Arifal Hidayat
ABSTRAK
Sekam padi merupakan limbah dari hasil penggilingan padi mempunyai kandungan silika
yang dominan yaitu sebesar 93 % dan hampir sama kandungan silika yang terdapat pada microsilica
buatan pabrik. Dengan sifatnya tersebut apabila dicampurkan ke dalam campuran beton akan
memperbaiki karakteristik beton. Dalam penelitian ini abu sekam padi ditambahkan ke dalam
adukan beton normal fc K-225 Kg/cm2 dengan variasi penambahan abu sekam 0%, 2,5%, 5%, 7,5%
dan 10% , persentasi berat abu sekam ini diambil berdasarkan berat semen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang dicapai dari campuran abu sekam padi dalam beton
K-225 Kg/cm2.
Rancangan adukan beton menggunakan standar SK.SNI.T-15-1990-03 yang berlaku di
Indonesia. Benda uji yang dibuat untuk masing-masing penambahan persentase abu sekam adalah
sebanyak 3 sampel, dengan ukuran cetakan silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm.
Hasil dari perhitungan analisis statistik dengan uji F, diperoleh nilai F Hitung = 5,41, bila
dibandingkan dengan nilai F untuk F0.05 Tabel = 5,19 dan F0.01 Tabel = 11,39 maka F0.05 tabel < F Hitung <
F0,01 tabel, yang berarti terdapat pengaruh yang nyata akibat penambahan abu sekam padi terhadap
kuat tekan beton K-225 Kg/cm2 .
ABSTRACT
The paddy chaff is a waste of paddy hulling, and it contains dominant silica which is as big
as 93 % and almost has the same contain of silica that exist on micro-silica of factory brand. With
its character, if it mixed into concrete mixture, it will fix the characteristic of concrete. In this
research, the ash of paddy chaff is added into the mix of normal concrete, C- 225 Kg / Cm2, with
the variation of the ashes chaff 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, and 10%, heavy of percentage of the ashes, it
was taken based of the weight of cement. The effect of this research is to know the pressing strong
point of concrete, is reached from the chaff ash mixture paddy in concrete k 225 kg / cm.
The design of concretes used the standard of SK.SNI.T-15-1990-03 that default in Indonesia.
The object of the test, that is made for each one ash of percentage increase chaff is as much 3
samples, with cylinders printed of diameter is about 15 cm and tall is about 30 cm.
The result of the analysis statistic by tests f, gotten by F=5, 41 if it compared to point f for
F0,05, table= 5,19 and F0,01 table= 11,39 so it means that there is the real influence, because of
the chaff ash increase paddy to heavy press of concrete k 225 Kg / Cm.
Key words: the chaff ash, the strong press, DoE method.
Arifal Hidayat, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Page 161
1. PENDAHULUAN mengetahui nilai kuat tekan beton K-225
Untuk mengikuti perkembangan terbesar yang dapat dicapai dengan
teknologi, khususnya dalam bidang ilmu bahan penambahan bahan abu sekam dengan
dan konstruksi, perlu dilakukan berbagai persentase mulai dari 0 %, 2,5 %, 5 % , 7,5 %
upaya untuk mendapatkan bahan yang dan 10% pada umur 7, 14 dan 28 hari.
bermutu dan memiliki keunggulan dari bahan Menurut pedoman beton, draft konsesus
lainnya, mudah diperoleh dan mudah dalam (SKBI.1.4.53, 1989: 4-5) beton didefinisikan
perawatannya. Beton sebagai salah satu bahan sebagai campuran semen portland atau
konstruksi, mutunya sangat dipengaruhi oleh sembarang semen hidrolik yang lain, agregat
jenis semen, ukuran agregat, faktor air, semen, halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa
waktu dan suhu dalam perawatan serta menggunakan bahan tambahan. Sedangkan
kehadiran pori-pori antar sel dan pori-pori menurut Nawy (1985:8) mendefenisikan beton
kapiler. Untuk mengurangi pori-pori antar sel sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan
dan pori-pori kapiler, dapat dilakukan dengan kimiawi dari material pembentuknya. Pada
menggunakan bahan tambah (addictive). dasarnya bahan dasar penyusun beton adalah
Bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam semen, pasir, kerikil dan air. Tapi untuk
campuran beton biasanya digunakan untuk meningkatkan kemudahan pemadatan dan
memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton membatasi jumlah volume rongga udara, maka
seperti mengurangi pori-pori antar sel dan digunakan bahan tambahan additive dalam
pori-pori kapiler agar dapat dengan mudah campuran beton untuk dapat memperkecil
dikerjakan dan menghemat biaya. Dengan pori-pori kapiler dan hadirnya partikel abu
bahan tambah ini diharapkan beton akan sekam padi yang sangat halus sehingga daerah
semakin padat dan kuat tekannya juga akan lemah antara mortar dan agregat dapat
bertambah. diperbaiki.
Sekam padi merupakan limbah dari hasil
penggilingan padi yang belum termanfaatkan Bahan Tambah (Admixture)
secara optimal oleh masyarakat. Hasil Menurut Mulyono (2004), bahan tambah
pembakaran sekam padi mempunyai (admixture) adalah bahan-bahan yang
kandungan silika yang dominan yaitu sebesar ditambahkan ke dalam campuran beton pada
93 % dan hampir sama kandungan silika yang saat atau selama pencampuran berlangsung.
terdapat pada microsilica buatan pabrik Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah
(Swamy, 1986). Abu sekam memiliki unsur sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok
yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu untuk pekerjaan tertentu atau untuk
beton, mengandung silika yang sangat menghemat biaya. Secara umum bahan tambah
menonjol, bila unsur ini dicampur dengan yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
semen akan menghasilkan kekuatan yang lebih menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat
tinggi (Ika Bali, Agus Prakoso. 2002 : hal 76). kimiawi (chemical admixture) dan bahn
Di sisi lain jumlah ketersediaan abu sekam tambah yang bersifat mineral (additive).
lebih banyak dan mudah, karena mayoritas
penduduk Indonesia menggunakan beras Abu Sekam Sebagai Bahan Tambah
sebagai bahan makanan pokok. Dalam proses Campuran Beton
penggilingan padi akan menghasilkan sekam Abu sekam padi (risk husk ash)
yang dapat diproses menjadi abu sekam. merupakan limbah dari pengolahan padi.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin Berdasarkan data BPS Propinsi Riau tahun
2000 menyebutkan bahwa dari hasil ketahanan dari beton bertambah besar karena
pengolahan satu ton padi dapat menghasilkan kurangnya kapur.
sekitar 200 kg sekam dan 15 % berat abu 1. Klasifikasi abu sekam
sekam dapat diperoleh dari total pembakaran Jika ditinjau dari proses pembuatan abu
sekam padi. Abu sekam padi merupakan sekam, maka abu sekam dapat
material yang bersifat pozzolanic dalam arti diklasifikasikan sebagai berikut:
kandungan material terbesarnya adalah silika a. Abu sekam dari proses pembakaran
dan baik untuk digunakan dalam campuran batu bata pada suhu 600-700o C.
pozzolan-kapur yaitu mengikat kapur bebas b. Abu sekam dari proses pengilingan
yang timbul pada waktu hidrasi semen. Silikon padi yang dibakar langsung.
dapat bereaksi dengan kapur membentuk 2. Susunan kimia abu sekam
kalsium silika hidrat sehingga menghasilkan Unsur-unsur yang terdapat di dalam abu
sekam antara lain adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Komposisi kimia abu sekam padi lolos saringan no. 200
Komposisi Persentase (%)
Silicon dionxide (SiO2) 85,73
Alumunium oxide (Al2O3) 2,29
Ferric oxide (Fe2O3) 0,82
Calcium oxide (CaO) 1,12
Magnesium oxide (MgO) 0,40
Hilang pijar 7,18
(Sumber : Biro jaminan kualitas dan pengembangan produk PT. Semen Padang)
Arifal Hidayat, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Page 163
sesuai dengan persyaratan perencanaan 10. Penetapan jumlah air yang diperlukan per
strukturnya dan kondisi setempat. Di meter kubik beton, berdasarkan ukuran
Indonesia, yang dimaksud dengan kuat maksimum, jenis agregat dan slump yang
tekan beton yang diisyaratkan adalah kuat diinginkan.
tekan beton dengan kemungkinan lebih 11. Menghitung berat semen yang diperlukan.
rendah dari nilai itu hanya sebesar 5 %. Berat semen per meter kubik beton
2. Penetapan nilai deviasi standar (SD). dihitung dengan membagi jumlah air (dari
Ditetapkan berdasarkan tingkat mutu langkah 11) dengan faktor air semen yang
pengendalian pencampuran betonnya. diperoleh pada langkah (7 dan 8).
Semakin tinggi tingkat pengendalian mutu 12. Tetapkan kebutuhan semen minimum.
pekerjaan maka semakin kecil nilai deviasi Berat semen yang dperoleh, langkah 12
standarnya. Nilai deviasi standar untuk harus lebih besar dari kebutuhan semen
berbagai tingkat pengendalian mutu minimum.
pekerjaan. 13. Penyesuaian kebutuhan semen. Apabila
3. Perhitungan nilai tambah (margin), (m). kebutuhan semen yang diperoleh dari (12)
Jika hasil uji kurang dari 15 buah maka ternyata lebih sedikit dari pada kebutuhan
nilai margin ditetapkan sebesar 12 MPa. semen minimum (13) maka kebutuhan
Jika nilai tambah dihitung berdasarkan semen harus dipakai yang minimum (yang
nilai deviasi standar s yang kemudian nilainya lebih besar).
menetapkan kuat tekan rata-rata yang 14. Penyesuaian jumlah air atau faktor air
direncanakan. semen. Jika jumlah semen ada perubahan
4. Penetapan jenis semen portland. akibat langkah (14) maka nilai faktor air
5. Penetapan jenis agregat (agregat alami atau semen berubah. Hal ini dapat dialakukan
batu pecah). dengan cara sebagai berikut :
6. Tetapkan faktor air semen. Dengan a. Faktor Air Semen dihitung kembali
menggunakan grafik hubungan antara kuat dengan cara membagi jumlah air
tekan dan faktor air semen. dengan jumlah semen minimum.
7. Penetapan faktor air semen maksimum. b. Jumlah air disesuaikan dengan
Penetapan ini berdasarkan dari jenis mengalikan jumlah semen minimum
pembetonan dan lingkungan khusus. Beton dengan faktor air semen.
dalam ruangan bangunan dengan beton 15. Penentuan daerah gradasi agregat halus.
yang diluar ruangan bangunan akan Batas gradasi agregat halus (pasir) dibagi
berbeda faktor air semen maksimum yang dalam 4 daerah. Daerah 1 menandakan
diisyaratkan. gradasi berbutir kasar sedangkan pada
8. Penetapan nilai slump. Penetapan nilai daerah 4 menandakan gradasi berbutir
slump berdasarkan jenis pemakaian beton halus.
yang akan direncanakan. 16. Perbandinagn agregat halus dan kasar.
9. Penetapan butir agregat nilai maksimum Nilai banding antara berat agregat halus
berdasarkan ketentuan berikut : dan agregat kasar diperlukan untuk
a. 3/4 kali jarak bersih minimum antar memperoleh gradasi agregat campuran
baja tulangan. yang baik. Dapat dilihat pada grafik
b. 1/3 kali tebal plat. persentase agregat halus terhadap agregat
c. 1/5 jarak terkecil antara bidang keseluruhan.
samping cetakan. 17. Berat jenis agregat campuran
18. Berat jenis agregat halus dan kasar diambil udara yang terperangkap dalam adukan
dari hasil tes laboratorium, namun jika (metode volume).
tidak ada dapat diambil sebesar 2, 60 untuk
agregat alami dan 2,70 untuk agregat Uji Statistik
pecahan. Dari hasil penelitian penambahan abu
19. Penentuan berat jenis beton. Dapat dicari sekam padi terhadap beton, bagaimanakah
dengan menggunakan grafik hubungan pengaruh penambahan terhadap kuat tekan
berat beton, berat jenis agregat campuran beton. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
dan kandungan air. maka penulis menggunakan uji statistik
20. kebutuhan agregat campuran. Dihitung berdasarkan distribusi perlakuan pada tabel 2
dengan cara mengurangi berat beton per dengan analisis variansi (ANAVA). Sebelum
meter kubik dikurangi kebutuhan air dan ANAVA persyaratan yang harus dipenuhi
semen. adalah (Usman, 2006):
21. Hitung volume agregat halus yang 1. Data harus berdistribusi normal
diperlukan, berdasarkan jumlah air, semen 2. Data harus homogen
dan agregat kasar yang diperlukan serta 3. Data dipilih secara acak
Y
j1
1j
1 0% Y11 Y12 Y12
3
3
3 5% Y31 Y32 Y32 Y
j1
3j
3
4 7,5 % Y41 Y42 Y42
Y
j1
4j
Y
j1
5j
Arifal Hidayat, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Page 165
Tabel 3 Analisis data hasil uji F
SK db JK KT F
Arifal Hidayat, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Page 167
Tabel 5 Hasil analisa saringan agregat halus
Lubang Berat agregat % tertahan % lolos
% tertahan
ayakan tertahan kumulatif kumulatif
4,75 0,00 0,00 0,00 100,00
2,36 123,00 12,30 12,30 87,70
1,18 165,00 16,50 28,80 71,20
0,425 415,00 41,50 70,30 29,70
0,25 215,00 21,50 91,80 8,20
0,15 79,25 7,93 99,73 0,28
Sisa 2,75 0,28 100,00 0,00
Jumlah 1000,00 100,00 302,93
90 87,70 90
80 75
Komulatif
71,20
60 59 55
40 35 Batas Atas
30 29,70
20 Batas Bawah
10 8,20 8 Hasil
0 0,28
0
2. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus air yang terkandung dalam agregat halus
Hasil pemeriksaan rata-rata berat jenis rata-rata yang diperoleh dari hasil
agregat halus diperoleh berat jenis semu pengujian sebesar 2,249 %.
sebesar 2,77, berat jenis kering 2,50 dan 5. Berat Volume Agregat Halus
berat jenis SSD 2,60 sementara persentase Hasil pemeriksaan terhadap berat volume
kadar penyerapan agregat halus sebesar agregat halus meliputi pemeriksaan berat
3,78%. Berat jenis yang sesuai standar volume padat agregat halus sebesar 1,53
spesifikasi yaitu 2,58 s/d 2.83 gram/cm3. dan berat volume gembur agregat halus
3. Kadar Lumpur Agregat Halus sebesar 1,29.
Jumlah kadar lumpur dalam agregat halus
dari tiga kali pengujian mengandung kadar B. Hasil Pemeriksaan Material Agregat Kasar
lumpur rata-rata sebesar 1,77% dan lebih 1. Analisa Saringan Agregat Kasar
kecil dari 5% kadar lumpur maksimal Dari hasil pemeriksaan analisa saringan
seperti yang disyaratkan, sehingga kadar agregat kasar yang digunakan dalam
lumpur memenuhi persyaratan untuk adukan beton memiliki nilai butir
digunakan sebagai campuran beton. maksimum sebesar 20 mm. Sedangkan
4. Kadar Air Agregat Halus modulus halus butir kerikil sebesar 7.093.
Hasil pemeriksaan terhadap kadar air
agregat halus menunjukkan bahwa kadar
92,20
90
80
Komulatif
60 55
59,50
40 Batas Atas
28,60
20 20 Batas Bawah
10 Hasil
5 4,20
0 0 0
Arifal Hidayat, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Page 169
Tabel 7 Komposisi pemakaian abu sekam pada campuran 1 m3 beton
Komposisi
Bahan Satuan
0% 2,5% 5% 7,5% 10%
Semen 385,94 Kg 385,94 376,29 366,64 356,99 347,35
Air 208,83 Liter 208,83 208,83 208,83 208,83 208,83
Agregat halus 698,21 Kg 698,21 698,21 698,21 698,21 698,21
Agregat kasar 1.051,29 Kg 1.051,29 1.051,29 1.051,29 1.051,29 1.051,29
Abu sekam Kg 0 9,65 19,30 28,95 38,59
D. Hasil Pengujian Slump (Slump test) pengerjaan yang hampir sama dengan penelitian.
Dalam penelitian ini nilai standar slump Nilai slump untuk setiap adukan dari masing-
ditetapkan berkisar 60-100 mm. Nilai ini diambil masing percobaan dapat dilihat pada tabel berikut.
agar dapat diterapkan di lapangan dengan
500
Kuat Tekan (Kg/cm2)
400
249,90
239,32
233,56
232,60
228,75
224,76
212,93
217,37
214,41
204,06
198,78
191,14
184,58
185,67
300
180,21
200
100
Gambar 3 Nilai kuat tekan beton rata-rata berdasarkan beton umur 7, 14 dan 28 hari
pada masing-masing persentase abu sekam padi
Dari hasil penelitian terlihat bahwa kekuatan tekan F. Analisis Statistik (Analisis of Variance)
beton naik pada penambahan abu sekam padi 2.5 Analisis statistik digunakan untuk
%, 5 % dan 7.5 %. Ini disebabkan karena menjawab hipotesis dalam penelitian ini, yaitu
kandungan (SiO2) dalam abu sekam padi juga abu sekam padi dapat meningkatkan
cukup tinggi sehingga dapat menyokong proses karateristik dan kuat tekan beton apa bila
kimia pengikatan agregat oleh pasta semen. dicampurkan didalam campuran beton.
Sedangkan pada penambahan abu sekam padi 10 Adapun hasil perhitungan statistik Anava
% kekuatannya cenderung menurun. Hal ini ditampilkan dalam tabel analisis ragam
disebabkan karena komposisi kimia semen itu berikut.
sendiri. Selain itu abu sekam padi juga tidak
memiliki daya rekat sebagai mana halnya semen.
Arifal Hidayat, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Page 171
SK SNI M-11-1989-F., Metode Pengujian Kadar SK SNI M-26-1990-F., Metode Pengambilan
Air Agregat, Dep. PU, Jakarta. Contoh Untuk Campuran Beton Segar,
SK SNI M-12-1989-F., Metode Pengujian Slump Dep. PU, Jakarta.
Beton, Dep. PU, Jakarta. SK SNI T-15-1990-03., Tata Cara Pembuatan
SK SNI M-13-1989-F., Metode Pengujian Berat Rencana Campuran Beton Normal
Isi Beton, Dep. PU, Jakarta. Dep. PU, Bandung.
SK SNI M-14-1989-F., Metode Pengujian Kuat Usman, H, Dr. Prof., 2006, Pengantar Statika,
Tekan Beton, Dep. PU, Jakarta. Bumi Aksara, Jakarta.