Anda di halaman 1dari 2

Pengendalian Mutu

Dalam pengendalian mutu beton terdapat 3 macam pengujian, yaitu pengujian bahan beton, pengujian beton segar, dan pengujian beton keras. Untuk pengujuan bahan beton khususnya semen, secara teoritis terbagi menjadi 3, yaitu pengujian semen (komposisi kimia, kehalusan, dan berat jenisnya), pengujian pasta (waktu pengikatan, kekekalan bentuk, dan panas hidrasinya), dan pengujian mortar (alir mortar dan kekuatannya). Namun secara praktis, pengujian semen dapat meliputi analisa kimia, pengujian fisik, dan pengujian kinerja; untuk mempermudah pengujian di lapangan. Dalam analisis kimia, metode yang secara rutin digunakan adalah metode standar dengan 3 tes rutin lainnya, antara lain Faktor Kejenuhan Kapur (mengindikasikan potensi memproduksi semen yang kekal bentuknya atau sound) Residu yang tidak larut (mengindikasikan ketidakmurnian dalam semen), dan Kehilangan Nyala atau Loss of Ignition (mengindikasikan derajat karbonasi dan hidrasi CaO dan MgO karena terbuka ke udara). Selain itu terdapat juga pengujian fisik dan kinerja terdiri dari kehalusan (pengaruh kecepatan hidrasi dan kerataan tekstur permukaan beton), waktu pengikatan atau setting time (pengukuran waktu penambahan air ke semen dimana pasta (konsistensi standar) telah mencapai derajat kekakuan tertentu), kekekalan bentuk atau soundness (memperhatikan perubahan volume yang reaksi yang tertunda dari pasta semen), kuat tekan, dan panas hidrasi. Meski terdapat cara lainnya, seperti berat jenis, alir mortar, dan kekuatan tarik; tetapi cara praktis lebih efektif diujikan di lapangan. Selain pengujian semen, terdapat juga pengujian agregat. Pertama-tama agregat haruslah diambil untuk dijadikan samplenya (secara acak). Lalu agregat dapat diujikan dengan beberapa pengujian, seperti pengujian gradasi (proporsi agregat), pengujian bentuk butiran (indeks pipih/flakiness index, index panjang/elongation index, dan angka angularitas sesuai BS 812), pengujian kadar lengas (dengan metode memanggang/frying pan, metode displacement, maupun metode cepat/speedy moisture tester), pengujian kekuatan agregat (kokoh hancurnya inti batuan, nilai hancur agregat, nilai 10% agregat halus, nilai tumbukan agregat, nilai abrasi agregat, presentasi keausan, dan mengukur berat volume), pengujian substansi perusak (kotoran, lapisan/coating,danbutiran lemah/unsound), dan pengujian stabilitas kimiawi (reaksi AlkaliKarbonat dan Alkali-Silika). Selain itu ada juga pengujian air. Pengujian air dapat dilakukan dengan membandingkan beton air tertentu dengan beton air suling (karena air minum paling cocok menjadi air campuran/perawatan).

Sedangkan untuk pengujian beton segar biasanya terbagi menjadi 6 buah pengujian, antara lain pengujian kelecakan (seperti slump test, uji meja alir/flow table, remolding test, vebe consistometer test, kelly ball penetration test, dan compacting factor test), pengukuran kadar udara (dengan metode gravimetrik, volumetrik, tekanan, dan chace air meter), kadar semen (dengan prinsip Gnesenauer dan Dunagan (menimban dan mengayak beton segar), metode kepadatan suspense semen, dan metode Kelly dan Vail (mengukur dengan metode titrasi), pengukuran kadar air (dengan metode Rapid Analysis, metode Konduktivitas Termal, metode Kapasitansi, metode Absorbsi Gelombang Mikro, dan metode Tahanan Elektris), pengukuran komposisi (dengan dasar metode nuklir dan metode sinar ), dan pemgukuran setting time (dengan mengayak beton dengan ayakan 5 mm). Selain pengujian-pengujian di atas beton keras juga harus diuji. Hal ini dilakukan untuk mengamati hukum fisik tentang sifat beton, menentukan sifat mekanisme beton, mengevaluasi konstanta fisik/modulus elastisitas, dan menentukan kualitas beton. Adapun jenis-jenis pengujiannya, antara lain pengujian kuat tekan (uji kuat tekan dan mekanisme keruntuhan), pengujian kuat lentur, pengujian kuat tarik, pengujian yang dipercepat, pengujian ketahanan beton, dan permeabilitas beton.

Anda mungkin juga menyukai