Anda di halaman 1dari 5

Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak kayu yang

datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Keawetan kayu diselidiki pada bagian kayu terasnya.
Pemakaian kayu akan menentukan umur keawetannya.

Beberapa alasan dilakukan pengawetan kayu, yaitu :

1. Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi jumlahnya sangat sedikit sehingga
menyebabkan harga kayu menjadi mahal.
2. Kayu dengan kelas keawetan III sampai dengan V jumlahnya cukup banyak, mudah
didapat, harganmya murah dan mempunyai segi keindahan cukup tinggi. Hanya saja
keawetannya kurang. Oleh karena itu lebih efisien apabila diawetkan terlebih dahulu.
3. Dengan pengawetan kayu, secara financial lebih menguntungkan.

Adapun tujuan pengawetan kayu adalah :

1. Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang semula memiliki umur pakai
pendek menjadi lebih panjang di dalam pemakaiannya.
2. Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu berkelas keawetan rendah

Sekitar 4000 jenis kayu di Indonesia sebagian besar (80 – 85%) berkelas awet rendah
(III, IV, dan V) dan hanya sedikit yang berkelas awet tinggi. Kayu tidak awet memiliki
kelemahan antara lain dapat dirusak atau dilapuk oleh organisme perusak kayu, akibatnya umur
kayu menjadi menurun. Fenomena inilah yang mendorong upaya untuk melakukan pengawetan
kayu.

Jenis-jenis metode pengawetan kayu

Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan


perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan
serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol),
Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama
mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam
ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayu yang sudah
diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet
lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara).
Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan,
sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet
yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih
efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.

Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:

Pengawetan metode sederhana (tanpa tekanan/non pressure process) :

1. Metode rendaman
2. Metode pencelupan
3. Metode pemulasan
4. Metode penyemprotan
5. Metode pembalutan

Pengawetan metode khusus (cara tekanan /pressure process) :

1. Metode proses sel penuh


2. Metode proses sel kosong

Berikut ini penjelasan lebih detail mengenai metode-metode pengawetan kayu diatas:

1.Metode Rendaman

Kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi
(kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu
pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung.
Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman,
antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara
rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan
cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam.
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu
bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi
saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan
pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari
cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih
dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan
memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena
proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah
atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.

Keuntungan :

 Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak


 Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
 Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)

Kerugian :

 Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin


 Peralatan mudah terkena karat
 Pada proses panas, bila tidak hati – hati kayu bisa terbakar
 Kayu basah agak sulit diawetkan

2.Metode Pencelupan
Kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah
ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan
retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak
berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di
industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet
yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang
akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.Metode

Keuntungan :

 Proses sangat cepat


 Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
 Peralatan cukup sederhana

Kerugian :

 Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah


 Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis

3. Metode Pemulasan dan Penyemprotan

Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk
dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan
pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a.
Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh serangga atau
perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c. Untuk pengawetan kayu
yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat
kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).

Keuntungan :

 Alat sederhana, mudah penggunaannya


 Biaya relatif murah

Kerugian :

 Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil


 Mudah luntur

4.Pembalutan

Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan
bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu
yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke
dalam kayu.
Keuntungan :

 Peralatan sederhana
 Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
 Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah

Kerugian :

 Pemakaian bahan pengawet boros


 Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
 Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

5. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :

Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :

1. Proses Sel Penuh, dimana pada proses ini bahan pengawet mengisi seluruh lumen sel
kayu. Metode sel penuh ada 2 cara yaitu metode bethel dan Bernett.
2. Proses Sel Kosong, yaitu bahan pengawet hanya mengisi ruang antar sel kayu. Ada dua
cara yaitu cara Rueping, menggunakan tekanan awal 4 atmosphere dinaikkan sampai
dengan 8 atm. Cara kedua yaitu cara Lawry menggunakan tekanan awal 7 atm

Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan
pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer.
Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7
atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan
dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan
pengawet.

5.1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :

1. Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan terjadi
kebocoran.
2. Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama kira-kira 90
menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
3. Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam tangki
pengawet hingga penuh.
4. Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses tekanan sampai
sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.
5. Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari tangki kembali
ke tangki persediaan.
6. Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit, dengan maksud
untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.

5.2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :

1. Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.


2. Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20
menit.
3. Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam
tangki pengawet hingga penuh.
4. Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam
5. Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
6. Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari
kelebihan bahan pengawet.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut : pada proses sel penuh bahan
pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang
antar sel.

Keuntungan :

 Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)


 Waktunya relatif singkat sekali
 Dapat mengawetkan kayu basah dan kering

Kerugian :

 Modal yang diperlukan besar


 Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
 Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial

Demikian tulisan mengenai metode pengawetan kayu, semoga berguna dan bisa menambah
literatur Anda mengenai pengawetan kayu.

Anda mungkin juga menyukai