PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu tidak awet memiliki kelemahan antara dapat dirusak atau dilapuk oleh
organisme perusak kayu, akibatnya umur kayu menjadi menurun. Padahal nilai
jenis suatu kayu untuk keperluan bagunan kerumahan perangkat interior sangat
ditentukan oleh keawetanya. Karena bagaimanapun kuatnya kayu tersebut
penggunaannya tidak akan berarti jika umur pakainya pendek.
Fenomena inilah yang mendorong upaya untuk melakukan pengawetan kayu,
diantaranya dengan melapisi kayu menggunakan bahan beracun sehingga kayu
tidak terserang oleh organisme perusak tidak menimbulkan masalah secara teknis
namun juga secara ekonomis. Selain itu kerusakan kayu oleh organisme perusak
mengakibatkan komponen bangunan harus diganti.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu bahan pengawet kayu?
b. Apa jenis dan persyaratan bahan pengawet kayu?
c. Apa itu Karbolineum?
d. Apa itu Ter Kayu dan Ter arang?
e. Apa itu aspal minyak dan aspal buton?
C. Tujuan
a. Mengetahui dan menjelaskan bahan pengawet kayu serta persyaratannya
b. Menjelaskan pengertian Karbolineum
c. Menjelaskan pengertian ter kayu dan ter arang
d. Menjelaskan jenis aspal minyak
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bahan pengawet kayu adalah bahan yang membuat sutu kayu dapat
bertahan lebih lama dari kerusakan serta jamur atau serangga perusak kayu.
Dumanauw menjelaskan bahwa bahan pengawet kayu merupakan bahan-bahan
kimia yang ditemukan mengandung racun terhadap organisme perusak kayu.
Umumnya bahan yang digunakan dalam pengawetan kayu memiliki sifat tertentu
sehingga pemakaiannya tepat sasaran.
2
B. Persyaratan Bahan Pengawet Kayu
1. Bersifat mudah diresapkan ke dalam kayu dengan daya pentrasi yang
tinggi.
2. Digunakan dengan mudah dan pemakaian aman bagi manusia dan mahluk
hidup lainnya.
3. Sifat permanen di dalam kayu dan tidak mudah menguap.
4. Objek kayu menjadi lebih tahan terhadap api.
5. Tidak bersifat penyebab perubahan dimensi dan menimbulkan cacat-cacat
kayu.
6. Tidak mengurangi sifat baik kayu dan kayu tetap
mudah difinishing dengan baik.
7. Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak merusak logam yang berhubungan
dengan kayu tersebut.
8. Bahan pengawet mampu menghambat atau menghentikan serangan
serangga dan lain-lain organisme kayu.
9. Tidak merusak sifat-sifat kayu; sifat fisik, kimia, dan mekanik.
10. Bersifat racun terhadap mahluk hidup perusak kayu.
11. Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain misalnya, logam, perekat, dan
cat atau finishing.
12. Mudah dikerjakan, diangkut serta mudah didapat dan murah.
3
C. Jenis Bahan Pengawet Kayu
1. Bahan pengawet larut air
Bahan pengawet larut air yaitu bahan pengawet yang dalam penggunaannya
diperlukan air sebagai pelarutnya. Bahan pengawet larut air relatif lebih bersih
dan kayunya dapat dicat kembali dan tidak berbau. Bahan pengawet kayu jenis
larut air direkomendasikan pada kayu yang digunakan di bawah atap dan ntuk
mengawetkan kayu yang akan digunakan di dalam rumah (perabot, dan lain-lain)
Jenis bahan pengawet larut air yang digunakan biasanya pada kayu adalah
Asam Borat, Borax Celcure, Greensalt, dan Superwolan.
Bahan pengawet larut minyak adalah bahan pengawet berupa minyak dan
dalam penggunaanya diperlukan minyak bumi. Jenis bahan pengawet
kayu berupa minyak yang digunakan pada kayu biasanya seperti Crbolineum,
Creosot, dan Naphthaline.
4
Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:
a. Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung).
Pada waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut
antara lain: solar, minyak disel, residu, dan lain-lain.
b. Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak
dapat bertoleransi dengan air.
c. Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
d. Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).
e. Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
f. Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.
g. Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi
antara minyak dan kandungan air pada kayu.
h. Mudah terbakar.
i. Tidak mudah luntur.
5
D. Karbolineum
Karbolineum adalah bahan pengawet yang dibuat dari tar arang batu. Ini
adalah bahan berminyak yang mudah terbakar dan tidak larut dalam air. Ia
mempunyai bau yang serupa dengan tar dan mempunyai warna coklat gelap.
Kandungan utama karbolineum adalah antrasena dan fenol.
Terdapat dua sifat karbolineum yang sangat penting: sifat menolak busuk dan
sifat membasmi kuman. Oleh karena kedua sifat ini, karbolineum berguna dalam
pemeliharaan struktur kayu.
Karena efek anti busuk dan desinfektannya, karbolineum digunakan untuk
pengawetan struktur kayu pada rumah, seperti ikatan kereta api, tiang telepon, dan
kabin.
6
F. Bitumen
7
dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat
agregat.
2. Aspal cair (asphalt cut-back) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin,
atau solar. Bahan pencair membedakan aspal cair menjadi tiga bagian,
yaitu Slow Curing dengan bahan pencair solar, Medium Curing dengan
bahan pencair minyak tanah, dan Rapid Curing dengan bahan pencair
bensin.
3. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%) dengan air (35%-45%)
dan bahan pengemulsi 1% sampai 2% yang dilakukan di pabrik
pencampur. Dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Untuk
menghindari butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir yang
lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawetan kayu adalah proses memperlakukan kayu dengan bahan-bahan
kimia atau bahan pengawet, sehingga kayu tersebut terhindar dari serangan jamur,
cendawan, serangga dan lain-lain organisme perusak kayu. selain itu, upaya
pengawertan kayu dapat menambah sifat keawetan alami, umur pakai, dan nilai
(harga) kayu dengan menggunakan bahan-bahan pengawet kayu.
Pengawetan kayu bertujuan untuk menambah umur pakai kayu lebih lama,
terutama kayu yang digunakan untuk material bagunan atau perabot luar ruangan,
karena penggunaan tersebut yang paling rentang terhadap degradasi kayu, akibat
serangga atau organisme maupun faktor abiotis (panas, hujan, dan lembab). Kayu
tidak awet memiliki kelemahan antara dapat dirusak atau dilapuk oleh organisme
perusak kayu, akibatnya umur kayu menjadi menurun.
B. Saran
Sebaiknya dalam proses pengawetan kayu perlu diperhatikan:
a. menghindari penggunaan kayu yang diawetkan untuk konstruksi, yang
berpotensi kontak langsung.
b. membuang sisa kayu hasil pengawetan dengan cara di kubur, hindari
pembakaran atau dijadikan bahan bakar. Asap kayu hasil pengawetan
berpotensi mengandung bahan kimia berbahanya.
c. Hindari diri dari debu gergaji atau amplas terlalu banyak, serta
menggunakan masker yang memadai.
d. Bagi yang terlibat pada pengawetan, terutama yang kontak langsung
dengan bahan kimia, gunakan safety wear dan cuci bersih secara terpisah,
pakaian maupun bagian tubuh yang sangat rentan masih terdapat residu
bahan kimia.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://vansaka.blogspot.com/2019/02/macam-macam-bahan-pengawet-kayu-
menurut.html
https://www.zegahutan.com/2020/07/bahan-bahan-pengawet-kayu.html
https://docplayer.info/46942822-Bahan-pengawet-kayu-1-persyaratan-bahan-
pengawet-kayu.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Tar
https://www.panehutan.com/2020/06/3-prosedur-dan-12-syarat-bahan-pengawet.html
http://www.tukangbatu.com/2016/03/jenis-jenis-aspal.html
10