Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan manusia semakin beragam dan meningkat seiring dengan
perkembangan kota yang semakin pesat. Dampak dari beragamnya aktifitas
tersebut dapat menimbulkan pergerakan manusia yang semakin bergam pula,
sehingga diperlukan suatu sistem yang mengatur pergerakan tersebut. Hal ini
telah diatur dalam perundang-undangan tentang sistem transportasi di Indonesia.
Moda transportasi merupakan salah satu moda yang sangat terkait erat dengan
kehidupan masyarakat saat ini yaitu peningkatan taraf kehidupan terutama
kesejahteraan masyarakat yang merupakan efek dari peningkatan pengembangan
infrastruktur dibidang transportasi.
Pertumbuhan perekonomian di kabupaten Lembata yang semakin
meningkat sejak diberlakukan otonomi daerah, kota ini terus-menerus dibanjiri
oleh pendatang dari berbagai daerah. Berdasarkkan data Pemerintah Kabupaten
Lembata, pertumbuhan pendatang di kota ini terus meningkat dari tahun ke tahun
dilihat dari jumlah perkembangan transportasi laut. Peningkatan tersebut perlu
dibarengi dengan kompetensi infrastruktur yang memadai, seperti sarana
transportasi laut. Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan 2/3 wilyahnya
adalah perairan maka pelabuhan menjadi salah satu sarana transportasi andalan di
negeri ini. Pelabuhan tak hanya berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang
dan naik-turun penumpang, tetapi juga merupakan suatu pintu gerbang untuk
masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana ppenghubung antar daerah
dan pulau.
Terminal penumpang pelabuhan di kabupaten Lembata berusaha mencoba
untuk memenuhi semua fungsi tersebut. Namun pada kenyataanya masih kurang
terwujud ketika melihat kondisi terminal penumpang pelabuhan di kabupaten
Lembata saat ini yang tidak teroptimalkan dengan adanya masalah daya tampug
baik penumpang atau barang, sirkulasi pengguna, pegunjung dan kendaraan,
minimnya fasilitas, serta kenyamanan hingga kondisi fisik gedung terminal
kurang baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengembangan terminal penumpang
pelabuhan tersebut menjadi solusi penyelesaian masalah yang diterapkan, yang

1
dapat mewadahi kegiatan dan memberi kenyamanan terhadap pengguna terminal
angkutan laut di kabupaten Lembata dengan pendekatan arsitektur tropis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah :
1. Bagaimana merancang pengembangan terminal penumpang angkutan laut yang
mampu mewadahi aktifitas dan memberikan kenyamanan terhadap para
pengguna terminal penumpang angkutan laut di kabupaten Lembata?
2. Bagaimana merancang pengembangan terminal penumpang angkutan laut
dengan konsep arsitektur tropis di kabupaten Lembata?

1.3 Tujuan
Tujuan dari tulisan ini yaitu :
1. Merancang pengembangan terminal penumpang pelabuhan yang mampu
mewadahi aktifitas dan memberikan kenyamanan terhadap pengguna
terminal penumpang di Kabupaten Lembata.
2. Merancang pengembangan terminal penumpang pelabuhan dengan konsep
arsitektur tropis di kabupaten Lembata.

1.4 Sasaran
Sasaran dari tulisan ini adalah:
1. Menganalisis dan membuat konsep desain pengembangan terminal
penumpang pelabuhan di kabupaten Lembata
2. Membuat rancangan pengembangan terminal penumpang pelabuhan di
kabupaten Lembata dengan pendekatan arsitektur tropis.

1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan melalui tulisan ini adalah:
1.5.1 Akademis
1. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai pengembangan terminal
penumpang pelabuhan yang dapat mewadahi kegiatan pengguna.
2. Menambah pengetahuan tentang arsitektur tropis.

2
1.5.2 Umum
1. Menjadi masukan bagi pemerintah tentang pengembangan terminal
penumpang pelabuhan di kabupaten Lembata.

1.6 Batasan Perancangan


Lingkup perancangan ini dimaksudkan agar fokus perancangan tidak meluas.
Lingkup tersebut adalah:
1. Merancang pengembangan terminal penumpang pelabuhan di kabupaten
Lembata.
2. Mewadahi kegiatan masyarakat Lembata dalam bidang transportasi laut.
3. Aspek perancangan meliputi aspek fungsi, struktur, dan estetika.

3
1.7 Kerangka Berpikir

Masalah
Bagaimana merancang pengembangan terminal penumpang pelabuhan
yang mampu mewadahi aktifitas dan memberikan kenyamanan
terhadap para pengguna terminal penumpang angkutan laut di
kabupaten Lembata dengan pendekatan arsitektur tropis?
.

Tujuan
Merancang terminal penumpang pelabuhan dengan tema
arsitektur tropis yang mampu mewadahi aktifitas dan
memberikan kenyamanan terhadap pengguna terminal
penumpang di Kabupaten Lembata.

Teori Data

Tinjauan dan studi kasus Tinjau dan studi kasus Jumlah pengguna  Data existing
terminal penumpang pendekatan arsitektur terminal penumpang  Data lokasi
pelabuhan tropis pelabuhan  Perda Rencana Tata Ruang Wilayah.

Analisis
Bangunan:
Tapak Perancangan:
- Zoning
- Orientasi Bangunan
- Pencapaian
- Aktivitas dan Fasilitas
- Orientasi
- Besaran Ruang
- Sirkulasi Tapak
- Gubahan Masa
- Parkiran pada Tapak
- Tampilan
- Klimatologi Tapak
- Struktur
- Topografi
- Sirkulasi dalam
Bangunan
- Drainase Tapak
- Utilitas

Konsep

Konsep Dasar

Konsep Rancangan

Produk Rancangan

Diagram1.1Kerangka Berpikir
Sumber: Hasil Analisis, 2019

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Terminal Penumpang Pelabuhan


2.1.1 Pengertian Terminal
Terminal merupakan tempat pemberhentian ( bus, kereta, kapal dan
sebagainya ), penghabisan stasiun, titik dimana penumpang dan barang
masuk dan keluar dari sistem, merupakan komponen fungsional utama
dari sistem, sering juga merupakan prasarana yang memerlukan biaya
yang besar dan titik dimana kemacetan mungkin terjadi ( Carmencita,
1988 : 11).
Terminal merupakan simpul dalam jaringan perangkutan jalan yang
terdiri dari terminal penumpang dan terminal barang. Selain itu juga
terminal berfungsi sebagai tempat perbelnjaan, ( terutama terminal besar
atau terminal pusat ) sebagai kegiatan usaha penunjang. Karena
konsentrasi kendaraan yang berjalan lambat, maka terminal juga menjadi
tempat kemacetan. Lebih dari itu, menjadi sumber pencemaran bagi
kawasan di sekitarnya, baik yang berasal dari kendaraan maupun dari
berbagai kegiatan yang ada didalamnya ( Warpani, 2002 : 69 ).
Pada setiap terminal dapat diselenggarakan kegiatan penunjang,
antara lain usaha perdagangan dan jasa pelayan masyarakat lainya.
Keragaman kegiatan penunjang bergantung pada kelas serta lokasi
terminal yang bersangkutan. Pada terminal utama bahkan dapat saja
dilengkapi dengan fasilitas hotel transit ( Warpani, 2002: 74).

2.1.2 Pengertian Terminal Penumpang


Terminal penumpang adalah prasarana perangkutan jalan untuk
keperluan menurunkan dan menaikan penumpang atau barang,
perpindahan intra atau antarmoda angkutan, serta mengatur kedatangan
dan pemberangkatan kendaraan umum ( Warpani, 2002: 71 ). Terminal
penumpang merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki oleh sebuah
pelabuhan selain fasilitas-fasilitas lainya. Terminal penumpang hamper
sama seperti terminal barang, hanya saja pada terminal penumpang tidak

5
terdapat gudang-gudang besar, karena yang utama dalam terminal
penumpang adalah pergerakan manusia atau penumpangnya, sehingga
membutuhkan fasilitas-fasilitas seperti ruang tunggu, ruang penerima
dan lain-lain.

2.1.3 Pengertian Pelabuhan


Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi ( Pasal 1 ayat 1 UU No. 21 Tahun 1992 ).

2.1.4 Macam-macam Pelabuhan


Terdapat berbagai macam pelabuhan, tergantung dari sudut mana
meninjaunya. Sudut tinjau tersebut antara lain : segi penyelengaraan,
pengusahaan, fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional,
penggunaa, letak geografis ( Triatmodjo, 2008:5).
1. Ditinjau dari segi penyelenggaraanya
a. Pelabuhan Umum untuk kepentingan pelayaran masyarakat
umum uang dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaanya dapat
dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan
untuk maksud tersebut.
b. Pelabuhan khusus untuk kepentingan sendiri guna menunjang
kegiatan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan
umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah (
Triatmodjo, 2008: 5 ).
2. Ditinjau dari Segi Pengusahaanya
a. Pelabuhan yang diusahakan merupakan pelabuhan untuk
memberikan fasiltas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang
memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar-muat
barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainya.

6
b. Pelabuhan yang tidak diushakan merupakan tempat singgah
kapal/perahu, tanpa fasilitas bongkar muat, bea-cukai dan
sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabuhan kecil yang
disubsidi oleh pemerintah, dan dikelola oleh Unit Pelaksan
Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut ( Triatmodjo,
2008:5).
3. Ditinjau dari fungsi dalam Perdagangan Nasional dan Internasional
a. Pelabuhan laut, merupakan pelabuhan yang bebas dimasuki oleh
kapal-kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan
pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudra.
b. Pelabuhan pantai merupakan pelabuhan yang disediakan untuk
perdagangan dalam negri, oleh karena itu tidak bebas disinggahi
oleh kapal asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini
dengan meminta ijin terlebih dahulu ( Triatmodjo, 2008:5).
4. Ditinjau dari segi penggunaanya
a. Pelabuhan ikan merupakan pelabuhan yang tidak memerlukan
kedalaman air yang besar, karena kapal-kapal motor yang
diggunakan untuk menangkap ikan tidak besar.
b. Pelabuhan minyak merupakan pelabuhan yang tidak memerlukan
dermaga atau pangkala, karena bongkar muat minyak dilakukan
dengan pipa-pipa dan pompa-pompa yang menjorok ke laut (
Triatmodjo, 2008:5 )
c. Pelabuhan barang merupakan pelabuhan yang mempunyai
dermaga dengan dilengkapi fasilitas untuk bongkar muat barang,
pelabuhan ini dapat berada di pantai atau estuari dari sungai
besar.
d. Pelabuhan penumapang merupakan pelabuhan yang teradapat
terminal penumpang yang melayani segala kegiatan yang
berhubungan dengan kebutuhan orang yang datang dan
berpergian.
e. Pelabuhan campuran merupakan campuran antara pelabuhan
penumpang dan barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan
ikan biasanya terpisah.

7
f. Pelabuhan militer merupakan pelabuhan yang mempunyai daerah
perairan cukup luaus untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-
kapal perang dan letah bangunan cukup terpisah.
5. Ditinjau Menurut Letak Geografis
a. Pelabuhan alam yaitu pelabuhan yang terjadi dari kondisi
geografis yaitu daerah yang menjorok ke dalam ( berupa teluk )
b. Pelabuhan buatan merupakan daerha yang dibuat oleh manusia
sedemikian rupa sehingga terlindung terhadap gangguan alam
yang berasal dari laut.
c. Pelabuhan semi alam merupakan campuran dari kedua tipe diatas.
Misalnya suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan
perlindungan buatan hanya pada alur masuk ( Triatmodjo,
2008:16 ).

2.1.5 Macam-macam Terminal Pelabuhan


1. Terminal Barang Potongan ( General Cargo Terminal ), merupakan
terminal barang yang memerlukan perlakuan khusus dalam
pengangkutanya. Barang-barang tersebut di antaranya berupa mobil,
mesin-mesin dan barang-barang yang ditempatkan dalam bungkus.
2. Terminal Barang Curah ( Bulk Cargo Terminal ), merupakan terminal
untuk barang lepas atau tidak dikemas yang cara memasukanya
dituang atau dipompa ke dalam kapal, seperti gandum, batu bara,
pasir.
3. Terminal Peti Kemas ( Container Terminal ), merupakan terminal
untuk barang-barang yang dimasukan ke dalam peti kemas.
4. Terminal Penumpang ( Passenger Terminal ), merupakan terminal
yang digunakan untuk menaikan dan menurunkan penumpang.
Terminal penumpang merupakan titk atau tempat perpindahan
penumpang emberkassi dari transportasi darat ke transportasi laut dan
perpindahan penumpang debarkasi dari transportasi laut ke
transportasi darat ( Moedjino, 2003:96 ).

2.1.6 Pemakai dan Aktivitas Terminal Penumpang Pelabuhan

8
Menurut Moedjino ( 2003: 96) di dalam bangunan terminal
penumpang pelabuhan terdapat banyak pemakai bangunan dan aktivitas
yang dilakukan seperti diuraikan di bawah ini :
1. Pemakai Terminal Penumpang Kapal Laut dapat dikelompokan
menjadi:
a. Penumpang Emberkasi ( keberangkatan ), adalah penumpang
yang akan berangkat menggunakan transportasi laut. Terdiri dari
penumpang dalam negri ( penumpang antar pulau, transmigrasi,
dan wisata ) dan penumpang samudera/turis.
b. Penumpang Debarkasi ( kedatangan ), adalah penumpang yang
datang di tujuan, mulai turun dari kapal sampai keluar dari
terminal penumpang. Meliputi penumpang dalam negri dan
penumpang samudera atau turis.
c. Pengelola, adalah orang-orang yang melayani penumpang,
pengantar, dan penjemput di terminal penumpang. Meliputi
petugas administrasi dan operasional.
2. Pengunjung, adalah orang-orang yang mengantar ataupun
menjemput,tamu-tamu terminal penumpang kapal laut yang akan
bertemu pengelola.
2.1.7 Persyaratan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terminal
Pelabuhan
Secara umum sebuah pelabuhan harus memiliki beberapa
persyaratan dan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi pelayanan
yang diberikan oleh sebuah pelabuhan sesuai dengan standar teknis yang
dikeluarkan oleh DitJen Perla tahun 1990, yaitu :
1. Persyaratan diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan dengan
baik diantaranya :
a. Adanya hubungan yang mudah dan jelas antara transportasi laut
dan transportasi darat.
b. Mempunyai daerah belakang/pendukung ( hinterland ) yang
subur dan mempunyai penduduk yang cukup padat.

9
c. Mempunyai kedalam kolam dengan variasi tinggi air pasang
surut tidak lebih dari lima meter serta mempunyai alur yang
cukup jelas.
d. Kapal-kapal dapat merapat ke dermaga dan membuang sauh,
sehingga terlindung dari gangguan alam dan dapat melakukan
berbagai aktivitas dengan aman.

2.2 Tinjaun Tema Perancangan


2.2.1 Pengertian Arsitektur Tropis

Arsitektur tropis merupakan representasi konsep bentuk yang


dikembangkan berdasarkan respond terhadap iklim yang dialami oleh
negara Indonesia yaitu tropis lembab. Konsep arsitektur tropis, pada
dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi
tropis membutuhkan penanganan khusus dan desainnya. Pengaruh utama
berasal dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana
pengaruhnya ada pada tingkat kenyamanan ketika pengguna berada
dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat seejuk udara dalam
bangunan, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep
bangunan tropis. Meskipun konsep bangunan tropis selalu dihubungkan
dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk ( tipologi ) bangunan terhadap
iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang
dalam masyarakat ; sebagai pengguanaan material tertentu sebagai
representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, bantuan ekspos, dan
material asli yang diekspos lainya.
2.2.2 Kriteria Perancangan untuk Arsitektur Tropis
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat dalam
perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa
faktor-faktor spesifik yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim
tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi
bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang
terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada wilayah lain
yang berbeda kondisi iklimnya.

10
Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam
perancangan banguna pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :
1. Kenyamanan Thermal
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah
mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup
dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas,
baik radiasi langsung matahari maupun dari permmukaan dalam yang
panas.
Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau
material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran
panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan
yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap
umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih
kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian
atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari
bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara,
misalnya rongga langit-langit,penggunaan pemantul panas reflektif
juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil
panas yang masuk antara lain yaitu :
a. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timuur
dan barat.
b. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas
dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan
panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil
sedangkan warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang
besar akan menyebabkan temperature permukaan naik. Sehingga akan
jauh lebih besar dari temperature udara luar. Hal ini menyebabkan
perbedaan temeratur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang
akan menyebabkan aliran panas yang besar.
2. Aliran Udara Melalui Bangunan
Kegunaan dari aluran udara atau ventilasi adalah :

11
a. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan
oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar
ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta
menghilangkan bau.
b. Untuk memenuhi kebuthan kenyamanan thermal,
mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam
bangunan.
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat
perbedaan temperature antara udara di dalam dan diluar ruangan dan
perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat
dimanfatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara
yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan pada umunya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk
memenuhi kenyamanan thermal.
3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langung
masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari
sekitarnya, unuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (
Sun Shading Device ).
Pancaran panas dari suatu permukan akan memberikan
ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperature udara
melebihi 40C. Hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari
langit-langit atau permukaan bawah dari atap.

2.2.3 Tinjauan Arsitektur Tropis terhadap Bangunan


Berdasarkan Lippsmeier ( 1997: 20 ) untuk kenyamana thermal
iklim tropis yang harus dipertimbangkan adalahy :
1. Pengendalian terhadapa radiasi matahari yaitu dengan orientasi
banguna dan pemakai bahan bangunan.
2. Pengendalian Ventilasi pada bangunan, dengan mengupayakan
ventilasi silang agar arus angin dapat masuk dan mengalir bekerja di
dalam bangunan, serta menata vegitasi di luar banggunan yang dapat

12
mengarahkan arus angin ke dalam bangunan serta vegetasi menjadi
media penyerap panas.
Berbagai cara untuk menunjang terjadinya ventilasi silang alami
adalah :
a. Orientasi bangunan yang memanjang mengahdap arah angis.
b. Menggunakan open- plan agar angin tidak terhambat oleh
partisi ruangan.
c. Letak bukaan menunjang sirkulasi udara.
d. Menggunakan tanaman sebagai alat untuk mengatur arah
angin.
Sedangkan menurut Karyono dalam Hendrick ( 2007: 21 ) ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara :
1. Penanaman pohon lindung di sekitar bangunan sebgai upaya
menghalangi radiasi matahri langsung pada material keras seperti
halnya atap, dinding, dan halaman yang ditutupi oleh material keras
( beton, aspal ).
2. Meminimalkan perolehan panas ( heat gain ) dari radiasi matahari
pada bangunan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lai :
a. Menghalangi matahari langsung pada dinding-dinding
transparan yang dapat mengakibatkan efek rumah kava,
b. Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding massif
terkena radiasi matahri langsung, dengan melakukan
penyelesaiaan rancangan tertentu misalnya:
1) Membuat dinding lapis ( berongga ) yang diberi
ventilasi pada rongganya.
2) Menempatkan ruang-ruang service pada sisi-sisi
jatuhnya radiasi matahari langsung.
3) Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-
langit agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang
tersebut.
c. Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan

13
Hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan rancanga
arsitektur yang memungkinkan terjadinya aliran udara
silang secara maksimum dalam bangunan.

14
2.3 Studi Kasus Objek daan Tema Rancangan
2.3.1 Studi kasus objek Terminal Penumpang Pelabuhan di Yokohama
Pelabuhan yokohama berada pada perairan ditengah kota.
Dulunya pelabuhan ini bernama Osanbashi Pier, setelah itu karena ada
pemerintaan untuk mendesain ulan pelabuhan ini pada tahun 1994
dengan diselenggarakanya kompetisi internasional tersebut maka tim
arsitek dari London lah yang memenangkan desain tersebut yang
bernama Foreign Office Architects. Kemudian pada tahun 2002
pelabuhan internasional di Yokohama ini selesai. Dengan luas total
kawasan 48.000 meter persegi, gambar
Bentuk bangunan pelabuhan Yokohama ini sangat berbeda
dengan konsep pelabuhan yang pernah ada. Perpaduan antar ruang
terbuka hijau dengan pelabuhan memberikan icon baru terhadap
perancangan pelabuhan. Ruang terbuka hijau berada diluar ruangan
sementara area pelabuhan sendiri berada di dalam ruangan.
Penggunaan roof garden memberikan warna yang menyolok efek, dari
penggunaan rumput yang memang berada dengan material yang ada di
pelabuhan ini dari sisi eksterior karena lebih dominan menggunakan
material kayu yang warnanya lebih redup atau kusam.
Terdapat beberapa fasilitas yang ada pada terminal penumpang
pelabuhan Yokohama yaitu :
2.4
2.5
2.6 Ssss
2.7 Sssssss
2.8 sssssss
.

2.4 Studi Kasus Youth Centre


2.4.1 Gary Comer Youth Center
Garry Comer adalah penemu dari katalog pakaian Land’s End. Ia
berasal dari daerah Grand Crossing, Chicago USA. Ketika ia kembali

15
ke kampung halamnya, ia sedih karena banyaknya kekerasan dan
kejahatan yang dilakukan beberapa kelompok yang terdiri dari remaja
di daerah tersebut. Oleh karena itu dia membuat Youth Center untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

Gambar 2.1 Gedung Garry Comer Youth Center


Sumber:John Ronan, 2011

Youth Center ini mempunyai ide dari pelangi yang tampak dari
bentuk yang sangat berwarna di setiap temboknya. Di dalamnya remaja
di daerah tersebut dapat belajar, membuat sesuatu dengan benar dan
tindak merusak lingkungan daerah tersebut, pembangunan ini selesai
pada tahun 2006.
Pusat Remaja ini, terletak di lingkungan di sisi selatan Grand
Cossing, Chicago, USA. Tempat ini menyediakan lingkungan yang
kontruktif bagi pemuda daerah untuk menghabiskan waktu setelah jam
sekolah mereka. Pusat remaja ini menyediakan dukungan untuk
program—program dari kelompok Tim Bor Pantai Selatan dan
Performing Arts Ensemble yang terdiri dari 300 penari yang berumur
antara 8-18 tahun yang melakukan paradae 50 kali setiap tahunya.
Terdapat beberapa fasilitas dari Garry Comer Youth Center ini,
yaitu :
1. Ruang pertunjukan.
2. Toko desain kostum.
3. Gimnasium
4. Laboratorium computer.
5. Ruang tari, studio rekaman.
6. Ruang kelas dan studi ruang.
7. Ruang kelas, Ruang pameran

16
8. Kafetaria dan kantor.

2.4.2 Coptic Youth Center, California


Coptic Youth Centermerupakan organisasi non-profit yang
mengandalkan donasi sukarela dalam melanjutkan pelayanan
komunitas. Bangunan Coptic YouthCenter terletak di 2500 Hansen
Rd. Hayward, California, Amerika Serikat. Misi dari Coptic Youth
Center adalah mengejar gaya hidup sehat dan memperoleh
ketrampilan baru dalam lingkungan yang berbudi luhur.

Gambar 2.2 Gedung Coptic Youth Center


Sumber:http://www.copticyouthcenter.org/

Fasilitas dari Coptic Youth Center yaitu:


1. Main Entrance, meja control dan resepsionis.
2. Gym & Multi-Purpose Room. Terdiri dari indoor gymnasium,
full size lapangan basket dan voli yang dapat menampung 200
penonton, ruang jamuan yang menampung 500 orang.
Dilengkapi dengan sistem jaringan audio-visual dengan layar
proyektor besar, dapat digunakan untuk konfrensi, training,
workshop, kuliah, dan symposia.
3. Outdoor Patio
4. Social Hall dan Ballroom
5. 4 (empat) Ruang Kuliah
6. Dapur Komersial, dilengkapi dengan dummy waiter, dan
peralatan dapur. Dapur ini mempersiapkan jamuan yang
diadakan di Coptic Youth Center sebaik menyediakan
makanan sehat, pendidikan gizi, dan pelajaran memasak.
7. Kapel
17
8. Kantor
9. Fasilitas lainnya seperti parkiran, lift, restroom, air mancur,
AC, sistem audiovisual, wifi, dan gudang. Semuanya
dilengkapi dengan penunjang bagi penyandang disabilitas.

Gambar 2.3Gym & Multi-Purpose Room, Outdoor Patio


Sumber:http://www.copticyouthcenter.org/

Gambar 2.4Social Hall & Ballroom, Ruang Kuliah, dan Ruang


Dapur
Sumber:http://www.copticyouthcenter.org/

18
2.4.3 Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (GRJS)
Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (GRJS) atau dahulu
disebut sebagai Youth Center Bulungan atau GOR Bulungan atau
Gerajas merupakan salah satu fasilitas olahraga dan tempat rekreasi
yang dapat digunakan oleh warga DKI Jakarta. Lokasinya yaitu Jalan
Bulungan Blok C No. 1, Keluruhan Kramat Pela, Kecamatan
Keboyaran Baru, Jakarta Selatan. GRJS ini berada tidak jauh dari
Kantor Kejaksaan Republik Indonesia, SMUN 70 Bulungan,
kompleks sekolah PSKD, Yoshinoya & Family Mart Bulungan,
Resto Ayam Ganthari, Warung ‘WAPRES’ Apresiasi Bulungan,
pusat perbelanjaan Blok M Plaza, Gultik Bulungan, SMUN 6, Taman
Martha Tiahahu dan Terminal Bus Blok M.Gelanggang remaja ini
merupakan gelanggang remaja pertama yang didirikan atas prakarsa
Ali Sadikin yang pada masa itu menjabat sebagai Gubernur DKI
Jakarta dan mulai difungsikan pada tahun 1970. Gelanggang remaja
didirikan sebagai pusat kegiatan ekstrakurikuler di luar jam sekolah
yang menampung kegiatan (hobi) para remaja di DKI Jakarta pada
khususnya untuk dikembangkan kearah jenjang prestasi.

Fasilitas dari gelanggang remaja ini adalah sebagai berikut.


1. GOR
Merupakan gedung olah raga yang berdiri di atas tanah seluas
5.110 m2 dengan luas bangunan 2.160 m2. GOR GRJS dilengkapi
dengan tribun penonton berkapasitas 1.500 orang. Gedung ini
terdiri dari berbagai fasilitas, yaitu:
a. 3 Lapangan Bulutangkis
b. 1 Lapangan Basket
c. 1 Lapangan Futsal
d. 2 Lapangan Voli
e. Tempat Pemanasan dan Dinding Pemanasan
f. Lobby
g. Kantin
h. Ruang Pengelola

19
i. Ruang Panitia
j. Kamar Mandi Pria dan Wanita
k. Ruang Ganti
l. Ruang Pembinaan Latihan Bela Diri dengan boneka
wingchun, matras serta pedang kayu untuk berlatih
m. Sekretariat PBSI Jakarta Selatan
n. Sekretariat PBVSI Jakarta Selatan
o. Sekretariat Pencinta Alam Tramp
p. Sekretariat Olahraga Selam Dive
q. Ruang Pembinaan Teater GRJS
r. Papan Informasi Tes Kebugaran Atlet
s. Fasilitas Olahraga Luar Ruang seperti Jalur Jogging Track
serta Pull Up Bar.

Gambar 2.5 GOR GRJS


Sumber: www.cnn.indonesia.com

2. Gedung Pertunjukan Seni


Gedung pertunjukan seni GRJS merupakan gedung yang
dibangun di atas tanah seluas 6.500 m2 dengan luas bangunan
3.300 m2 didirikan pada tahun 1970. Gedung pertunjukan ini
berkapasitas tampung sebanyak 350 orang dilengkapi dengan
lighting, panggung ukuran 10x12 m, sound system 3000 watt, full
AC sentral, ruang VIP, ruang rias, podium, kursi penonton model
lipat warna biru, lobby di sayap kiri dan kanan.
Gedung pertunjukan ini mirip dengan model teater di
bioskop XXI. Gedung ini sering menjadi tempat pertunjukan

20
untuk kesenian. Di salah satu sisi gedung di lantai atas, terdapat
ruang kantor pengelola GRJS dan terdapat ruang untuk
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) GRJS.

Gambar 2.6 Gedung Pertunjukan GRJS


Sumber: koreanfeverclubs.wordpress.com

3. Fasilitas Kolam Renang


Letak kolam renang GRJS terpisah dari bangunan GOR.
Lokasinya di seberang Kantor Kejaksaan. Luas area kolam
renang yaitu 1375 m2, dengan daya tampung 150 orang.

Fasilitas kolam renang terdiri dari:


a. Satu buah kolam renang prestasi (utama) ukuran 25 x 50 m2.
b. Kolam kecil berukuran 25 x 15 m2.
c. Empat lajur tribun penonton sepanjang 50 m dengan naungan.
d. Sepuluh buah kamar ganti putra dan sepuluh buah kamar
ganti putri.
e. Ruang penitipan barang (loker).
f. Empat buah ruang bilas putra dan empat ruang bilas putri
berukuran 1,5 x 1,5 m2.
g. Loket pembelian karcis masuk.
h. Lima buah kantin dan dua tempat persewaan pakaian renang.
i. Ruang pengelola dan kolam renang.
j. Ruang mesin dan alat filter.

21
Gambar 2.7 Kolam Renang GRJS
Sumber: www.ayorenang.com

4. Fasilitas Pelatihan Seni Tari dan Musik Tradisional


Di sisi lain GRJS yang berbentuk huruf L terdapat gedung B, C
dan D, serta panggung terbuka. Gedung dan panggung ini berdiri
di atas lahan seluas 2900 m2 dengan luas 1.784 m2 dan didirikan
di tahun 1970. Ruang di gedung B dan C berukuran 22 x 12 m.
Di salah satu ruang terdapat satu set gamelan jawa yang biasa
digunakan untuk berlatih tari dan karawitan. Ruang D terdiri dari
2 lantai dimana lantai pertama digunakan sebagai ruang
sekretariat dan ruang kedua untuk berlatih tari Bali. Sedangkan
panggung terbuka berukuran 8 x12 m.

Gambar 2.8 Ruang Latihan GRJS


Sumber: Endro Priherdityo, 2016

5. Fasilitas Outdoor
Di salah satu sudut GRJS terdapat papan pajat tebing yang sering
digunakan oleh Trupala. Sedangkan area kosong di depan
panggung sering digunakan oleh Paskribra SMUN 6 untuk
berlatih upacara. Pelataran bangunan digunakan untuk berlatih
Tarung Derajat AA Boxer Kodrat Bulungan, Kempo, Capoeira,
Karate Inkai, Merpati Putih, Pencak Silat, dan Modern Dance

22
Bulungan. Di depan gedung B dan C, terdapat panggung terbuka
dimana panggung ini juga menjadi tempat sebuah komunitas
Kelompok Penyanyi Jalanan Jakarta (KPJ) berkumpul melakukan
kegiatan bermusik. Kegiatan-kegiatan terjadwal secara rapi
sehingga masing-masing kelompok mendapat giliran latihan
setiap minggu.

Gambar 2.9Boxing Camp dan Kegiatan Outdoor GRJS


Sumber: Endro Priherdityo, 2016

Berdasarkan ketiga studi kasus tersebut, maka dapat disimpulkan prinsip-


prinsip perancangan Youth Center secara umum.
1. Aktivitas dan Fasilitas
Aktivitas dan fasilitas utama Youth Centre pada umumnya
dikelompokkan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Pengelompokan aktivitas dan Fasilitas Youth Center


No Kelompok Aktivitas Fasilitas
Aktivitas
1 Olah raga Basket Lapangan Basket
Voli Lapangan Voli
Jogging Jogging Track
Panjat Tebing Papan Panjat Tebing
Berenang Kolam Renang
Tinju dan bela diri Pelataran
2 Kesenian Pertunjukan Seni Gedung Pertunjukan
Latihan musik dan tari Ruang Latihan
(tradisional dan
modern)
Konser terbuka Panggung Terbuka
3 Pertemuan dan Konfrensi/ training/ Ruang Serbaguna
Perayaan workshop/ symposia
Perayaan Ball room
4 Pembelajaran dan Kuliah Ruang Kuliah
penelitian Kursus memasak Dapur
23
Penelitian Laboratorium
5 Kerohanian Beribadah Kapel
Masjid/ mushola
6 Penunjang Makan Kantin
Mengelola Kantor Pengelola
Sumber: Analisis penulis berdasarkan studi kasus, 2019

2. Sistem Pengelolaan
Terdapat 2 (dua) jenis sistem pengelolaan Youth Centre yang mungkin
diterapkan, yaitu:
a. Pengelolaan secara mandiri, yaitu Youth Centre dikelola oleh suatu
organisasi swasta/ yayasan dengan pengadaan fasilitas dan dana
secara mandiri dengan visi organisasi yang peduli terhadap
kehidupan remaja.
b. Pengelolaan oleh pemerintah, yaitu Youth Centre dikelola dan
didukung oleh pemerintah dengan tujuan untuk menampung
kegiatan remaja khususnya untuk dikembangkan ke arah jenjang
prestasi.
3 Lokasi
Berdasarkan studi kasus Youth Centre yang dijelaskan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa kriteria lokasi yang tepat untuk bangunan
Youth Centre yaitu:
a. Terletak di kawasan perkotaan yang strategis (dekat dengan
fasilitas pendidikan, perkantoran, dan fasilitas publik lainnya).
b. Memiliki aksesibilitas yang baik.

1. Kriteria Ruang
Kriteria ruang yang dapat disimpulkan dari studi kasus yang ada, yaitu:
a. Terbuka, artinya ruang tidak terbatas dalam ruangan namun juga di
luar ruangan.
b. Luas dan flexible artinya ruang yang mewadahi kegiatan
didominasi ruang luas yang tidak terlalu banyak pembatas masif,
sehingga dapat diubah-ubah suasananya dan memberi kesan
membebaskan/ tidak kaku.

24
c. Lebih banyak ruang-ruang sosial yang memungkinkan para remaja
untuk berinteraksi.
d. Setiap ruangan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan
terstandarisasi.
e. Pengkondisian ruang (penghawaan, pencahayaan, pengaturan
akustik) yang memenuhi syarat kenyamanan.
2. Jumlah Masa Bangunan
Bangunan Youth Centre memiliki 2 (dua) kemungkinan jumlah masa
bangunan, yaitu:
a. Bangunan tunggal, berarti semua fasilitas yang ada digabungkan ke
dalam 1 (satu) masa bangunan, seperti pada kasus Coptic Youth
Center, California.
b. Bangunan majemuk, berarti Youth Centre ini di terdiri dari
beberapa masa bangunan yang dipisahkan menurut fungsi/ jenis
kegiatannya. Bangunan majemuk ini diterapkan pada Gelanggang
Remaja Jakarta Selatan (GRJS).
Mengacu pada kajian dan studi kasus mengenai Youth Centre di atas, maka
ditetapkan bahwa Youth Centre yang akan dirancang merupakan Youth Centre
yang bersifat preventif (mencegah kenakalan remaja), yang termasuk dalam
keanggotaan yang berupa kelompok. Sedangkan fungsi yang diwadahi di
dalamnya yaitu kelompok seni (murni dan terapan), budaya, olahraga, dan
penelitian. Sistem pengelolaan yang diterapkan yaitu pengelolaan yang
dilakukan oleh swasta.

25
BAB III
METODE PERANCANGAN

3.1 Profil Lokasi Perancangan


Lokasi perancangan terletak di kabupaten Lembata. Secara astronomis
kabupaten Lembata terletak antara 8,04 – 8,40 derajat lintang selatan dan antara
123,57 – 122,38 derajat bujur timur. Adapun batas-batas kabupaten ini adalah
sebagai berikut : Utara dengan laut Flores, timur dengan kabupaten Alor dan
barat dengan kabupaten Flores Timur.
3.1.1 Jenis Data
Dalam proses perancangan Terminal Penumpang Pelabuhan Lembata,
maka dibutuhkan data-data yang menunjang. Data-data berdasarkan
sumbernya dapat dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari lapangan,
sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung, yaitu seperti melalui studi kepustakaan atau dari data-data yang

26
diperoleh dari kantor pemerintah. Data primer dan data sekunder dapat
berupa data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur jumlah dan
ukurannya secara fisik. Data kualitatif yang dibutuhkan dalam
perancangan ini yaitu:
a. Karakter dan perilaku pemakai
b. Program ruang
c. Kondisi tapak

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang jumlahnya dapat dihitung dan diukur
secara fisik. Data kuantitatif yang dibutuhkan yaitiu:
a. Jumlah pemakai
b. Ukuran tapak

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data-data kualitatif maupun kuantitatif seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dalam perancangan ini, metode pengumpulan data
yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan studi pustaka.

1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan/ peninjauan langsung pada
lokasi perancangan Terminal Penumpang Pelabuhan Lewoleba ini
untuk mendapatkan data-data fisik tapak, kondisi tapak dan situasi
tapak.

2. Wawancara
Dalam perancangan ini, metode pengumpulan data wawancara
dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada

27
narasumber, yaitu remaja di kabupaten Lembata. Data yang
ditargetkan yaitu macam-macam bakat dan minat remaja. Data ini
diperlukan sebagai dasar pertimbangan pemrograman dan kebutuhan
ruang.

3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan data-data bangunan
sejenis untuk menjadi perbandingan dan acuan standarisasi, serta
aspek-aspek dalam sebuah perancangan arsitektur.

a. Metode Pengolahan Data


Metode pengolahan data adalah cara yang digunakan untuk mengolah
data kualitatif dan kuantitatif yang telah terkumpul. Metode pengolahan
data dibagi menjadi metode analisis, konsep perancangan, dan rancangan.
1. Analisis
Tahap analisis merupakan proses setelah identifikasi fungsi dan
identifikasi lokasi. Analisis berarti menunjukkan detail permasalahan
yang kemudian diuraikan secara terperinci menggunakan metode
analitis deskriptif. Analisis dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu analisis
non-fisik dan analisis fisik.
a. Analisis Non-Fisik
Analisis non-fisik bertujuan untuk menguraikan dan menjabarkan
hal-hal yang bersifat non-fisik seperti: jenis kegiatan, pelaku
kegiatan, sifat kegiatan, dan standar kegiatan.
b. Analisis Fisik
Analisis fisik bertujuan untuk menguraikan dan menjabarkan hal-
hal yang berwujud dan nyata. Analisis fisik meliputi:
- Analisis Tapak, meliputi analisis Perda, analisis potensi,
analisis klimatologi, analisis topografi, analisis pencapaian,
analisis sirkulasi, analisis arah pandang (view), analisis
vegetasi, analisis utilitas, analisis kebisingan.
- Analisis Bentuk Massa Bangunan.

28
- Analisis Teknologi Bangunan, meliputi sistem struktur dan
material bangunan.
2. Konsep Perancangan
Dalam tahap analisis, telah diidentifikasi alternatif pemecahan
dan solusi permasalahan yang ada. Selanjutnya,dalam konsep
perancangan ini dipilih solusi terbaik untuk pemecahan masalah dalam
perancangan. Konsep perancangan ini merupakan hasil analisis yang
akan menjadi titik tolak perancangan.
Konsep yang dihasilkan yaitu konsep zoneplan, konsep tata
ruang luar, konsep orientasi, konsep sirkulasi, konsep tata ruang
dalam, konsep bentukan massa bangunan, konsep struktur dan
konstruksi bangunan, dan konsep utilitas bangunan.
3. Rancangan
Rancangan merupakan tahap pembuatan gambar rencana yang terukur
dengan skala berdasarkan konsep yang telah dibuat.

29

Anda mungkin juga menyukai