1
Jembatan
(Perhitungan Lapis Tambahan dan Konstruksi Bertahap)
Tujuan perencanaan tebal lapis tambah adalah mengembalikan kekuatan perkerasan lama
sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada pengguna jalan.
3 Lapis Tambahan (Overlay)
Untuk perhitungan lapis tambahan
(overlay) dengan menggunakan metode
Analisa Komponen kondisi perkerasan
jalan lama (existing pavement) harus
dinilai sesuai tabel berikut:
4 Prosedur Perhitungan Lapis Tambahan
(Overlay)
Menghitung lalu lintas harian rata-rata pada akhir umur rencana dengan rumus LHR x
(1+i)n
LHRakhir x C x E
5 Prosedur Perhitungan Lapis Tambahan
(Overlay)
Susunan perkerasan jalan lama : asbuton (MS 744)= 12 cm; Batu pecah (CBR 100) = 20 cm;
Sirtu (CBR 50) = 10 cm.
Pertumbuhan lalu lintas = 7,5%; umur rencana 10 tahun; factor regional = 1,0; CBR = 4,5%
hasil penilaian kondisi jalan menunjukkan bahwa pada lapis permukaan asbuton terihat crack
sedang, beberapa deformasi pada jalur roda (kondisi 60%) akibat jumlah lalu lintas melebihi
perkiraan semula.
17 Konstruksi Bertahap
Konstruksi bertahap digunakan pada keadaan tertentu:
c. kerusakan setempat (weak spots) selama tahap pertama dapat diperbaiki dan
direncanakan kembali sesuai data lalu lintas yang ada.
18 Konstruksi Bertahap
Metode konstruksi bertahap pada perencanaan suatu jalan didasarkan atas konsep sisa
umur.
Untuk itu tahap kedua diterapkan bila jumlah kerusakan pada tahap pertama telah
mencapai ± 60%, dengan demikian sisa umur tahap pertama sisa ± 40%.
Untuk menetapkan ketentuan tersebut, maka perlu dipilih waktu tahap pertama antara
25%-50% dari waktu keseluruhan.
19 Konstruksi Bertahap
Perumusan konsep sisa umur:
1. Jika pada tahap 1 tidak ada sisa umur, maka tebal perkerasan tahap 1 didapat dengan
memasukan LER1;
2. Jika pada akhir tahap 1 diinginkan adanya sisa umur ± 40%, maka perkerasan tahap 1 perlu
ditebalkan dengan memasukan lintas ekivalen sebesar x LER 1
3. Dengan anggapan sisa umur linear dengan sisa lalu lintas maka:
4. Jika pada akhir tahap 1 tidak ada sisa umur, maka tebal perkerasan tahap 2 didapat dengan
memasukan lintas ekivalen sebesar LER2
5. Tebal perkerasan tahap 1+2 didapat dengan memasukkan lintas ekivalen sebesar yLER2.
karena 60% y LER2 sudah dipakai pada tahap 1, maka:
6. Tebal perkerasan tahap 2 diperoleh dengan mengurangkan tebal perkerasan tahap 1+2
(lintas ekivalen y LER2) terhadap tebal perkerasan tahap 1 (lintas ekivalen x LER 1)
UR = (5+15) tahun
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
9,7 = 0,35D1 + 0,14(20) + 0,12(10)
D1 = 16,3 ≈ 16,5 cm
Susunan Perkerasan
9 cm + 7,5 cm
Asbuton MS744 =
Batu Pecah CBR 100 = 20 cm
Sirtu CBR 50 = 10 cm
32
Ada Pertanyaan?
33 Latihan Soal 2:
Rencanakan tebal perkerasan untuk jalan 2 Jalur, Apabila diketahui data lalu lintas tahun
1988, adalah sebagai berikut:
Kendaraan ringan 2 ton……………......= 1500 kendaraan
Bus 8 ton……………………………........... = 350 kendaraan
Truk 2as 13 ton……………………………. = 70 kendaraan
Truk 3as 20 ton……………………………. = 50 kendaraan
Truk 5as 30 ton……………………………. = 25 kendaraan
Jalan dibuka tahun 1990(I selama pelaksanaan = 5% per tahun); FR = 1,-; CBR tanah dasar =
4,5%; Bahan-bahan perkerasan: asbuton (MS 744); Batu pecah (CBR 100; Sirtu (CBR 50);
Pertumbuhan lalu lintas = 7,5%; umur rencana 7 +13 tahun.