Anda di halaman 1dari 9

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL PROGRAM STUDI


TEKNIK GEOLOGI

TUGAS FISIKA MODERN


APLIKASI TEKNOLOGI SINAR X DALAM IDENTIFIKASI KADAR
LOGAM PADA BATUAN

Disusun
Oleh :

NAMA : SATRIYA YAFI’ DANISWARA


NIM : 4100220007
KELAS : 03

YOGYAKARTA

2023
PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membuat manusia
berada diperadaban yang baru, dimana manusia memenuhi kebutuhannya dengan didukung oleh
peralatan-peralatan yang sudah modern. Beberapa industri menggunakan bahan berbasis logam
terutama untuk alat-alat perkakas dan komponen-komponen otomotif.

Sinar-X merupakan pancaran dari gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan


gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan gelombang yang sangat
pendek. Sinar-X mempunyai sifat heterogen serta memiliki panjang gelombang yang bervariasi
dan tidak terlihat. perbedaan sinar-X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada
panjang gelombang (Stanford University, 2017). Sinar-X memiliki panjang gelombang yaitu
1/10.000 cm panjang gelombang cahaya. Sinar X adalah suatu radiasi elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang sangat pendek. Panjang gelombangnya antara 0,01 sampai 10
nanometer dan frekuensinya 1016 hingga 1021 Hz.

ISI

Aplikasi teknologi sinar-X dalam identifikasi kadar logam pada batuan umumnya
melibatkan teknik analisis sinar-X (X-ray) yang dapat memberikan informasi tentang komposisi
kimia suatu bahan. Dalam konteks identifikasi kadar logam pada batuan, teknik ini seringkali
disebut sebagai X-ray fluorescence (XRF) atau difraksi sinar-X (XRD). Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk menganalisis kandungan unsur dalam logam adalah metode X-Ray
Fluorescence (XRF). XRF merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui kandungan unsur
dan persentasenya dalam suatu material. Metode XRF mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya biaya relatif murah, multielemental (dapat mendeteksi berbagai macam material),
analisisnya cepat dan hasil analisisnya bersifat kualitatif dan kuantitatif. Disisi lain, penggunaan
metode XRF juga memiliki kekurangan yakni tidak dapat mendeteksi unsur karbon dalam
logam. metode Penggunaan metode X-Ray Fluorescence dalam penelitian berdasarkan
pertimbangan bahwa teknik ini mempunyai limit deteksi hingga satuan part per million (ppm).
Oleh karena itu untuk penelitian menggunakan Metode X-Ray Fluorescence (XRF) untuk
menentukan komposisi kandungan mineral logam besi (Fe), mangan (Mn), dan nikel (Ni) pada
singkapan batuan.

HASIL DAN PEMAHASAN

• IDENTIFIKASI KANDUNGAN UNSUR LOGAM BATUAN MENGGUNAKAN


METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) (STUDI KASUS: KABUPATEN BUTON)

Latar belakang Pada penelitian ini yang berada di kabupaten buton terkenal dengan
kekayaan aspalnya yang melimpah dan rembesan minyak yang mengindikasikan bahwa daerah
tersebut sangat kaya dengan hidrokarbon yang sudah matang. dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah XRF (XRay Flourescence). Data yang dihasilkan oleh alat XRF kemudian
dianalisis untuk menentukan konsentrasi logam oksida pada sampel batuan yang di uji. Data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Lokasi pengambilan sampel dilakukan
langsung di beberapa titik di Pulau Buton berdasarkan dengan survei lapangan dan penentuan
lokasi sebelumnya menggunakan Google earth dan Global Positioning System (GPS).

Gambar sample

Isi Kandungan logam-logam tersebut juga dipengaruhi oleh Struktur geologi. Struktur
geologi yang penting adalah rekahan (Joint) dan patahan (Fault). Adanya rekahan dan patahan ini
akan mempengaruhi dan mempermudah rembesan air kedalam tanah dan akan mempercepat
proses pelapukan terhadap batuan induk. Oleh karena itu kandungan mineral pada tiga titik
pengambilan sampel dalam penelitian ini juga memiliki kandungan logam yang berbeda.

Gambar grafik

Hasil analisis X-ray Fluorescence (XRF) dapat dilihat berdasarkan grafik diatas yang
mengidentifikasikan jenis unsur yang terdeteksi oleh sinar X berupa unsur Fe , Mn , dan Ni
dengan nilai konsentrasi yang bervariasi dalam bentuk bilangan perseratus (%) dari sampel yang
di uji dari ke empat sampel yang diteliti. Hal ini disebabkan karena unsur besi dominan
kelimpahannya di alam dibandingkan dengan logam lain termasuk dalam batuan.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa konsentrasi unsur logam


yang dominan dari 4 sampel batuan yang diteliti adalah mineral logam besi (Fe). Hal ini
disebabkan karena unsur besi dominan kelimpahannya di alam dibandingkan dengan logam lain
termasuk dalam batuan.

• ANALISIS JENIS DAN KANDUNGAN LOGAM PADA BATUAN BUANGAN DARI


PERTAMBANGANEMAS POBOYA

Latar bealakang Pertambangan emas rakyat Poboya yang terletak di Provinsi Sulawesi
Tengah, KotaPalu, Kecamatan Mantikulore salah satunyayangmenyimpan sumber daya alam
mineral berlimpah termasuk bahan galian (tambang) yang meliputi emas, perak, tembaga dan
lain-lain (Janat dkk., 2017). Batuan yang terdapat di suatu wilayah pertambangan memiliki
karakteristik dan komposisi berbeda satu dengan lainnya yang membuat batuan dapat
diidentifikasi (Ardiansyah dkk., 2015). Oleh karena itu, penting melakukan analisis untuk
mengetahui kandungan logam yang terdapat pada batuan di suatu wilayah pertambangan, seperti
batuan yang ada di pertambangan emas rakyat Poboya yang memiliki warna cenderung
kemerahan untuk selanjutnya dapat diketahui kelimpahan logam yang pada batuan di daerah
pertambangan tersebut serta pemanfaatannya (Basuki dkk., 2017). Salah satu metode yang dapat
digunakanuntuk menganalisis kandungan logam pada sampel yaitu dengan menggunakan metode
spektrometer X-Ray Fluorescence (XRF) (Balasubramanian & Muthukumaraswamy, 2016).

Metode penelitian pada penelitian ini adalah pengambilan sampel,Sampel batuan diambil
dari pertambangan emas rakyat Poboya bagian B yaitu batuan yang memiliki karakteristik
berwarna kemerahan. Pengambilan sampel batuan di lapangan dengan cara grab sampling, yaitu
mengambil bongkah batuan di lokasi pemanbangan (Wijaya dkk., 2016), Analisis kadar air dan
Analisis kandungan logam, Sampel batuan hasil preparasi dianalisis menggunakan instrumen
XRF (X-RayFluorescence) yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan
menentukankadarlogam yang terkandung di dalamsampel batuanmenggunakan radiasi sinar-X
yang diserapdandipantulkan oleh sampel.

Gambar rumus kadar air

Hasil dan pembahasan cara grab sampel berupa bongkahan batuan di lokasi
pertambangan(Wijaya dkk., 2016). Sampel batuan diambil di pertambangan emas rakyat Poboya
bagian B. Secara magaskopik sampel batuan memiliki karakteristik berwarna kemerahan, ukuran
batu berkisar antara 5-10cm, memiliki tekstur berupa porfiroanfantik, holokristalin, struktur
massif, dengan komposisi berupa feldsbar, kuarsa, hematit, amfibol, dan piroksen (Utami dkk.,
2016).
Gambar sample

Kadar air pada batuan adalah perbandingan berat air yang mengisi rongga pori material
batuan terhadap berat partikel padatnya. Kadar air dalam suatu material digunakan untuk
menyatakan hubungan antara fase udara, air, dan butiran padat yang berada dalam volume
material (BSN, 2008). Kadar air yang diperoleh yaitu masing-masing 0,4298%, 0,4328%, dan
0,4369% dengan kadar air rata-rata sebesar 0,43%. Batuan tersusun dari berbagai mineral dan
mempunyai sifat kelistrikan (resistivitas). Jumlah kadar air berpengaruh terhadap nilai
resistivitas. Semakin besar kadar air yang terkandung dalam batuan maka nilai resistivitasnya
akan semakin menurun.

Analisis jenis dan kadar logam padabatuan menggunakan XRF Analisis yang dilakukan
untuk mengidentifikasi kandungan senyawa yang terdapat dalambatuan dari pertambangan emas
rakyat Poboyadilakukan dengan menggunakan XRF(X-RayFluorescence). Hasil keseluruhan dari
karakterisasi sampel tersebut berupa data secara kualitatif dankuantitatif (Li dkk., 2017). Adapun
hasil analisis yang diperoleh yaitu

Hasil pengukuran berdasarkan tabel 1 dan tabel 2 memperlihatkan unsur terbanyak yang
terkandung dalam batuan dari pertambangan emas Poboya yaitu secara berurut yaitu Silikon (Si)
52,98%, Besi (Fe) 23,56%, Kalium (K) 7,23%, Alumunium (Al) 5,72%, Kalsium (Ca) 5,00%,
dan Titanium (Ti) 3,08%. Serta mineral oksida terbanyak secara berurut yaitu Silikon dioksida
(SiO2) 67,76%, Besi(III) osida (Fe2O3) 14,15%, Alumunium oksida (Al2O3) 6,86%,
Kaliumoksida(K2O) 4,26%, Kalsium oksida (CaO) 3,24%, danTitanium dioksida (TiO2) 2,31%.
Persenta sekadar logam dan senyawa terbanyak pada batuan dapat ditunjukkan dengan grafik.

Gambar grafik komposisi batuan

Terdapat 67,76% mineral silika oksida pada batuan karena hampir 90% mineral
pembentuk batuan adalah dari kelompokmineral silika, yang merupakan persenyawaan antara
Media Eksakta 16 (2) : 122-127, November 2020 ISSN: 0216-3144126 silikon dan oksigen
dengan beberapa unsur logam.

Kadar besi (Fe) tinggi pada batuan yaitu 23,56%, hal ini disebabkan karena unsur besi
dominan kelimpahannya di alam dibandingkan dengan logam lain termasuk dalam batuan.
Kandungan besi oksida juga cukup tinggi yaitu Fe2O3 sebesar 14,60%.

Selain itu, ditemukan mineral alumina (Al2O3) sebesar 6,86% dan K2O sebesar 4,26%.
Kandungan Al2O3 dan K2O yang tinggi ini menunjukkan bahwa ciri kimia mineral utama
pembentuk batuan seperti mineral feldspar, mika dan lempung yang kaya akan Al2O3 dan K2O
masih tetap bertahan. Kandungan unsur-unsur ini, secara umum, terutama yang immobile (Ti,
Mg, dan Fe) menunjukkan bahwa batuan tersebut berasal dari aktivitas magma (Qodri & Putra,
2018). Tingginya kandungan silika oksida dan besi oksida pada batuan dari pertambangan
Poboya berpotensi dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan nano material terutama nano silika
dan sebagai bahan dasar pembuatan material ferromagnetik (Jamaluddin & Umar, 2018).
Kesimpulan Logam-logam yang terkandung pada batuan buangan dari pertambangan
Poboya beserta yaitu Silikon (Si), Besi (Fe), Kalium (K), Alumunium (Al), Kalsium (Ca),
Titanium (Ti), Arsen (As), Zirkonium (Zr), Mangan (Mn), Stronsium (Sr), Barium (Ba),
Rubidium (Rb), Seng (Zn), Niobium (Nb), Indium (In), Timah (Sn), dan Stibium/Antimon (Sb).
Dengan persentasi logam terbanyak yaitu Silikon 52,98 % dan Besi 23,56 %.

KESIMPULAN

Kesimpuloannya dari kedua penelitian ini adalah Kabupaten Buton kaya dan beragam
akan potensi bahan galian terutama aspal alam yang sudah lama diusahakan, selain bahan galian
lain ada penambangan yaitu mangan (Mn), nikel (Ni), dan batugamping. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa konsentrasi unsur logam yang dominan dari 4 sampel batuan yang
diteliti adalah mineral logam besi (Fe). Hal ini disebabkan karena adanya unsur besi yang
dominan kelimpahannya di alam dibandingkan dengan logam lain termasuk dalam batuan.

Kesimpulan Pada pertambangan emas Podoya adalah Logam-logam yang terkandung


pada batuan buangan dari pertambangan Poboya beserta yaitu Silikon (Si), Besi (Fe), Kalium
(K), Alumunium (Al), Kalsium (Ca), Titanium (Ti), Arsen (As), Zirkonium (Zr), Mangan (Mn),
Stronsium (Sr), Barium (Ba), Rubidium (Rb), Seng (Zn), Niobium (Nb), Indium (In), Timah
(Sn), dan Stibium/Antimon (Sb). Dengan persentasi logam terbanyak yaitu Silikon 52,98 % dan
Besi 23,56 %. Tingginya kandungan silika oksida dan besi oksida pada batuan dari
pertambangan Poboya berpotensi dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan nano material
terutama nano silika dan material ferromagnetik
DAFTAR PUSTAKA

Ansori, C, (2010). Potensi dan Genesis Mangan Di Kawasan Kars Gombong Selatan
Berdasarkan Penelitian Geologi Lapangan, Analisis Data Induksi Polarisasi dan Kimia
Mineral,Buletin Sumber Daya Geologi, Volume 5

Ali, R. K., Qadaryati, N., & Widadi, S. (2019). Analisis kualitas untuk optimasi pemanfaatan
potensi sumber daya mineral non logam dan batuan di Kecamatan Lumbir, Kabupaten
Bayumas. TEKNIK, 40(3), 161–168.

Balasubramanian, G., & Muthukumaraswamy, S. A. (2016). On the empirical studyof elemental


analysis and metal testingusing XRF spectrum analysis algorithm. Internastional Journal
of Engineeringand Applied Scciences, 3(1), 61–67.

Jamaluddin, & Umar, E. P. (2018). Identifikasi kandungan unsur logam batuan menggunakan
metode XRF(x-rayfluorescence) (studi kasus: KabupatenButon). Jurnal Geocelebes, 2(2),
47–52.

2017). Kajian geologi teknik di kawasan pertambangan emas Poboya, Palu, Sulawesi Tengah.
Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-10 Peran Ilmu Kebumian dalam
Pembangunan Infrastruktur di Indonesia, 252–265

Anda mungkin juga menyukai