BAB II
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum yang dilaksanakan pada bab
klasifikasi massa batuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui kegunaan pengklasifikasian massa batuan pada sistem
tambang bawah tanah.
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor untuk menentukan sistem
tambang bawah tanah dengan metode pembobotan.
3. Untuk mengetahui dan memahami dari perhitungan metode pembobotan pada
karakteristik massa batuan.
4. Untuk dapat mengaplikasikan hasil perhitungan metode pembobotan pada
terowongan tambang bawah tanah.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa
batuan, yaitu:
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa batuan,
antara lain:
a. Simulator struktur kekar, digunakan sebagai media untuk praktek simulasi
pengukuran kekar pada tambang bawah tanah.
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Kompas geologi, digunakan untuk mengukur strike, dip dan dip direction kekar
pada simulator struktur kekar. Selain itu juga untuk mengetahui arah
pengukuran.
Gambar 2.2.
Kompas Geologi
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 2.3.
Meteran
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 2.5.
Clipboard
f. Schmidt Hammer, digunakan untuk mengetahui kuat tekan dari suatu batuan.
Gambar 2.6.
Schmidt Hammer
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa batuan,
antara lain:
a. Batu ukuran bongkah, digunakan sebagai media yang akan diukur kuat
tekannya dengan Schmidt hammer.
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 2.7.
Batu Ukuran Bongkah
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Selanjutnya tempelkan sisi south pada bidang struktur batuan yang akan
diukur, kemudian masukkan gelembung yang ada apa bull eyes, agar berada
disisi tengah, dengan cara menggeser-geserkan kompas dan menjaga agar sisi
south tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung berada
ditengah maka baca angka yang ditunjukkan oleh jarum utara. Angka tersebut
dapat menunjukkan nilai dari dip direction.
d. Mengukur jarak antar kekar yang memotong garis scanline menggunakan
meteran
e. Tentukan tingkat kekasaran kekar, jarak antar permukaan kekar (aperture),
kemenerusan kekar (persintence), jumlah kekar (λ)
Gambar 2.8.
Grafik Hammer Test
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 2.1.
Pengukuran Point Load Index (PLI) dengan Schmidt Hammer
Heading Wall
No
Pos B N/mm2 = MPa Pos B N/mm2 = MPa
1 49 60 51 62
2 30 28 30 28
3 37 39 40 44
4 44 52 30 28
5 36 38 48 61
6 38 41 44 48
7 44 52 45 54
8 41 46 44 52
9 32 31 46 55
10 42 48 42 48
Rata-rata 39,3 43,5 42 48
2. Pengukuran Kedudukan Kekar
Pengukuran kedudukan bidang kekar pada wall dan heading dari
terowongan dengan hasil data pengukuran tersebut, sebagai berikut:
Tabel 2.2
Pengukuran kedudukan kekar Wall
No. Kekar Dip Strike Jarak antar Jarak bukaan Panjang kekar
kekar (cm) kekar (cm) (cm)
1 A 57o N 178 oE - - 3 80
o
2 B 62 N 177 o E a-1 33 1 75
3 C 56o N 182 o E 1-b 26 1,2 76
o
4 D 56 N 174 o E b-c 12 1 77
o
5 E 42 N 154 o E 2-d 32 1,5 93
6 2 30o N 327 o E d-3 4 1,5 117
o
7 3 53 N 336 o E 3-e 19 1,5 80
o
8 4 50 N 320 o E e-4 33 2,5 86
9 5 50o N 336 o E - - 1,5 85
Rata-rata 22,7 1,63 85,44
Arah Umum - - -
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 2.3
Pengukuran kedudukan kekar Heading
No Kekar Dip Jarak antar Jarak bukaan Panjang
Strike
kekar (cm) kekar (cm) (cm)
1 A N 1720 E 250 10 2,5 63
2 B N 1620 E 260 50 0,5 85
3 C N 1470 E 160 12 1 151
4 1 N 3340 E 460 25 1 75
5 2 N 3310 E 450 25 1,4 86
6 3 N 3090 E 390 20 2 83
7 4 N 3380 E 550 39 2 100
Rata-rata 25,85 1,48 91,85
Arah Umum - - -
Gambar 2.9.
Sketsa Scanline Wall
1 B 2 3 A 4
C
Scanline
Gambar 2.10.
Sketsa Scanline pada Heading
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 2.11
Diagram Roset Wall
Gambar 2.12.
Diagram Roset pada Heading
Dari data yang didapatkan pada pengamatan kali ini menghasilkan arah
orientasi kekar pada wall yaitu N 336O E. Sedangkan, arah orientasi kekar pada
heading yaitu N 3240 E.
1. RMR
a. RMR (Rock Mass Rating) Wall
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar di lapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan yang terdapat pada
batuan yang diuji.
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 2.4.
Form Scanline
Lokasi Pengukuran
Parameter
Wall Heading
Arah garis pengukuran N 75O E N 1650 E
Panjang Scanline 250 cm 251 cm
Jenis Batuan Serpentinit Kuarsit
Schmidt Hammer Test 48 MPa 43,5 MPa
Jumlah kekar 9 9
Jumlah pasangan kekar 3 4
Jarak antar kekar 22,7 25,85 cm
Lebar bukaan kekar 1,63 cm 1,48 cm
Kondisi Kekasaran bidang kekar Rough Rough
Kekar Panjang kekar 85,44 cm 91,85 cm
Material pengisi kekar None Non-material
Tingkat pelapukan kekar Unweathered Unweathered
Tabel 2.5.
Nilai RMR untuk Wall
Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 48 MPa 4
RQD 98 % 20
Spacing of discontinuity 22,7 cm 10
Discontinuity Length 85,44 cm 6
Separation 1,63 0
Discontinuity
Roughness Rough 5
Condition
Infilling None 6
Weathering Unweathered 6
Ground water Damp 10
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pada lokasi wall tersebut memiliki lebar maksimum lubang bukaan sebesar
2,5 m yang mampu bertahan tanpa adanya bantuan sistem penyanggaan buatan
selama 2x104 jam atau 20000 jam dalam kurun waktu 2,2 tahun.
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
lumayan baik (good rock), maka untuk penggaliannya sendiri dapat dilakukan
secara full face dengan kemajuan 1-1,5 m. Kemudian diperlukan adanya
penyanggaan 20 m dari face. Penyangga batuan dengan menggunakan rock bolt
yang dipasang di atas dengan panjang 3 m, spasi 2,5 m dengan wire mesh yang
tidak permanen maupun shotcrete 50 mm di atas jika diperlukan.
b. RMR (Rock Mass Rating) heading
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan pada batuan.
Tabel 2.7.
Rock Mass Rating (RMR) heading
Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 43,5 MPa 4
RQD 72,11 % 10
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 2.9.
Nilai Q System untuk Wall
WALL
Parameter Q- System
Nilai Bobot
RQD 98 % 98
Jumlah Pasangan
3 Pasang kekar 9
Kekar (Jn)
Joint Water
Medium Inflow 0,66
Reduction (Jw)
Q= 0,359
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tabel 2.10.
Excavation Support Ratio (Barton ET AL., 1974)
Gambar 2.15.
Stand-up Time
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Hasil grafik tersebut Stand-Up Time Q-System pada Wall yaitu sekitar jam
lebih dari 1 hari dimana maksimal lubang bukaan tanpa penyanggaan sebesar
2,12 meter.
2) Rekomendasi Penyanggaan pada Wall
Rekomendasi penyanggaan pada wall dimana adanya hubungan antara
dimensi ekuivalen dari wall dengan nilai Q. hubungan tersebut dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:
𝑆𝑝𝑎𝑛 𝑜𝑟 ℎ𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Dimensi Ekuivalen =
𝐸𝑆𝑅
2,12
Dimensi Ekuivalen = = 1,31 meter
1,6
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Q= 14,4
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2.6. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai klasifikasi massa batuan yang dilakukan
untuk mengetahui kegunaan pengklasifikasian massa batuan pada sistem
tambang bawah tanah, mengetahui dan memahami faktor-faktor untuk
menentukan sistem tambang bawah tanah dengan metode pembobotan,
memahami dari perhitungan metode pembobotan pada karakteristik massa batuan
dan dapat mengaplikasikan hasil perhitungan metode pembobotan pada
terowongan tambang bawah tanah.
Dari berbagai sistem klasifikasi massa batuan yang ada, ada dua sistem
klasifikasi massa batuan yang dipelajari pada praktikum tambang bawah tanah,
yaitu klasifikasi geomekanika (RMR system) dan Q system, telah dikembangkan
secara terpisah dan kedua-duanya menyediakan data kuantitatif untuk memilih
penguatan terowongan yang modern seperti rock bollt dan shortcrete.
Langkah-langkah dalam pengambilan data di lapangan adalah sebagai
berikut. Ukur geometri bukaan terowongan (span), kemudian ukur jumlah kekar,
jarak antar kekar dan cari nilai strike dan dip pada setiap kekar yang terkena pada
scanline. Untuk mengukur strike dan dip menggunakan kompas geologi, dengan
cara menaruh clipboard pada kekar, lalu tempelkan sisi south pada bidang
struktur yang akan diukur, kemudian atur gelembung yang ada pada bull eyes
agar berada di tengah dengan cara menggeser-geserkan kompas dan menjaga
agar sisi south tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung
berada di tengah maka baca angka yang ditunjukkan oleh jarum utara. Angka
tersebut dapat menunjukkan nilai dari strike. Selanjutnya tempelkan sisi west pada
clipboard untuk pengukuran dip kemudian masukkan gelembung yang ada pada
nivo tabung, agar berada disisi tengah dengan cara menggeser-geserkan kompas
yang tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung berada
ditengah maka dibaca garis angka nol menunjukkan nilai sudut.
Langkah pada percobaan kedua yang menggunakan schmidt hammer
yaitu pegang alat dengan kokoh dengan posisi tegak terhadap bidang datar dari
data yang diuji, kemudian tekan alat secara perlahan ke arah permukaan sampai
seperti suara menumbuk batu, tahan tekanan pada alat dan tekan tombol pada sisi
alat untuk mengunci hulu palu pada posisinya, angkat alat schmidt hammer
perlahan dan secara otomatis akan membaca skala angka yang dihasilkan dari
rata-rata pengujian, hindari permukaan batuan yang pecah karena sudah terdapat
Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
rongga udara yang mengisi, lakukan pengujian tersebut sebanyak 10 kali dengan
area percobaan berbeda setiap tumbukan.
Adapun hasil perhitungan rating nilai RMR yang didapatkan dari hasil
pengukuran wall pada saat praktikum yaitu 67 dengan kelas massa batuan II
(good rock) diperoleh stand up time selama 20000 jam untuk penggaliannya
sendiri dapat dilakukan secara full face dengan kemajuan 1-1,5 m. Kemudian
diperlukan adanya penyanggaan 20 m dari face. Penyangga batuan dengan
menggunakan rock bolt yang dipasang di atas dengan panjang 3 m, spasi 2,5 m
dengan wire mesh yang tidak permanen maupun shotcrete 50 mm di atas jika
diperlukan. Sedangkan untuk heading diperoleh rating nilai RMR sebesar 77
dengan kelas massa batuan II (good rock) diperoleh stand up time selama 200000
jam diperlukan adanya penyanggaan 1-1,5 m dari face. Penyangga batuan
dengan menggunakan rock bolt yang dipasang di atas dengan panjang 3 m, spasi
2,5 m dengan wire mesh yang tidak permanen maupun shotcrete 50 mm di atas
jika diperlukan.
Adapun hasil perhitungan nilai Q system yang didapatkan dari hasil
pengukuran wall pada saat praktikum yaitu 1,79 dengan kelas massa batuan E
(poor). Jika diperlukan rock bolt dengan spasi antara 1,3-1,6 m di unshotcreted
serta panjang bolt antara 1-1,5 m.
Untuk heading diperoleh nilai Q system sebesar 14,4 dengan kelas massa
batuan B (good). Jika diperlukan rock bolt dengan spasi antara 20-30 m di
unshotcreted serta spasi bolt antara 2,3-2,5 m.
Wahyu Maulana
H1C115053