Anda di halaman 1dari 23

Pengawetan Kayu

Nama Anggota Kelompok 5 :


• Siti Sahara Kiay Mardjo / 18209010
• Imanuella Tutu / 17209020
• Claudia Kaunang / 18209039
• Rivaldo Malemboris / 1720933
• Gerald Gosal / 18209033
• Rey Lensun / 17209044
Pengawetan Kayu
Pengawetan kayu merupakan metode untuk menambah tingkat
keawetan dari kayu, dengan perlakuan fisik maupun kimia. Pengawetan
kayu bertujuan untuk menambah umur pakai kayu lebih lama, terutama
kayu yang digunakan untuk material bagunan atau perabot luar
ruangan, karena penggunaan tersebut yang paling rentang terhadap
degradasi kayu, akibat serangga atau organisme maupun faktor abiotis
(panas, hujan, dan lembab). Selain itu, upaya pengawetan kayu dapat
menambah sifat keawetan alami, dan nilai (harga) kayu.

3
Tiap-tiap jenis kayu memiliki keawetan yang berbeda-beda. Sifat keawetan
alami pada setiap jenis kayu biasanya sejalan dengan kekuatan, kekerasan, berat
jenisnya dan warna kayunya. Kayu yang kuat, keras, berat jenisnya tinggi dan
warna kayunya lebih tua (gelap) secara umum mempunyai keawetan alami yang
lebih baik, sehingga umur pakainya juga lebih lama.

4
Kayu dikategorikan ke dalam beberapa kelas awet.
1. Kelas awet I (sangat awet), misalnya : kayu Jati, Sonokeling
2. Kelas awet II (awet), misalnya : kayu Merbau, Mahoni
3. Kelas awet III (kurang awet), misalnya : kayu Karet, Pinus
4. Kelas awet IV (tidak awet), misalnya : kayu Albasia
5. Kelas awet V (sangat tidak awet)

Dengan tingkat keawetan tersebut di atas, hanya Kelas awet III, IV dan V
yang perlu diawetkan. Pada keperluan tertentu, bagian kayu gubal dari
kayu kelas awet I & II juga perlu diawetkan. Kayu-kayu yang telah
diawetkan akan tahan terhadap serangan serangga perusak dan jamur
kayu walaupun kayu diletakkan di luar ruangan.

5
Prinsip-Prinsip Dalam Pengawetan Kayu
Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
 Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.

 Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak
mungkin di dalam kayu.
 Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan
(faktor bahan pengawetnya).
 Faktor waktu yang digunakan.

 Metode pengawetan yang digunakan.

 Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat
ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
 Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.
Metode-metode Pengawetan
1. Pengawetan Metode Sederhana atau Cara Pengawetan Tanpa Tekanan.
a. Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan
konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau
beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan
sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa
macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan
rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan
bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau
rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam.
7
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu
disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak
kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi
saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan
lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut.
Kelebihan :
a. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
b. Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
c. Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah
konsentrasi bila berkurang)

8
Kekurangan:
a. Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
b. Peralatan mudah terkena karat
c. Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
d. Kayu basah agak sulit diawetkan

9
b. Metode pencelupan

Kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet


dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa
menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan
pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis,
tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara
ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk
mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai
Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik bila
kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya
dipanaskan lebih dahulu.
10
Kelebihan :
a. Proses sangat cepat
b. Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
c. Peralatan cukup sederhana
Kekurangan :
a. Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
b. Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi
permukaan kayu sangat tipis.

11
c. Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat
retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini
hanya dipakai untuk maksud tertentu, yaitu:
a. Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk
mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.
b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum
merusak kayu (represif).
c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang.

12
Kelebihan :
a. Alat sederhana, mudah penggunaannya
b. Biaya relatif murah
Kekurangan :
a. Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
b. Mudah luntur

13
d. Metode Pembalutan
Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang
dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut
sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
Kelebihan :
a. Peralatan sederhana
b. Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
c. Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kekurangan :
a. Pemakaian bahan pengawet boros
b. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
c. Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)
14
2. Pengawetan Metode Khusus atau Cara
Pengawetan dengan Tekanan.
a. Metode proses sel penuh
Pada proses sel penuh, pengawetan kayu dilakukan dengan
usaha untuk memasukkan bahan pengawet sebanyak mungkin ke
dalam kayu dengan proses penekanan. Bahan pengawet ini berusaha
disisikan penuh-penuh ke dalam kayu dan dipertahankan untuk tetap
tinggal di dalamnya, sehingga di bagian kayu yang diawetkan terdapat
bahan dalam jumlah maksimum. Bahan pengawet yang lazim
digunakan dalam proses sel penuh adalah bahan pengawet yang
dilarutkan dalam air.

15
1) Proses Bethel.

Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet kreosot dengan urutan proses
sebagai berikut :
✢ Kayu dimasukkan ke dalam tangki silinder kemudian dilakukan pemvakumar, 15-60
menit
✢ Selanjutnya bahan pengawet panas (suhu 85 – 100 derajat celcius) dimasukkan ke
dalam silinder sambil di berikan tekana 125 – 200 psi. Tekanan dipertahankan
beberapa saat agar absorbsi bahan pengawet ke dalam kayu tercapai.
✢ Setelah itu tekanan dalam tangki silinder secara perlahan-lahan dikurangi hingga
mencapau tekanan dengan udara luar (atmosfir)
✢ Selanjutnya sisa minyak dikeluarkan dari tangki silinder sambil diadakan
pemvakuman lagi beberapa saat. Pemvakuman dimaksudkan untuk mengeringkan
kayu.
16
✢ Setelah itu pemvakuman tangki silinder pengawet dilepas (
diakhiri), sehingga udara bisa masuk dan tekanan dalam
tangki silinder kembali menjadi normal sama dengan udara
sekitarnya.

2) Proses Burnet.
Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet larut
dalam aur beruapa Zn Cl2 (seng klorida). Secara umum urutan
prosesnya sama dengan proses Bethel, hanya seng khlorida
panas suhunya 55 – 65 C dan konsentrasinya 2 -4 %.

17
b. Metode proses sel kosong
Pada proses sel kosong, meskipun pengawetan yang dilakukan
juga dengan menekan bahan pengawet agar masuk ke dalam kayu,
penekanan ini tidak bertujuan untuk mengisi setiap sel kayu secara penuh
dengan bahan peengawetan, melainkan hanya melapisi sel-sel penyusun
kayu dengan bahan pengawet tersebut. Karena sel kayu hanya di lapisi
bahan pengawet, bagian dalam sel kayu (rongga sel kayu) ini masih tetap
kosong. Dengan demikian, proses sel kosong berusaha untuk meresapkan
bahan pengawet sedalam-dalamnya di dalam kayu, namun retensi bahan
pengawet tersebut tidak begitu banyak.

18
1) Proses Rueping
Proses ini diawali dengan pemberian tekanan udara pada
tangki silinder pada awal proses. Kayu yang diawetkan
dapat berupa kayu yang telah kering, masih basah atau
telah dilakukan pengukusan.
2) Proses Lowry
Proses ini prinsipnya sama dengan proses Rueping,
hanya bedanya tidak diawali dengan pemberian tekanan
udara ke dalam tangki pengawet.

19
Proses Akhir Pengawetan Kayu
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :
1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus dilakukan dengan
hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang mengakibatkan tergoresnya
permukaan yang telah terlapiskan bahan pengawet.
2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan secara alami
atau buatan. Hanya perlu diperhatikan, tidak semua bahan pengawet dapat dikeringkan
secara pengeringan buatan (dry kiln). Sebab dengan pengeringan yang mendadak, bahan
pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan bahan pengawet.
Biasanya bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak mengijinkan pengeringan
akhir dengan kiln. Setelah kayu benar-benar kering, penggunaan dapat dilakukan.
3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat terlindung dan
terbuka bagi sirkulasi udara.

20
✢ Kesimpulan
Pengawetan kayu sudah sejak lama mendapat perhatian dari
pemerintah terbukti dengan keluarnya berbagai peraturan, namun
kesadaran masyarakat dalam hal ini masih rendah, dimana salah satu
penyebabnya adalah kurangnya minat konsumen untuk memakai
kayu awetan. Upaya pengawetan kayu memeberikan keuntungan
secara ekonomi. Disadari atau tidak munculnya ilmu pengawetan kayu
merupakan suatu terobosan penting untuk menyelamatkan hutan
dari eksploitasi tanpa henti dan menjadi solusi menipisnya hutan.

21
Saran
Menjaga hutan dengan meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat di
manapun berada tentang pentingya menjaga kelestarian ekosistem hutan. Mengingat
kayu dipilih sebagai bahan bangunan dan perabot maka kita dapat menggunakan
kayu yang sudah awet, dengan nilai keawetan yang tinggi. Mengingat kepada
masyarakat bahwa pemanfaatan kayu bisa digunakan secara efisien.

22
Terima Kasih 😉

23

Anda mungkin juga menyukai