Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum pantai didefenisikan sebagai daerah di tepi perairan (laut)
sebatas antara surut terendah dengan pasang tertinggi, sedangkan daerah pesisir
adalah daratan pantai beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih
terpengaruh oleh aktivitas darat maupun laut (Prasetya et al., 1993; mohtarto dan
Juwana, 2001). Merujuk dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa pantai
merupakan bagian transisi yang membatasi darat dan laut. Daerah pantai
memiliki multifungsi pemanfaatan, diantaranya sebagai kawasan pemukiman;
kawasan industri dan pertambangan; kawasan rekreasi dan wisata; tempat mencari
nafkah; pelabuhan; habitat bagi berbagai organisme pantai dan lokasi penelitian.
Multifungsi pantai yang kompleks tersebut, akan menimbulkan berbagai masalah
jika tidak ditata secara baik, salah satunya adalah perubahan morfologi pantai
khususnya perubahan garis pantai.
Wilayah pesisir merupakan salah satu sumber daya yang potensial di
Indonesia. Baik itu di muara sungai dekat pantai yang merupakan daerah subur
ataupun di sekitar pantai yang kaya akan sumber daya darat dan laut yang saling
berkaitan. Wilayah pesisir memiliki pengertian suatu wilayah peralihan antara
daratan dan lautan.
Garis pantai adalah batas antara darat dengan lautan yang posisinya
berubah-ubah menurut waktu dan tempat saat terjadinya fluktuasi muka air laut
yang terutama disebabkan oleh gerak pasang surut (CERC,1984 dalam Sunarto,
2004). Terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh proses-proses
yang terjadi pada daerah sekitar pantai (nearshore prosess), dimana pantai selalu
beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi (Munoz-Perez et al., 2001).
Perubahan garis pantai terjadi karena adanya kontak langsung antara daratan
dengan lautan yang terjadi secara terus menerus. Hal ini menyebabkan garis
pantai dapat mengalami akresi dan abrasi. Akresi merupakan penambahan daratan
ke arah laut, hal ini didominasi oleh pasokan sedimen secara terus menerus dari

1
muara sungai dengan gelombang dan arus laut yang tidak terlalu besar sehingga
sedimen tersebut terendapkan di pesisir bahkan sepanjang pantai. Abrasi
merupakan pengikisan daratan oleh gelombang dan arus laut. Perubahan garis
pantai baik maju atau mundur menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya
pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnya luas daratan; terancamnya
aktivitas manusia dan lain sebagainya. Terlepas dari faktor manusia yang
menyebabkan perubahan, faktor lain yang sangat berpengaruh adalah faktor alam
(Efendi et al., 1981 dalam Hermanto, 1986). Menurut Diposaptono (2004)
perubahan morfologi pantai (garis pantai) merupakan rangkaian proses pantai
yang diakibatkan oleh faktor eksternal (arus, gelombang, angin dan pasang surut)
dan internal (karakteristik dan tipe sedimen serta lapisan dasar dimana sedimen
tersebut berada). Menurut Bowen and Inman (1966) dalam Komar (1976)
perbandingan dari penambahan dan pengurangan sedimen merupakan
keseimbangan yang akan merefleksikan kestabilan morfologi pantai, sebab bila
terjadi akresi (pengendapan) maka akan terjadi penambahan pada pantai,
sebaliknya bila terjadi abrasi akan terjadi pengurangan pada pantai, dinamika yang
terjadi akan yang terjadi mempunyai skala waktu (bulan, tahun, dekade bahkan
abad) dan ruang (dari suatu daerah pantai, lokal, regional, sampai tingkat
nasional). Di Indonesia umumnya perubahan morfologi pantai diakibatkan oleh
abrasi pantai yang disebabkan oleh sirkulasi arus, dinamika gelombang dan
interaksi faktor-faktor tersebut dengan sedimen serta faktor manusia
(Diposaptono, 2004).
Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 Km, terbentang di 13
desa. Kabupaten Demak merupakan Kabupaten yang berbatasan dengan Laut
Utara Jawa, bentuk pantai yang mengarah ke arah barat laut dan terdapat 32
sungai dan anak sungai yang bermuara ke laut Utara Jawa. Sungai tersebut
bermuara ke laut serta membawa sedimen dan mengendapkannya di laut. Sedimen
yang terbawa oleh sungai tersebut terendapkan dari hari ke hari, tiap bulan dan
tahun. Sedimen tersebut akan menyebar di sekitar muara sungai, jika sedimen
tersapu arus laut ataupun gelombang laut maka sedimen tersebut akan bergerak
menjauhi muara. Sedimen akan bergerak atau pindah karena ada tenaga yang

2
membawa ke tempat lain., sehingga keberadaan sedimen tidaklah tetap. Hal ini
bisa memicu perubahan garis pantai di Demak. Keadaan pantai yang relatif landai
bahkan datar yaitu dengan kemiringan 0-2 %, sehingga bibir pantai di Kabupaten
Demak mengalami hantaman gelombang dan arus laut secara langsung yang
terjadi secara terus menerus. Daerah yang mengalami pasang surut ini menjadi
sangat rentan atau labil. Hal ini karena daerah tersebut akan sering tergenang air
dan jika terkena arus laut serta gelombang laut akan dengan mudah terbawa ke
laut.
Menurut Duxbury, dkk. 2002 dalam (Sunarto, 2004) menyatakan bahwa
selain ombak, arus laut merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan
morfologi pantai. Arus laut merupakan gerakan/aliran air laut yang di sebabkan
oleh pasut, tiupan angin dalam waktu yang lama serta perbedaan kepekatan air
laut. Arus laut yang berpengaruh terhadap perkembangan pantai adalah arus
pasang surut (tidal current), arus susur pantai (longshore current) dan arus balik
(rip current).
Monitoring perubahan garis pantai sangat efektif dilakukan dengan
menggunakan citra penginderaan jauh. Citra dengan konsep resolusi temporal,
yaitu merekam suatu daerah yang sama dan berulang pada hitungan waktu
tertentu. Dari waktu perekaman yang berbeda kita dapat memantau/monitoring
perubahan garis pantai di Kabupaten Demak. Selain itu, dari perubahan garis
pantai terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan dinamika yang terjadi si
pesisir pantai Demak. Data penginderaan jauh telah memegang peranan penting
untuk inventarisasi, monitoring dan pengelolaan wilayah pesisir melalui
kemampuannya memberikan gambaran sinopsis dari wilayah tersebut. Sejak
tahun 1973, penggunaan data/citra penginderaan jauh telah meningkat dengan
sangat pesat, baik untuk penggunaan wilayah daratan dan aplikasinya untuk
wilayah pesisir bahkan lautan. Data penginderaan jaug berkontribusi sangat nyata
terhadap karakteristik synoptic untuk meneliti karakteristik dunia perairan.
Dengan tersedianya citra satelit yang banyak gunanya, maka pengamaan wilayah
pesisir dan laut dapat dilakukan pada beberapa tingkat kedetilan dengan wilayah
yang luas ( Ambarwulan dkk, 2003).

3
Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Landsat 5 TM
(Thematic Mapper) tahun 1992, Landsat ETM+ (Enhanched Thematic Mapper
Plus) tahun 2002, dan Landsat 8 tahun 2013. Citra Landsat merupakan citra yang
memiliki band yang cukup lengkap dan beragam, di samping itu citra Landsat
memiliki resolusi menengah dan mencakup daerah yang cukup luas.
1.2 Rumusan Masalah
Pantai adalah jalur daratan yang membatasi tubuh perairan, yang kadang-
kadang tergenang oleh padang-surut atau gelombang (Sned, 1982). Pantai adalah
jalur sempit daratan pada pertemuan dengan laut, meliputi daerah di antara garis
air tinggi dan garis air rendah (CERS, 1984). Menurut Goekcesu (1996 dalam
Kodoatie, 2004), pada dasarnya perubahan garis pantai merupakan hasil gabungan
dari proses alam dan manusia. Artinya, alam dan manusia memberikan kontribusi
terhadap perubahan pantai, baik secara individu maupun bersama-sama. Pengaruh
aktivitas manusia umumnya lebih besar dan sering paling dominan dalam
perubahan morfologi tersebut, terutama dampak negatif yang ditimbulkan. Faktor
alam ditentukan oleh dinamika perairan pesisir seperti gelombang, pasang surut,
arus dan sedimentasi (Hanafi, 2005); keterbukaan pantai terhadap variasi
gelombang secara tetap di kawasan pesisir dan kestabilan sediment budget
(Anthony and Reichard, 2002) dan karakter sedimen yang membentuk massa
daratan pada suatu kawasan (Triatmodjo, 1999).
Salah satu akibat perubahan garis pantai adalah erosi dan deposit sedimen.
Bila kedua proses ini terjadi dalam suatu lingkungan dianggap sebagai bagian dari
keseimbangan lingkungan yang di akibatkan oleh aliran massa air. Hasil dari
keseimbangan yang dimaksud adalah kondisi normal yang selalu terjadi secara
kontinyu, dimana proses erosi atau deposit akan berada pada sebuah siklus dalam
periode tertentu. Jika keseimbangan yang diharapkan mengalami perubahan maka
secara langsung akan ada gangguan yang berdampak pada terjadinya erosi atau
akresi (pengendapan) yang berlebihan (Selley, 1988). Menurut Dyer (1986) faktor
yang dominan berperan dalam proses erosi dan deposit sedimen adalah gelombang
dan arus yang terbentuk di pantai serta pasang surut. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa sedimen yang ada di pesisir merupakan hasil dari akumulasi sedimen yang

4
berasal dari daratan yang ditransport oleh sungai, angin dan akibat erosi sepanjang
pantai, aktivitas biologi dan masukan dari atmosfer.
Pantai Di Pesisir Utara pulau Jawa merupakan pantai yang yang sering
mengalami perubahan garis pantai dan mengakibatkan akresi dan abrasi, begitu
pula yang terjadi di pantai Demak. Selain itu adanya transportasi sedimen dan
banjir berlangsung setiap tahun, hal ini terjadi akibat pengaruh rob sehingga
kualitas lingkungan pantai Demak semakin menurun. Akibat degradasi
lingkungan di kawasan pesisir tersebut sangat memberikan dampak buruk bagi
kehidupan di kawasan pesisir tersebut. Ada beberapa desa yang hampir hilang
akibat tergerus abrasi, sehingga warga yang tinggal di desa tersebut terpaksa harus
direlokasi ke daerah lain yang aman dari abrasi. Akibat abrasi ribuan hektar lahan
tambak yang menjadi penopang hidup warga hilang tak berbekas. Berdasarkan
catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak luas tambak sampai
tahun 2013 ini tercatat hanya mencapai sebesar 7.671,03 Ha yang telah
mengalami pengurangan luas tambak yang pada tahun 2000 mencapai 10.000 Ha.
Dari Data BPS Kabupaten Demak pada tahun 2007 data tambak seluas 8.466 Ha
dan pada tahun 2012 luas tambak menjadi 6. 961 Ha. Dalam 6 tahun, daerah
pesisir berkurang 1.505 Ha dan rata-rata pertahun + seluas 251 Ha hilang akibat
abrasi. Kasus abrasi yang terjdai di pesisir pantai Demak mengakibat posisi lahan
yang terkena abrasi membentuk teluk (Suara Merdeka, 27/11/2007).
1.3 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian tentang pesisir menggunakan data penginderaan jauh
dan sistim informasi sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbandingan
penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah penelitian sebelumnya hanya
menggunakan satu algoritma dalam proses pengolahan citra Landsat, tetapi dalam
penelitian ini menggunakan dua algoritma dalam proses pengolahan citra yaitu
yang pertama algoritma untuk memisahkan daratan dan lautan dalam membuat
garis pantai dan yang kedua algoritma untuk mengetahui kandungan sedimen di
pesisir. Ada juga persamaan dalam penelitian sebelumnya yang menggunakan
Algoritma yang sama dalam membatasi daratan dan lautan dengan lokasi yang
sama tetapi analisis yang digunakan berbeda. Penelitian sebelumnya

5
menggunakan Metode Pearson Correlation digunakan untuk data yang berskala
interval dan atau rasio, bertujuan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan
antar variabel yang diamati. Tetapi pada penelitian ini tehnik analisis yang
digunakan adalah tehnik Kompnen Utama Analisis. Analisis Komponen Utama
merupakan suatu tehnik statistik untuk mengubah dari sebagian besar variabel asli
yang digunakan yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya menjadi satu set
variabel baru yang lebih kecil dan saling bebas (tidak berkorelasi lagi).
Ada beberapa penelitian yang mempunyai lokasi yang sama namun tehnik,
analisis data dan aspek kajian yang berbeda. Sunarto (2004), mengkaji wilayah
pesisir dalam penekanan pada aspek Fenomena Geomorfik (Kajian
Paleogeomorfologi). Meskipun daerah penelitian hanya 30% ikut dikaji namun
memberikan dampak yang luas yang membantu penelitian ini karena lokasi
penelitian yang berdekatan. Pada penelitian ini aspek yang ingin dikaji adalah
faktor fisik yaitu faktor kecepatan gelombang, arus laut, kecepatan angin,
transportasi sedimen dan pasang surut air laut dalam mempengaruhi perubahan
garis pantai. Perbedaan mendasar dengan penelitian sebelumnya adalah data
penginderaan jauh yang digunakan berbeda tahun perekaman, jenisnya, tahun
penelitian yang berbeda, tujuan penelitian, tehnik pengumpulan data yang berbeda
serta penyajian akhir juga berbeda.

6
No Peneliti / Judul Tujuan penelitian Tehnik analisis Hasil penelitian
1. Irfan, dkk/2012 Untuk mengetahui secara detil Analisis korelasi Pearson Akresi di pesisir kota Semarang tidak
Analisis korelasi perubahan garis jarak perubahan garis pantai Correlation atau istilah lainnya berkorelasi dengan Abrasi di pesisir Kabupaten
pantai kawasan pesisir Kota pada setiap segmen (durasi). adalah Product Moment Demak.
Semarang terhadap perubahan garis Correlation. Metode Pearson Abrasi di pesisir kota Semarang berkorelasi
pantai pesisir Kab. Demak (dari Correlation digunakan untuk data secara signifikan dengan akresi di pesisir
Tahun 1989-2012) yang berskala interval dan atau Kabupaten Demak.
rasio, bertujuan untuk mengukur
kekuatan dan arah hubungan antar
variabel yang diamati.
2. Noerdin Basir/ Menghitung besarnya High pass filter matriks 11x11 Perubahan garis pantai sebesar 15.7 m/tahun
Analisis perubahan garis pantai di perubahan garis pantai dengan menggunakan aplikasi Map untuk daerah yang berhadapan dengan selat
dusun Perapat Tunggal dengan dikawasan pesisir pulau Er Mapper ver.7.0, Bengkalis.
tehnologi penginderaan jauh Bengkalis Untuk daerah yang berhadapan langsung
dengan selat Melaka adalah 41.0 m/tahun.
Besarnya perubahan garis pantai didaerah
dusun Perapat tunggal melebihi dari perubahan
garis pantai yang normal.
3. Dulbahri/1983 Untuk mengetahui perubahan Metode yang digunakan adalah Daerah pantai utara Pulau Jawa umumnya
Pantai di daerah Jawa Tengah dan luas pesisir serta perkembangan metode survey bertingkat yaitu mengalami penambahan luas dterbesar di
Jawa Timur garis pantai tahun 1942-1972. menggunakan citra Landsat untuk muara sungai Brantas(9043 ha) dan yang paling
seluruh daerah penelitian dan foto lambat adalah muara sungai Wulan (1108 ha).
udara untuk uji medan di beberapa
lokasi.
4. Sunarto/ 2004 1. Mengetahui perubahan Deskripsi-eksplanatori yang Perkembangan Delta Wulan, erosi marin,
Perubahan Fenomena Geomorfik spasiotemporal fenomena berusaha menginterpretasikan pembentukan chenier, pembentukan dataran
Daerah Kepesisiran Di Sekeliling morfologi Delta Wulan dari genesis dan evolusi sekuensial alluvial di selat Muria Purba, pembentukan
Gunungapi Muria Jawa Tengah waktu ke waktu dan daerah kepesisiran di sekeliling sekuen beting gisik, dan terbentuknya gua
(Kajian Paleogeomorfologi). pengaruh perubahan tersebut Gunungapi Muria berdasarkan data marin.
terhadap pantai di sekitarnya. morfologi pantai, sedimen pantai,
2. Mengetahui sebab-sebab kelautan dan penarikan
perbedaan perkembangan radiokarbon.
beting gisisk di daerah

7
kepesisiran sebelah barat dan
sebelah timur Gunungapi
Muria.
3. Mengetahui perkembangan
spasiotemporal
Paleogeomorfologi daerah
kepesisiran di sekeliling
Gunungapi Muria.
5. Asrida P/2015 1. Mengkaji kemampuan citra Menganalisis faktor utama yang Mengetahui kemampuan citra Landsat multi
Perubahan Garis Pantai dan Faktor- Landsat multi temporal untuk mempengaruhi perubahan garis temporal untuk mengetahui perubahan garis
Faktor yang Mempengaruhi Melalui menganalisis perubahan garis pantai di pesisir Kabupaten Demak pantai.
Citra Landsat Multi-Temporal. pantai dan distribusi sedimen dengan Analisis Komponen Utama. hubungan antara perubahan garis pantai
di Kabupaten Demak. dengan distribusi konsentrasi sedimen.
2. Menganalisis distribusi Faktor utama perubahan garis pantai di
konsentrasi sedimen di pantai Kabupeten Demak
Kabupaten Demak.
3. Menganalisis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap
perubahan garis pantai di
Kabupaten Demak.

8
1.4 Pertanyaan Penelitian
1. Apakah citra Landsat multi temporal dapat mengetahui perubahan garis
pantai di wilayah Kabupaten Demak?
2. Dapatkah citra Landsat multi temporal mengetahui distribusi sedimen di
Pantai Demak?
3. Adakah hubungan antara sebaran distribusi sedimen dengan perubahan
garis?
4. Benarkah perubahan garis pantai Demak dipengaruhi oleh faktor sedimen,
gelombang laut?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mengkaji kemampuan citra Landsat multi-temporal untuk menganalisis
perubahan garis pantai dan distribusi sedimen di Kabupaten Demak.
2. Menganalisis hubungan antara sebaran distribusi sedimen dengan
perubahan garis.
3. Menganalisis 5 faktor (pasang surut, kecepatan angina, kecepatan
gelombang, kecepatan arus laut, dan sedimentasi) yang berpengaruh
terhadap perubahan garis pantai di Kabupaten Demak.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi terbaru mengenai garis pantai dan arah garis
pantai kepada masyarakat pesisir Kabupaten Demak untuk dapat
memanfaatkan lahan di pesisir.
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
pertimbangan pemerintah daerah dalam mengelola kawasan pantai.
3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini menjadi referensi tambahan
untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai