Bab 2

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB II
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
2.1. Tujuan Praktikum

Maksud dan tujuan dari praktikum tambang bawah tanah tentang klasifikasi
massa batuan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kegunaan pengklasifikasian massa batuan pada sistem
tambang bawah tanah.
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor untuk menentukan sistem
tambang bawah tanah dengan metode pembobotan
3. Untuk mengetahui dan memahami dari perhitungan metode pembobotan pada
karakterisktik massa batuan.
4. Untuk dapat mengaplikasikan hasil perhitungan metode pembobotan pada
terowongan tambang bawah tanah.
2.2. Dasar Teori

.
2.3. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa
batuan ini adalah sebagai berikut:
1. Simulator struktur kekar digunakan sebagai media simulasi sebagai bidang kekar
yang akan digunakan untuk mengukur dip, strike, dan dip direction.
Kelompok IV II-1
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
*Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Gambar 2.1
Simulator Kekar
2. Kompas geologi digunakan untuk mengukur kedudukan (strike, dip dan dip
direction) pada struktur bidang kekar.
Kelompok IV II-2
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
*Sumber: Google.com, 2019

Gambar 2.2
Kompas Geologi
Kelompok IV II-3
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
3. Meteran digunakan untuk mengukur panjang scanline dan panjang kekar.
Kelompok IV II-4
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK

Gambar 2.3
Meteran
4. Penggaris digunakan membantu dalam mengukur lubang bukaan pada kekar.
Kelompok IV II-5
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK

Gambar 2.4
Penggaris
Kelompok IV II-6
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
5. Clipboard digunakan sebagai tempat untuk menulis dan juga membantu dalam
pengukuran orientasi kekar.

Gambar 2.5
Clipboard
6. Schmidt hammer, digunakan untuk mengetahui kekerasan batuan.

Gambar 2.6
Schmidt Hammer
Kelompok IV II-7
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
7. Sampel batuan sebagai sampel dalam pengukuran klasifikasi massa batuan.
Gambar 2.7
Sampel Batu
8. APD (alat pelindung diri) digunakan sebagai pelindung diri dalam melaksanakan
kegiatan praktikum

Gambar 2.8
APD
2.4. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum klasifikasi massa batuan yaitu meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
2.4.1. Hammer Test
a. Memegang alat dengan kokoh dengan posisi tegak lurus terhadap bidang datar
dari batuan yang diuji
b. Menekan alat secara perlahan ke arah permukaan sampai instrument tersebut
menumbuk dihulu palu.
Kelompok IV II-8
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
c. Menahan tekanan pada alat dan menekan tombol pada sisi alat untuk mengunci
hulu palu pada posisinya, secara otomatis akan membaca skala angka yang
dihasilkan dari rata-rata pengujian.
d. Menghindari permukaan batuan yang pecah karena sudah terdapat rongga udara
yang mengisi.
e. Melakukan pengujian sebanyak 10 kali pada titik yang berbeda.
2.4.2. Parameter Klasifikasi Kekar
Adapun prosedur kerja pada pengamatan perimeter kekar adalah sebagai
berikut:
a. Membentangkan meteran pada simulator struktur kekar.
b. Menghitung dip dan dip direction structure, yang memotong bentang meteran
dengan kompas geologi, dengan cara menaruh clipboard pada kekar, lalu
menempelkan sisi west pada clipboard untuk pengukuran dip. Selanjutnya
menempelkan sisi south pada bidang struktur batuan yang akan diukur,
kemudian memasukkan gelembung yang ada apa bull eyes, agar berada disisi
tengah, dengan cara menggeser-geserkan kompas dan menjaga agar sisi south
tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung berada ditengah
maka baca angka yang ditunjukkan oleh jarum utara. Angka tersebut dapat
menunjukkan nilai dari dip direction.
c. Mengukur jarak antar kekar yang memotong garis scanline menggunakan
meteran.
d. Menentukan tingkat kekasaran kekar, jarak antar permukaan kekar (aperture),
kemenerusan kekar (persintence), jumlah kekar (λ).
2.5. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengalamatan dari praktikum klasifikasi massa bantuan yang
dilakukan di Universitas Lambung Mangkurat fakultas teknik pertambangan
Banjarbaru adalah sebagai berikut:
2.5.1. Pengukuran Kekuatan Batuan (Schmidt Hammer Test)
Kelompok IV II-9
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Dalam pengukurannya menggunakan schmidt hammer test, dimana dalam

pelaksanaannya schmidt hammer test diuji sebanyak 10 kali pada sisi batuan yang
berbeda dengan pos B tetap, dan untuk mengetahui besarnya kekuatan batuan
tersebut dilakukan konversi dengan pembacaan terhadap grafik hammer test. Hasil
data pembacaan schmidt hammer test pada tabel di bawah ini:
*Sumber : Modul Praktikum Tambang Bawah Tanah ULM, 2019
Gambar 2.9
Grafik Hammer Test
Kelompok IV II-10
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar (wall maupun heading) yang

dilaksanakan dilapangan didapat data seperti berikut ini:
Tabel 2.1.
Form Schmidt Hammer Test
Schmidt Hammer Test
Wall Heading
2
N/mm =
NO Pos B NO Pos B N/mm2 = MPa
MPa
1 46 41 1 51 64
2 30 31 2 51 64
3 44 39 3 52 67
4 32 32 4 52 67
5 41 36 5 26 22
6 50 43 6 46 55
7 36 36 7 42 48
8 22 26 8 50 64
9 48 42 9 54 70
10 41 38 10 32 31
Rata-rata 38,7 36,6 Rata-rata 45,6 55,2
Kelompok IV II-11
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
2.5.2. Klasifikasi Massa Batuan

Berikut merupakan hasil klasifikasi massa batuan pada praktikum tambang
bawah tanah:
Tabel 2.2.
Pengukuran Kedudukan Kekar Heading
Jarak Jarak Panjang
Dip
No. Dip Strike antar bukaan kekar
direction
kekar (cm) kekar (cm) (cm)
1 490 N 2730 E N 1830 E C-1 = 19 1 75
2 450 N 2650 E N 1750 E 1-2 = 47 1 84
3 470 0
N 272 E 0
N 182 E 2-D = 40 1,1 116
4 420 0
N 255 E 0
N 165 E D-3 = 15 1,4 63
5 370 N 2560 E N 1660 E 3-4 = 25 1 110
a 270 N 2850 E N 1950 E 0,9 78
b 200 N 2820 E N 1920 E 0,5 86
c 190 N 2750 E N 1850 E 4-5 = 39 0,8 88
d 330 N 2650 E N 1750 E 5-E = 25 0,9 84
e 290 N 2880 E N 1980 E X-C =23 1,3 65
Rata-rata - - 29,12 0,99 84,9
Arah Umum - N 183 0 E - - -
*Sumber: Sketsa Pribadi, 2019

Gambar 2.10
Sketsa kekar Heading
Kelompok IV II-12
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
*Sumber: Pengolahan Data software Streonet, 2019

Gambar 2.11
Diagram Roset Pada Heading
Tabel 2.3
Pengukuran Kedudukan Kekar Wall
Jarak
Jarak Panjang
Dip antar
No. Dip Strike bukaan kekar
direction kekar
kekar (cm) (cm)
(cm)
1 290 N 840 E N 3540 E 18 1 2
2 330 0
N 91 E N 10 E 6 2,6 95
3 470 N 930 E N 30 E 16 2,7 115
4 240 0
N 91 E N 10 E 29 1,9 250
5 350 0
N 88 E 0
N 358 E 11 1,6 96
a 490 N 2500 E N 1600 E 3 2 54
b 500 N 2750 E N 1850 E 54 1,7 80
c 590 N 2610 E N 1710 E 19 2,6 68
d 940 N 2640 E N 1740 E 42 2 73
e 560 N 2630 E N 1730 E 39 2 67
Rata-rata - - 23,7 2,01 90
Arah Umum - N 10 E - - -
Kelompok IV II-13
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Gambar 2.12
Sketsa Kekar Wall
*Sumber: Pengolahan Data software Streonet, 2019

Gambar 2.13
Diagram Roset Pada Wall
Kelompok IV II-14
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Tabel 2.4.
Form Scanline
Lokasi Pengukuran
Parameter
Wall Heading
O
Arah garis pengukuran N 181 E N 190O E
Panjang Scanline 2,5 m 2,5 m
Jenis Batuan Serpentinit Serpentinit
Schmidt Hammer Test 36,6 MPa 55,2 MPa
Jumlah kekar 10 10
Jumlah pasangan kekar 3 4
Jarak antar kekar 23,7 cm 29,12 cm
Lebar bukaan kekar 2,01 cm 0,99 cm
Kekasaran bidang kekar Rough Rough
Panjang kekar 0,9 m 0,849 m
Kondis Material pengisi kekar None None
i Kekar Tingkat pelapukan kekar Unweathered Unweathered
Rock Quality Designation (RQD) 91,2 % 93,2 %
Keadaan Air Tanah Damp Completely Dry
N 183O E/30O
N 1O E/24O
Arah Orientasi Kekar (Fair)
(Fair)
Kelompok IV II-15
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
2.6. Pengolahan Data

Berikut pengolahan data yang dilakukan pada praktikum tentang klasifikasi
massa batuan adalah sebagai berikut:
2.6.1. Rock Mass Rating (RMR)
a. RMR (Rock Mass Rating) Heading
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan pada heading
berdasarkan parameter RMR.
Tabel 2.5.
Nilai RMR untuk Heading
Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 55,2 MPa 15
RQD 93,2 % 20
Spacing of discontinuity 29,12 cm 10

Discontinuity Length 0,849 m 6
Separation 0,99 cm 0
Discontinuit
Roughness Rough 5
y Condition
Infilling None 6
Weathering Unweathered 6
Ground water Completely Dry 15
Discontinuity Orientation N 183O E/30O -5
Total Rating 78
Rock Mass Classes II (Good Rock)
Kelompok IV II-16
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
MASUKAN TABEL KLASIFIKASINYA
Kelompok IV II-17
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
b. Stand-up time pada Heading

Dari hasil klasifikasi RMR pada heading didapatkan rating sebesar 68,
berikut merupakan grafik stand-up time pada heading:
*Sumber: Pengolahan Data, 2019

Gambar 2.14
Grafik Stand-Up Time Pada Heading
Berdasarkan grafik stand-up time diatas bahwa lebar terowongan sebesar

2,5 m dengan rating klasifikasi massa batuan dengan menggunakan parameter
RMR didapatkan stand-up time sebesar 3 x 105 jam. Dengan demikian terowongan
tersebut dapat bertahan selama 300.000 jam atau selama 35 tahun.
Kelompok IV II-18
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Tabel 2.6.
Excavation And Rock Support Recommendation Heading
Rock Support
Ground Excavation
Class (Drill & Blast)
Rock Bolt Shotcrete Steelsets
Very good
Full face:
rock No support
3m advance
81-100
Locally
bolts in
Full face: crown, 3 m 50 mm in
Good rock 1.0-1.5 m advance; long, crown
None
61-80 Complete support 20 m spaced 2.5 where
from face m with required
occasional
wire mesh
Systematic
Top heading and
bolts 4 m
bench:
long, 50 – 100
1.5 – 3 m advance in
spaced 1.5 mm in
Fair rock top heading;
– 2 m in crown, and None
41-60 Commence support
crown and 30 mm in
after each blast;
walls with sides
Commence support 10
wire mesh
m from face
in crown
Systematic
Top heading and
bolts 4 – 5
bench: 100 – 150
m long, Light ribs
1.0 - 1.5 m advance in mm in
Poor rock spaced 1 - spaced 1.5
top heading; Install crown and
21-40 1.5 m in m where
support concurrently 100 mm in
crown and required
with excavation, 10 m sides
walls with
from face
wire mesh
Systematic
Medium to
Multiple drifts: bolts 5 – 6 150 – 200
heavy ribs
0.5 - 1.5 m advance in m long, mm in
spaced 0.75
Very poor top heading; Install spaced 1 - crown, 150
m with steel
rock support concurrently 1.5 m in mm in
lagging and
< 21 with excavation; crown and sides, and
forepoling if
shotcrete as soon as walls with 50 mm on
required.
possible after blasting wire mesh. face
Close invert
Bolt invert
Kelompok IV II-19
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
c. RMR (Rock Mass Rating) wall

dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan pada wall
berdasarkan parameter RMR.
Tabel 2.7.
Nilai RMR Untuk Wall
Measurement
Parameter
Value Rating
Schmidt Hammer Test 36,6 MPa 15
RQD 92,1 % 20
Spacing of discontinuity 23,7 cm 10

Discontinuity Length 0,836 m 6
Separation 2,01 cm 0
Discontinuit
Roughness Rough 5
y Condition
Infilling None 6
Weathering Unweathered 6
Ground water Damp `10
Discontinuity Orientation N 1O E/24O -5
Total Rating 73
Rock Mass Classes II (Good Rock)
Kelompok IV II-20
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Kelompok IV II-21
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
d. Stand-up time pada wall

Dari hasil klasifikasi RMR pada wall didapatkan rating sebesar 84, berikut
merupakan grafik stand-up time pada wall
*Sumber: Pengolahan Data, 2019

Gambar 2.15
Grafik Stand-Up Time Pada Wall
Berdasarkan grafik stand-up time diatas bahwa lebar terowongan sebesar

2,5 m dengan rating klasifikasi massa batuan dengan menggunakan parameter
RMR didapatkan stand-up time sebesar 105 jam. Dengan demikian terowongan
tersebut dapat bertahan selama 100.000 jam atau selama 12 tahun.
Kelompok IV II-22
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Tabel 2.8.
Excavation And Rock Support Recommendation Wall
Rock Support
Ground Excavation
Class (Drill & Blast)
Rock Bolt Shotcrete Steelsets
Very good
Full face:
rock No support
3m advance
81-100
Locally
bolts in
Full face: crown, 3 m 50 mm in
Good rock 1.0-1.5 m advance; long, crown
None
61-80 Complete support 20 m spaced 2.5 where
from face m with required
occasional
wire mesh
Systematic
Top heading and
bolts 4 m
bench:
long, 50 – 100
1.5 – 3 m advance in
spaced 1.5 mm in
Fair rock top heading;
– 2 m in crown, and None
41-60 Commence support
crown and 30 mm in
after each blast;
walls with sides
Commence support 10
wire mesh
m from face
in crown
Systematic
Top heading and
bolts 4 – 5
bench: 100 – 150
m long, Light ribs
1.0 - 1.5 m advance in mm in
Poor rock spaced 1 - spaced 1.5
top heading; Install crown and
21-40 1.5 m in m where
support concurrently 100 mm in
crown and required
with excavation, 10 m sides
walls with
from face
wire mesh
Systematic
Medium to
Multiple drifts: bolts 5 – 6 150 – 200
heavy ribs
0.5 - 1.5 m advance in m long, mm in
spaced 0.75
Very poor top heading; Install spaced 1 - crown, 150
m with steel
rock support concurrently 1.5 m in mm in
lagging and
< 21 with excavation; crown and sides, and
forepoling if
shotcrete as soon as walls with 50 mm on
required.
possible after blasting wire mesh. face
Close invert
Bolt invert
Kelompok IV II-23
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
2.6.2. Q-System
Q-System atau disebut juga sebagai tunneling quality index pertama kali
diusulkan oleh Barton, Lien dan Lunde pada tahun 1947 di Norwegian Geotechnical
Institude (NGI) sehingga disebut juga NGI classification system. Q-System sebgai
salah satu dari klasifikasi massa batuan dibuat berdasarkan studi kasus dilebih dari
200 kasus tunneling dan caverns.
a. Nilai Q-System heading
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan heading yang
terdapat pada batuan yang diuji.
Tabel 2.9.
Nilai Q System untuk Heading
HEADING
Parameter Q- System
Value Rating
3
RQD Good (8-13 joint per m ) 85
Joint Set Number 4 joint sets 15

(Jn)
Joint Roughness Number

Rough or irregular, undulating 3
(Jr)
Joint Alteration Number

None Alteration 6
(Ja)
Joint Water
Reduction Factor B (medium inflow) 0,66
(Jw)
Stress Reduction Factor C (single weak zone) 5

(SRF)
0,374
Q=
Kelompok IV II-24
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
Kelompok IV II-25
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
1. Stand-up time Q-System heading

Penentuan Stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara Maximum Unsuported
Span dan nilai Q dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Lebar lubang bukaan maksimum yang mampu bertahan tanpa penyangga
(Maximum Unsuported Span) dapat dihitung dalam persamaan berikut:
Maximum Unsuported Span = 2 ESR Q0.4
MaxUS = 2 (1.6) 0,3740.4 = 2,159 m
Gambar 2.16
Stand-UP TIME Heading (A Realistic Approach TO Estimate Stand-UP TIME,
Rammammurthy T, 2007)
Setelah melakukan plotting data maxUS dan nilai Q. Jadi, menurut grafik di
atas terowongan tersebut mampu bertahan selama kurang lebih dari 1 jam dengan
maksimal lubang bukaan (span) yang mampu bertahan tanpa adanya sistem
penyanggaan adalah sebesar 2,159 m.
Kelompok IV II-26
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
2. Rekomendasi Penyanggaan pada Heading

Rekomendasi penyanggaan pada heading dimana adanya hubungan
antara dimensi ekuivalen dari heading dengan nilai Q. Hubungan tersebut daoat di
lihat pada grafik di bawah ini:
Dequipvalent heading =
= 2,159 / 1,6 = 1,35
Gambar 2.17
Rock Classes Heading (Engineering Rock Mass Clasification, ZT Bieniawski, 1989)
Dari hasil grafik tersebut didapat bahwa dengan Q untuk heading = 0,374
dan Dequivalent = 1,35 lokasi tersebut termasuk kedalam kelas batuan E (very
poor). Pada area bukan bolt spacing in shotcreted area 0-1 meter dan spasi pada
bolt spacing in shotcreted areas yaitu 1,3–1,5 meter.
Kelompok IV II-27
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
b. Nilai Q-System wall

dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan wall yang terdapat
pada batuan yang diuji.
Tabel 2.10.
Nilai Q System Untuk Wall
WALL
Parameter Q- System
Value Rating
3
RQD Exellent (0-7 joint per m ) 94,6
Joint Set Number 3 joint sets 9

(Jn)
Joint Roughness Number

Rough, irregular, undulating 3
(Jr)
Joint Alteration Number

B (unaltered joint walls) 1
(Ja)
Joint Water
Reduction Factor A (dry excavation or minor inflow) 1
(Jw)
Stress Reduction Factor C (single weak zone) 5

(SRF)
6,306
Q=
Kelompok IV II-28
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
1. Stand-up time Q-System wall

Penentuan Stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara maximum unsuported
span dan nilai Q, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Lebar lubang bukaan maksimum yang mampu bertahan tanpa penyangga
(maximum unsuported span) dapat dihitung dalam persamaan berikut:
Maximum unsuported span = 2 ESR Q0.4
MaxUS = 2 (1.6) 6,3060.4 = 6,68 m
Gambar 2.18
Stand-Up Time Wall (A Realistic Approach To Estimate Stand-Up Time,
Rammammurthy T, 2007)
Setelah melakukan plotting data maxUS dan nilai Q. Jadi, menurut grafik di
atas terowongan tersebut mampu bertahan kurang lebih dari 100 jam dengan
maksimal lubang bukaan (span) yang mampu bertahan tanpa adanya sistem
penyanggaan buatan adalah sebesar 6,68 m.
Kelompok IV II-29
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
2. Rekomendasi Penyanggaan pada Wall

Rekomendasi penyanggaan pada wall dimana adanya hubungan antara
dimensi ekuivalen dari wall dengan nilai Q. Hubungan tersebut daoat di lihat pada
grafik di bawah ini:
Dequipvalent wall =
= 6,68 / 1,6 = 4,18
Gambar 2.19
Rock Classes Wall (Engineering Rock Mass Clasification, Zt Bieniawski, 1989)
Dari hasil grafik tersebut didapat bahwa dengan Q untuk wall = 6,306 dan
Dequivalent = 4,18 lokasi tersebut termasuk kedalam kelas batuan C (Fair)
systematic bolting.
Kelompok IV II-30
1610813210016
FAKULTAS TEKNIK
2.7. Pembahasan
Pembahasan BEDA-BEDA
Kelompok IV II-31
1610813210016

Bab 2

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Bab 2

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN

2.1. Tujuan Praktikum

2.2. Dasar Teori

*Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

*Sumber: Google.com, 2019

3. Meteran digunakan untuk mengukur panjang scanline dan panjang kekar.

*Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

*Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

*Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

*Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

7. Sampel batuan sebagai sampel dalam pengukuran klasifikasi massa batuan.

*Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

2.4. Prosedur Kerja

2.5. Hasil Pengamatan

Dalam pengukurannya menggunakan schmidt hammer test, dimana dalam

Dari hasil pengukuran kedudukan kekar (wall maupun heading) yang

2.5.2. Klasifikasi Massa Batuan

*Sumber: Sketsa Pribadi, 2019

*Sumber: Pengolahan Data software Streonet, 2019

*Sumber: Pengolahan Data software Streonet, 2019

2.6. Pengolahan Data

Spacing of discontinuity 29,12 cm 10

MASUKAN TABEL KLASIFIKASINYA

b. Stand-up time pada Heading

*Sumber: Pengolahan Data, 2019

Berdasarkan grafik stand-up time diatas bahwa lebar terowongan sebesar

c. RMR (Rock Mass Rating) wall

Spacing of discontinuity 23,7 cm 10

MASUKAN TABEL KLASIFIKASINYA

d. Stand-up time pada wall

*Sumber: Pengolahan Data, 2019

Berdasarkan grafik stand-up time diatas bahwa lebar terowongan sebesar

Joint Set Number 4 joint sets 15

Joint Roughness Number

Joint Alteration Number

Stress Reduction Factor C (single weak zone) 5

MASUKAN TABEL KLASIFIKASINYA

1. Stand-up time Q-System heading

2. Rekomendasi Penyanggaan pada Heading

b. Nilai Q-System wall

Joint Set Number 3 joint sets 9

Joint Roughness Number

Joint Alteration Number

Stress Reduction Factor C (single weak zone) 5

1. Stand-up time Q-System wall

2. Rekomendasi Penyanggaan pada Wall

Anda mungkin juga menyukai