Anda di halaman 1dari 29

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM ALTERASI HIDROTERMAL


ACARA III & IV : PETROGRAFI DAN MINERAGRAFI SERTA
PARAGENESA MINERAL

LAPORAN

OLEH :
INDRI ANGGRENI
D061191044

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineragrafi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari

kenampakan mineral secara mikroskopis khususnya mineral bijih, dalam

mineragrafi menggunakan analisis sayatan poles. Petrografi adalah cabang

petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari batuan. Klasifikasi batuan

didasarkan pada informasi yang diperoleh selama analisis petrografi.

Petrografi dan mineragrafi sangat penting sebagai dasar seorang geologist,

untuk mengetahui secara detail kandungan mineral pada suatu batuan, dan

memastikan mineral yang didapatkan dilapangan sesuai baik secara megaskopis

maupun mikroskopis. Dengan analisis petrografi dan mineragrafi, kita dapat

mengetahui mineral alterasi dan mineral bijih yang terdapat pada sampel yang

diamati. Serta batuan asal dan bagaimana pembentukan dan urutan prosesnya.

Atau paragenesa dari batuan tersebut.

Paragenesa adalah urutan waktu pengendapan dan kristalisasi mineral yang

terdapat dalam bijih atau dapat di artikan juga sebagai kumpulan mineral yang

terdapat dalam suatu bijih.

Oleh karena itu diadakan praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui

karakteristik mineral-mineral yang dijumpai serta paragenesa mineral pada

analisis sayatan tipis dan analisis sayatan poles.


1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktikum petrografi dan mineragrafi adalah agar

praktikan mengetahui mineral alterasi dan mineral bijih suatu batuan pada analisis

petrografi dan mineragrafi. Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi mineral dan jenis alterasi pada pengamatan sayatan tipis.

2. Mengidentifikasi tekstur khusus yang dijumpai pada pengamatan sayatan

poles.

3. Mengetahui paragenesa mineral bijih yang dijumpai pada pengamatan

sayatan poles.

1.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:

1. Mikroskop polarisasi

2. Sayatan tipis

3. Sayatan poles

4. Lembar kerja praktikum

5. Alat tulis kantor

6. Kamera

7. Buku referensi
BAB II
METODOlOGI

2.1 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan dan

pendeskripsian sampel secara mikroskopis sebanyak 10 DMP di laboratorium

petrografi.

2.2 Tahapan Praktikum

Tahapan yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari empat tahapan

yaitu, tahapan pendahuluan, praktikum, analisis data, dan pembuatan laporan.

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini meliputi persiapan perlengkapan yang akan digunakan dalam

praktikum dan pemberian tugas pendahuluan dan studi literatur bertujuan agar

praktikan memahami acara yang akan di praktikumkan.

2. Tahap Praktikum

Pada tahap ini, praktikan mengamati sampel handspacemen secara

megaskopis dan mengamati sampel sayatan tipis dan sayatan poles secara

mikroskopis menggunakan mikroskop polarisasi dan mengisi LKP yang telah

diberikan. Praktikan akan mencatat semua data yang didapatkan ketika melakukan

pengamatan terhadap sampel.

3. Tahap Analisis data

Setelah mendapatkan data saat praktikum, praktikan menentukan nama

batuan, mineral primer, mineral alterasi, tingkat alterasi, interpretasi suhu


stabilitas mineral alterasi, jenis alterasi, tekstur khusus mineral, mineral logam dan

tekstur khusus mineral logam serta menentukan paragenesa mineral alterasi dan

mineral bijih menggunakan referensi yang ada. Kemudian praktikan dibentuk

dalam satu kelompok yang nantinya melakukan asistensi kepada asisten masing-

masing.

4. Penyusunan Laporan

Setelah analisis data selesai dilakukan, maka praktikan menyusun laporan

praktikum berdasarkan data-data yang ada serta didukung oleh referensi yang

terpecaya seperti buku, jurnal, dan semacamnya yang kemudian akan diperiksa

oleh asisten masing-masing kelompok asistensi sebelum dikumpulkan.


Tabel 2.1 Diagram alir praktikum

Mulai

Tahap
Pendahulua

Asistensi acara Tugas pendahuluan Studi literatur

Tahap Praktikum

Sayatan tipis Handspacemen Sayatan poles

Tahap Analisis Data

 Mineral primer dan  Penentuan nama batuan  Mineral logam


penamaan batuan  Tekstur khusus mineral  Tekstur khusus
 Mineral alterasi  Mineral alterasi dan mineral logam
 Tingkat alterasi mineralisasi.
 Interpretasi suhu
stabilitas mineral alterasi
 Jenis alterasi

Paragenesa mineral
gangue/alterasi, dan mineral bijih

Penyusunan laporan

Selesai
BAB III
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini menggunakan sampel alterasi dengan kode TX01

yang diambil di Kampung Tarinding, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa,

Provinsi Sulawesi Barat.

3.1 Megaskopis

Fe Oxide

Blebby Pirit

Klorit

Veinlet Kuarsa

Disseminated
Pyrite

Gambar 3.1 Kenampakan megaskopis sampel TX01 yang mengalami alterasi dimana
dijumpai mineral alterasi berupa klorit (Chl) dan juga terdapat veinlet
kuarsa (Qz), serta mineralisasi berupa pirit (py).

Pada sampel TX 01 memiliki kenampakan megaskopis dengan ciri fisik

dalam keadaan segar berwarna putih keabu-abuan dan dalam keadaan lapuk

berwarna merah kecoklatan, struktur masif dan tekstur hipokristilin. Komposisi

mineral primer yaitu kuarsa, mineral alterasi terdiri, klorit dan kuarsa yang hadir

dalam bentuk veinlet (tekstur urat) dan dijumpai mineralisasi pirit, secara

megaskopis pirit umumnya berwarna putih kekuningan, memiliki kekerasan 6-6,5


skala Mohs, kehadiran mineral bijih berupa pengisian rekahan(open space) dan

menyebar (disseminated) pada batuan.

3.2 Mikroskopis

3.2.1 Petrografi

Dalam pengamatan petrografi pada praktikum ini, dilakukan dengan

menggunakan 10 diameter medan pandang. Hal ini agar data tersebut dapat

mewakili keseluruhan batuan. Dari persentase mineral tersebut, maka dapat

digunakan dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan sampel sayatan tipis,

secara petrografi sampel tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

3.2.1.1 Sampel TX01

A. Deskripsi

1. DMP 1

Opq Opq
Ser Ox Ser Ox
QzQz Qz

Chl Chl

// - Nikol X - Nikol

Gambar 3.2 Kenampakan mikroskopis sampel TX01 DMP 1 yang menunjukkan


kehadiran mineral alterasi berupa mineral klorit (Chl), kuarsa (Qz) dan
mineral serisit(Ser), hadirnya mineral opaq (Op), serta hadirnya mineral
Oxide (Ox).
Kenampakan mikroskopis dari contoh sayatan dengan kode sayatan TX01,

secara umum memperlihatkan warna absorbsi coklat kehijauan terdapat pada orde

tiga dalam table Michael levy dengan warna interferensi abu-abu kehitaman

terdapat pada orde pertama dalam table Michael levy, kristalinitas hipokristalin,

granularitas porfiroafanitik, bentuk subhedral-anhedral, dan relasi inequigranular.

Mineral terdiri atas mineral primer yaitu Kuarsa (15%), dan mineral alterasi yaitu

Klorit (45%), Serisit (25%), juga terdapat mineral lain yaitu mineral Opaq (5%),

dan mineral Oksida (10%) dengan ukuran mineral 0,02 – 0,05 mm.

Mineral klorit(Chl) memiliki warna absorbsi hijau dan warna interferensi

hijau gelap (hijau kehitaman) terdapat pada orde tiga dalam tabel Michael levy,

relief rendah, memiliki belahan dan gelapan miring.

Mineral serisit(Ser) memiliki warna absorbsi tidak berwarna dan warna

interferensi abu-abu kehitaman terdapat pada orde pertama dalam tabel Michael

levy, bentuk pipih berserabut, dan relief rendah.

Mineral kuarsa(Qz) memiliki warna absorbsi tidak berwarna dan warna

interferensi abu-abu kehitaman terdapat pada orde pertama dalam tabel Michael

levy, bentuk anhedral, relief rendah, tidak memiliki belahan dan gelapan

bergelombang.

Mineral opaq(Op) memiliki ciri optik hitam dan tidak tembus cahaya.

Dan mineral Oksida(Ox) memiliki ciri optik coklat kemerahan dan

memiliki tingkat intensitas yang sangat rendah.


2. DMP 2

Opq Opq
Chl Chl
SerSer

Ox Qz Ox Qz

// - Nikol X - Nikol

Gambar 3.3 Kenampakan mikroskopis sampel TX01 DMP 2 menunjukkan kehadiran


mineral alterasi berupa mineral klorit (Chl), kuarsa (Qz) dan mineral
serisit(ser), hadirnya mineral opaq (Op), serta hadirnya mineral Oxide
(Ox).

Kenampakan mikroskopis dari contoh sayatan dengan kode sayatan TX01,

secara umum memperlihatkan warna absorbsi coklat kehijauan terdapat pada orde

tiga dalam table Michael levy dengan warna interferensi abu-abu kehitaman

terdapat pada orde pertama dalam table Michael levy, kristalinitas hipokristalin,

granularitas porfiroafanitik, bentuk subhedral-anhedral, dan relasi inequigranular.

Mineral terdiri atas mineral primer yaitu Kuarsa (10%), dan mineral alterasi yaitu

Klorit (40%), Serisit (30%), dan juga terdapat mineral lain yaitu mineral Opaq

(5%), dan mineral Oksida (15%) dengan ukuran mineral 0,02 – 0,05 mm.
Mineral klorit(Chl) memiliki warna absorbsi hijau dan warna interferensi

hijau gelap (hijau kehitaman) terdapat pada orde tiga dalam tabel Michael levy,

relief rendah, memiliki belahan dan gelapan miring.

Mineral serisit(Ser) memiliki warna absorbsi tidak berwarna dan warna

interferensi abu-abu kehitaman terdapat pada orde pertama dalam tabel Michael

levy, bentuk pipih berserabut, dan relief rendah.

Mineral kuarsa(Qz) memiliki warna absorbsi tidak berwarna dan warna

interferensi abu-abu kehitaman terdapat pada orde pertama dalam tabel Michael

levy, bentuk anhedral, relief rendah, tidak memiliki belahan dan gelapan

bergelombang.

Mineral opaq(Op) memiliki ciri optik hitam dan tidak tembus cahaya.

Dan mineral Oksida(Ox) memiliki ciri optik coklat kemerahan dan

memiliki tingkat intensitas yang sangat rendah.

Berdasarkan hadirnya mineral alterasi berupa klorit, kuarsa, dan serisit

pada pengamatan petrografi, maka dapat ditentukan intensitas ubahan dari mineral

tersebut.

Tabel 3.1 Mineral alterasi yang dijumpai pada pengamatan petrografi dan intensitas
ubahannya (Klo: klorit, K: kuarsa, Ser: serisit, Op: opak Ox:oksida)
NAMA Klo K Ser Op O INTENSITAS
SAMPEL x UBAHAN
TX01 SEDANG - KUAT

Keterangan :

= Dominan
= Sedang
= Sedikit
Berdasarkan kenampakan secara megaskopis dan pengamatan secara

petrografi dimana mineral sekunder yaitu klorit, kuarsa, dan serisit memiliki

intensitas sekitar 25% - 75%. Maka dapat ditentukan bahwa sampel TX01 telah

mengalami alterasi sedang ke kuat sehingga, sudah tidak dapat diindentifikasi

batuan asalnya maka dinamakan sebagai altered rock / batuan teralterasi.

Tabel 3.2 Intensitas ubahan batuan Morisson (1995)

B. Tipe Alterasi

Berdasarkan himpunan mineral yang dijumpai, alterasi pada sampel TX01

termasuk dalam zona Propilitik. Tipe alterasi Propilitik dicirikan dengan

kehadiran mineral Klorit, epidot, dan karbonat. Zona ini dicirikan oleh mineral-

mineral yang berwarna hijau. Suhu pembentukan endapan ini adalah 200-300o,

salinitas beragam dan PH mendekati netral, dan permeabilitas rendah.

Tabel 3.3 Himpunan mineral alterasi Guilbert&Park (1986)


Menurut klasifikasi (Corbett & Leach, 1996) dalam penentuan suhu-Ph,

jenis alterasi dengan himpunan mineral pencirinya, maka sampel TX01 termasuk

dalam kelompok Propilitik dengan interpretasi temperatur sedang, dan Ph normal

yang dicirikan oleh hadirnya mineral serisit, kuarsa dan klorit.

Tabel 3.4 Diagram hubungan antara suhu PH dan jenis alterasi serta himpunan mineral
mineral pencirinya (Cobert&Leach 1996)
Berdasarkan klasifikasi Hedenquiest (1995), Mineral yang dijumpai pada

sampel TX01 terdapat pada zona propilitik over serisitik yang mengalami proses

serisktisasi yang memiliki kestabilan suhu yang berbeda-beda, mineral kuarsa

stabil pada suhu 1500C - 3000C, mineral klorit stabil pada suhu 180 0C - 3000C dan

mineral pirit stabil pada suhu 1000C - 3000C sehingga kisaran temperatur

pembentukan tipe alterasi ini berada pada kisaran suhu 1800C - 3000C dengan

kondisi PH asam-netral.

Tabel 3.5 Mineral alterasi penunjuk temperatur Hedenquiest (1995)


C. Genesa

Gambar 3.5 Model skematik dari sistem endapan epitermal low-sulphidation.


(Hedenquist, dkk., 2000)
Epitermal menjelaskan suatu endapan larutan hidrotermal yang dekat

dengan permukaan (berkisar antara 50–1500 meter dari atas permukaan bumi),

proses alterasi hidrothermal dimulai dengan naiknya larutan asam sulfat yang
melewati atau menerobos satuan batuan yang telah terbentuk. Setelah itu, karena

bergeraknya larutan hidrotermal secara lateral mengakibatkan adanya interaksi

antara larutan dengan batuan samping menghasilkan alterasi filik yang terletak

pada bagian luar dari zona potasik dengan temperatur sedang-tinggi yaitu 230°C-

400°C dan mineral ubahan penciri berupa serisit yang disebabkan karena mineral

feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasi dengan penambahan unsur H+,

Setelah zona alterasi filik terbentuk, terjadi proses bercampurnya larutan

hidrotermal di dalam zona rekahan yang dicirikan oleh kehadiran vein, larutan

hidrotermal yang masih kaya akan larutan asam sulfat mempengaruhi ubahan

batuan yang dilaluinya dengan kehadiran mineral silika dominan, dalam hal ini

yaitu kuarsa. Selanjutnya, dalam suhu yang sama terjadi lagi interaksi larutan

hidrotermal kemudian membentuk mineral klorit yang merupakan ubahan dari

mineral-mineral mafic seperti piroksin. Zona alterasi yang terbentuk yaitu zona

alterasi propilitik terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH mendekati

netral, dengan mineral ubahan pencirinya klorit. Proses pengendapan bijih pada

lingkungan epitermal terjadi karena larutan pembawa bijih yang terfokus dan

sedang bergerak naik ke permukaan, mengalami perubahan komposisi ini

disebabkan oleh boiling (Maulana,2017).

3.2.2 Mineragrafi

Dalam pengamatan mineragrafi dilakukan identifikasi terhadap jenis

mineral bijih serta karakteristik tekstur yang menyertainya. Interpretasi tekstur


dari mineral bijih ini akan membantu dalam penentuan paragenesis mineral bijih

(Craig dan Vaughan, 1981). Adapun mineralisasi yang dijumpai pada sampel

yaitu pirit, kalkopirit dan kovelit.

3.2.1 Sampel TX01

A. Deskripsi

A B

Sph
Kov
Cpy

Py

Perbesaran 10 x Perbesaran 10 x
Gambar 3.6 Kenampakan mineragrafi sayatan poles sampel TX01 tersusun oleh mineral
bijih Pirit (Py), Sphalerite (Sph), Kalkopirit (Cpy), dan Kovelit (Kov)

Dari hasil pengamatan mineragrafi pada ditemukan mineralisasi, yaitu

mineral pirit, kalkopirit, sphalerite dan kovelit.

Mineral Pirit (Py) adalah mineral sulfida dengan ciri optik berwarna putih

kekuningan, tidak menunjukkan pleokroisme, bentuk subhedral- euhedral,

umumnya prismatik, ukuran 0,1 – 0,5 mm, warna interferensi gelap, kilap logam

dan isotropik kuat.

Mineral Kalkopirit (Cpy) adalah mineral sulfida dengan ciri optik

berwarna kuning, bentuk subhedral- euhedral, ukuran 0,1 – 0,5 mm, kilap logam,

warna interferensi gelap, dan tidak menunjukkan plekroisme.


Mineral Sphalarite (Sph) adalah mineral sulfida dengan ciri optik

berwarna abu-abu kehitaman, bentuk subhedral- euhedral, ukuran 0,1 – 0,5 mm,

belahan sempurna, dan kilap minyak.

Mineral kovelit adalah mineral sulfida dengan ciri optik berwarna biru,

bentuk subhedral, dan memiliki kilap logam.

Tabel 3.6 Mineral bijih yang teridentifikasi dari hasil pengamatan mineragrafi
(Py: Pirit, Cpy: Kalkopirit, Sph : Shalerite, dan Kov : Kovelit)
NAMA Py Cpy Gal Sph Tet Kov
SAMPEL
TX01

Keterangan :

= Dominan
= Sedang
= Sedikit

B. Tekstur Khusus Mineral Bijih

Berdasarkan hasil pengamatan mineragrafi pada sayatan poles dijumpai

adanya tekstur khusus pada mineral pirit, kalkopirit, sphalerite dan kovelit yaitu

tekstur intergrowth pada gambar 3.6 (A), open space filling pada gambar 3.6 (A),

replacement pada gambar 3.6 (B),

Pada gambar 3.6 (A) terdapat tekstur intergrowth, atau tumbuh bersama

antara mineral kalkopirit dengan pirit, hal ini menunjukkan suatu waktu, pirit dan

kalkopirit terbentuk secara bersamaan. Tekstur intergrowth terjadi akibat

perubahan temperatur yang tinggi serta pengaruh dari jenis mineral yang

menyebabkan terjadinya penyimpangan struktur kristalografi atau dengan kata

lain susunannya tidak beraturan.


Pada gambar 3.6 (A) terdapat tekstur open space filling yaitu mineral

tersebut tumbuh pada tempat terbuka dimana sphalerite hadir mengisi

celah/rekahan pada pirit.

Pada gambar 3.6 (B) terdapat tekstur replacement, merupakan

penggantian oleh mineral lain tanpa adanya perubahan volume semula.

Penggantian yang terjadi terhadap suatu mineral hanya dapat pada sebagian

mineral saja atau seluruhnya mengalami penggantian. Tekstur ini terdapat pada

mineral kovelit yang menggantikan mineral kalkopirit.

C. Paragenesa Mineral

Berdasarkan hasil pengamatan mineragrafi berupa tekstur (bentuk

individu kristal dan sifat kontak antar butiran yang berdampingan) maka dapat

diurutkan pembentukan mineral bijih. Berikut ini merupakan urutan pembentukan

mineral bijih pada daerah penelitian berdasarkan pengamatan mineragrafi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis sayatan poles (mineragrafi),

maka dapat diketahui urutan pembentukan mineral bijih pada daerah penelitian

yang terdiri atas tiga tahap. Pada tahap pertama diawali dengan pembentukan

mineral pirit bersama dengan kalkopirit yang ditunjukkan dengan tekstur

intergrowth (Gambar 3.6 A).

Pada tahap dua, terbentuk mineral sphalerite yang ditunjukkan dengan

tekstur sekunder berupa open space filling pirit oleh sphalerite (Gambar 3.6 A).

Maka dapat diperkirakan bahwa sphalerite hadir setelah pirit terbentuk.

Selanjutnya, pada tahap ketiga, terbentuk mineral kovelit yang ditunjukkan

dengan tekstur sekunder berupa replacement kalkopirit oleh kovelit (Gambar 3.6
B). Maka dapat diperkirakan bahwa kovelit hadir setelah kalkopirit terbentuk.

Berdasarkan pengamatan tekstur mineral bijih, dapat diketahui tahapan

pembentukan mineral bijih di daerah penelitian yang dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Paragenesa mineral bijih daerah penelitian


Mineral Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Pirit

Kalkopirit

Sphalerite

Kovelit

Keterangan : : Tahap pembentukan

Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis sayatan tipis dan analisis

sayatan poles, maka dapat diketahui secara keseluruhan urutan pembentukan

mineral gangue/alterasi dan mineral bijih pada daerah penelitian yang terdiri atas

empat tahap.

Tabel 3.8 Paragenesa Pembentukan Mineral Gangue/Alterasi dan Mineral Bijih


Mineral Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Mineral Bijih

Pirit
Kalkopirit
Sphalerite
Kovelit
Alterasi/Gangue
Serisit
Kuarsa
Klorit
Oksida
Tabel 3.9 Paragenesa mineral bijih, gangue, dan alterasi yang terbentuk pada tiap tahap
mineralisasi di daerah penelitian.
Tahap Mineralisasi
-------2800C----------2750C---------2200C--------1500C
Mineral bijih/gangue/alterasi Awal Tengah Akhir Supergen
Qz base metal
Tekstur Intergrowth,Open Space Filling,Veinlet,
Dessiminated, Blebby pirit, Replacement
Bijih
Pirit
Kalkopirit
Sphalerite
Kovelit
Gangue/alterasi
Serisit
Kuarsa
Klorit

Keterangan

= Melimpah
= Cukup Melimpah
= Kurang Melimpah

C. Genesa

Larutan hidrothermal yang mengenai batuan yang memiliki porositas dan

permeabilitas yang baik juga membawa serta mengendapkan unsur mineral-

mineral (mineralisasi) logam seperti pirit, kalkopirit, sphalerite dan kovelit. Hal

ini dikarenakan pada saat proses pembentukan alterasi dengan kondisi suhu dan

pH tertentu akan mengendapkan mineralisasi yang memiliki karakteristik suhu

dan pH yang sesuai dengan masing-masing zona alterasi.

Karakteristik endapan mineral pada daerah penelitian yaitu  bentuk endapan

bijih berupa urat-urat halus (veinlets), Kumpulan (blebby) dan sebaran


(disseminated),  mineral bijih berupa pirit, kalkopirit, sphalerite kovelit dan

mineral  gangue  berupa  kuarsa, serisit, dan klorit, serta  tekstur  khusus mineral

berupa  intergrowth, open space filling  dan  replacement. Berdasarkan

karakteristik tersebut, endapan mineral pada daerah penelitian memiliki kesamaan

dengan endapan mineral  tipe epitermal sulfidasi rendah.

Gambar 3.8 Penampang tipe endapan low sulfidation oleh Buchanan (1981)

Tabel 3.10 Karakteristik tipe endapan emas epitermal


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum acara tekstur khusus adalah:

1. Mineral alterasi yang dijumpai pada pengamatan thin section yaitu serisit

klorit, dan kuarsa sehingga jenis alterasinya propilitik. Propilitik dicirikan

oleh kehadiran mineral klorit.

2. Tekstur khusus yang dijumpai pada pengamatan mineragrafi yaitu tekstur

intergrowth antara pirit dan kalkopirit, tekstur open space filling antara

pirit yang diisi oleh sphalerite dan tekstur replacement kovelit

mengantikan pirit.

3. Paragenesa mineral bijih terbagi menjadi tiga tahap. Pada tahap pertama

diawali dengan pembentukan mineral pirit dan kalkopirit, kemudian pada

tahap kedua pembentukan mineral sphalerite, dan tahap ketiga

pembentukan mineral kovelit.

4.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum acara petrografi dan mineragrafi serta

paragenesa mineral ini :

1. Penjelasan harus lebih detail terutama saat asistensi acara

2. Pemberian tugas pendahuluan lebih baik H-2 praktikum dimulai

3. Tetap menjaga kebersihan dan protokol kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

A. Nurul Novia Rahmaningrum , Asrafil, A. (2021). Alterasi dan mineralisasi


bijih pada batuan diorit di daerah wombo, sulawesi tengah, Jurnal alterasi
dan mineralisasi Volume 7,, Hal. 138-149

Arif, Syafrizal, Teti Indriati. (2020). Karakteristik Mineralisasi Endapan


Epitermal Pada Prospek Arinem Di Kabupaten Garut, Jawa Barat,
Volume 8,, Hal. 193 – 2029

Buchanan, L. J. (1981) “Precious metal deposits associated with volcanic


environments in the southwest,” Arizona Geol. Soc. Digest, 14, pp. 237–
261.

Corbert, Greg J, and leach, tery M, 1996 Southwest Pacific Rim Gold-Copper
Systems : Structure, Alteration and Mineralization, Journal of Society
Economic Geology, Kansas City.

Craig, J.R. and Vaughan, D.J. (1981) Ore Microscopy and Ore Petrography, John
Wiley and Sons, New York, 25.

Dong, G., G. Morrison, dan S. Jaireth. 1995. "Quartz texture in epithermal veins,
Queensland: classification, origin and implication". Journal Of Economic
Geology, 90, 6, hlm. 1841–1856.

Fadlin, Ibnu Hajar, Fadli. (2019). Studi Alterasi, Mineralisasi dan Inklusi Fluida
Prospek Hidrotermal Kulon Progo Volume 20, Hal. 211 – 223

Guilbert, J.M. & C.F. Park. 1986. The geology of ore deposit. Freeman.

Hedenquist, J.W & J.B. Lowenstern. 1995. "The role of magma in the formation
of hydrothermal ore deposit". Nature, 370, hlm. 519–527.

Maulana, Adi.2017. Endapan Mineral. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Zulkifly, Dani. (2016). Karakteristik Mineralisasi Epitermal Di Daerah Taran,


Hulu Kahayan, Kalimatan Tengah Volume 1, Hal. 155 – 162
No sayatan : TX01 Nama Batuan : Altered Rock
Lokasi : Kelurahan Latuppa, Kecamatan Mungkajang, Palopo,
Sulawesi Selatan.
Foto

Opq Chl Opq Chl


Ser Ser

Qz
Ox Qz Ox

// Nikol X nikol
Lensa Okuler : 10x Lensa Objektif : 5x Perbesaran total : 50x
Tipe Batuan : Batuan beku
Tipe Struktur : Massif
Megaskopis : Pada sampel TX 01 adalah jenis batuan beku, memiliki ciri fisik
dalam keadaan segar berwarna putih keabu-abuan dan dalam keadaan lapuk
berwarna kecoklatan, struktur masif dan tekstur holokristalin. Mineral terdiri atas
mineral primer yaitu kuarsa, mineral alterasi terdiri dari klorit serta dijumpai
mineralisasi pirit. Batuan mengalami alterasi tinggi dengan tingkat alterasi sebesar
70%.
Mikroskopis : Pada sampel TX 01 adalah jenis batuan beku, dengan warna
absorbsi coklat kehijauan terdapat pada orde tiga dalam table Michael levy dengan
warna interferensi abu-abu kehitaman terdapat pada orde pertama dalam table
Michael levy, kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiroafanitik, bentuk
subhedral-anhedral, dan relasi inequigranular. Mineral terdiri atas mineral primer
yaitu Kuarsa (10%), dan mineral alterasi yaitu Klorit (40%), Serisit (30%), dan
juga terdapat mineral lain yaitu mineral Opaq (5%), dan mineral Oksida (15%)
dengan ukuran mineral 0,02 – 0,05 mm.
Mineral Primer
Komposisi mineral Jumlah Keterangan optik
mineral
Kuarsa(Qz) 10% Mineral kuarsa(Qz) tidak
berwarna pada nikol
sejajar, berwarna abu2
sampai putih pada nikol
silang, bentuk anhedral,
relief rendah, dan gelapan
bergelombang.
Nama Batuan : Altered Rock
Mineral Alterasi
Serisit (Ser) 30% Mineral serisit(Ser) tidak
berwarna pada nikol
sejajar dan berwarna abu-
abu pada nikol silang,
bentuk pipih berserabut,
dan relief rendah.
Klorit(Chl) 40% Mineral klorit(Chl)
berwarna hijau pada nikol
sejajar dan berwarna
hijau gelap (hijau
kehitaman) pada nikol
silang, relief rendah, dan
gelapan miring.
Tipe alterasi : Propilitik
Tingkat alterasi : 70%

No sayatan : TX01 Nama Batuan : Altered Rock


Kov
Cpy

Py

Perbesaran 10 x Perbesaran 10 x
Lokasi : Kelurahan Latuppa, Kecamatan Mungkajang, Palopo,
Sulawesi Selatan.

Foto

Sph

Perbesaran
10 x : Epitermal low sulfidation
Tipe endapan
Jenis mineralisasi : Pirit – Kovelit – Kalkopirit
Referensi : Ore Mineral Atlas (Dan Marshall, Kanada)
Mikroskopis :
Kenampakan pada sayatan poles memperlihatkan kehadiran mineral yang terdiri
dari Pirit, Kalkopirit, dan Kovelit dengan tekstur intergrowth, dan replacement.
Mineral Pirit hadir mengisi rekahan pada batuan dan dijumpai mineral kovelit
yang tumbuh bersama dengan mineral pirit. Mineral kalkopirit hadir menggantikan
mineral pirit.
Deskripsi mineralogy
Komposisi mineral Keterangan optik mineral
Pirit (Py) Mineral Pirit (Py) adalah mineral sulfida
(FeS2) dengan ciri optik berwarna putih kekuningan, tidak
menunjukkan pleokroisme, bentuk subhedral-
euhedral, umumnya prismatik, ukuran 0,1 – 0,5 mm,
warna interferensi gelap, memiliki tekstur intergrowth
dengan mineral kalkopirit dan kilap logam dan
isotropik kuat.
Kalkopirit (Cpy) Mineral Kalkopirit (Cpy) adalah mineral sulfida
(CuFeS2) dengan ciri optik berwarna kuning, bentuk subhedral-
euhedral, ukuran 0,1 – 0,5 mm, memiliki tekstur
intergrowth dengan mineral pirit, kilap logam, warna
interferensi gelap, dan tumbuh bersama dengan pirit.
Sphalerite (Sph) Mineral sphalerite adalah mineral sulfida dengan ciri
(Zn,Fe)S) optik berwarna abu-abu kehitaman, bentuk subhedral-
euhedral, ukuran 0,1 – 0,5 mm, belahan sempurna, dan
kilap minyak.
Kovelit (Cv) Mineral kovelit adalah mineral sulfida dengan ciri
(CuS) optik berwarna biru, bentuk subhedral, ukuran <0,02
mm dan memiliki kilap logam.

Anda mungkin juga menyukai