Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II
KLASIFIKASI MASSA BATUAN

2.1. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum yang dilaksanakan pada bab
klasifikasi massa batuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui kegunaan pengklasifikasian massa batuan pada sistem
tambang bawah tanah.
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor untuk menentukan sistem
tambang bawah tanah dengan metode pembobotan.
3. Untuk mengetahui dan memahami dari perhitungan metode pembobotan pada
karakteristik massa batuan.
4. Untuk dapat mengaplikasikan hasil perhitungan metode pembobotan pada
terowongan tambang bawah tanah.

2.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa
batuan, yaitu:
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa batuan,
antara lain:
a. Simulator struktur kekar, digunakan sebagai media untuk praktek simulasi
pengukuran kekar pada tambang bawah tanah.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 2.1.
Simulator Struktur Kekar

b. Kompas geologi, digunakan untuk mengukur strike, dip dan dip direction kekar
pada simulator struktur kekar. Selain itu juga untuk mengetahui arah
pengukuran.

*Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 2.2.
Kompas Geologi

c. Meteran, digunakan untuk mengukur panjang scanline simulator struktur kekar


dan juga untuk mengukur panjang kekar.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 2.3.
Meteran

d. Penggaris, digunakan untuk mengukur lebar kekar pada simulator struktur


kekar.

*Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 2.4.
Penggaris

e. Clipboard, digunakan untuk membantu dalam mengukur arah dan kemiringan


kekar dengan kompas geologi.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 2.5.
Clipboard

f. Schmidt Hammer, digunakan untuk mengetahui kuat tekan dari suatu batuan.

*Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 2.6.
Schmidt Hammer

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa batuan,
antara lain:
a. Batu ukuran bongkah, digunakan sebagai media yang akan diukur kuat
tekannya dengan Schmidt hammer.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 2.7.
Batu Ukuran Bongkah

2.3. Prosedur Kerja

2.3.1. Prosedur kerja Schmidt Hammer


Adapun prosedur kerja pada pengambilan data dengan Schmidt hammer
yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pegang alat dengan kokoh dengan posisi tegak terhadap bidang datar dari data
yang diuji.
b. Tekan alat secara perlahan ke arah permukaan sampai instrument tersebut
menumbuk batu.
c. Tahan tekanan pada alat dan tekan tombol pada sisi alat untuk mengunci hulu
palu pada posisinya, secara otomatis akan membaca skala angka yang
dihasilkan dari rata-rata pengujian.
d. Hindari permukaan batuan yang pecah karena sudah terdapat rongga udara
yang mengisi.
e. Lakukan pengujian tersebut sebanyak 10 kali.
2.3.2. Prosedur kerja pada praktikum klasifikasi massa batuan
Adapun prosedur kerja pada data struktur yaitu meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Bentangkan meteran pada simulator struktur kekar
b. Hitung dip dan dip direction structure, yang memotong bentang meteran
dengan kompas geologi, dengan cara menaruh clipboard pada kekar, lalu
tempelkan sisi west pada clipboard untuk pengukuran dip.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Selanjutnya tempelkan sisi south pada bidang struktur batuan yang akan
diukur, kemudian masukkan gelembung yang ada apa bull eyes, agar berada
disisi tengah, dengan cara menggeser-geserkan kompas dan menjaga agar sisi
south tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung berada
ditengah maka baca angka yang ditunjukkan oleh jarum utara. Angka tersebut
dapat menunjukkan nilai dari dip direction.
d. Mengukur jarak antar kekar yang memotong garis scanline menggunakan
meteran
e. Tentukan tingkat kekasaran kekar, jarak antar permukaan kekar (aperture),
kemenerusan kekar (persintence), jumlah kekar (λ)

2.4. Hasil pengamatan

1. Pengukuran Kekuatan Batuan


Dalam pengukurannya menggunakan schmidt hammer test, dimana dalam
pelaksanaannya schmidt hammer test diuji sebanyak 10 kali pada sisi batuan yang
berbeda dengan pos B tetap, dan untuk mengetahui besarnya kekuatan batuan
tersebut dilakukan konversi dengan pembacaan terhadap grafik hammer test.
Hasil data pembacaan schmidt hammer test pada tabel di bawah ini:

*Sumber : Tim Asisten, 2018

Gambar 2.8.
Grafik Hammer Test

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tabel 2.1.
Pengukuran Point Load Index (PLI) dengan Schmidt Hammer
Heading Wall
No
Pos B N/mm2 = MPa Pos B N/mm2 = MPa
1 49 60 51 62
2 30 28 30 28
3 37 39 40 44
4 44 52 30 28
5 36 38 48 61
6 38 41 44 48
7 44 52 45 54
8 41 46 44 52
9 32 31 46 55
10 42 48 42 48
Rata-rata 39,3 43,5 42 48
2. Pengukuran Kedudukan Kekar
Pengukuran kedudukan bidang kekar pada wall dan heading dari
terowongan dengan hasil data pengukuran tersebut, sebagai berikut:
Tabel 2.2
Pengukuran kedudukan kekar Wall
No. Kekar Dip Strike Jarak antar Jarak bukaan Panjang kekar
kekar (cm) kekar (cm) (cm)
1 A 57o N 178 oE - - 3 80
o
2 B 62 N 177 o E a-1 33 1 75
3 C 56o N 182 o E 1-b 26 1,2 76
o
4 D 56 N 174 o E b-c 12 1 77
o
5 E 42 N 154 o E 2-d 32 1,5 93
6 2 30o N 327 o E d-3 4 1,5 117
o
7 3 53 N 336 o E 3-e 19 1,5 80
o
8 4 50 N 320 o E e-4 33 2,5 86
9 5 50o N 336 o E - - 1,5 85
Rata-rata 22,7 1,63 85,44
Arah Umum - - -

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tabel 2.3
Pengukuran kedudukan kekar Heading
No Kekar Dip Jarak antar Jarak bukaan Panjang
Strike
kekar (cm) kekar (cm) (cm)
1 A N 1720 E 250 10 2,5 63
2 B N 1620 E 260 50 0,5 85
3 C N 1470 E 160 12 1 151
4 1 N 3340 E 460 25 1 75
5 2 N 3310 E 450 25 1,4 86
6 3 N 3090 E 390 20 2 83
7 4 N 3380 E 550 39 2 100
Rata-rata 25,85 1,48 91,85
Arah Umum - - -

*Sumber : Pengolahan Data, 2018

Gambar 2.9.
Sketsa Scanline Wall

1 B 2 3 A 4

C
Scanline

*Sumber : Pengolahan Data, 2018

Gambar 2.10.
Sketsa Scanline pada Heading

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Stereonet, 2018

Gambar 2.11
Diagram Roset Wall

*Sumber : Stereonet, 2018

Gambar 2.12.
Diagram Roset pada Heading

Dari data yang didapatkan pada pengamatan kali ini menghasilkan arah
orientasi kekar pada wall yaitu N 336O E. Sedangkan, arah orientasi kekar pada
heading yaitu N 3240 E.

2.5. Pengolahan Data

1. RMR
a. RMR (Rock Mass Rating) Wall
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar di lapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan yang terdapat pada
batuan yang diuji.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tabel 2.4.
Form Scanline
Lokasi Pengukuran
Parameter
Wall Heading
Arah garis pengukuran N 75O E N 1650 E
Panjang Scanline 250 cm 251 cm
Jenis Batuan Serpentinit Kuarsit
Schmidt Hammer Test 48 MPa 43,5 MPa
Jumlah kekar 9 9
Jumlah pasangan kekar 3 4
Jarak antar kekar 22,7 25,85 cm
Lebar bukaan kekar 1,63 cm 1,48 cm
Kondisi Kekasaran bidang kekar Rough Rough
Kekar Panjang kekar 85,44 cm 91,85 cm
Material pengisi kekar None Non-material
Tingkat pelapukan kekar Unweathered Unweathered

Rock Quality Designation (RQD) 98% 72,11 %

Keadaan Air Tanah Damp Dry


Arah Orientasi Kekar N 336O E N 3240 E

Tabel 2.5.
Nilai RMR untuk Wall
Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 48 MPa 4
RQD 98 % 20
Spacing of discontinuity 22,7 cm 10
Discontinuity Length 85,44 cm 6
Separation 1,63 0
Discontinuity
Roughness Rough 5
Condition
Infilling None 6
Weathering Unweathered 6
Ground water Damp 10

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Discontinuity Orientation N 3360 E 0


Total Rating - 67
Meaning of Rock Classes II (Good Rock)

1) Stand-up Time RMR Wall


Penentuan Stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara RMR dan lebar span,
dapat dilihat pada grafik berikut:

*Sumber: Pengolahan Data, 2018


Gambar 2.13.
Grafik Hubungan Antara Span, Stand-up Time dan RMR

Pada lokasi wall tersebut memiliki lebar maksimum lubang bukaan sebesar
2,5 m yang mampu bertahan tanpa adanya bantuan sistem penyanggaan buatan
selama 2x104 jam atau 20000 jam dalam kurun waktu 2,2 tahun.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2) Rekomendasi Penyanggaan RMR Wall


Tabel 2.6.
Rekomendasi Penyangga (Bieniawski, 1989)

Ground Rock Support


Excavation (drill & blast)
class Rock Bolt Shotcrete Steelsets
Very
good Full face:
No support
rock 3m advance
81-100
Locally
bolts in
Full face: crown, 3m 50mm in
Good
1.0-1.5m advance; long, crown
rock None
Complete support 20 m spaced where
61-80
from face 2.5m with required
occasional
wire mesh
Systematic
Top heading and bench: bolts 4m
1.5 - 3m advance in top long,
Fair 50 - 100mm
heading; spaced 1.5
in crown,
rock Commence support after - 2m in None
and 30mm
41-60 each blast; crown and
in sides
Commence support 10 m walls with
from face wire mesh
in crown
Systematic
Top heading and bench: bolts 4 - 5m
100 - Light ribs
Poor 1.0 - 1.5m advance in top long,
150mm in spaced
heading; Install support spaced 1 -
rock crown and 1.5m
concurrently with 1.5m in
21-40 100mm in where
excavation - 10 m from crown and
sides required
face walls with
wire mesh
Medium to
Systematic
heavy ribs
Multiple drifts: bolts 5 - 6m 150 -
spaced
0.5 - 1.5m advance in top long, 200mm in
Very 0.75m with
poor heading; Install support spaced 1 - crown,
steel
rock concurrently with 1.5m in 150mm in
lagging and
excavation; shotcrete as crown and sides, and
< 21 forepoling if
soon as possible after walls with 50mm on
required.
blasting wire mesh. face
Close
Bolt invert
invert

Berdasarkan tabel di atas rekomendasi penyangga (Bieniawski, 1989)


dengan nilai RMR yang didapat dari hasil perhitungan pembobotan tiap-tiap
parameter batuan yaitu untuk wall sebesar 67 yang merupakan klasifikasi batuan

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

lumayan baik (good rock), maka untuk penggaliannya sendiri dapat dilakukan
secara full face dengan kemajuan 1-1,5 m. Kemudian diperlukan adanya
penyanggaan 20 m dari face. Penyangga batuan dengan menggunakan rock bolt
yang dipasang di atas dengan panjang 3 m, spasi 2,5 m dengan wire mesh yang
tidak permanen maupun shotcrete 50 mm di atas jika diperlukan.
b. RMR (Rock Mass Rating) heading
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan pada batuan.
Tabel 2.7.
Rock Mass Rating (RMR) heading

Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 43,5 MPa 4

RQD 72,11 % 10

Spacing of discontinuity 258,5 mm 10


Discontinuity Length 9,185 mm 2
Separation 0,148 mm 4
Discontinuity
Roughness Rough 5
Condition
Infilling None 6
Weathering Unweathered 6
Ground water Completely dry 15
Discontinuity Orientation N 324º E -5
Total Rating 77

Meaning of Rock Classes II (Good rock)

1) Stand-up Time RMR Heading


Penentuan Stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara RMR dan lebar span,
dapat dilihat pada grafik berikut:

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Beniawski, 1989


Gambar 2.14.
Grafik Hubungan Antara Span, Stand-up Time dan RMR

Pada lokasi heading tersebut memiliki lebar maksimum lubang bukaan


sebesar 2,5 m yang mampu bertahan tanpa adanya bantuan sistem penyanggaan
buatan selama 2x105 jam atau 200000 jam dalam kurun waktu 23 tahun.
2) Rekomendasi Penyanggaan RMR Heading
Tabel 2.8.
Rekomendasi Penyangga (Bieniawski, 1989)

Ground Rock Support


Excavation (drill & blast)
class Rock Bolt Shotcrete Steelsets
Very
good Full face:
No support
rock 3m advance
81-100
Locally
bolts in
Full face: crown, 3m 50mm in
Good
1.0-1.5m advance; long, crown
rock None
Complete support 20 m spaced where
61-80
from face 2.5m with required
occasional
wire mesh
Fair Top heading and bench: Systematic 50 - 100mm
None
rock 1.5 - 3m advance in top bolts 4m in crown,

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

41-60 heading; long, and 30mm


Commence support after spaced 1.5 in sides
each blast; - 2m in
Commence support 10 m crown and
from face walls with
wire mesh
in crown
Systematic
Top heading and bench: bolts 4 - 5m
100 - Light ribs
1.0 - 1.5m advance in top long,
Poor 150mm in spaced
heading; Install support spaced 1 -
rock crown and 1.5m
concurrently with 1.5m in
21-40 100mm in where
excavation - 10 m from crown and
sides required
face walls with
wire mesh
Medium to
Systematic
heavy ribs
Multiple drifts: bolts 5 - 6m 150 -
spaced
0.5 - 1.5m advance in top long, 200mm in
Very 0.75m with
heading; Install support spaced 1 - crown,
poor steel
concurrently with 1.5m in 150mm in
rock lagging and
excavation; shotcrete as crown and sides, and
< 21 forepoling if
soon as possible after walls with 50mm on
required.
blasting wire mesh. face
Close
Bolt invert
invert

Berdasarkan tabel di atas rekomendasi penyangga (Bieniawski, 1989)


dengan nilai RMR yang didapat dari hasil perhitungan pembobotan tiap-tiap
parameter batuan yaitu untuk wall sebesar 77 yang merupakan klasifikasi batuan
lumayan baik (good rock), maka untuk penggaliannya sendiri dapat dilakukan
secara full face dengan kemajuan 1-1,5 m. Kemudian diperlukan adanya
penyanggaan 20 m dari face. Penyangga batuan dengan menggunakan rock bolt
yang dipasang di atas dengan panjang 3 m, spasi 2,5 m dengan wire mesh yang
tidak permanen maupun shotcrete 50 mm di atas jika diperlukan.
2. Q-System
a. Q-System
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar di lapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa btuan wall yang terdapat
pada batuan yang diuji.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tabel 2.9.
Nilai Q System untuk Wall

WALL
Parameter Q- System
Nilai Bobot
RQD 98 % 98

Jumlah Pasangan
3 Pasang kekar 9
Kekar (Jn)

Tingkat Kekasaran Kekar


(Jr) Slickensided Stopped 1,5

Joint Alterasi (Ja) Tidak ter-alterasi 6

Joint Water
Medium Inflow 0,66
Reduction (Jw)

Stress Reduction Single weak zones with or without clay or chemical


disintegrated rock (depth ≤ 50m)
5
Factor

Q= 0,359

1) Stand-up Time Q-System Wall


Penentuan Stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara Maximum Unsuported
Span dan nilai Q,dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Lebar lubang bukaan maksimum yang mampu bertahan tanpa penyangga
(Maximum Unsuported Span) dapat dihitung dalam persamaan berikut:
Maximum Unsuported Span = 2 ESR Q0.4
Maximum Unsuported Span = 2 x 1.6 x 0,359 0.4
Maximum Unsuported Span = 2,12 m

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tabel 2.10.
Excavation Support Ratio (Barton ET AL., 1974)

Excavation category ESR

A. Temporary mine openings 3-5

B. Permanent mine openings, water tunnels for hydro power


(excluding high pressure penstocks), pilot tunnels, drifts and 1.6
headings for large excavations.
C. Storage rooms, water treatment plants, minor road and railway 1.3
tunnels, surgechambers, access tunnels.
D. Power stations, major road and railway tunnels, civil defence 1.0
chambers,portal intersections.
E. Underground nuclear power stations, railway stations, sports 0.8
and publicfacilities, factories.

*Sumber: Pengolahan Data, 2018

Gambar 2.15.
Stand-up Time

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Hasil grafik tersebut Stand-Up Time Q-System pada Wall yaitu sekitar jam
lebih dari 1 hari dimana maksimal lubang bukaan tanpa penyanggaan sebesar
2,12 meter.
2) Rekomendasi Penyanggaan pada Wall
Rekomendasi penyanggaan pada wall dimana adanya hubungan antara
dimensi ekuivalen dari wall dengan nilai Q. hubungan tersebut dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:
𝑆𝑝𝑎𝑛 𝑜𝑟 ℎ𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Dimensi Ekuivalen =
𝐸𝑆𝑅
2,12
Dimensi Ekuivalen = = 1,31 meter
1,6

*Sumber : Pengolahan Data, 2018


Gambar 2.16.
Rock Classes
Rekomendasi penyanggaan berdasarkan Q-System dimana dengan nilai
Q = 0,359 dengan Dequivalent = 1,31 meter terletak pada reinforcement categories
systematic bolting (1). Massa batuannya termasuk dalam kelas E (very poor rock).
Dimana panjang bolt dihitung dengan rumus = 2 + (0,15B/ESR) = 2 +
(0,15(2,53)/1,6 = 2,237 meter, spasi bolt pada area tidak shortcreted sekitar 0-1,0
meter dan spasi bolt pada area shortcreted sekitar 1,3-1,5 meter.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Q-System pada heading


Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan heading yang
terdapat pada batuan yang diuji.
Tabel 2.11.
Q-System pada heading
Heading
Parameter Q-System
Nilai Bobot
RQD 72,11 % 72,11

Jumlah Pasangan Kekar (Jn) 4 Pasang kekar 15

Tingkat Kekasaran Kekar (Jr) Rough 3

Joint Alteration (Ja) None Alteration 1

Joint Water Reduction (Jw) Dry Excavations 1,0

Medium stress, favourable


Stress Reduction Factor (SRF) 1
stress condition

Q= 14,4

1) Stand-up time Q-System pada Heading


Penentuan Stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara Maximum Unsuported
Span dan nilai Q, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Lebar lubang bukaan maksimum yang mampu bertahan tanpa penyangga
(Maximum Unsuported Span) dapat dihitung dalam persamaan berikut:
Maximum Unsuported Span = 2 ESR Q0.4
Maximum Unsuported Span = 2 x 1.6 x 14,4 0.4
Maximum Unsuported Span = 9,28 m

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Pengolahan Data, 2018


Gambar 2.17.
Grafik Stand-Up Time Heading berdasarkan Q-System
Hasil grafik tersebut Stand-Up Time Q-System pada Heading yaitu sekitar
102 jam atau 100 dengan estimasi 38 hari dimana maksimal lubang bukaan tanpa
penyanggaan sebesar 9,28 meter.
2) Rekomendasi Penyanggaan pada Heading
Rekomendasi penyanggaan pada heading dimana adanya hubungan
antara dimensi ekuivalen dari heading dengan nilai Q. hubungan tersebut dapat
dilihat pada grafik di bawah ini:
𝑆𝑝𝑎𝑛 𝑜𝑟 ℎ𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Dimensi Ekuivalen = 𝐸𝑆𝑅
9,28
Dimensi Ekuivalen = 1,6

Dimensi Ekuivalen = 5,8 meter

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Pengolahan Data, 2018


Gambar 2.18.
Grafik Rekomendasi Penyanggan Heading berdasarkan Q-System

Rekomendasi penyanggaan berdasarkan Q-System dimana dengan nilai Q


= 14.4 dengan Dequivalent = 5,8 meter terletak pada reinforcement categories spot
bolting (2). Massa batuannya termasuk dalam kelas B (rock good). Dimana
panjang bolt dihitung dengan rumus = 2 + (0,15B/ESR) = 2 + (0,15(2,51)/1,6 =
2,235 meter, spasi bolt pada area tidak shortcreted sekitar 20 – 30 meter dan
spasi bolt pada area shortcreted sekitar 2,3 – 2,5 meter.

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2.6. Pembahasan

Pada praktikum kali ini mengenai klasifikasi massa batuan yang dilakukan
untuk mengetahui kegunaan pengklasifikasian massa batuan pada sistem
tambang bawah tanah, mengetahui dan memahami faktor-faktor untuk
menentukan sistem tambang bawah tanah dengan metode pembobotan,
memahami dari perhitungan metode pembobotan pada karakteristik massa batuan
dan dapat mengaplikasikan hasil perhitungan metode pembobotan pada
terowongan tambang bawah tanah.
Dari berbagai sistem klasifikasi massa batuan yang ada, ada dua sistem
klasifikasi massa batuan yang dipelajari pada praktikum tambang bawah tanah,
yaitu klasifikasi geomekanika (RMR system) dan Q system, telah dikembangkan
secara terpisah dan kedua-duanya menyediakan data kuantitatif untuk memilih
penguatan terowongan yang modern seperti rock bollt dan shortcrete.
Langkah-langkah dalam pengambilan data di lapangan adalah sebagai
berikut. Ukur geometri bukaan terowongan (span), kemudian ukur jumlah kekar,
jarak antar kekar dan cari nilai strike dan dip pada setiap kekar yang terkena pada
scanline. Untuk mengukur strike dan dip menggunakan kompas geologi, dengan
cara menaruh clipboard pada kekar, lalu tempelkan sisi south pada bidang
struktur yang akan diukur, kemudian atur gelembung yang ada pada bull eyes
agar berada di tengah dengan cara menggeser-geserkan kompas dan menjaga
agar sisi south tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung
berada di tengah maka baca angka yang ditunjukkan oleh jarum utara. Angka
tersebut dapat menunjukkan nilai dari strike. Selanjutnya tempelkan sisi west pada
clipboard untuk pengukuran dip kemudian masukkan gelembung yang ada pada
nivo tabung, agar berada disisi tengah dengan cara menggeser-geserkan kompas
yang tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung berada
ditengah maka dibaca garis angka nol menunjukkan nilai sudut.
Langkah pada percobaan kedua yang menggunakan schmidt hammer
yaitu pegang alat dengan kokoh dengan posisi tegak terhadap bidang datar dari
data yang diuji, kemudian tekan alat secara perlahan ke arah permukaan sampai
seperti suara menumbuk batu, tahan tekanan pada alat dan tekan tombol pada sisi
alat untuk mengunci hulu palu pada posisinya, angkat alat schmidt hammer
perlahan dan secara otomatis akan membaca skala angka yang dihasilkan dari
rata-rata pengujian, hindari permukaan batuan yang pecah karena sudah terdapat

Wahyu Maulana
H1C115053
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

rongga udara yang mengisi, lakukan pengujian tersebut sebanyak 10 kali dengan
area percobaan berbeda setiap tumbukan.
Adapun hasil perhitungan rating nilai RMR yang didapatkan dari hasil
pengukuran wall pada saat praktikum yaitu 67 dengan kelas massa batuan II
(good rock) diperoleh stand up time selama 20000 jam untuk penggaliannya
sendiri dapat dilakukan secara full face dengan kemajuan 1-1,5 m. Kemudian
diperlukan adanya penyanggaan 20 m dari face. Penyangga batuan dengan
menggunakan rock bolt yang dipasang di atas dengan panjang 3 m, spasi 2,5 m
dengan wire mesh yang tidak permanen maupun shotcrete 50 mm di atas jika
diperlukan. Sedangkan untuk heading diperoleh rating nilai RMR sebesar 77
dengan kelas massa batuan II (good rock) diperoleh stand up time selama 200000
jam diperlukan adanya penyanggaan 1-1,5 m dari face. Penyangga batuan
dengan menggunakan rock bolt yang dipasang di atas dengan panjang 3 m, spasi
2,5 m dengan wire mesh yang tidak permanen maupun shotcrete 50 mm di atas
jika diperlukan.
Adapun hasil perhitungan nilai Q system yang didapatkan dari hasil
pengukuran wall pada saat praktikum yaitu 1,79 dengan kelas massa batuan E
(poor). Jika diperlukan rock bolt dengan spasi antara 1,3-1,6 m di unshotcreted
serta panjang bolt antara 1-1,5 m.
Untuk heading diperoleh nilai Q system sebesar 14,4 dengan kelas massa
batuan B (good). Jika diperlukan rock bolt dengan spasi antara 20-30 m di
unshotcreted serta spasi bolt antara 2,3-2,5 m.

Wahyu Maulana
H1C115053

Anda mungkin juga menyukai