Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat
kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi
yang menarik. Jembatan mungkin tidak ada artinya bagi orang-orang yang bertempat
tinggal di daerah dataran yang rata, tidak didapati adanya sungai, jurang, tebing, ataupun
keadaan dimana kita akan berpindah tempat namun ada penghalang di depan kita.
Sebaliknya, jembatan dirasa sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal
di daerah yang sangat sulit dijangkau, sehingga jembatan sangat di butuhkan sebagai alat
penghubung dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan perkembangan zaman maka jembatan tidak hanya dipandang sebagai alat
penghubung antara tempat satu dengan tempat yang lain, melainkan sebagai sarana untuk
memperlancar kegiatan manusia, serta membantu berkembangnya suatu daerah yang
selama ini sulit di akses, apalagi Indonesia ini sebagai negara yang berkembang, akses ke
daerah-daerah ataupun ke kota sangat dibutuhkan, dengan adanya jembatan ini sangat
membantu hal tersebut.
Ada banyak jenis dan bentuk jembatan yang kita kenal, namun pada makalah ini saya
akan memfokuskan pembahasan pada jembatan dengan tipe suspensi bridge . Hal ini
dikarenakan cukup banyak negara yang menggunakan yang metode ini seperti Republik
Rakyat Cina, Jepang, Inggris, dan banyak negara baik di eropa dan di asia. Di Indonesia
jembatan yang menggunakan metode ini yaitu jembatan Jembatan Kutai Kartanegara
merupakan jembatan yang menghubungkan antara Kecamatan Tenggarong dengan
Kecamatan Tenggarong Seberang yang berada di wilayah Kutai Kartanegara, Jembatan
Barito merupakan jembatan gantung besar dan panjang yang menghubungkan wilayah
Kecamatan Anjir Muara dengan Kecamatan Alalak yang ada di Kota Banjarmasin Hal ini
menunjukkan bahwa jembatan dengan tipe Suspension Bridge mulai digunakan di banyak
negara.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jembatan Suspension Bridge ?
2. Apa saja komponen jembatan Suspension Bridge ?
3. Macam – Macam bentuk Suspension Bridge ?
4. Bagaimana dasar perhitungan jembatan Suspension Bridge?
5. Bagaimana proses pembuatannnya ?

1.3 Manfaat
Manfaat dibuat makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan jembatan
Suspension Bridge.
2. Mahasiswa mengetahui komponen-komponen jembatan Suspension Bridge.
3. Makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu bagi para pembaca.

1.4 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan jembatan Suspension Bridge.
2. Mengetahui komponen-komponen jembatan Suspension Bridge.
3. Mengetahui macam – macam bentuk jembatan Suspension Bridge.
4. Mengetahui perhitungan struktur jembatan Suspension Bridge.
5. Mengetahui proses pembuatan jembatan Suspension Bridge.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. JEMBATAN

Jembatan pengertian secara umum merupakan struktur yang dibuat untuk


menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya.
Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas
halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang
sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows).Jembatan sering menjadi komponen
kritis dari suatu ruas jalan,karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang
melewati ruas jalan tersebut.

2.2. DEFINISI JEMBATAN GANTUNG

Jembatan gantung merupakan suatu kabel yang melintas diatas sungai atau laut dengan
lantai jembatan (struktur jalur jalan) digantung pada kabel tersebut. Umumnya jembatan
kabel yang modern mempunyai dua tower yang tinggi sebagai tempat kabel dikaitkan/
ditumpangkan, artinya tower tersebut merupakan penyangga dari berat struktur jalur jalan
tersebut.
Jembatan gantung sering digunakan untuk jembatan bentang panjang. Pertimbangan
pemakaian tipe jembatan gantung adalah dapat dibuat untuk bentang panjang tanpa pilar
ditengahnya. Jembatan gantung terdiri atas pelengkung penggantung dan batang
penggantung (hanger) dari kabel baja, dan bagian yang lurus berfungsi mendukung
lalulintas (dek jembatan).

2.3. BENTUK JEMBATAN GANTUNG


Di dalam buku jembatan karangan Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA. Dan
Agus Setyo Muntohar, ST. (Hal 168) Berkaitan dengan bentang luar (side span) terdapat
bentuk struktur jembatan gantung sebagai berikut :

3
1. Bentuk bentang War bebas (side span free)
Pada bentang luar, kabel utama tidak menahan / dihubungkan dengan lantai
jembatan oleh hanger, jadi tidak terdapat hanger pada bentang luar. Disebut juga
dengan tipe straight backstays atau kabel utama pada bentang luar berbentuk lurus

Gambar 2. 1. Bentuk jembatan umum side span free

2. Bentuk bentang luar digantung (side span suspended)


Pada bentuk ini kabel utama pada bentang luar menahan struktur lantai jembatan
dengan dihubungkan oleh hanger.

Gambar 2. 2. Bentuk jembatan umum side span suspended

Steinman (1953), Membedakan jembatan gantung menjadi 2 jenis yaitu :


1. Jembatan gantung tanpa pengaku
Jembatan gantung tanpa pengaku adalah tipe jembatan gantung dimana seluruh
beban sendiri dan lalulintas didukung penuh oleh kabel. Hal ini dikarenakan tidak
terdapatnya elemen struktur kayu pada jembatan. Dalam hal ini bagian lurus yang
berfungsi untuk mendukung lantai lalulintas berupa struktur sederhana, yaitu
berupa balok kayu biasa atau bahkan mungkin terbuat dari bambu. Dalam
perhitungan struktur secara keseluruhan, struktur pendukung lalulintas ini

4
kekakuannya (EI) dapat diabaikan, sehingga seluruh beban mati dan beban
lalulintas akan didukung secara penuh oleh kabel baja melalui hanger.
2. Jembatan gantung dengan pengaku
Jembatan dengan pengaku tipe jembatan gantung dimana pada salah satu bagian
strukturnya mempunyai bagian yang lurus berfungsi untuk mendukung lantai
lalulintas (dek). Dek pada jembatan gantung jenis ini biasanya berupa struktur
rangka, yang mempunyai kekakuan (EI) tertentu. Dalam perhitungan struktur
secara keseluruhan, beban dari lantai jembatan didukung secara bersama-sama
oleh kabel dan gelagar pengaku berdasarkan prinsip kompatibilitas lendutan
(kerjasama antara kabel dan dek dalam mendukung lendutan).
Jembatan gantung dengan pengaku mempunyai 2 dasar bentuk umum yaitu :
1. Tipe Rangka Batang Kaku (Stiffening Truss).
Pada tipe ini jembatan mempunyai bagian yang kaku atau diperkaku yaitu pada
bagian lurus pendukung lantai jembatan (dek) yang dengan hanger dihubungkan pada
kabel utama.

Gambar 2. 3. Tipe jembatan gantung dengan pengaku Stiffening Truss

2. Tipe Rantai Kaku (braced chain)


Pada tipe ini bagian yang kaku atau diperkaku adalah bagian yang berfungsi
sebagai kabel utama.

Gambar 2. 4. Tipe jembatan gantung dengan pengaku braced chain

5
2.4. JENIS - JENIS JEMBATAN

1. Jembatan Suspensi Sederhana (Simple Suspension Bridge)


jenis ini adalah tipe pertama dari Jembatan Suspensi yang telah dibangun. Jangkar
di kedua sisinya mendukung dek/ lantai jembatan dan tidak memiliki menara/ dermaga
untuk dukungan tambahan di tengahnya. Jembatan ini biasanya memiliki busur ke atas
dan ke bawah, yang terbentuk karena dek/ lantai jembatan. Jembatan ini termasuk
jembatan fleksibel yang didukung oleh kabel suspensi. Jenis jembatan ini tidak
digunakan untuk menahan beban yang sangat berat karena lantai jembatan memiliki
kapasitas beban yang terbatas, biasanya hanya pejalan kaki yang hendak menyeberang
sungai, lembah maupun jurang.

Gambar 2. 5. Jenis jembatan suspensi sedehana (Simple Suspensi Bridge)

2. Underspanned Suspension Bridge


Jenis Jembatan Gantung ini juga dikenal sebagai jembatan gantung dek atas.
Struktur jembatan ini berbeda dengan pendahulunya, jembatan gantung sederhana.
Dek / lantai jembatan ini berada di atas kabel utamanya. Jembatan jenis ini sangat
jarang dibangun karena tidak memiliki kestabilan dikarenakan kabel utamanya yang
berada di bawah dek jembatan. Tumpuan kabel utama dari jembatan ini sama seperti
jembatan suspensi sederhana (Simple Suspension Bridge) yaitu pada ujung ujung
jembatan, ditanam ke dalam tanah.

6
Gambar 2. 6. Jenis jembatan Underspanned Suspension Bridge

3. Stressed Ribbon Bridge


Struktur dari jembatan ini mirip dengan Jembatan Gantung Sederhana. Kabel
sebagai unsur struktur penahan ditanam di Dek. Dek/ lantai jembatan tersebut
membentuk huruf “U” pada bentang antar tumpuannya. Ini terbentuk karena Kabel/pita
dikenai kompresi, dengan begitu jembatan ini menjadi kaku dan tidak bergoyang atau
memantul. Jembatan ini dibuat dengan memperkuat beton dengan diberi kabel tegangan
baja. Ini adalah salah satu jenis jembatan suspensi terkuat dan juga bisa digunakan untuk
lalu lintas kendaraan.

Gambar 2. 7. Jenis jembatan Stressed Ribbon Bridge

4. Suspended Deck Suspension Bridge


Jembatan ini juga disebut jembatan gantung yang paling umum digunakan dari beberapa
jenisnya. Menggunakan kabel suspensi yang ditanam di tanah. Suspender jembatan ini
menyuport dek/ lantai jembatan yang ada di bawah kabel suspensi utama. Dek jembatan
ini dibuat kaku dan bisa dilalui oleh kendaraan berat dan lalu lintas rel. Jembatan ini juga
menggunakan menara/ tiang untuk membantu kabel suspensi menyalurkan beban ke
pondasi jembatan.

7
Gambar 2. 8. Jenis jembatan Suspended Deck Suspension Bridge

5. Self Anchored Suspension Bridge


Jembatan ini hampir sama dengan jembatan berjenis Suspended Deck Suspension
Bridge. Bedanya hanya pada penanaman ujung kabel suspensi utama. Ujung dari kabel
suspensi utama dari jembatan gantung ini melekat pada masing masing ujung dek dan
tidak ditanam ke tanah melainkan menggunakan jangkar buatan untuk menanamnya.
Untuk itu jembatan jenis ini sangat cocok dibangun pada daerah yang tidak mempunyai
struktur tanah yang stabil dan sulit membuat penahan jembatan. Seperti contoh di Negara
Jepang.

Gambar 2. 9. Jenis jembatan Self Anchored Suspension Bridge

8
2.5. KOMPONEN – KOMPONEN JEMBATAN GANTUNG

A. Bagian Atas Jembatan


Bagian atas jembatan berfungsi memikul langsung beban lalu lintas yang
melewati jembatan tersebut, terdiri dari beberapa komponen yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Lantai Jembatan
Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta
melimpahkan beban dan gaya – gaya tersebut ke gelagar memanjang melalui
gelagar – gelagar melintang.
2. Gelagar Memanjang.
Berfungsi sebagai pemikul lantai jembatan. Gelagar memanjang
diperhitungkan sebagai balok menerus yang menumpu di atas tumpuan –
tumpuan yang berupa balok melintang.
3. Gelagar Melintang.
Berfungsi memikul gelagar memanjang. Gelagar ini menumpu di atas
gelagar pengaku atau langsung dipikul oleh batang penggantung.
4. Gelagar Pengaku.
Pengaku ini dipasang pada tepi luar gelagar memanjang berfungsi sebagai
pengaku dan penahan gaya angin.
5. Batang Penggantung (Hanger)
Berfungsi sebagai pemikul gelagar utama dan pelat lantai serta
melimpahkan beban – beban dan gaya – gaya yang bekerja pada kabel utama.
Untuk sambungan antara batang penggantung dengan kabel utama digunakan
klemp penggantung (hanger clamp).
6. Kabel Utama.
Berfungsi memikul bangunan atas melalui kabel – kabel penggantung
serta melimpahkan beban dan gaya – gaya tersebut ke tiang / pylon pemikul
dan block angker.
7. Kabel Angin (Strom Rope).
Berfungsi memikul gaya angin yang bekerja pada bangunan atas. Biasanya
digunakan strand ropes untuk kabel angin ini.

9
8. Tambatan Angin (Bracing).
Berfungsi sebagai pengaku dan biasanya menggunakan profil baja siku.
9. Sandaran
Berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki.

B. Bangunan Bawah Jembatan.


Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi memikul bangunan
atas serta melimpahkan seluruh beban dan gaya – gaya yang bekerja ke pondasi
bangunan jembatan. Bangunan bawah jembatan terdiri dari komponen – komponen
berikut :
1) Menara / Pylon
Berfungsi sebagai penumpu kabel utama dan gelagar utama, serta melimpahkan
beban dan gaya – gaya yang bekerja melalui struktur pilar atau ke pondasi.
a. Menara berbentuk rangka portal dengan kolom berbentuk profil heavy coloum
baja dan balok portal berupa rangka baja profil.
b. Tinggi menara tergantung dari bentang jembatan.
c. Menara bertumpu pada pondasi menara yang terbuat dari beton.
d. Menara bersama – sama pondasi harus dapat memikul beban vertikal,
horizontal dan momen maksimum.
2) Blok Angker.
Angker pada kabel utama sangatlah penting karena berfungsi sebagai penahan
ujung –ujung kabel utama dari kwadrant serta melimpahkan gaya– gaya yang
dipikulnya ke pondasi blok angker.
3) Kwadrant.
Berfungsi menahan gaya tarik kabel utama. Kwadrant ditahan oleh sendi dan
kabel diangkur arah tegak lurus permukaan horizontal tanah.
4) Pondasi.
Pondasi di sini yaitu pondasi menara dan pondasi block angker yang berfungsi
memikul menara dan block angker serta melimpahkan beban dan gaya– gaya
yang bekerja ke lapisan tanah pendukung.

Bagian – bagian dari jembatan suspensi dapat dilihat di gambar 1 di bawah ini :

10
Gambar 2. 10. Bagian – bagian jembatan

C. Keuntungan dan Kelemahan.


1. Kelebihan Jembatan Gantung
a. Seluruh struktur jembatan dapat dibangun tanpa perancah dari tanah.
b. Struktur utamanya nampak gagah dan mengekspresikan fungsinya dengan
baik.
c. Merupakan pilihan yang ekonomis untuk jembatan dengan panjang
bentang lebih dari 600 meter.
2. Kelemahan Jembatan Gantung.
Apabila lantai kerja tidak cukup kaku, maka jembatan penggantung akan bergoyang dan
menjadi tidak stabil jika terkena angin dan getaran akibat resonansi, seperti pada jembatan
Tacoma Narrows, Seattle, Amerika dan jembatan Millenium, River Thames, London.
Saat ini jembatan gantung yang terpanjang adalah Jembatan Akashi-Kaikyo, di Jepang,
dengan panjang total mencapai 4 km, dan panjang bentang 1990 meter.

2.6. PRINSIP KERJA


Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur jembatan gantung. Kabel
besifat fleksibel, cenderung berubah bentuk dratis apabila pembebanan berubah. Dalam
hal pemakaiannya kabel berfungsi sebagai batang tarik yang memikul berat beban dari
lantai yang sebagai perimbangan sebaiknya untuk mengurangi beban mati dan tahanan
terhadap aliran udara vertikal. penggunaan lantai dapat menambah pula kekakuan dari
kontruksi jembatan gantung. Kemudian beban yang dipikul oleh kabel dan lantai
selanjutnya diteruskan ke menara yang kemudian disebarkan ke tanah melalui fondasi
dan blok angker.

11
KKABEL

KMENARA

PONDASI

DAN

BLOK ANGKER

Flow Chart 2.1 Prinsip Kerja

2.7. PRINSIP PERHITUNGAN


1. Menentukan Beban Rencana
a) Beban mati (qD) = Berat Gelagar + Berat kabel utama + Hanger dek
b) Beban hidup (qL)
c) Beban angin (qW)
d) Total beban (W)
2. Analisis lendutan dan tegangan kabel
a) Sag ratio awal :
n=f/l

f = ordinat (sag) maksimum

l = bentang kabel

b) Tegangan kabel awal :


𝑊. 𝑙
T= ( 1 + 16n²)^½
8𝑓

c) Komponen horisontal awal :

12
Tan Ø = 4n
𝑇
H = 𝑆𝑒𝑐 Ø

d) Panjang kabel setelah pembebanan :


𝐻.𝐿
ΔL = (1 + 16
3
𝑛² ) , Dengan :
𝐸s.𝐴
ES = Modulus elastisitas kabel utama
A = Luas penampang kabel utama
e) Lendutan sag :
ΔL .15
Δf 1=
16.𝑛 (5−24𝑛2 )
Akibat beban simetris
2𝑒
Δf 2 = (1+2𝑒)

f) Tambahan komponen horisontal akhir :


𝐻
H=- x Δf
𝑓

g) Komponen horisontal akhir :


H = H.awal + H.akhir
3. Contoh Soal Analisis Lendutan dan Tegangan Kabel

Gambar 2. 11. Contoh Analisis Lendutan dan Tegangan Kabel


1) Data Jembatan :

Kelas Jembatan : Jembatan Pejalan Kaki Kelas II


Bentang tengah jembatan (L) :12,00 meter
Lebar Jembatan : 2,00 meter
Bentang tepi (backstay) :1,60 meter
Simpangan tengah bentang (f) : 2 meter
Jumlah segmen tengah : 40 buah
Kabel utama : Ǿ 100 mm
Kabel penggantung (hanger) : Ǿ 35 mm
Dek/ lantai Jembatan :Kayu Kelas I
Gelagar :WF 33 x 18

13
Menara : WF 36 x 240
Es : 200000000
A : 0,00785

a) Menentukan Beban Rencana Data Beban

Beban mati (qD) =berat gelagar + Berat kabel utama + hanger + dek
=1,719 + 0,62 + 0,33 + 0,49 =3,159 KN/m
Beban hidup (qL) = 2, 7 KN/m
Beban angin (qW) = 0,4 KN/m
Total beban (w) = 1,2 qD + 1,6 qL + 1,05 qW = 1,2 (3,159) + 1,6 (2,7) + 1,05 (0,4)
= 8,531 KN/m

b) Menghitung Gaya Tarik Kabel dan Lendutan Kabel

2) Sag ratio awal :


n = 𝑓/ 𝑙 = 2/ 60 = 0,033
3) Tegangan kabel awal
𝑊. 𝑙
T= ( 1 + 16n²)^½
8𝑓

8,531 . 60²
T= ( 1 + 16x0.33²)^½
8 .2

= 1936,1253 KN

c) Komponen Horizontal Awal


tan α = 4n = 4 x 0,033 = 0,132

α = arc. Tan 0,132 = 7,520


𝑇
H = 𝑆𝑒𝑐 Ø
1936,1253
= = 1918,8556 KN
𝑆𝑒𝑐 7,52

d) Panjang Kabel Setelah Pembebanan


𝐻.𝐿
Δf = (1 + 16
3
𝑛² )
𝐸s.𝐴
1936,1253𝑥120
(1 + 16
3
0,033² )
200000000𝑥0,00785
= 0,1489 m = 14,89 cm

e) Lendutan sag :

14
ΔL .15
Δf 1=
16.𝑛 (5−24𝑛2 )
0,1489 x 15
=
16.0,33(5−24𝑥0,332 )
= 0,8505 m = 85,05 cm
2𝑒
Δf 2 = (1+2𝑒)

1 𝑞𝐷 𝑞𝐷 𝑞𝐷²
e = (2 + 𝑞𝐿 − √ 𝑞𝐿 + 𝑞𝐿² ) 𝐿

1 3,159 3,159 3,159²


(2 + −√ + )𝐿
2,7 2,7 2,7²

= 0,0766
2𝑥0,766
Δf 2 = (1+2(0,766)) = 13,43 CM
∆f = ∆f 1 + ∆f 2 = 0,8505 + 0,1343 = 0,9848 m

f) Tambahan komponen horisontal akhir :


𝐻
H=- x Δf
𝑓
1936,1253
=- x 0,9848
2

= - 953,348 KN
g) Komponen horizontal akhir
H = 1936,1253 – 953,348
= 982,773 KN

15
2.8. METODE PELAKSANAAN KONTRUKSI

MULAI

PEKERJAAN SITEPLAN

 PENGUKURAN
 PEMBERSIHAN LAHAN
 PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
BANGUNAN

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

 PONDASI
 MENARA
 KWADRANT
 BLOK ANGKER

PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

 LANTAI JEMBATAN
 GELAGAR MEMANJANG
 GELAGAR MELINTANG
 GELAGAR PENGAKU
 HANGER
 KABEL UTAMA
 KABEL ANGIN
 TAMBATAN ANGIN
 SANDARAN

PEKERJAAN PEMERIKSAAN AKHIR

SELESAI

16
1. Pekerjaan Site Plan
 Persiapan Peralatan
(a) Theodolit atau water pass
(b) Patok dari kayu atau bambu
(c) Meteran
 Langkah kerja
(a) Tentukan As jembatan gantung yaitu dari pondasi portal ke pondasi
portal yang satunya lagi dengan ketentuan yang berlaku.
(b) Penentuan angkur block kabel utama yang perlu diperhatikan adalah
jarak antara pondasi kolom ke angkur block kabel utama tetapi ini
tidaklah mutlak, karena yang sangat menentukan dan perlu
diperhatikan adalah sudut kemiringan kabel utama yaitu 21,80 derajat.
(c) Menentukan pondasi kabel angin, yang perlu diperhatikan adalah jarak
antara pondasi kolom dengan pondasi kabel angin. Jika tidak
memungkinkan sesuai dengan gambar maka diperbolehkan untuk
merubah posisi atau kedudukkan pondasi kabel angin

2. Pekerjaan Bangunan Bawah Atau Pondasi Portal


 Persiapan peralatan
(a) Cangkul
(b) Meteran
(c) Gergaji
(d) Palu
(e) Papan kayu
(f) Kayu kaso
(g) Paku secukupnya

 Langkah kerja
(a) Tentukan lokasi yang akan dipergunakan untuk mendirikan pondasi
portal, dengan ketentuan jarak pondasi dari tepi sungai ± 5.00 meter
daritepisungai.
(b) Mulailah menggali sesuai dengan ukuran, bentuk dan struktur pondasi
portal.
(c) Siapkan alat-alat bantu seperti, kayu, papan kayu, clan lain sebagainya
untuk persiapan pengecoran bagian bawah pondasi portal.
(d) Siapkan juga bahan-bahan pengecoran seperti, semen, pasir, kapur,
batu kali, batu kerikil,dan lain sebagainya.
(e) Tentukan perbandingan bahan-bahan adukan, sesuai dengan ketentuan
yang benar.
3. Pekerjaan Blok Angkur Kabel Utama
 Persiapan peralatan
(a) Cangkul
(b) Meteran

17
(c) Gergaji
(d) Kayu kaso
(e) Papan kayu
(f) Palu
(g) Paku secukupnya

 B. Langkah kerja
(a) Tentukan lokasi atau tempat yang akan dipergunakan untuk
mendirikan blok angkur kabel utama.
(b) Mulailah menggali sesuai dengan ukuran dan bentuk serta setruktur
bangunan blok angkur kabel utama
(c) Siapkan dan pasang alat-alat bantu seperti, kayu kaso, papan kayu, dan
lain sebagainya untuk persiapan pengecoran
(d) Pasang angkur utama pada kedudukkannya
(e) Setelah angkur utama terpasang, pasanglah as waltermur sesuai
dengan ketentuan, agar nantinya bisa memudahkan dalam pemasangan
kabel baja utama.
(f) Jika semua sudah terpasang dengan benar dan siap untuk dicor,
langsung dicor dengan adukan beton.

4. Pekerjaan Blok Angkur Kabel Angin


 Persiapan peralatan
(a) Cangkul
(b) Meteran
(c) Gergaji
(d) Kayu kaso, papan
(e) Palu
(f) Paku secukupnya

 Langkah kerja
(a) Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan lokasi
yang akan digunakan untuk mendirikan blok angkur kabel angin sesuai
dengan jarak yang diperbolehkan
(b) Mulailah menggali sesuai dengan ukuran dan bentuk
(c) Kemudian pasanglah alat bantu untuk persiapan pengecoran
(d) Kemudian pasanglah angkur angin dan as warfel mur kabel angin x
Bila semua sudah siap maka angkur mulai kita cor

18
5. MENDIRIKAN KAKI PORTAL
 Persiapan peralatan

(a) Lier
(b) Tacle 3 ton
(c) Pipa (box bantu + 5,00 m )
(d) Tambang
(e) Seling
(f) Mur angkur dia 7/8"

 B. Langkah kerja
(a) Siapkan kaki portal dengan jumlah 8 batang dirikanlah pipa (box bantu
yang telah terpasang seling dan tacle 3 ton) yang gunanya untuk
mendirikan kaki-kaki portal.
(b) Periksalah bahwa pipa (box bantu itu benar-benar aman, dan mampu
untuk mendirikan kaki portal, sehingga waktu pemasangan tidak
mengalami kecelakaan.
(c) lkatlah seling (rantai tacle 3 ton) tersebut pada kaki portal.
(d) Mulailah pemasangan, paskan lubang kaki portal (plat yang telah
terpasang) dengan angkur kolom
(e) Jika sudah terpasang, pasanglah mur angkur dia 7/8" lalu kencangkan.
(f) Pasang kaki portal lainnya sate persatu, untuk mempersingkat waktu
pasanglah kaki portal untuk dua lokasi (dua pondasi) secara
bersamaan.

19
6. Pekerjaan Pemasangan Roller
 Persiapan peralatan
(a) Kunci pass
(b) Mur baut dia 3/4"
(c) Ticle
(d) Tambang

 Langkah kerja
(a) Naikkan roller dengan menggunakan tacle dan box bantu
(b) Pasang dan paskan kedudukkannya
(c) Pasang mur baut dan kencangkan
(d) Dalam pemasangan roller ini, tutupnya harus di buka terlebih dahulu
(e) Untuk mempersingkat waktu pemasangan roller ini dapat dilakukan
pada dua portal secara bersamaan
(f) Dalam pemasangan jangan lupa menggunakan alat pengaman

7. Pekerjaan Pemasangan Kabel Utama


 Persiapan peralatan
(a) Tacle
(b) Tambang
(c) Drum /perahu
 Langkah kerja
(a) Setelah roller terpasang di portal, mulailah persiapan untuk
pemasangankabel utama.
(b) Langkah pertama gulungan kabel utama harus dibuka terlebih dahulu,
kemudian kuncikan salah satu ujung kabel utama ke waltermur utama.
(c) Dan untuk ujung yang satu lagi kita seberangkan dengan
menggunakan alat penyeberangan yang ada.
(d) Dalam melaksanakan pekerjaan ini jangan lupa menggunakan alat
pengaman.
8. Pekerjaan Pemasangan Kabel Utama Ke Roller
 Persiapan peralatan
(a) Tambang atau seling

20
(b) Tacle
(c) Katrol roda
(d) Box bantu
 Langkah kerja
(a) Jika ujung salah satu kabel telah terkunci diblok angkur dan ujung
satunya lagi telah diseberangkan maka kita bersiap untuk menaikkan
kabel utama ke roller.
(b) Terlebih dahulu kita ukur panjang kabel utama antara blok angkur ke
as portal
(c) Untuk memudahkan dalam menaikkan kabel utama, terlebih dahulu
kabel dilengkungkan dan diikat dengan tambang, kemudian ditarik
keatas dengan menggunakan tacle yang sudah disiapkan sebelumnya.
(d) Setelah kabel berada di atas, masukkan kabel ke roller atau dudukan
kabel, kemudian lepaskan ikatan lengkungan kabel tadi dan roller pun
dipasang tutupnya.
9. Pekerjaan Penyetelan Lay Out Kabel Utama
 Persiapan peralatan
(a) Tacle
(b) Balok kayu
(c) Seling atau tambang
 Langkah kerja
(a) Putar warfel mur
(b) Apabila setelah kita putar warfel mur kabel utama ternyata masih
kurang juga maka, kita kendorkan buldoggrip lalu tekukan kabel agak
di majukan lebih ke depan.

10. Pekerjaan Pemasangan Hanger


 Persiapan peralatan
(a) Tangga yang dibuat dari tambang atau bambu
(b) Tacle
(c) Kunci pas dan kunci ring
(d) Mur baut secukupnya
 Langkah kerja

21
(a) Setelah kabel utama terpasang dan sesuai dengan aturan lay outnya,
siapkanlah batang-batang hanger.
(b) Langkah pertama ialah dengan cara memasang hanger yang lebih
panjang atau hanger yang paling ujung dengan menggunakan tangga
yang terbuat dari tambang atau seling.

11. Pekerjaan Merangkai Rangka Girder


 Persiapan peralatan
(a) Kunci-kunci
(b) Tambang
(c) Tacle
 Langkah kerja
(a) Pertama sekali persiapkan rangkaian pertama yang terdiri dari batang
melintang dan batang memanjang yang telah dirangkai menjadi satu.
(b) Setelah itu diangkat atau dipasang dengan menggunakan tali atau
tambang.
(c) Pemasangan girder ini sebaiknya dimulai dari kedua ujung jembatan.
(d) Dalam pelaksanaan pemasangan jangan lupa menggunakan alat
pengaman.

12. Pekerjaan Pemeriksaan Camber


 Persiapan peralatan
(a) Theodolit atau water pass
 Langkah kerja
(a) Pemeriksaan ini dilakukan setelah semua konstruksi atas selain papan
lantai sudah terpasang
(b) Pemeriksaan di mulai dari salah satu ujung jembatan dengan
menggunakan theodolit atau water pass
13. Pekerjaan Pemasangan Sandaran
 Persiapan peralatan
(a) Kunci pass dan kunci ring
(b) Mur baut
 Langkah kerja

22
(a) Setelah girder terpasang dan chamber telah kita periksa maka
pekerjaan selanjutnya adalah memasang sandaran (frame) telah dirakit
sebelumnya, tetapi belum terpasang sandaran penutup.
(b) Setelah sandaran (frame) terpasang semua maka kita pasang sandaran
penutup dan kawat ram.

14. Pekerjaan pemasangan Papan Lantai


 Persiapan peralatan
(a) Kunci pass dan kunci ring
(b) Mur baut
(c) Papan lantai
(d) Plat pengait papan atau klem papan
 Langkah kerja
(a) Siapkan papan lantai yang sudah diserut atau di haluskan dengan
standart ukuran tebal = 50 mm, lebar = 250 mm, panjang 1700 mm
(b) Dalam pemasangan papan lantai sebaiknya dilakukan dari kedua belah
ujung jembatan yang nantinya akan bertemu ditengah jembatan.Hal ini
dimaksudkan agar beban jembatan selama pemasangan lantai dapat
seimbang, sehingga memudahkan dalam pemasangan dan menghemat
waktu.
15. Pekerjaan Pemasangan Camber Kembali
 Persiapan peralatan
(a) Theodolit atau water pass
 Langkah lerja
(a) Setelah sandaran dan papan lantai terpasang maka sebaikmya kita
adakan pemeriksaan terhadap camber kembali dengan cara yang sama
dengan cara pemeriksaan camber pertama tadi

16. Pekerjaan Pemasangan Kabel Angin


 Persiapan peralatan
(a) Tambang
(b) Buldoggrip
(c) Kunci pass dan kunci ring

23
 Langkah kerja
(a) Setelah sandaran terpasang dan kawat ram serta papan lantai jembatan
juga telah terpasang maka kita bersiap untuk memasang kabel angin
(b) Langkah pertama yaitu kita buka gulungan kabel terlebih dahulu,
kemudian kita bentangkan sejajar dengan bentangan jembatan
(c) Kemudain salah satu ujungnya kita kuncikan pada waltermur kabel
angin lalu kita pasang ikatan kabel angin dengan catatan buldoggrip
sudah terpasang tetapi mur baut nya jangan dikencangkan dahulu
(d) Setelah semua ikatan kabel angin terpasang maka ujung kabel angin
yang belum terkunci kita tank dan kita kuncikan pada waltermur ujung
satunya.
(e) Untuk mempercepat waktu pemasangan, stel kedua kabel angin secara
bersamaan Setelah semua kabel angin terpasang periksa kelurusan dan
goyangan jembatan dengan cara :
 Melihat as pondasi ke as jembatan (untuk kelurusan jembatan)
 Merasakan ayunan jembatan pada saat dilalui (untuk goyangan)
 Apabila kondisi jembatan tidak lurus, berarti kabel angin
mempunyai kekencangan yang tidak sama.

24
2.9.KASUS YANG PERNAH TERJADI
KEGAGALAN JEMBATAN TACOMA NARROWS

Gambar 2. 12. Jembatan Tacoma


Jembatan Tacoma (the Tacoma Narrows Bridge) dibuka pada bulan Juli 1940.
Jembatan ini termasuk jenis jembatan gantung. Dengan gelegar utama sepanjang 2800
feet sama dengan 854 meter. Jembatan Tacoma adalah jembatan terpanjang ketiga di
dunia. Kontraktor yang membuat Jembatan Tacoma saat itu memutuskan untuk
meminimalkan pengeluaran dengan membuat jembatan selebar 39 meter untuk
mendukung dua jalur lalu lintas. Jembatan Tacoma dirancang untuk menahan angin 120
mph.
Dengan menelan biaya sebesar $ 6,4 juta, konstruksi Jembatan Tacoma sudah
menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan, bahkan ketika para pekerja memasang jalan
rayanya, gelegarnya sudah bergoyang, hingga para pekerja menjadi mabuk laut.
Ketidakstabilan ini disebabkan Jembatan Tacoma terlalu langsing.
Selama 6 bulan setelah diresmikan, Jembatan Tacoma masih dipakai untuk
kegiatan, walaupun jembatan itu bergoyang. Dikarenakan, menyeberang dengan
melewati Jembatan Tacoma lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan sarana kapal
ferri.
Pada tanggal, 7 November 1940, kira-kira pukul. 07.00 pagi, gelegar utamanya
mengalami suatu getaran diarah vertikal yang berlangsung selama 3 jam. Ketika itu angin
bertiup dengan kecepatan 35 sampai 42 miles per jam. Hal ini mengakibatkan ditutupnya
jembatan untuk lalu lintas.

Gambar 2. 13. Gelagar utama jembatan tacoma bergoyang

25
Pada pukul. 10.00 ketika truk terakhir telah meninggalkan jembatan, gerakan
jembatan berubah. Gerakan turun naik yang teratur berubah menjadi gerakan puntiran /
torsi dengan dua gelombang. Gelagar utama bergelombang dalam dua bagian titik
simpulnya di tengah-tengah. Pada suatu ketika satu tepi jalannya terangkat setinggi 28
feet. Kemudian di waktu berikutnya, tepi itu berada 28 feet di bawah posisi statisnya.
Gerakan puntiran mengakibatkan perputaran sudut kira-kira 450 dan silih berganti.
Gelegar bergoyang dengan gelombang yang hebat, hingga rasa-rasanya sukar dipercaya
bahwa gelegar dibuat dari baja dan bukan dari karet.
Pada pukul. 10.30 terjadilah patahan pertama. Sebuah panel lantai di dekat tengah-
tengah gelegar terlepas dan jatuh ke dalam air yang berada 208 feet dibawahnya, untuk
satu saat, gerakan menjadi berkurang tetapi segera menghebat kembali.
Pada pukul. 11.00 patahan yang sesungguhnya terjadi. Sepanjang 600 feet dari
gelagar utama di dekat titik perempatan sebelah barat terlepas dari gantungannya dan
runtuh ke dalam air. Dengan runtuhnya bagian ini, diharapkan bahwa gerakan akan
menjadi tenang. Tetapi tidak, gerakan Jembatan Tacoma berjalan terus, bahkan sekarang
gelegar tepinya turut mengambil bagian.

Gambar 2. 14. Truk akhir yang meninggalkan jembatan


Akhirnya pada pukul. 11.10, hampir semua sisa-sisa dari gelegar utama terlepas
dan runtuh. Akibat kehilangan keseimbangan dari gelegar utama, kabel di gelegar utama
terangkat ke atas, gelegar tepi yang panjangnya 1100 feet tiba-tiba melendut kira-kira 60
feet dan membentur tembok penahan tepi hingga terpental kembali untuk kemudian jatuh
lagi kira-kira 30 feet. Menaranya menjadi miring ke arah luar dan semua gerakan-gerakan
jembatan berhenti dengan cepat.

26
Gambar 2. 15. Jembatan Tacoma rusak
Penyebab Kegagalan
Kegagalan struktur Jembatan Tacoma Narrows disebabkan oleh getaran
aeroelastic. Getaran aeroelastik adalah getaran yang timbul akibat interaksi gaya
aerodinamik dengan gaya inersia, kekakuan dan redaman struktur. Untuk mengurangi
efek dari getaran aeoelastik adalah dengan usaha peredaman getaran struktur.
Hal ini tidak terdapat pada struktur Jembatan Tacoma Narrows. Sehingga, ketika
angin berhembus 40 mil per jam (64 km/jam), Jebatan Tacoma Narrows bergetar dimana
bagian sisi kiri jalan turun, sisi kanan akan naik, dan sebaliknya, dengan bagian tengah
yang tidak bergerak, secara berulang-ulang sampai Jembatan Tacoma Narrows runtuh.
Getaran ini dikenal dengan getaran torsional modus. Getaran ini berbeda dengan getaran
transversal maupun getaran longitudinal. Getaran torsional modus juga merupakan efek
dari getaran aeroelastik.
Upaya Penanggulangan
Seperti yang sudah disebutkan di atas, untuk mencegah getaran aeroelastik adalah
dengan usaha peredaman struktur. Peredaman struktur itu sendiri adalah dengan
menambah berat dari struktur itu sendiri. Untuk struktur Jembatan Tacoma Narrows
sekarang beratnya 15 % lebih berat dari yang pertama, sehingga aman terhadap efek
dinamis tekanan angin.
Jembatan Tacoma Narrows setelah di desain ulang, masih tetap mempertahankan
panjang gelegar utama sebesar 2800 feet. Gelegar utama dibuat dari konstruksi rangka
dan tingginya 33 feet, sedangkan jarak kabel dibuat 60 feet.

27
Gambar 2. 16. Jembatan Tacoma yang telah di desain ulang

28

Anda mungkin juga menyukai