab
BAHAN DAN METODE dengan responden kepada pihak-pihak
Lokasi penelitian yang dipandang lebih mengetahui dengan
Penelitian ini bertempat di Kota pokok-pokok permasalahan yang akan
Makassar, alasan memilih lokasi tersebut dibahas, seperti pejabat yang berwenang
karena kota Makassar adalah salah satu dan masyarakat yang menggunakan
kota besar di Indonesia. Makassar trotoar.
sebagai bagian dari kawasan kota inti dari
kawasan Maminasata memilik fungsi Analis data
primer sebagai pusat kegiatan nasional Analisis data dilakukan dengan
dan fungsi sekunder sebagai pusat teknik analisis data kualitatif meliputi
pelayanan kawasan metropolitan. Untuk pengumpulan data secara keseluruhan,
itu keberadaan sarana prasarana trans- data yang ada melalui proses editing dan
portasi mutlak dibutuhkan untuk men- pemilahan dituangkan dalam bentuk teks
dukung fungsi kota, salah satunya adalah naratif yang dikorelasikan dengan konsep
keberadaan trotoar yang sangat dibu- dan teori yang relevan untuk memperoleh
tuhkan untuk mencapai public transport. kesimpulan, data yang diperoleh di lokasi
diambil melalui tiga tahap yaitu, reduksi
Populasi dan sampel data, penyajian data, dan penarikan
Populasi dalam penelitian adalah kesimpulan, dan atau menggunakan
keseluruhan Trotoar yang ada di kota metode triangulasi, dengan membanding-
Makassar, pedagang kaki lima yang kan semua sumber data, baik dari hasil
menggunakan trotoar untuk berjualan, pengamatan, kajian pustaka, wawancara
pengguna kendaraan bermotor yang maupun dokumentasi peraturan perun-
menggunakan trotoar sebagai tempat dang-undangan agar diperoleh informasi
parkir, Dinas Pekerjaan Umum, Satuan yang lebih akurat.
Polisi Pamong Praja, Anggota DPRD
Kota Makassar. Sampel yang ditarik HASIL
dalam penelitian ini adalah purposive Penataan trotoar sebagai jalur untuk
sampling yaitu sampel yang ditentukan pejalan kaki meliputi berbagai aspek
sendiri oleh peneliti dengan berbagai kegiatan seperti perencanaan trotoar,
pertimbangan, antara lain: Responden pemanfaatan trotoar, pengawasan trotoar
dianggap mempunyai pengetahuan, dan penegakan hukum.
pemahaman dan pengalaman tentang
trotoar, Responden memiliki kewenangan Perencanaan trotoar
dan memiliki kebijakan dalam peng- Berdasarkan hasil penelitian yang
aturan trotoar. dilakukan oleh penulis di lapangan,
masih banyak trotoar yang ukurannya
Pengumpulan data tidak sesuai dengan aturan perundang-
Metode pengumpulan data yang undangan, beberapa Trotoar di Kota
digunakan dalam penelitian ini adalah Makassar ada yang lebarnya tidak sampai
pengamatan, studi dokumen dan wawan- 150 cm. Berkaitan dengan lebar trotoar
cara. Pengamatan, dengan melihat secara yang tidak sesuai dengan aturannya A.
langsung keadaan trotoar di lokasi dalam Asham, selaku Kepala Seksi Penelitian
penelitian ini. Studi dokumen yaitu dan Pengawasan Jalan dan Jembatan
peneliti akan menggunakan dokumen Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar
seperti buku-buku, laporan penelitian, mengemukakan Lebar trotoar yang tidak

55
Zasimah Margawaty Djamil ISSN 2252-7230

sesuai dengan aturannya disebabkan Jalan Balaikota, jalan Pettarani Jalan


karena ukuran trotoar disesuaikan dengan Sultan Alaudin dan beberapa ruas jalan
kondisi di lapangan, ada trotoar yang lainnya.
telah dibangun sesuai dengan aturannya, Selain dijadikan tempat parkir,
tetapi karena adanya pelebaran jalan trotoar juga dijadikan tempat berjualan
karena volume kendaraan yang sangat bagi para pedagang kaki lima, Seperti
banyak, maka trotoar akan dipersempit. warung makan, penjual buah, penjual es
Begitupun dengan kondisi bahu jalan buah, penjual kelapa, penjual bakso,
yang sudah sempit, sehingga tidak bengkel tambal ban kendaraan bermotor.
memungkinkan untuk dibuatkan trotoar Aktivitas pedagang kaki lima di trotoar
yang sesuai dengan aturan. bisa kita jumpai antara lain di jalan Ujung
Tanpa adanya pemeliharaan yang Pandang, Jalan Chairil Anwar, Jalan
memadai maka banyak permukaan Bontolempangan, Jalan Pettarani, Jalan
trotoar yang hilang sehingga trotoar rata Sunu, Jalan Sultan Hasanuddin, dan
dengan tanah, begitupun banyak trotoar beberapa ruas jalan lainnya.
yang ditumbuhi alang-alang dan rumput
liar, sehingga tidak nyaman atau bahkan Pengawasan trotoar
tidak bisa untuk dilewati. Permukaannya Salah satu fungsi kelurahan adalah
trotoar banyak yang pecah akibat beban menyelenggarakan ketentraman dan ke-
yang terlalu berat maupun karena akar tertiban umum, termasuk pembinaan
pohon yang ditanam di tengah trotoar pedagang kaki lima yang menggunakan
yang membesar sehingga apabila musim bidang tanah, lapangan, taman, jalanan,
hujan maka trotoar akan tergenang air jalur hijau, trotoar atau lain-lain bidang
hujan. Tidak adanya pemeliharaan secara tanah yang dimiliki, dikuasai ataupun
rutin terhadap trotoar sehingga dibawah pengawasan pemerintah daerah.
permukaannya ada yang pecah ataupun Apabila ada ketentuan yang dilang-
rata dengan tanah diakibatkan oleh gar oleh pedagang kaki lima maka Lurah
adanya keterbatasan dana. memberikan teguran secara lisan, setelah
Adanya fasilitas umum, seperti beberapa kali di tegur secara lisan tetapi
pohon, tempat sampah, ataupun lampu tidak dilaksanakan, maka pihak keca-
penerangan dan lain-lain yang berada matan bekerjasama dengan Satuan Polisi
ditengah-tengah trotoar menyulitkan Pamong Praja bidang operasi yang ditu-
untuk dilewati oleh pejalan kaki, khu- gaskan di kecamatan, memberikan pem-
susnya buat penyandang cacat. Berda- binaan dan penertiban kepada pedagang
sarkan ketentuan perencanaan fasilitas kaki lima di daerah wilayah kerjanya.
umum semestinya ada di sisi luar ataupun Hasil penelitian yang penulis laku-
di sisi dalam trotoar, tetapi lahan yang kan adalah adanya Kendala penataan
terbatas sehingga membuat fasiltas umum pedagang kaki lima yang ada dilapangan
tersebut di tempatkan di tengah trotoar. yaitu apabila ditegur ataupun ditertibkan
maka pedagang akan tertib dan mematuhi
Pemanfaatan trotoar peraturan, tetapi setelah beberapa lama
Berdasarkan pengamatan di lapa- tidak ada penertiban, maka pedagang
ngan, sebagian besar trotoar di Makassar kembali tidak mematuhi aturan yang ada,
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perun- seperti memakai semua pelataran trotoar
tukannya, yaitu sebagai tempat berjalan ataupun tidak menjaga kebersihan dan
kaki. Trotoar di Makassar ada yang keindahan di sekitar tempat berjualan
dijadikan sebagai tempat parkir kenda- mereka.
raan baik motor, mobil ataupun becak, Kendala lain yaitu pemerintah kota
seperti yang terlihat antara lain di jalan kewalahan menyiapkan lahan untuk me-
Ratulangi, jalan Penghibur, Jalan Bonto relokasikan pedagang kaki lima yang
Lempangan, Jalan Sultan Hasanuddin, berjualan di trotoar, hal ini terjadi akibat

56
Kebijakan Pemerintah, Penataan Trotoar ISSN 2252-7230

perkembangan kota yang sangat pesat orang adalah 60 cm ditambah 15 cm


dibarengi dengan laju pertumbuhan untuk bergoyang tanpa membawa barang,
penduduk yang tinggi dan lahan-lahan sehingga kebutuhan total minimal untuk
dipenuhi dengan gedung-gedung perkan- 2 orang pejalan kaki yang berpapasan
toran dan pusat-pusat kegiatan sosial, tanpa salah satu diantaranya harus turun
budaya,olah raga, perekonomian dan ke jalur lalu lintas kendaraan menjadi 150
perdagangan, sehingga lahan kosong cm; b) lebar jalur pejalan kaki harus
untuk pedagang kaki lima sangat sulit ditambah bila pada jalur tersebut terdapat
didapatkan. perlengkapan jalan seperti patok rambu
Keterbatasan lahan untuk merelokasi lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh
pedagang kaki lima yang berjualan di atau fasilitas umum lainnya; c) Untuk
daerah milik jalan seperti trotoar, mem- dapat memberikan pelayanan yang
buat pemerintah dalam hal ini Camat dan optimal kepada pejalan kaki maka jalur
Lurah hanya melakukan pembinaan harus diperkeras dan apabila harus
kepada pedagang kaki lima untuk mempunyai perbedaan tinggi dengan
menjaga kebersihan, keindahan serta sekitarnya harus diberi pembatas (dapat
ketertiban berlalu lintas di jalan raya. berupa kreb atau batas penghalang); d)
Perkerasan dapat dibuat dari blok beton,
Penegakan hukum beton perkerasan aspal atau plesteran;
Berdasarkan Perda Kotamadya dan e) Permukaan harus rata dan mem-
Daerah Tingkat II Ujung pandang nomor punyai kemiringan melintang 2-3% supa-
10 Tahun 1990 tentang pembinaan ya tidak terjadi genangan air. kemiringan
pedagang kaki lima dalam Kotamadya memanjang disesuaikan dengan kemi-
Daerah Tingkat II Ujung Pandang ringan memanjang jalan yaitu maksimum
menyatakan bahwa pelanggaran terhadap 7%.
larangan berdagang/berusaha dibagian Berdasarkan pedoman penyediaan
jalan, trotoar dan tempat-tempat umum dan pemanfaatan prasarana dan sarana
lainnya, diancam dengan pidana kuru- ruang pejalan kaki di perkotaan yang di
ngan selama-lamanya enam bulan atau keluarkan oleh Direktur Penataan Ruang
denda sebanyak-banyaknya Rp 50.000 Nasional menyatakan bahwa prinsip
dengan atau tidak dengan merampas perencanaan penyediaan prasarana dan
barang tertentu untuk Negara, kecuali sarana ruang pejalan kaki harus
jika ditentukan lain dalam peraturan memenuhi kaidah sebagi berikut: a)
perundang-undangan. Ruang yang direncanakan harus dapat
Berdasarkan penelitian yang dilaku- diakses oleh seluruh pengguna, termasuk
kan oleh penulis bahwa sanksi yang oleh pengguna dengan berbagai keter-
sangat rendah membuat pedagang yang batasan fisik; b) Lebar jalur pejalan kaki
sudah di proses di pengadilan, ada harus sesuai dengan standar prasarana; c)
kalanya akan kembali berjualan di Harus memberikan kondisi aman,
trotoar. Sanksi yang rendah diakibatkan nyaman, ramah lingkungan, dan mudah
karena Perda yang mengatur tentang untuk digunakan, sehingga pejalan kaki
pembinaan pedagang kaki lima adalah tidak harus merasa terancam dengan lalu
Perda tahun 1990 dan sampai sekarang lintas atau gangguan dari lingkungan
belum ada perda yang baru. sekitarnya; d) Jalur yang direncanakan
mempunyai daya tarik atau nilai tambah
PEMBAHASAN lain diluar fungsi utama; e) Terciptanya
Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan ruang sosial sehingga pejalan kaki dapat
Kaki pada Jalan umum, menetapkan beraktivitas secara aman di ruang publik;
kriteria desain jalur pejalan kaki sebagai f) Terwujudnya keterpaduan sistem, baik
berikut: a) Lebar efektif minimum ruang dari aspek penataan lingkungan dengan
pejalan kaki berdasarkan kebutuhan sistem transportasi atau aksebilitas antar

57
Zasimah Margawaty Djamil ISSN 2252-7230

kawasan; dan g) Terwujudnya peren- Adanya pemanfaatan trotoar yang


canaan yang efektif dan efesien sesuai dilakukan oleh sebagian masyarakat yang
dengan tingkat kebutuhan dan per- tidak sesuai dengan fungsinya yang telah
kembangan kawasan. diatur oleh perundang-undangan mem-
Berdasarkan hasil penelitian bahwa buat hak pejalan kaki atas ketersediaan
adanya trotoar yang ukurannya tidak fasilitas tempat berjalan kaki yang aman
sesuai dengan aturan, ataupun adanya dan nyaman dilanggar oleh kelompok
trotoar yang tidak terpelihara, maupun masyarakat tertentu. Hal ini membuat
adanya Fasilitas umum yang berada di pejalan kaki tidak nyaman untuk berjalan
tengah-tengah trotoar, maka menurut di trotoar dan memilih berjalan dibahu
penulis pembangunan dan pemeliharaan jalan yang dapat membahayakan
trotoar yang dilakukan oleh pemerintah keselamatan dirinya.
kota Makassar belum terencana dengan Penegakan hukum terhadap penya-
baik. Hal ini disebabkan karena peme- lahgunaan fungsi trotoar belum mem-
rintah Kota Makassar lebih fokus dalam berikan efek jera kepada sebagian
pembangunan dan pemeliharaan jalan masyarakat yang menggunakan trotoar
untuk kendaraan bermotor sehingga dana tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal
yang ada sebagian besar terserap untuk ini terjadi karena sanksi yang sangat
pembangunan dan pemeliharaan jalan rendah membuat pedagang yang sudah di
untuk kendaraan bermotor. Begitupun proses di pengadilan, ada kalanya akan
dengan adanya pelebaran jalan untuk kembali berjualan di trotoar. Sanksi yang
kendaraan bermotor yang membuat sangat rendah diakibatkan karena Perda
trotoar harus dipersempit mengesankan yang mengatur tentang pembinaan
bahwa pemerintah lebih mementingkan pedagang kaki lima adalah Perda Tahun
pengguna jalan raya dibandingkan hak 1990 dan sampai sekarang belum ada
pejalan kaki untuk mendapatkan tempat perda yang baru.
yang nyaman dan aman untuk berjalan
kaki KESIMPULAN DAN SARAN
Ruang pejalan kaki memiliki fungsi Fungsi pemerintah Kota Makassar
utama sebagai sirkulasi bagi pejalan kaki, didalam penataan trotoar sebagai tempat
selain itu dimanfaatkan untuk berbagai berjalan kaki belum optimal. Hal ini
macam kegiatan dan fungsi ruang luar disebabkan oleh karena keterbatasan dana
bagi masyarakat sekitar. Berdasarkan dan lahan yang membuat tidak semua
pedoman penyediaan dan pemanfaatan jalan di Kota Makassar dilengkapi
prasarana dan sarana ruang pejalan kaki dengan trotoar yang layak dan nyaman
di perkotaan, ada beberapa kegiatan untuk pejalan kaki. Penyebab lainnya
pemanfaatan ruang yang diperbolehkan adalah tidak adanya pengawasan dan
di trotoar, yaitu: a) Interaksi Sosial, yaitu penegakan hukum membuat sebagian
aktifitas sosial antar pengguna kawasan, masyarakat memanfaatkan trotoar
seperti: berbincang-bincang, mendengar- sebagai tempat berjualan ataupun sebagai
kan, memperhatikan, duduk, makan, tempat parkir kendaraan bermotor.
minum; b) Sirkulasi bagi difabel, yaitu Fungsi pemerintah Kota Makassar
aktivitas sirkulasi bagi penyandang cacat didalam penataan trotoar harus lebih
dari satu tempat ketempat lain; dan c) dioptimalkan lagi untuk menjamin hak
Zona bagian depan gedung, zona ini pejalan kaki untuk dapat menggunakan
dapat dimanfaatkan sebagai area masuk trotoar dengan nyaman dan aman tanpa
bangunan, area perluasan aktivitas dari gangguan. Hal ini dapat dilaksanakan
dalam bangunan ke ruang luar bangunan, dengan pembuatan Perda yang mengatur
dan area transisi aktivitas dari dalam tentang trotoar secara jelas dan terperinci
bangunan kebagian luar bangunan. tentang perencanaan, pemanfaatan,

58
Kebijakan Pemerintah, Penataan Trotoar ISSN 2252-7230

pengawasan serta penegakan hukum Ruas Jalan Sudirman Dan Jalan Dr.
penataan trotoar. Ratulangi). Tesis Tidak Diterbitkan.
Makassar. Tehnik Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA Prasarana. Universitas Hasanuddin
Adisasmita, Sakti Adji. (2011). Jaringan Ridwan, Juniarso, dkk. (2013). Hukum
Transportasi Teori dan Analisis. Tata Ruang Dalam Konsep Kebi-
Graha Ilmu, Yogyakarta. jakan Otonomi Daerah. Nuansa,
Hasni. (2010). Hukum Penataan Ruang Bandung.
dan Penatagunaan Tanah. Raja Riza, Andrei herlina. (2011). Alih Fungsi
Grafindo Persada. Jakarta Trotoar (online). (andrieherlinariza.
Keputusan Walikota Makassar No. 20 files.wordpress.com. diakses 10 juni
Tahun 2004 tentang Prosedur Tetap 2013 ).
Penertiban Bangunan dan Pembi- Sadyohutomo, Mulyono. (2009).
daan Sektor Informal (PKL) Dalam Manajemen Kota dan Wilayah
Wilayah Kota Makassar Realita dan Tantangan. Bumi
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 Aksara, Jakarta.
tentang jalan. Samman, Yuyun Zulaena. (2009).
Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Implementasi Kebijakan Pembinaan
Ujung Pandang No. 10 Tahun 1990 Pedagang Kaki Lima di Kecamatan
tentang Pembinaan Pedagang Kaki Rappocini Kota Makassar. Tesis
Lima Dalam Kotamadya Daerah Tidak Diterbitkan. Makassar. Admi-
Tingkat II Ujung Pandang nistrasi Pembangunan. Universitas
Puspanigtyas, Retno. (2011). Analisis Hasanuddin.
Efektifitas Jalur Trotoar Terhadap Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Pola Pergerakan Pedestrian Di tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Pusat Kota Makassar (Studi Kasus Jalan.

59

Anda mungkin juga menyukai