ABSTRAK
Pemanfaatan beton daur ulang dalam sistem konstruksi merupakan ide untuk pemanfaatan limbah
beton yang sering menimbulkan masalah bagi lingkungan. Seringkali beton sisa gedung yang tidak
terpakai ataupun sisa beton ready-mix dibuang tanpa manfaat dan bahkan mengganggu. Usaha untuk
memanfaatkan limbah beton bukan saja akan mengurangi masalah lingkungan akan tetapi dapat
memberikan nilai ekonomis terhadap konstruksi, serta suatu upaya pelestarian sumber daya alam.
Metode yang digunakan dalam menghitung komposisi campuran beton adalah SNI 03-2838-2000.
Kuat tekan rencana yang direncanakan adalah 50 MPa. Pecahan limbah beton digunakan sebagai
bahan substitusi parsial agregat kasar batu pecah dengan variasi sebesar 0%, 25%, 50%, 75%, dan
100%. Pada substitusi pecahan limbah beton 100% dilakukan variasi: 1) penambahan
superplasticizer Conplast SP430 sebesar 0%, 2%, dan 4% dan superplasticizer Structuro 335
sebesar 0,5%, 0,75% dan 1% dari berat semen; 2) slump rencana sebesar 0-10 mm, 10-30 mm, 30-
60 mm, dan 60-180 mm; 3) zona gradasi agregat kasar 1, 2, dan 3. Pengujian kuat tekan beton
dilakukan untuk semua variasi pada umur 28 hari. Khusus pada variasi substitusi pecahan limbah
beton 100%, zona gradasi 2, pada slump rencana 10-30 mm, dengan kadar superplasticizer Conplast
SP430 2%, dilakukan pengujian kuat tekan beton pada umur, 3, 7, 14, 28, dan 56 hari. Substitusi
agregat kasar pecahan limbah beton yang paling optimum adalah 25% dengan kuat tekan aktual rata-
rata 38,43 MPa. Kadar superplasticizer Conplast SP430 yang paling baik adalah 4% dengan kuat
tekan 37,04 MPa, dan kadar superplasticizer Structuro 335 yang paling baik adalah 1% dengan nilai
kuat tekan 45,65 MPa. Nilai slump rencana yang paling baik digunakan sebesar 30-60 mm dengan
kuat tekan rata-rata sebesar 48,05 MPa. Zona gradasi agregat kasar limbah beton yang paling baik
digunakan adalah zona 1 dengan nilai kuat tekan 41,31 MPa. Pertumbuhan nilai kuat tekan beton
dengan kadar substitusi sebesar 100% pada umur 3, 7, 14, 28, dan 56 berturut-turut adalah 20,61,
24,81, 27,81, 34,84, dan 36,41 MPa. Dari variasi nilai slump rencana sebesar 0-10 mm, 10-30 mm,
30-60 mm, dan 60-180 mm didapatkan nilai kuat tarik belah rata-rata sebesar 3,40 MPa, 3,53 MPa,
3,64 MPa, dan 3,61 MPa.
Kata kunci: agregat kasar pecahan limbah beton, zona gradasi, slump rencana, superplasticizer.
1. PENDAHULUAN
Konstruksi sipil di Indonesia hingga saat ini masih menggunakan beton sebagai bahan utamanya. Pada saat ini
pembangunan infrastruktur semakin gencar dan meningkat dari tahun ke tahun sehingga kebutuhan bahan-bahan
material khususnya bahan pembuat beton juga semakin meningkat, baik semen, agregat dan bahan lainnya.
Sementara itu, peningkatan kapasitas produksi industri pemecahan batu alam yang ada cukup terbatas karena batu
alam adalah sumber alam yang tidak dapat diperbaharui maka peningkatan kapasitas produksi batu alam akan
merusak lingkungan. Bila pembangunan infrastruktur terus berkembang maka dikhawatirkan akan terjadi
kekurangan pasokan bahan agregat. Penggunaan agregat alternatif dapat mengurangi kerusakan alam yang
disebabkan dari pengambilan dan pengerukan batu alam. Selain itu penggunaan agregat alternatif dapat mengurangi
biaya konstruksi. Pada penelitian ini, beton daur ulang dimanfaatkan sebagai substitusi agregat kasar. Material ini
dapat berasal dari bangunan tua yang terpaksa dibongkar karena bangunan tersebut perlu diperbaharui, mengalami
kerusakan, tidak layak lagi dihuni, atau bangunan yang hancur akibat gempa. Jika limbah beton dari bangunan yang
hancur tidak termanfaatkan dan hanya terbuang sia-sia, maka lebih baik limbah beton dipergunakan untuk hal yang
bermanfaat. Pada penelitian ini, beton daur ulang dimanfaatkan sebagai substitusi agregat kasar.
Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 165
Hari Bardosono, dan Bernardinus Herbudiman
3. METODOLOGI PENELITIAN
Material dan benda uji
Material ini berasal pecahan beton bekas diproleh dari bekas praktikum mahasiswa di laboratorium bahan dan
material Itenas Bandung. Beton daur ulang yang digunakan rata-rata berumur relatif muda kisaran umur sekitar 3
sampai 4 bulan, sedangkan kuat tekan beton daur ulang yang digunakan memiliki kisaran antara 20 MPa sampai 40
MPa. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendesain campuran beton adalah Standar Nasional
Indonesia (SK. SNI. T-15-1990-03).
S - 166 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Beton Daur Ulang Sebagai Substitusi Agregat Kasar Pada Beton Mutu Tinggi
4. HASIL PENELITIAN
Pengaruh variasi substitusi agregat kasar pecahan limbah beton terhadap kuat tekan
Pengaruh variasi substitusi agregat kasar dari pecahan limbah beton dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2 pada
variasi ini ditambahkan juga superplasticizer Conplast SP430 sebesar 2%.
Gambar 2. Grafik pengaruh substitusi pecahan limbah beton terhadap kuat tekan
Pada pengujian beton, seperti tampak pada Tabel 1, kuat tekan beton dengan menggunakan agregat kasar dari batu
pecah alam atau beton normal dan kuat tekan beton untuk subsitusi agregat kasar dari limbah beton tidak mencapai
kuat tekan rencana yaitu 50 MPa. Kuat tekan dari beton normal mencapai 42,72 MPa atau turun 14,52% dari kuat
tekan rencana. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor workability, sehingga beton sulit dalam pengerjaannya dan
karena itu terdapat rongga-rongga udara pada beton tersebut hal ini terlihat pada Gambar 2. Pada subsitusi agregat
kasar kuat tekan rencana tidak tercapai karena terjadi segregation (kecenderungan butir kasar untuk lepas dari
campuran beton) dan bleeding (kecenderungan air untuk naik ke permukaan) dan juga perbedaan kekuatan agregat
alam dengan agregat limbah beton dimana agregat limbah beton lebih lemah dibandingkan dengan agregat alam
sehingga semakin banyak kadar subsitusi agregat limbah beton maka akan semakin melemahkan kekuatan beton
tersebut.
S - 167
Hari Bardosono, dan Bernardinus Herbudiman
Pengaruh variasi penambahan Conplast SP430 pada substitusi agregat kasar dari pecahan limbah beton 100%,
dengan slump rencana 10-30 terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 3.
Tabel 2. Kuat tekan beton dengan penambahan superplasticizer Conplast-SP430
Pada dasarnya, penurunan nilai tekan beton terutama pada penambahan superplasticizer Conplast- SP430 dengan
kadar dibawah 4%, diakibatkan sulitnya pengerjaan saat pembuatan beton sehingga tidak mencapai kepadatan yang
baik dan terdapat rongga udara pada beton. Hal ini disebabkan oleh kecilnya nilai faktor air semen sehingga adukan
beton menjadi sangat kental. Berbeda dengan penambahan superplasticizer diatas 4%, dalam hal ini memang beton
memang relatif lebih mudah dikerjakan saat pembuatannya akan tetapi masalah yang terjadi ialah terjadinya
segregation (kecenderungan butir kasar untuk lepas dari campuran beton) dan bleeding (kecenderungan air untuk
naik ke permukaan) sehingga menyebabkan beton menjadi tidak padat.
Pengaruh variasi penambahan Structuro-335 pada substitusi agregat kasar dari pecahan limbah beton , dengan slump
rencana 10-30 terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 4.
Tabel 3. Kuat tekan beton dengan penambahan superplasticizer Structuro-335
Kadar superplasticizer No. Berat Benda Kuat Tekan Kuat Tekan Rata-Rata
(Structuro 335) BendaUji Uji (kg) (MPa) (MPa)
1 3,3 31,37
0% 2 3,3 34.69 31,37
3 3,3 22,16*
1 3.4 40,43
0,5% 2 3.4 43,68 42,11
3 3.3 42,22
1 3.4 42,94
0,75% 2 3.4 33,79* 43,87
3 3.4 44,79
1 3.4 46,17
1,0% 2 3.3 37,01* 45,65
3 3.3 45,13
S - 168 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Beton Daur Ulang Sebagai Substitusi Agregat Kasar Pada Beton Mutu Tinggi
Penurunan yang terjadi pada penambahan superplacizer di bawah 1% bisa di bilang kecil, hal ini terjadi karena
faktor lebih mudahnya pengerjaan pada penambahan Structuro-335 sehingga adukan beton menjadi mudah
dikerjakan karena itu beton menjadi lebih padat dan tidak berongga.
Hal ini juga mengingat bahwa Structuro-335 memiliki sifat menstabilisasi kapasitas partikel semen untuk memisah
dan menyebar dan juga dapat mengurangi kebutuhan air pada beton yang dapat mengalir sehingga menjaga
workability beton.
Slump Rencana Slump Aktual No Benda Berat Benda Kuat Tekan Kuat Tekan Rata-
(mm) (mm) Uji Uji (MPa) Rata (MPa)
1 3,6 33,23
0-10 0 2 3,6 40,37* 33,21
3 3,6 33,19
1 3,6 33,23
10-30 10 2 3,6 34,65 34,84
3 3,7 36,65
1 3,7 38,98*
30-60 47 2 3,6 49,75 48,05
3 3,6 46,35
1 3,7 44,43
60-180 90 2 3,7 32,78 38,29
3 3,7 37,65
S - 169
Hari Bardosono, dan Bernardinus Herbudiman
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa tingkat kelacakan slump rencana 30-60 mm lebih baik sehingga beton tidak
keropos atau tidak ada rongga udara pada beton. Pada slump 0-10 mm dan 10-30 mm tingkat kelacakan yang
dihasilkan rendah sehingga dalam pengerjaannya sulit di kerjakan maka menyebabkan beton keropos atau terdapat
rongga-ronga udara. Sedangkan pada slump rencana 60-180 campuran beton menjadi lebih encer sehingga
menyebabkan terjadinya segregation (kecenderungan butir kasar untuk lepas dari campuran beton) dan bleeding
(kecenderungan air untuk naik ke permukaan).
Tabel 5. Kuat tarik belah beton dengan variasi nilai slump rencana
Slump Rencana Berat Benda Uji Kuat Tekan Kuat Tekan Rata-
No Benda Uji
(mm) (kg) (MPa) Rata (MPa)
1 3,6 4,11*
0-10 2 3,6 3,58 3,4
3 3,6 3,69
1 3,5 3,43
10-30 2 3,4 3,41 3,53
3 3,4 3,37
1 3,6 4,02
30-60 2 3,6 3,7 3,64
3 3,6 3,11
1 3,7 4,1
60-180 2 3,6 2,13 3,61
3 3,6 4,36
S - 170 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Beton Daur Ulang Sebagai Substitusi Agregat Kasar Pada Beton Mutu Tinggi
Dari Tabel 5. dan Gambar 6., terlihat bahwa nilai kuat tarik belah yang paling tinggi terdapat pada nilai slump
rencana 30-60 yaitu 3,64 MPa, jika dijadikan acuan maka pada slump rencana 0-10 mengalami penurunan kekuatan
sebesar 6,59% (3,40 MPa), pada slump rencana 10-30 mengalami penurunan kekuatan sebesar 3,02% (3,53 MPa),
pada slump 60-180 mengalami penurunan kekuatan sebesar 0,82% (3,60 MPa). Dalam hal ini bonding sangat
berpengaruh dalam mempengaruhi nilai kuat tarik belah.
Kuat
Kuat Tekan Tekan
Zona No Benda Uji Berat Benda Uji (kg)
(MPa) Rata-rata
(MPa)
1 3,6 40,12
1
2 3,6 42,50 41,31
3 3,6 33,67*
1 3,6 33,23
2 2 3,5 34,65 34,84
3 3,5 36,65
1 3,6 35,03
3 2 3,6 19,68* 33,69
3 3,6 32,35
Kuat tekan optimum di dapat pada zona 1 dipengaruhi oleh faktor interlocking yang baik dibandingkan dengan zona
2 dan zona 3, walaupun ada faktor lain seperti bonding yang akan lebih menguntungkan pada gradasi agregat yang
lebih kecil, akan tetapi kita juga harus melihat bahwa zona 1, zona 2, dan zona 3 ukuran butiran agregat lolos
saringan 19,1 dan lolos saringan 9,5 tidak terlalu signifikan. Hal ini menyebabkan pada zona 1 juga memiliki
bonding yang baik juga sehingga di zona 1 kuat tekan yang didapat juga lebih tinggi karena memiliki kelebihan di
interlocking dan juga bonding.
Perkembangan kuat tekan beton tehadap umur rencana 3, 7, 14, 28, dan 56 hari
Perkembangan kuat tekan beton pada umur 3,7,14,28, dan 56 hari dengan penambahan superplasticzer Conplast-
SP430 sebesar 2% terlihat pada Tabel 7 dan Gambar 8.
Tabel 7. Perkembangan kuat tekan beton pada umur 3,7,14,28, dan 56 hari
Umur Benda No benda Berat Benda Kuat Tekan Kuat Tekan Rata-
Uji Uji Uji (kg) (MPa) Rata (MPa)
1 3.4 19,33
3 2 3.4 20,87 20,61
3 3.4 21,63
1 3.4 24,98
7 2 3.4 24,27 24,81
3 3.5 25,19
14 1 3.5 26,35 27,81
2 3.5 28,22
S - 171
Hari Bardosono, dan Bernardinus Herbudiman
3 3.4 28,87
1 3.4 33,23
28 2 3.4 34,65
34,84
3 3.4 36,65
1 3.4 35,57
56 2 3.4 47,22* 36,41
3 3.4 37,25
Pada Tabel 7. dan Gambar 8. , menunjukkan perkembangan nilai kuat tekan terhadap umur beton. Kuat tekan beton
mencapai kekutan 100% pada 28 hari, dimana kuat tekan beton pada umur 28 hari mencapai 34,18 MPa. Jika
dijadikan acuan maka didapatkan kuat tekan beton pada umur 3 hari sebesar 60,30% (20,61 MPa), kuat tekan beton
pada umur 7 hari sebesar 72,59% (24,81MPa), kuat tekan beton pada umur 14 hari sebesar 81,36% (27,81 MPa),
serta menunjukan kenaikan kuat tekan beton pada umur 56 hari sebesar 7,85% (36,41MPa).
Bila dibandingkan dengan perkembangan kuat tekan beton terhadap umur yang dimiliki Neuvile pada umur 3 hari
mencapai kuat tekan 40%-47,5%, 7 hari 60%-65%, 14 hari 80%-88%, 28 hari 100%. Disini terlihat bahwa pada
umur-umur awal beton dengan agregat limbah beton mencapai kuat tekan lebih cepat di bandingkan dengan beton
dengan menggunakan agregat batu alam. Namun di umur 14 hari mulai mencapai kekuatan yang sama dan pada
umur 28 hari mencapai kekuatan yang sama yaitu 100%.
5. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kadar substitusi pecahan limbah beton sebagai agregar kasar yang optimum adalah sebesar 25% dari berat
volume yang menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 38,43 MPa.
2. Pada pengujian pengaruh superplasticizer terlihat bahwa Structuro-335 lebih baik digunakan untuk pembuatan
beton dengan agregat kasar beton daur ulang dibandingkan dengan Conplast-SP430.
3. Penggunaan batasan nilai slump rencana yang paling baik pada substitusi agregat kasar dari pecahan limbah
beton adalah 30-60 mm dengan menggunakan zona gradasi 2 dan superplasticizer Conlast-SP430 yang
menghasilkan kuat tekan sebesar 48,65 MPa, karena tingkat kelacakannya paling baik sehingga tidak
menyebabkan beton keropos. Nilai kuat tarik belah berkisar antara 3,40 MPa sampai 3,64 MPa, dengan nilai
kuat tekan tertinggi pada slump rencana 30-60 yaitu sebesar 3,64 MPa.
4. Penggunaan batasan zona gradasi yang paling baik terdapat pada zona gradasi 1 dengan kuat tekan sebesar
41,31 MPa, Hal ini dikarenakan pada zona 1 juga memiliki bonding yang baik juga sehingga di zona 1 kuat
tekan yang didapat juga lebih tinggi karena memiliki kelebihan di interlocking dan juga bonding.
5. Pertumbuhan kuat tekan beton dengan substitusi pecahan limbah beton sebagai agregat kasar pada kuat tekan
beton pada umur 28 hari mencapai 34,18 MPa. Jika di bandingkan dengan Neuvile maka pada umur awal kuat
tekan limbah beton lebih tinggi, namun pada umur 14 hari kuat tekan muai relatif sama.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Andi, Jakarta
SK SNI T-15-1990-03, 1990, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Litbang PU.
SNI 03-2834-2000, 2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Litbang PU.
Nugraha, P., dan Antoni, 2007, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi, Andi, Jakarta.
Suharmanto., 2008, Studi Eksperimental Agregat Daur Ulang, Institut Teknologi Bandung.
S - 172 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta