PENGAWETAN KAYU
2. Pengawetan Permanen.
Bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu
selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan
permanen ialah : " Sesudah dilaksanakan pengawetan, kayu tidak
bolehlagi diproses ( diketam, ataupun digergaji, dibor dan lain-lain)
sehingga terbukanya permukaan kayu yang sudah diawetkan. Bila
terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harusdiberi bahan
pengawet lagi.Untuk pengawetan permanen ini hampir semua bahan
pengawet dapat digunakan.Metodenya tergantung bahan pengawet
yang dipakai.
Bahan Pengawet
Dalam penggunaan bahan pengawet harus diperhatikan sifat-sifat
bahan pengawet agar sesuai dengan tujuan pemakaian. Faktor sebagai
syarat bahan pengawet yang baik :
Pada waktu memilih bahan pengawet kayu harus diperhatikan hal -hal
sebagai berikut :
1. Dimana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
2. Makhluk perusak kayu apa terdapat ditempat tersebut.
3. Syarat-syarat kesehatan.
Cara Pengawetan
1. Cara Rendaman.
Kayu direndam didalam bak larutan bahan pengawet yang
telah ditentukan konsentrasinya ( kepekatan )bahan pengawet dan
larutannya, selama beberapa jam, atau beberapa hari.
Waktupengawetan ( rendaman ) kayu harus seluruhnya terendam,
jangan sampai ada yang terapung,karena itu diberi beban
pemberat.
Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman antara lain :
a. Rendaman dingin.
Yaitu dilakukan dengan jalan merendam kayu didalam
larutan bahan pengawet pada suhu kamar ( 24 c ) selama
beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis
dan ukuran kayu yang diawetkan.
2. Pompa
Untuk memudahkan larutan bahan pengawet dari bak larutan ke
bak pengawetan dan sebaliknya dipergunakan pompa yang dapat
dijalankan secara elektris atau secara manual ( pompa tangan ).
Ukuran dan kapasitasnya disesuaikan dengan ukuran bak
rendaman.
Proses Kerja
1. Penyediaan larutan
Konsentrasi bahan pengawet yang dipergunakan berbeda- beda
tergantung kepada jenis bahan pengawetnya.Bahan pengawet
dimasukan secara berangsur-angsur ke dalam bak yang sudah diisi
dengan pelarut, diaduk secara merata, agar supaya diperoleh
konsentrasi larutan yang homogen.
Terjadinya pengumpalan perlu dicegah, karena akan menyulitkan
pemasukan bahan pengawet kedalam kayu. Konsentrasi larutan dapat
diukur dengan mempergunakan aerometer dan tabel
konsentrasi.Larutan bekas jika dipakai harus diperiksa lagi
konsentrasinya, disesuaikan dengan konsentrasi yang diinginkan.
2. Penumpukan kayu.
Kayu yang akan diawetkan harus sudah kering, lepas kulit, dan dalam
bentuk yang sudah siap dipakai. Kayu ditumpuk secara teratur di
dalam bak pengawetan yang masih belum diisi dengan larutan bahan
pengawet kayu.Agar distribusi larutan bahan pengawet merata pada
seluruh permukaan kayu yang akan diawetkan, antara lapisan-lapisan
tumpukan dipasang kayu antara setiap jarak kira-kira 60 - 70 cm. Pada
tumpukan kayu paling atas, dipasang beban penahan kayu untuk
mencegah kemungkinan kayu yang diobat terapung sewaktu sedang
direndam.
3.Pelaksanaan Perendaman.
Jika penumpukan kayu telah selesai dilakukan, larutan dari bak larutan
dialirkan ke bak perendaman, lamanya perendaman berbeda-beda
tergantung kepada jenis dan ukuran kayu yang diawetkan, biasanya
berlangsung sekitar 1-10 hari.Lamanya perendaman
dapatditentukanberdasarkan penimbangan sample untuk menghitung
absorpsi. Bilamana rata-rata absorpsi pada kayu sample belum
mencapai absorpsi yang diinginkan, perendaman masih perlu
dilanjutkan.
Perendaman dihentikan dengan jalan mengalirkan larutan ke bak
larutan.
4. Pengeringan
Kayu yang baru diawetkan ditumpuk secara teratur di dalam ruangan
yang terlindung ( dibawah atap ) dan dibiarkan sampai kering. Kayu
yang diawetkan baru dapat dipergunakan sekurang-kurangnya setelah
10 - 15 hari, terutama bila dipergunakan didalam rumah,
1. Bak rendaman.
Bak rendaman dapat dipergunakan drum atau bak 1ogam yang
tahan api dan mudah mengantarkan panas. Pada bagian bawah
bak dilengkapi dengan tungku pemanas yang dibuat dari bata
tahan api.
2. Thermometer
Dipergunakan thermometer yang dapatmengukur suhu sekurang-
kurangnya sampai 100 C dan sampai 200 C
Proses Kerja.
Cara mengerjakan hampir sama dengan proses rendam-
andingin, bedanya di dalam hal proses pemanasan dan pendinginan.
1. Proses pemanasan.
Setelah kayu yang akan diawetkan terendam seluruhnya di dalam
larutan, pemanasan dapat dimulai sampai mencapai suhu sekitar 70 -
80 C selama 2 - 5 jam tergantung kepada jenis dan ukuran kayu yang
akan diawetkan. Padawaktu pemanasan harus dijaga terhadap
kemungkinan terjadinya kebakaran terutama bila digunakan bahan
pengawet berupa minyak atau larutan minyak.Pemanasan dapat
dilakukan dengan arang, batubara, kayu bakar atau solar yang
disemburkan dari brander.
2. Pendinginan.
Pada proses pendinginan iniakan terjadi penimbunan bahan pengawet
ke dalam kayu setelah terjadinya perubahan suhu di dalam rongga sel
kayu. Pendinginan dapat dilakukan dengantiga jalan :
a. merendam kayu yang baru diawetkan di dalam bakpengawetan
selama 24 jam sejak api dipadamkan.
b. memasukan kayu yang baru diawetkan ke dalam larutanbahan
pengawet yang dingin di dalam bak lain
c. mengganti larutannya dengan larutan yang dingin.
Kelemahannya :
1. waktuagak lama, terlebih dengan rendaman dingin.
2. peralatan mudah terkena karat.
3. pada proses panas, bila tidak hati-hatikayu dapat terbakar .
4. kayu basah agak sulit diawetkan.
2. Cara Pencelupan(3E)7/1
Kayu dimasukan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet
dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya
beberapa menit bahkan detik.
Kelemahan cara ini : " penetrasi bahan pengawet tidak memuaskan,
hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis”.
Carainiumumnyadilakukandi industri-industripenggergajian untuk
mencegah serangan jamur blue strain. Bahan pengawet yang
dipakai :" Natrium Pentha Chloropenol". Hasil pengawetan ini akan
lebih baik, bila kayu yang akandiawetkan dalam keadaan kering dan
bahanpengawetnyadipanaskan lebih dulu.
Keuntungan metode pencelupan :
1. proses sangat cepat
2. bahan pengawet dapat dipakai berulang kali
3. peralatan cukup sederhana
Kelemahan :
1. penetrasi kecil sekali terlebih pada kayu basah
2. mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu
sangat tipis
Kelemahannya :
1. pemakaian bahan pengawet boros
2. jumlah kayu yang diawetkan terbatas
3. waktu penimbunan lama
4. membahayakan makhluk hidup sekitarnya
Peralatanpengawetan.
Instalasi untuk pengawetan dengan proses sel penuh harus
dilengkapi peralatan pokok sebagai berikut :
1. tangki pengawet
2. tangki pembuatan larutan
3. tangki persediaan bahan pengawetan yang dilengkapi dengan alat
pengukur
4. pompa vakum
5. kompresor dan pampa tekanan hidraulik
6. alat pengukur dan pengontrol tekanan secara otomatis
7. termometer
8. lori berikut relnya.
Tangki pengawet merupakan bagian utama dari peralatan yang
diperlukan dalam pengawetan kayu dengan proses sel penuh.
Kegiatan pengawetan berlangsung di dalam tangki pengawet
ini.Tangki pengawet ini harus dilengkapi dengan sistem penutupan
yang baik sehingga mudah ditutup dan dibuka.Tangki ini
dihubungkan dengan pompa vakum, pompa tekan dan tangki
persediaan larutan bahan pengawet.
Disamping itu tangki pengawet harus dilengkapi pula dengan
pipa yang menghubungkannya dengan menometer dan termometer
untuk mengukur secara teliti keadaan tekanan dansuhu di dalam
tangki pengawet selama proses pengawetan berlangsung. Tangki
pengawet harus dibuat dari baja yang tahan tekanan
tinggi.Sambungantangki harus dilas dengan menggunakanlas listrik.
Tangki pembuatan larutan harus dilengkapi dengan alat
pengaduk yang dapat bekerja secara otomatis.Tangki ini harus
dilengkapi pula dengan alat pemanas untuk memudahkan pelarutan
bahan pengawet larut minyak.
Selain dari pada itu, instalasi pengawetan dengan proses sel
penuh harus dilengkapi dengan pengukur kepekatan larutan
(areometer), pengukur kadar air kayu .
Pelaksanaan pengawetan.
Tahapan pengawetan proses sel penuh dapat diuraikan seperti
dibawah ini.
1. Kayu dimasukan ke dalam tangki pengawet.
2. Vakum awal dimulai.
3. Periode vakum awal berlangsung.
4. Vakum tetap dipertahankan, larutan bahanpengawet dialirkan ke
dalam tangki pengawet. Selama pengaliran bahan pengawet,
vakum tidak boleh turun lebih dari 10 cm Hg.
5. Vakum awal dihentikan
6. Tekanan hidraulik dimulai
7.
8. Periode tekanan berlangsung
9. Tekanan dihentikan, larutan dialirkan kembali ke dalam tangki
persediaan.
10. Vakum akhir dimulai
11. Periode vakum akhir berlangsung
12. Vakum akhir dihentikan
13. Proses pengawetan sel penuh selesai dan kayu dikeluarkan dari
dalam tangki pengawet, kemudian disimpan.
Pengepresan
Setelah proses pelaburan dan pengeleman selesai, selanjutnya pada
kayu lapis tersebut diadakan pengepresan dengan mesin pres dingin.
Setelah beberapa waktu dipindahkai ke mesin pres panas dengan tekanan
sekitar 156 kg/cm 2 dalam waktu 2 -10 menit dengan suhu kurang lebih 150
° C.
Tujuan dari pres dingin untuk meratakan lem serta meresapkan lem
ke dalam kayu.Sedangkan pada pres panas bertujuan untuk mempercepat
ikatan lem.Waktu pengepresan tergantung dari tebal dan tipisnya kayu
lapis tersebut.
Penyelesaian
Dari mesin pres, kayu lapis tersebut menuju ke mesin gergaji untuk
dibuat ukuran standar arah memanjang dan melebar kayu lapis tersebut,
dan selanjutnya kayu lapis masuk ke mesin amril untuk dihaluskan bidang
permukaannya dan sekaligus diadakan pengujian kualitas kemudian
diangkut dengan forklift untuk disimpan di dalam gudang.
Pengupan
Pengupasan dolok
Pengeringan fineer
Penyusunan
Pres pendahuluan
Pres panas
Merapikan
Menghaluskan
Kontrol akhir
Gudang penimbunan
5. Pengerjaan
Kayu lapis merupakan bahan jadi, mudah dikerjakan, dapat dipotong
menjadi berbagai ukuran dan bentuk, mudah dipaku ataupun disekrup
dan tidak dikuatirkan akan pecah. Kayu lapis dapat dikatakan suatu
bahan yang memiliki kestabilan dimensi.
Mutu suatu kayu lapis ditentukan oleh beberapa faktor persyaratan yaitu:
- persyaratan umum;
- persyaratan khusus;
- persyaratan keteguhan serat;
- persyaratan kekuatan dan keawetan.
Dengan adanya persyaratan-persyaratan tersebut di atas, maka terdapatlah
perbedaan standar kayu lapis dari beberapa Negara.Hanya persyaratan
kekuatan dan keawetan dari kayu lapis umumnya belum begitu umum di
semua Negara.
1. Persyaratan umum
Adapun persyaratan umum meliputi hal ukuran (tebal, panjang dan
lebar), siku, kadar air kayu lapis dan keadaan fineer penyusunan kayu
lapis, baik fineer luar maupun fineer dalam. Dalam hal ukurani dikenal
2 macam toleransi yaitu plus (tidak boleh kurang) dan toleransi minus
(+ ).
Misalnya kayu lapis standar Asia hanya mengenal toleransi plus untuk
ukuran panjang dan lebar yaitu + 1,58 nun untuk panjang dan + 2,38
mm untuk lebar. Sedangkan untuk tebal dikenal ± 0,40 mm untuk tebal
kurang dari 12 mm dan ± 0,80 mm untuk tebal di atas 12 mm. Pada
standar Inggris dan Indonesia dikenal standar dengan toleransi plus atau
minus. Misalnya standar Indonesia ± 3 mm untuk panjang atau lebar, +
5 %.untuk tebal sampai 6 mm dan ± 3 % untuk tebal di atas 6 mm. Pada
standar Asia, kadar air kayu saat di produksi dari pabrik sckitar 13 %,
sedangkan menurut standar Inggris, sekitar 8 – 12 %. Untuk Indonesia
ditetapkan kadar air sebesar 14 % . Keadaan fineer penyusun menurut
standar Inggris: tebal fineer inti tripleks (3 lapis) maksimal 60% dari
tebal tripleks. Sedangkan standar Asia tidak mengenal adanya maksimal
ketebalan.Semua cacat alami diperkenankan untuk fineer belakang
asalkan tidak mengganggu pemakaian kayu lapis tersebut.
2. Persyaratan khusus
Meliputi keadaan fineer luar dan dalam.Fineer luar terdiri atas fineer
muka dan fineer belakang.Dengan adanya cacat-cacat pada fineer luar
dan fineer dalam, maka dapat dibedakan beberapa macam mute yang
ditulis dalam huruf besar seperti A, B, C, dan seterusnya.Mutu A lebih
baik dari pada mutu B dan seterusnya.Misalnya di Indonesia aria mutu
fineer luar, yaitu A, B, C dan D.
Diantara sekian banyak papan buatan yang dihasilkan, ada yang bernama
papan partikel.Dengan cukup banyaknya potensi hutan di Indonesia,
terutama jenis-jenis kayu yang lunak, maka salah satu usaha penghematan
lumbar hutan yaitu dengan membuat papan partikel. Papan partikel ialah
papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan bantuan perekat
sintetis kemudian dipres sehingga memiliki sifat seperti kayu masif, tahan
api dan merupakan bahan isolasi serta bahan akustik yang baik.
1. BAHAN POKOK
a. Kayu:
Serpihan kayu dibuat dari jenis-jenis kayu yang lunak dengan
menggunakan mesin khusus (pembuat serpih).
b. Perekat:
Bahan perekat tergantung dari jenis papan partikel yang akan dibuat
antara lain:
- Papan partikel untuk perabot menggunakan lem urea formal -
dehid.
- Papan partikel pada penggunaan keadaan udara berkelem baban
tinggi menggunakan lem melamin resins.
- Papan partikel yang tahan air sebagai dinding rumah memakai
lem fenol formaldehid.
Sebelum diproses, perekat tersebut dicampur dengan tambahan bahan
sebagai berikut:
- Lak paraffin (agar papan partikel tidak menyerap air)
- Preservative (bahan pengawet)
- Ammonium phospate (bahan anti api)
- Strearates (bahan penyetabil papan partikel).
2. PROSES PEMBUATAN
a. Sortimen kayu dengan diameter 10-25 cm dibuat serpihan dengan
mesin penggiling khusus.
b. Hasil serpihan diayak.
c, Ditampunng pada penampung partikel (silo)
d, Partikel ayakan dikeringkan.
e. Dicampur dengan lem.
f. Dituangkan pada cetakan pengepresan.
g. Dikontrol beratnya.
h. Pengepresan.
i. Dikontrol tebalnya.
j. Lembaran papan didinginkan.
k. Lembaran dipotong menurut normalisasi ukuran.
l. Diamril (perbaikan pada tepi papan).
m. Masuk gudang penyimpanan,
4. TEKNIK PEMBUATAN
- Dengan cara sederhana, yaitu mencampur partikel dan lem,
kemudian dituangkan pada pengepresan dengan tangan.
- Cara kedua lebih sempurna dengan mencampur partikel dan lem,
selanjutnya untuk lapisan luar dan dalam ditempatkan partikel
tersebut dalam tabung yang berbeda. Cetakan papan partikel
diletakkan di atas meja yang berjalan. Partikel-partikel yang telah
bercampur dengan lem tertabur dari tabung-tabung di atasnya.
- Cara ketiga, campuran kawul dan lem untuk lapisan luar dan dalam
ditempatkan pada satu tabung. Dengan tekanan udara, partikel di
dalam tabung tertabur keluar. Partikel untuk lapisan tengah
yanglebih berat dibandingkan dengan kawul untuk lapisan luar,
jatuh tidak jauh dari tabung dan menjadi lapisan tengah.
1. BAHAN POKOK
a. Kayu:
Menurut hasil penelitian dan Lembaga Penelitian Hasil Hutan di
Bogor, bahwa tidak semua jenis kayu dapat dipeigunakan untuk bahan
pembuatan papan wol kayu. Yang telah diteliti dan cukup balk antara
lain kayu-kayu sebagai berikut: pinus, sengon, jati dan beberapa jenis
kayu lainnya. Perlu diketahui bahwa jenis kayu yang mengandung zat
gula, tanin dan minyak tidak baik untuk bahan pembuatan papan wol
kayu.
b. Semen:
Bahan pengikat yang dipergunakan semen atau magnesit.Hanya bahan
magnesit sukar didapat.Oleh karenanya semen sudah cukup baik sebaik
bahan ikatan (Semen Gresik, Asano dan lain-lain).
2. MESIN:
Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik, wol kayu harus betul-
betul teraduk merata. Tentunya untuk kesempurnaan hasil diperlukan
mesin-mesin atau peralatan-peralatan lainnya, antara lain:
- mesin gergaji potong
- mesin ketam (pembuat wol kayu)
- mesin pengantar wol kayu
- mesin pengaduk
- alat-alat cetak papan wol
- mesin pengatur dan perata
- mesin tekan (pres)
- mesin gergaji pemotong bagian tepi papan wol
- dan beberapa lagi peralatan yang dibutuhkan sebagai penunjang,
antara lain alat-alat klem, dan mobil forklift untuk mengangkut
(memindahkan) tumpukan papan wol kayu.
3. PROSES PEMBUATAN:
Setelah kayu dipotong sesuai ukuran, kemudian diketam oleh mesin
ketam khusus menjadi wol kayu (panjang wol ± 80 mm, lebar di antara 3 -
6 mm, sedangkan tebalnya 0,2 - 0,3 mm). Untuk meningkatkan daya
ikatan, wol kayu tersebut disemprot dahulu dengan air kapur atau larutan
chlorkalsium, selanjutnya dicampur dengan semen dan diaduk sampai
benar-benar merata, kemudian dituangkan dalam cetakan.Sesudahnya
ditekan (dipres).Keluar dari mesin pres diperlukan waktu selama 1 hari
untuk diangin-anginkan agar semen pada papan wol kayu betul-betul
mengeras. Sebelum dikirim ke gudang (dipasarkan;, bagian-bagian tepi
papan wol perlu,diperbaiki.
4. MACAM PAPAN WOL KAYU:
a. Heraklith : dikembangkan di negara Austria dengan meng gunakan
sampah (waste) dengan perekatan magnesit.
b. Durisol : produksi negara Swis menggunakan sisa ketam an
dengan bahan semen.
c. Cellocrete : produksi negara Inggris.