Anda di halaman 1dari 12

MINERALOGI CEBAKAN DAN KORELASI ANTARA Au DENGAN Ag, Cu, Pb, DAN Zn

SAMPEL PARITAN UJI PIT X PT NUSA HALMAHERA MINERALS,


KABUPATEN HALMAHERA UTARA, MALUKU UTARA

EPITHERMAL MINERALOGY AND CORRELATION BETWEEN Au WITH


Ag, Cu, Pb, AND Zn TRENCH’S SAMPLE OF PIT X PT NUSA HALMAHERA MINERALS,
NORTH HALMAHERA REGENCY, NORTH MALUKU

Oleh:

Nurrezeki Amaliah Dulfi1, Dharma Irwanda2, Tatik Handayani3, Suwahyadi3


1
Prodi Teknologi Geologi, Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung
2
PT Nusa Halmahera Minerals
3
Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi Bandung
Korespondensi: nurrezekiadulfi@gmail.com

ABSTRAK
Identifikasi cebakan dan karakteristik mineralogi bijih diperlukan untuk membantu kegiatan pengembangan
eksplorasi lanjutan. Penelitian di area paritan uji Pit X dilakukan untuk mengetahui tipe cebakan epitermal
berdasarkan dari deposite form, tekstur mineral bijih, alterasi, mineral sulfida, dan mineral gangue yang dominan
dijumpai dari hasil deskripsi sampel secara megaskopis secara langsung di area paritan uji Pit X, analisis
mineragrafi serta analisis petrografi. Deposite form yang dijumpai berupa urat, stockwork, dan veinlet. Tekstur
mineral bijih yang dijumpai berupa banded, comb, dogteeth, moss, vuggy, dan masif. Alterasi yang dijumpai
berupa silisifikasi dan silika – lempung. Mineral sulfida yang ditemukan berupa pirit dan sfalerit. Mineral gangue
yang dijumpai berupa quartz, sericite, dan hematite. Berdasarkan hasil deposite form, tekstur mineral bijih, alterasi,
mineral sulfida, dan mineral gangue yang dijumpai, maka area penelitian paritan uji Pit X termasuk kedalam tipe
cebakan epitermal sulfida rendah kedalaman sekitar 300–350 m dibawah permukaan, pengendapam diatas zona
pendidihan. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data tambahan mengenai korelasi antara Au dengan Ag, Cu,
Pb, dan Zn menggunakan hasil nilai kadarnya untuk mengetahui hubungan antara Au terhadap setiap unsur
keempat lainnya. Hasil koefisien korelasi (R) yang diperoleh antara Au-Ag= 0,158429795, Au-Cu= 0,01, Au–Pb=
0,1923538, Au–Zn= 0,0565685425. Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa korelasi Au dengan Ag, Cu,
Pb, dan Zn sangat rendah yang kemungkinan akibat keberadaan semua sampel berasal dari elevasi yang sama.
Kata Kunci: mineralogi, paritan uji Pit X, epitermal, sulfida rendah, korelasi.

ABSTRACT

The identification of deposits and mineralogical characteristics of ores is necessary to assist further exploration
development activities. Research in the Pit X test trench area was conducted to determine the type of epithermal
deposits based on the deposite form, ore mineral texture, alteration, sulfide minerals, and gangue minerals that
are dominantly found from the results of direct megascopic sample descriptions in the Pit X test trench area,
mineragraphic analysis, and petrographic analysis. Deposite forms encountered are vein, stockwork, and
dissemenited. Ore mineral textures encountered are banded, comb, dogteeth, moss, vuggy and massive. Alterations
encountered are silicification and silica-clay. Sulfide minerals found are pyrite and sphalerite. Gangue minerals
found are quartz, sericite, and hematite. Based on the results of the deposite form, ore mineral texture, alteration,
sulfide minerals, and gangue minerals found, the Pit X test trench research area is included in the low sulfide
epithermal deposit type at a depth of about 300-350 m below the surface, deposited above the boiling zone. In this
study, additional data processing was carried out regarding the correlation between Au and Ag, Cu, Pb, and Zn
using the results of their grade values to determine the relationship between Au and each of the other four elements.
The correlation coefficient (R) was obtained between Au-Ag = 0.158429795, Au-Cu = 0.01, Au-Pb = 0.1923538,
and Au-Zn = 0.0565685425. Based on these results, it shows that the correlation of Au with Ag, Cu, Pb, and Zn is
very low which may be due to the presence of all samples from the same elevation.
Key Words: mineralogy, pit X’s trench, epithermal, low sulphidation, correlation.
PENDAHULUAN Geologi Regional

Menurut Carlille dan Mitchell 1994, Kondisi geologi dan tektonik Halmahera
Kepulauan Indonesia terdapat 15 busur magmatik cukup unik, karena pulau ini terbentuk akibat
yang teridentifikasi, terbentuk pada Akhir pertemuan tiga lempeng yaitu: Eurasia, Pasifik
Mesozoik sampai Kenozoik, pelamparan berupa dan Indo – Australia. (Katili, 1974). Akibat dari
daratan memanjang sekitar 15.000 km. Di antara perkembangan tektoniknya, maka Maluku
busur magmatik tersebut yaitu Busur Besar Utara meliputi Pulau Halmahera dan pulau-
Sunda – Banda, Busur Sulawesi Utara, Busur pulau sekitarnya dikelompokan menjadi tiga
Halmahera, dan Busur Papua (Briyantara dan wilayah tektonik yaitu Mandala Geologi
Yulianto, 2015). Posisi geologis ini menjadikan Halmahera Timur, Mandala Geologi Halmahera
Indonesia kaya akan sumberdaya mineral, salah Barat, dan Mandala Geologi Talaut-Tifore
satunya adalah emas. (Apandi dan Sudana, 2000).
Pada Busur Halmahera terdapat tambang Mandala tektonik Halmahera Timur
emas PT Nusa Halmahera Minerals salah satu (Gag, Gebe, Weda dan Waigeo) dicirikan
tambang emas terbesar di Indonesia yang terletak dengan ragam batuan ultra basa, sedangkan
di Halmahera Utara, Maluku Utara. Tipe deposit Halmahera Barat (Morotai, Bacan, dan Obi)
emas yang ditambang yakni tipe urat low oleh batuan gunung api. Zona perbatasan antara
sulphidation. Kegiatan eksplorasi emas masih kedua mandala tersebut terisi oleh batuan
terus dilakukan untuk mendapatkan cebakan Formasi Weda yang terlipat dan tersesarkan.
yang dapat memperpanjang umur tambang. Sumbu lipatan berarah utara-selatan, timur laut-
Untuk menunjang kegiatan eksplorasi, barat daya, dan barat laut tenggara. Struktur
penulis melakukan penelitian dengan metode sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik,
paritan uji. Sampel yang mengindikasikan umumnya berarah utara-selatan dan barat laut-
alterasi dan mineralisasi diambil dari paritan uji tenggara (Bessho, 1944). Secara umum keadaan
Pit X, PT Nusa Halmahera Minerals. Tujuan geologi regional disekitar lokasi IUP PT Nusa
penelitian ini untuk mengetahui mineralogi Halmahera Mineral (PT NHM) oleh Supriatna
cebakan dan tipe endapan epitermal berdasarkan (1980) dapat dilihat pada gambar 1.
tabel Hedenquist, et al., 2000, serta mengetahui
korelasi antara Au dengan Ag, Cu, Pb, dan Zn
berdasarkan hasil nilai assay atau kadarnya.

Gambar 1. Peta geologi daerah IUP PT Nusa Halmahera Minerals


Karakteristik Endapan Epitermal
Penentuan tipe endapan epitermal analisis petrografi dan mineragrafi di
didasarkan pada tabel karakteristik milik Laboratorium Pusat Sumber Daya Mineral dan
Hedenquist, et al. 2000. Karakteristik dari tipe Batu Bara Bandung, serta pembuatan grafik
endapan epitermal dapat dilihat dari host rock, korelasi antara unsur Au dengan Ag, Cu, Pb,
tekstur bijih, alterasi batuan, mineral sulfida, dan dan Zn menggunakan grafik chart di Ms. Excel
mineral gangue yang dominan dijumpai. Secara dari nilai kadarnya dan perhitungan regresi
umum endapan epitermal oleh Hedenquist, dkk., linear berganda menggunakan software IBM
2000 dikelompokkan menjadi Low Sulphidation Statistic 20.
dan High Sulphidation. Endapan Low
Sulphidation dibagi menjadi dangkal dan dalam, HASIL DAN PEMBAHASAN
sedangkan High Sulphidation dikelompokkan
lagi menjadi dangkal, menengah, dan dalam. Dalam penelitian ini, terdapat empat
paritan uji (Gambar 2) yang digunakan dalam
Korelasi proses pengambilan data. Diperoleh sebanyak
79 sampel yang di ambil dari keempat lubang
Menurut Jonathan Sarwono (2011): paritan uji tersebut. Arah paritan memanjang
“Korelasi merupakan teknik analisis yang memotong relatif tegak lurus arah jurus urat
termasuk dalam salah satu teknik pengukuran kuarsa. Pada Pit X urat kuarsa memiliki
asosiasi / hubungan (measures of association). kemiringan 450 – 500 dengan arah Utara-Timur
Analisis korelasi digunakan untuk mengukur Laut, tebal 1,5 – 4,5 m. Jarak antar paritan uji
hubungan antara dua variabel kontinu, misalnya adalah ±1-1,3 m.
antara independen dan variabel dependen atau
antara dua variabel independen. Ukuran Panjang paritan uji ke-1 20,2 m dan lebar
hubungan antar dua variabel dalam uji korelasi 0,8-1 m (Gambar 4.A) dengan jumlah sampel
disebut dengan koefisien korelasi atau rho. yang diambil 18 sampel. Panjang paritan uji ke-
2 26,8 m dan lebar 0,8-1 m (Gambar 4.B)
METODELOGI dengan jumlah sampel 23 buah. Panjang paritan
uji ke-3 31 m dan lebar 0,8-1 m (Gambar 4.C)
Metode yang digunakan dalam penelitian dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak
ini adalah metode observasi lapangan, 26 buah. Panjang paritan uji ke-4 15,9 m dan
pengambilan sampel, menganalisis sampel lebar 0,8-1 m (Gambar 4.D) dengan jumlah
secara megaskopis di lapangan, kemudian sampel yang diambil sebanyak 12 sampel.

Gambar 2. Lubang paritan uji area penelitian.


Hasil Observasi di Lapangan

Pengamatan megaskopis dilakukan (Gambar 3) dan sampel untuk dianalisis di


selama di lapangan saat penelitian dengan laboratorium. Analisis laboratorium meliputi
metode paritan uji. Hasil pengamatan sepanjang petrografi, mineragrafi, dan analisis kandungan
jalur paritan, dihasilkan peta sebaran alterasi unsur logam Au, Ag, Cu, Pb, dan Zn.

Gambar 3. Peta alterasi dan paritan uji Pit X.


Secara megaskopis, warna bijih urat
kuarsa dominanan coklat (Gambar 4), tetapi
sebagian berwarna putih susu (Gambar 5). Bijih
urat kuarsa mengalami pelapukan lemah dan
teroksidasi sebagian. Oksidasi dicirikan dengan
warna coklat dan merah kecoklatan,
menghasilkan goethite (Gambar 6) dan pada
beberapa sisi menghasilkan hematit (Gambar
7). Mineral lempung dijumpai juga pada urat
kuarsa dengan jumlah kandungan < 3%
(Gambar 8). Tekstur pada urat kuarsa umumnya
masif, sebagian vuggy. Selain dua tekstur
tersebut, dijumpai juga tekstur banded, di dalam Gambar 6. Goethite.
tekstur banded terdapat tekstur comb (Gambar
9), tekstur dogteeth (Gambar 10), dan tekstur
moss (Gambar 11).

Gambar 7. Oksidasi hematit.

Gambar 4. Warna coklat pada bijih urat kuarsa.

Gambar 8. Keberadaan mineral lempung pada urat


kuarsa.

Gambar 9. Tekstur comb dalam tekstur banded.

Gambar 5. Warna putih susu pada bijih urat kuarsa.

Gambar 10. Tekstur dogteeth.


350 m di bawah permukaan, dengan posisi
pengendapan di atas boiling zone.
Hasil Analisis Petrografi

Analisis petrografi dilakukan terhadap


lima sampel. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan mikroskop polarisasi, pada
pengamatan nikol sejajar, sampel OPL 57 (X)
berwarna abu-abu dan abu-abu tua, merupakan
kristal kuarsa berbutir halus yang terpotong
oleh veinlet kuarsa berwarna abu-abu cerah,
Gambar 11. Tekstur moss berbutir kristal lebih kasar, membentuk
Berdasarkan keterdapatan tekstur stockwork serta terdapat microfracture
banded, comb, dogteeth, dan moss, maka memotong veinlet hal ini mengindikasikan
menurut klasifikasi Hedenquist dkk., (2000) bahwa aktivitas hidrotermal terjadi lebih satu
urat kuarsa di daerah penelitian merupakan tipe kali (Gambar 12.A) dan ditemukan juga
cebakan/endapan low sulphidation, terbentuk kehadiran mineral serisit (Gambar 12.B). Pada
pada kisaran 300-800 meter di bawah sampel OPL 57 (Y) dijumpai mineral plagioklas
permukaan, sedangkan menurut diagram dan serisit (Gambar 13). Pada sampel OPL 53
Buchanan (1981), berada pada kedalaman 200– dijumpai mineral kuarsa, plagioklas, dan
mineral opak (Gambar 14).

A B

Gambar 12. (A) Pada fotomikrograf nikol sejajar, terdapat vuggy, microfracture, dan veinlets halus yang
memotong veinlet yang besar pada sampel OPL 57 (X); (B) Fotomikrograf nikol silang, sampel OPL 57(X).
A B

Gambar 13. (A) Fotomikrograf nikol sejajar sampel OPL 57 (Y); (B) Fotomikrograf nikol silang sampel OPL 57 (Y).

A B

Gambar 14. (A) Fotomikrograf nikol sejajar sampel OPL 53; (B) Fotomikrograf nikol silang sampel OPL 53.

Hasil Analisis Mineragrafi Pracejus, 2015, ditemukan mineral sulfida


berupa mineral pirit berwarna krem, isotrop,
Pada daerah penelitian, keberadaan bentuk butirnya euhedral, dan memiliki ukuran
mineral lempung dan alterasi silisifikasi
mendominasi di area Pit X dengan bentuk silika butir ± 0,03 mm (Gambar 15); pirit yang telah
yang tersebar mengisi pori batuan dan mengisi teroksidasi berwarna krem kecoklatan, isotrop,
bukaan. Berdasarkan pengamatan mineragrafi bentuk butirnya subhedral, dan memiliki ukuran
dibawah mikroskop polarisasi dengan panduan butir ± 0,01 mm (Gambar 16); sfalerit berwarna
buku atlas mineral berjudul “The Ore Minerals abu-abu, isotrop, bentuk butirnya anhedral, dan
Under The Microscope “ oleh Bernahard memiliki ukuran butir ± 0,07 mm (Gambar 17).

A B

Gambar 15. Fotomikrograf mineral pirit (Py) pada sampel OPL 11.
(A) nikol sejajar, (B) nikol silang.
A B

Gambar 16. Fotomikrograf mineral pirit (Py) yang telah teroksidasi pada sampel OPL 57.
(A) nikol sejajar, (B) nikol silang.

A B

Gambar 17. Fotomikrograf mineral sfalerit (Spl) pada sampel OPL 74.
(A) nikol sejajar, (B) nikol silang.

Mineralisasi alterasi, mineral sulfida, mineral gangue, dan


metals, mineralisasi yang berkembang di daerah
Bentuk deposit di daerah penelitian penelitian adalah epitermal tipe low
dijumpai berupa urat kuarsa, stockwork, dan sulphidation, menurut klasifikasi Hedenquist
berupa veinlets yang saling berpotongan. Urat dkk., (2000) berada pada zona 300-800 meter,
kuarsa pada Pit X memiliki kemiringan 450–500 sedangkan menurut klasifikasi Buchanan
dengan arah jurus Utara-Timur Laut, tebal 1,5– (1981) berada pada zona 200 – 350 meter di
4,5 m. Tekstur kuarsa berupa comb, dogteeth, bawah permukaan, dengan posisi pengendapan
banded, vuggy, dan moss. Komposisi mineral di atas boiling zone.
oksida di dalam tubuh bijih urat kuarsa yang
ditemukan adalah pirit dan sfalerit. Alterasi Rata-rata kandungan logam di paritan uji
daerah penelitian berupa silisifikasi dan silika– Pit X 0,235443 ppm Au, 1,694304 Ag,
lempung. Mineral gangue yang ditemukan 96,67848 ppm Cu, 15,10133 ppm Pb, dan
berupa quartz, sericite, dan hematit (Tabel 1). 34,22405 ppm Zn dengan Rasio antara Au:Ag
Berdasarkan bentuk deposit, tekstur bijih, adalah 1:7,2.
Tabel 1. Karakteristik tipe endapan epitermal (Hedenquist et. al., 2000)
disandingkan dengan daerah penelitian.

Epitermal Daerah
Tipe
Sulfidasi Rendah Sulfidasi Tinggi Penelitian
Bentuk Vein, Vein Swarm, Stockwork, Disseminated, breccia, dan Vein, Stockwork,
Deposit Disseminated veinlet veinlet

Tekstur Bijih Band halus, combs, crustiform, Vuggy quartz hosts Combs, dogteeth,
breksi replacement vuggy, banded,
moss.

Alterasi Alunite kaolinite blanket, Silisic (Vuggy), quartz- Silisifikasi, silika


clay halo alunite – lempung

Sulfida Cinnabar stibnite; Enargite/luzonite, covellite, Pirit, sfalerit


pyrite/marcasite - arsenophyrite, pyrite
Au - Ag selenides, Se sulfosalts,
Sphalerite kaya akan Fe (RB)

Gangue Chalcedony-adularia-illite-calcite Quartz-carbonate- Quartz, sericite,


rhodonite-sericite- hematite
adularia±barite
anhydite±hematite±chlorite
(AR)
Metals Au-Ag-As-Sb-Se-Hg-Ti (RB), low Ag-Au-Pb-Zn, Ba, Mn, Se Rasio Au:Ag
Ag:Au; <0,1-1% base metals (AR), high Ag:Au; 2-10 1:7,2
(20+)% base metals

Hasil Korelasi Ag, Cu, Pb, dan Zn (Gambar 18). Berdasarkan


hasil diagram pencar dan perhitungan koefisien
Jumlah data yang digunakan dalam korelasi antara Au dengan Ag, Cu, Pb, dan Zn,
pembuatan pengolahan grafik korelasi diperoleh kisaran 0,00 – 0,199, hal ini menurut
sebanyak 76 sampel berasal dari paritan uji. Sugiyono (2006) mempunyai tingkat hubungan
Kedudukan semua sampel berada pada elevasi korelasi yang sangat rendah. Tingkat korelasi
yang sama. Analisis ini menggunakan nilai sangat rendah tersebut kemungkinan akibat
kadar dari Au, Ag, Cu, Pb, dan Zn. Hasil kedudukan semua sampel berasal dari elevasi
analisis korelasi kandungan unsur, diperoleh yang sama.
grafik dan koefisien korelasi antara Au dengan
Grafik Korelasi Au-Ag Grafik Korelasi Au-Cu
20 600
15

Cu (ppm)
400
Ag (ppm)

10
200
5 y = 10.522x + 95.905
y = -5.2421x + 2.0846 R² = 0.0001
0 0
R² = 0.0251 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
-5
Au (ppm) Au (ppm)

Ag Linear (Ag) Cu Linear (Cu)

Grafik Korelasi Au-Pb Grafik Korelasi Au-Zn


100 300
80 250
Pb (ppm)

Zn (ppm)
60 200
150
40
y = -33.565x + 18.829 100
20 y = -36.972x + 39.547
R² = 0.037 50
0 R² = 0.0032
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Au (ppm) Au (ppm)

Pb Linear (Pb) Zn Linear (Zn)

Gambar 18. Diagram pencar Au terhadap Ag, Cu, Pb, dan Zn.

Perhitungan statistik menggunakan yakni untuk mengetahui pengaruh unsur Ag, Cu,
metode korelasi, yaitu mengakarkan nilai R2 Pb, dan Zn terhadap Au. Analisis ini dilakukan
nya untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan dua metode, yaitu analisis
(R). Berikut adalah nilai koefisien korelasi (R) simultan (secara bersama-sama) dan analisis
antara Au – Ag = 0,158, Au – Cu = 0,01, Au – parsial (secara sendiri-sendiri). Dari hasil
Pb = 0,192, dan Au – Zn = 0,057. pengolahan data di IBM SPSS Statistic 20.,
didapatkan tabel Anova yang digunakan untuk
Analisis Regresi Linear Berganda analisis simultan dan tabel coefficients untuk
Analisis regresi linear berganda diolah analisis parsial (Gambar 19).
menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic 20.,
Gambar 19. Hasil perhitungan regresi linear berganda pada IBM SPSS Statistic 20.

Analisis Simultan terhadap Au sedangkan Cu, Pb, dan Zn tidak


memiliki pengaruh terhadap Au.
Analisis simultan (secara bersama-sama)
dilakukan pada Ag, Cu, Pb, dan Zn terhadap Au KESIMPULAN
menggunakan nilai kadar unsur dari 79 sampel.
Persyaratan dalam analisis simultan adalah, jika Urat kuarsa di Pit X PT Nusa
“Sig hitung Tabel Anova < α = Terdapat pengaruh Halmahera Minerals merupakan endapan
antara satu variabel terhadap variabel lainnya epitermal tipe low sulphidation, terbentuk
secara bersama-sama, begitupun sebaliknya”. pada kisaran kedalaman 300-350 m di bawah
Berdasarkan tabel Anova didapatkan Sig hitung permukaan, di atas boiling zone. Jenis alterasi
0,000 dan α memiliki nilai tetap 0,05, maka Sig berupa silisifikasi dan silika–lempung.
hitung < α, dimana terdapat pengaruh antara Ag, Terdapat mineral sulfida berupa pirit dan
Cu, Pb, dan Zn terhadap Au. sfalerit.

Analisis Parsial Berdasarkan hasil analisis korelasi,


antara Au dengan Ag, Cu, Pb, dan Zn
Analisis parsial (secara sendiri-sendiri) didapatkan tingkat korelasi yang sangat
dilakukan pada Ag, Cu, Pb, dan Zn terhadap rendah, kemungkinan akibat kedudukan
Au menggunakan nilai kadar unsur yang semua sampel berasal dari elevasi yang sama.
berjumlah 79 sampel. Persyaratan dalam Sedangkan berdasarkan perhitungan regresi
analisis parsial adalah, jika “Sig hitung Tabel linear berganda menggunakan dua metode,
Coefficients < α = Terdapat pengaruh antara yaitu metode simultan menunjukan bahwa
satu variabel terhadap variabel lainnya secara terdapat pengaruh antara Ag, Cu, Pb, dan Zn
sendiri-sendiri, begitupun sebaliknya. α terhadap Au secara bersama-sama, sedangkan
memiliki nilai tetap, yaitu 0,05”. Berdasarkan metode parsial (secara sendiri-sendiri)
tabel coefficients sesuai dengan persyaratan menunjukan bahwa Ag memiliki pengaruh
tersebut, maka hasil analisis parsial terhadap Au sedangkan Cu, Pb, dan Zn tidak
menunjukan bahwa Ag memiliki pengaruh memiliki pengaruh terhadap Au.
UCAPAN TERIMA KASIH of Geochemical Exploration 50 (1-3):
91- 142.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Manegement dan Mine Geology PT Hedenquist, J.W. et al. 2000. Explorationfor
Nusa Halmahera Minerals, yang telah Epithermal Gold Deposit. SEG
memberikan izin untuk melakukan penelitian di Reviews Vol. 13, 2000, p . 245-277.
area kontrak karyanya. Terima kasih juga Katili, J.A. (1974). Geologi Daerah Halmahera
penulis sampaikan kepada manajemen Barat. Institut Teknologi Bandung.
Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung Departemen Umum Research
yang telah membantu dalam proses penulisan Nasional, Jakarta.
makalah ini.
Pracejus, B. (2015). The Ore Minerals Under
DAFTAR PUSTAKA The Microscope. First Edition.
Elsevier, Amsterdam.
Apandi dan Sudana. (1980). Peta Geologi
Lembar Ternate, Maluku Utara. Pusat Pracejus, B. (2015). The Ore Minerals Under
Penelitian dan Pengembangan The Microscope. Second Edition.
Geologi, Bandung. Elsevier, Amsterdam.
Bessho. (1944). Zona Sesar Maluku Utara, Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik itu Mudah
Dalam Hamilton 1979, Institut Panduan Lengkap untuk Belajar
Teknologi Bandung. Dep Umum Komputasi Statistik Menggunakan
Research Nasional, Jakarta. SPSS 16. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Briyantara, S.S. dan Yulianto, T. (2015). Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
Aplikasi Metode Magnetik untuk Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Melokalisasi Target Zona Mineralisasi Alfabeta, Bandung.
Emas di Daerah “X”. Youngster
Physics Journal, 4(1), 1-6. Supriatna, S. (1980). Modifikasi Peta Geologi
Lembar Morotai – Maluku Utara.
Carlile dan Mitchell. 1994. Magmatic Arcs adn Pusat Survey Geologi,
Associated Gold and Copper Bandung.terhadap Au sedangkan Cu,
Mineralization in Indonesia. Journal Pb, dan Zn tidak memiliki pengaruh
terhadap Au.

Anda mungkin juga menyukai