Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313033804

STUDI X-RAY FLUORESENCE DAN X-RAY DIFFRACTION TERHADAP BIDANG


BELAH BATU PIPIH ASAL TEJAKULA

Article in JST (Jurnal Sains dan Teknologi) · May 2014


DOI: 10.23887/jst-undiksha.v2i2.2895

CITATIONS READS

10 4,528

1 author:

I Wayan Karyasa
Ganesha University of Education
32 PUBLICATIONS 73 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by I Wayan Karyasa on 27 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

STUDI X-RAY FLUORESENCE DAN X-RAY DIFFRACTION TERHADAP


BIDANG BELAH BATU PIPIH ASAL TEJAKULA
I Wayan Karyasa
Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA
Universitas Pendidikan Ganesha

email: karyasa.undiksha@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur-unsur dan mengidentifikasi
mineral-mineral yang terkandung dalam bidang belah dan bidang non belah batu pipih.
Tahap-tahap penelitian adalah berikut: (i) pengambilan sampel, (ii) pengambilan cuplikan
bubuk sampel menggunakan metode petrografi yaitu penyayatan batu pipih secara
melintang untuk tiga sayatan berturut-turut dari bagian permukaan batu pipih (bidang belah),
bagian dalam dan tengah dalam (bidang non belah), (iii) mempreparasi semua cuplikan
menjadi bubuk, (iv) penggunaan metode X-Ray Fluoresence (XRF) untuk analisis unsur, (v)
penggunaan metode X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengidentifikasi mineral-mineral
penyusun bidang-bidang belah sampel batu pipih. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan kandungan unsur-unsur logam antara bidang belah dan non belah. Mineral-
mineral yang menyusun bidang belah dan bidang non belah batu pipih menunjukkan
kemiripan fase namun berbeda dalam hal komposisi.
Kata-kata kunci: batu pipih, XRF, XRD

Abstract
The research was aimed to analyze elemental contents and to identify minerals containing in
cleavage planes and non cleavage planes of slates. Steps of the research were (i) slate
sampling, (ii) taking sample powders using petrography method, i.e. slicing across slate
sample to become three slices from outer part (cleavage plane) to inside part and deep
inside part (non cleavage plane), (iii) preparing all slice samples to become cleavage
plane’s sample powders, (iv) running X-Ray Fluoresence (XRF) method for elemental
analysis, and (v) running X-Ray Diffraction (XRD) method for identifying mineral phases of
each cleavage plane powder of slate sample. Results of this study showed that there were
differences among elemental contents of cleavage plane and non cleavage planes. Minerals
forming cleavage and non cleavage planes had phases similarity but different in their
composition.
Keywords: slate, XRF, XRD

PENDAHULUAN sangat keras dan bila terkena air lama-


Batu pipih yang terdapat di kelamaan nampak seperti berkarat.
Kecamatan Tejakula menjadi pusat Penelitian pertama yang mengkaji
perhatian karena penampakan fisik yang keberdaan logam-logam golongan utama
pipih dengan ketebalan yang teratur, dan transisi dalam batu pipih pada berbagai
mengkilap dan keras, tetapi juga menyimpan lapisan (bidang belah dan bidang non belah)
pertanyaan mengapa batu tebing gunung itu telah dilaporkan (Karyasa, dkk, 2008).
kalau dibelah menjadi pecahan batu pipih Penelitian yang menggunakan instrumentasi
yang teratur dan berbeda dari batu gunung Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan menemukan dua hal: (1) Kandungan
fisiknya, batu pipih merupakan batuan yang beberapa logam golongan utama (dalam %
m/m) batu pipih dari Kecamatan Tejakula

Jurnal Sains dan Teknologi |204


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

Kabupaten Buleleng berturut-turut adalah Fase-fase mineral-mineral yang terdapat


silikon 35,7847  1,1863; aluminium 9,9891 pada bubuk batu pipih tiap bidang belah
 1,1340; kalsium 8,9444  3,5640; yang dikaji dapat dideskripsikan melalui
magnesium 2,6806  0,5071 dan golongan difraktogram-difraktogram yang dihasilkan
transisi besi 5,4638  0,0030; tembaga dari pengukuran menggunakan XRD.
0,0399  0,0047, mangan 0,1414  0,0049; Tujuan umum dari penelitian ini
kromium 0,0210  0,0123. Kandungan adalah menjelaskan secara lebih
kedelapan logam yang dianalisis pada batu komprehensif mengapa batu pipih Tejakula
pipih ini umumnya lebih tinggi dari rerata belah pipih secara beraturan menggunakan
kandungan logam-logam yang bersangkutan analisis instrumentasi XRF dan XRD. Tujuan
di kerak bumi; (2) Ada perbedaan khusus penelitian ini adalah: (1)
kandungan tiap-tiap logam tersebut antara Mendeskripsikan kandungan unsur-unsur
sayatan-sayatan yang berbeda lapisan logam yang terdapat pada batu pipih dan
(muka, tengah dan tengah dalam) batu bidang-bidang belahnya berdasarkan hasil
pipih. Kandungan besi, tembaga, mangan, analisis menggunakan XRF; dan (2)
dan kromium yang lebih mengarah pada Mendeskripsikan pola-pola difraksi dari
bidang belah, sedangkan kandungan silikon bubuk batu pipih pada bidang-bidang
dan kalsium lebih besar mengarah kepada belahnya berdasarkan identifikasi
bidang tahan belah, tetapi kandungan menggunakan XRD.
aluminium dan magnesium tidak teratur. Jika
kandungan logam-logam yang diteliti itu METODE
dijumlahkan maka diperoleh angka 63 %. Penelitian deskriptif ini dilaksanakan
Hal ini berarti masih ada sekitar 37 % unsur- di laboratorium Kimia Anorganik Jurusan
unsur yang belum diketahui. Oleh karena Pendidikan Kimia FMIPA Universitas
itu, analisis lengkap unsur-unsur logam dan Pendidikan Ganesha. Pengukuran dengan
non logam penyusun batu pipih baik pada berbagai instrumentasi advanced yaitu XRF
bidang belah dan maupun bidang non dan XRD dilakukan di laboratorium yang
belahnya masih perlu dilakukan. Analisis menyediakan jasa untuk itu yaitu XRF di
unsur-unsur logam dan non logam secar Laboraotorium Kimia Universitas Negeri
keseluruhan dapat dilakukan dengan Malang (Malang) dan XRD di Laboraotorium
instrument X-Ray Fluoresence(XRF) atau XRD ITS (Surabaya).
Energy DisversiveX-Ray Diffraction (EDX). Sampel batu pipih diambil dari
Hasil penelitian pertama kali daerah Ponjok Batu Kecamatan Tejakula
terhadap batu pipih asal Tejakula ini juga Kabupaten Buleleng secara random
menemukan bahwa ketidakajegan sampling. Sampel batu pipih diambil dari tiga
perbandingan mol Si/Al pada bidang belah tempat penambangan dengan ketinggian
dan bidang-bidang non belah ketiga sampel yang berbeda secara acak di beberapa
batu pipih (Karyasa, dkk., 2008). Hal ini lokasi. Di masing-masing lokasi tersebut
menunjukkan bahwa ada kemungkinan diambil tiga sampel batu. Sampel batu pipih
mineral atau senyawa kimia batuan yang dicuci dengan HCl encer dan aquades dan
menyusun batu pipih tidak tunggal, ada fase dikeringkan. Kemudiaan sampel batu pipih
utama dan fase pendamping serta fase dipotong persegi panjang dengan ukuran
pengotor. Identifikasi fase atau senyawa- ketebalan rata-rata ± 1,0 cm (sesuai
senyawa penyusun batuan (mineral-mineral) aslinya), lebar 5,0 cm dan panjang 8 cm
yang terdapat dalam batu pipih baik pada seperti pada Gambar 2.
bidang belah maupun bidang-bidang non Tiap sampel yang telah dipotong
belah dapat dilakukan salah satunya adalah kemudian disayat tipis dengan metode
dengan metode X-Ray Diffraction (XRD). petrografi menggunakan alat pemotong
keramik untuk mendapatkan masing-masing

Jurnal Sains dan Teknologi |205


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

tiga cuplikan sampel yang merupakan hasil tiap sayatan sampel dengan kode B-1.1, B-
sayatan tiga lapisan yaitu lapisan 1.2 dan B-1.3 berturut-turut cuplikan sampel
permukaan luar, lapisan dalam dan lapisan 1 sayatan 1, sayatan 2 dan sayatan 3.
tengah yang tiap-tiap lapisan diperoleh dari Demikian halnya dengan B-2.1, B-2.2, B-2.3
penyayatan batu pipih setebal kurang lebih dan B-3.1, B-3.2, B-3.3. Tiap-tiap bubuk
0,8 mm. Tiap-tiap hasil sayatan digerus disaring melewati saringan 80 mesh.
halus sehingga diperoleh bubuk batu pipih

Batu Pipih

Sampel Sampel Sampel


1 2 3

Penyayatan secara Petrografi

B-1.1 B-2.1 B-3.1


B-1.2 B-2.2 B-3.2
B-1.3 B-2.3 B-3.3

XRF-1.1 XRD-1.1
XRF-1.2 XRF-2.1 XRD-1.2 XRD-2.1
XRF-3.1 XRD-3.1
XRF-1.3 XRF-2.2 XRD-1.3 XRD-2.2
XRF-2.3 XRF-3.2 XRD-2.3 XRD-3.2
XRF-3.3 XRD-3.3

Gambar 1 Skema rancangan penelitian

Keterangan:
1. Simbol B-1.2 menunjukkan bubuk 2. Simbol XRF-1.2 menunjukkan data
batu pipih sampel 1 lapisan sayatan 2. hasil pengukuran XRF batu pipih
sampel 1 lapisan sayatan 2.

Jurnal Sains dan Teknologi |206


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

lebar 5 cm
Tebal 1 cm

Panjang 8 cm
Gambar 2 Batu pipih yang telah dipotong persegi panjang

1. Lapisan permukaan

2. Lapisan bagian dalam


 1,0 cm
3. Lapisan pertengahan

Gambar 3 Penampang Sayatan Batu Pipih

Pengukuran XRF dan XRD telah pipih antar titik lokasi pengambilan sampel.
dilakukan masing-masing terhadap 9 sampel Sedangkan kandungan unsur-unsur tiap-
bubuk tersebut. Data absorbansi XRF diolah tiap sayatan untuk tiap-tiap sampel batu
dengan membandingkan dengan data pipih dikomparasikan untuk memperoleh
standar unsur-unsur yang muncul pada gambaran ada tidaknya perbedaan atau ada
peak-peak spektra yang selanjutnya tidakanya keteraturan kandungan tiap-tiap
dikonversi menjadi data kandungan unsur- unsur dalam berbagai sayatan tiap sampel
unsur (% m/m). Data difraktogram XRD (bidang belah dan non belah. Hal ini dipakai
yang berupa angka-angka (x,y) dimana x membahas pengaruh berbagai kandungan
adalah sudut 2 dan y adalah intensitas unsur-unsur logam dan non logam
disajikan dalam bentuk gambar difraktogram fenomena belah pipih yang teratur dari batu
tiap-tiap bubuk sampel. pipih tersebut. Data hasil identifikasi fase
Data kandungan logam-logam dan senyawa-senyawa batuan (mineral-mineral)
non logam hasil pengolahan data dari XRF yang terdapat pada tiap cuplikan yang
dianalisis secara deskriptif dan komparatif. berupa bubuk sayatan sampel dianalisis
Analisis diawali dengan mendeskripsikan secara komparatif deskriptif.
kandungan rerata tiap-tiap unsur logam dan
non logam secara umum untuk batu pipih HASIL DAN PEMBAHASAN
dari lokasi penelitian dan X-ray fluorescence yang dipapar pada
mengkomparasikannya dengan kandungan bubuk sampel batu pipih menghasilkan pola
rerata unsur-unsur logam dan non logam serapan fluoresensi seperti pada Lampiran
tersebut dalam kerak bumi seperti yang 1. Analisis terhadap serapan tersebut
tertera dalam literatur. Selanjutnya, menggunakan serapan standar
kandungan tiap-tiap logam rerata tiap-tiap menghasilkan persentase (%) kandungan
sampel batu pipih dibandingkan satu unsur-unsur logam yang terdapat pada
dengan yang lainnya untuk memperoleh bubuk batu pipih. Persentase yang
gambaran ada tidaknya variasi sampel batu dimaksud hanya relatif terhadap

Jurnal Sains dan Teknologi |207


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

keseluruhan luas peak yang muncul pada Perbandingan kandungan silikon


pola serapan, artinya luas peak tertentu dengan aluminium (Si/Al) untuk bidang-
untuk unsur logam tertentu dibandingkan bidang belah tiap-tiap sampel dapat dibuat
dengan keseluruhan luas peak yang muncul grafik seperti pada Gambar 4.
dan dikoreksi menggunakan serapan
standar dari unsur-unsur tersebut.

3.90 3.82 3.83


3.81
3.78
3.80 3.72
3.75 3.75
3.68
3.70 3.65

3.60
bidang belas 1
3.50
Si/Al

bidang belah 2
3.40
bidang belah 3
3.30
3.20
3.10
3.00
S1 S2 S3
Sampel Batu Pipih

Gambar 4 Si/Al sampel batu pipih dan bidang-bidang belahnya

Gambar 4 memperlihatkan bahwa batu lapisan dalam (S23). Secara umum dapat
pipih sampel 1 (S1) bidang belahnya (S11) disampaikan bahwa kecendrungan S1/Al
memiliki Si/Al yang paling rendah dan semakin besar pada bidang tahan belah.
memiliki kecendrungan semakin meningkat Perbandingan kandungan unsur-
ke arah bidang tahan belah (S13). Hal unsur logam transisi sampel-sampel batu
serupa terjadi pada sampel batu pipih 3 pipih dan bidang-bidang belah batu pipih
(S3). Tetapi, sampel batu pipih 2 justru dapat disajikan pada Gambar 5(a-d ) di
lapisan kedua (S22) memiliki Si/Al lebih bawah ini.
kecil dibandingkan lapisan luar (S21) dan
35 32.76 32.67
0.9 0.84
31.73 0.791
0.8 0.73
0.7
30 0.68
Kandungan Mn (%)

0.7
Kandungan Fe (%)

26.7 26.61 26.45


25.99 25.78 25.82
0.6 0.55
0.52 0.54 0.54
25 bidang belah 1 bidang belah 1
0.5
bidang belah 2 bidang belah 1
0.4
20 bidang belah 3 bidang belah 1
0.3

15 0.2
0.1
10 0
S1 S2 S3 S1 S2 S3
Sampel Batu Pipih Sampel Batu Pipih

(a) (b)

Jurnal Sains dan Teknologi |208


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

0.07 0.16 0.15


0.061 0.14
0.059
0.06 0.14
0.054 0.12 0.12

Kandungan Zn (%)
0.051 0.05
Kandungan Cr (%)
0.047 0.047
0.12
0.05 0.046
0.044 0.1 0.099 0.1

bidang belah 1 0.1 bidang belah 1


0.085
0.04 0.084

bidang belah 2 0.08 bidang belah 2


0.03
bidang belah 3 0.06 bidang belah 3
0.02 0.04

0.01 0.02

0 0
S1 S2 S3 S1 S2 S3
Sampel Batu Pipih Sampel Batau Pipih

(c) (d)
Gambar 5 Perbandingan kandungan (%) unsur-unsur logam transisi (a) Fe; (b) Mn; (c) Cr; dan
(d) Zn sampel batu pipih dan bidang-bidang belahnya

Gambar 5 di atas mempertegas bahwa S13 dengan sudut 2 = 3 - 50 dan Gambar
kandungan beberapa unsur-unsur logam 6(b) menunjukkan pola-pola difraksi pada
transisi cendrung mengarah ke bidang 2 = 20 - 50 untuk melihat perbedaan yang
belah. mungkin muncul dari ketiga pola difraksi
Bubuk batu pipih hasil sayatan yang dipersandingkan. Gambar 7(a)
petrografi untuk bidang belah 1, 2 dan 3 memperlihatkan susunan pola-pola difraksi
tiap-tiap sampel dipapar dengan sinar-X Cu S21, S22 dan S23 dengan sudut 2 = 3 -
K-1 (= 146,1 pm) yang dihasilkan dari 50 dan Gambar 7 (b) menunjukkan pola-
tabung katoda dengan logam tembak pola difraksi pada 2 = 20 - 50 untuk
sasaran tembaga sehingga dihasilkan melihat perbedaan yang mungkin muncul
difraksi-difraksi sinar-X yang selanjutnya dari ketiga pola difraksi tersebut. Sedangkan
direkam sebagai pola-pola difraksi. Gambar 8(a) memperlihatkan susunan pola-
Pengukuran dilakukan dengan sudut 2 = 3 pola difraksi S31, S32 dan S33 dengan
- 50. Pola-pola difraksi kemudian disajikan sudut 2 = 3 - 50 dan Gambar 8(b)
sebagai grafik seperti pada Gambar 6(a-b) menunjukkan pola-pola difraksi pada 2 =
sampai dengan Gambar 8(a-b) untuk 20 - 50 untuk melihat perbedaan yang
berturut-turut sampel S1, S2 dan S3 beserta mungkin muncul dari ketiga pola difraksi
masing-masing ketiga bidang belah yang tersebut.
dikaji. Gambar 6 (a) memperlihatkan
susunan pola-pola difraksi S11, S12 dan

Jurnal Sains dan Teknologi |209


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

1000
1000
900
900
800
800
700
700
600
600

Intensity
500
Intensity

500
400
400
300
300
S1-3
S1-3
200
200
S1-2 S1-2
100 100
S1-1 S1-1
0 0

-100 -100
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 20 25 30 35

Two Theta (degree) Two Theta (degree)

(a) (b)
Gambar 6 Pola-pola Difraksi Sampel S1 dan Bidang-Bidang Belahnya pada (a) 2 = 3 - 50
dan (b) 2 = 20 - 50
1000 1000
900 900
800 800
700 700
600 600
Intensity

Intensity

500 500

400 400

300 300
S2-3 S2-3
200 200
S2-2 S2-2
100 100
S2-1 S2-1
0 0

-100 -100
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 20 25 30 35
Two Theta (degree) Two Theta (degree)

(a) (b)
Gambar 7 Pola-pola Difraksi Sampel S2 dan Bidang-Bidang Belahnya pada (a) 2 = 3 - 50
dan (b) 2 = 20 - 50
900 900

800 800

700 700

600 600

500 500
Intensity
Intensity

400 400

300 300
S3-3 S3-3
200 200
S3-2 S3-2
100 100

S3-1 0
S3-1
0

-100 -100
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 20 25 30 35
Two Theta (degree) Two Theta (degree)

(a) (b)
Gambar 8 Pola-pola Difraksi Sampel S3 dan Bidang-Bidang Belahnya pada (a) 2 = 3 - 50
dan (b) 2 = 20 - 50

Jurnal Sains dan Teknologi |210


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

Berdasarkan Gambar 6 – 8 di atas, spektrumnya. Walaupun demikian, kedua


terlihat bahwa pola difraksi dari bubuk- pengukuran dapat dipergunakan untuk
bubuk sayatan petrografi berbagai bidang tujuan membandingkan komposisi tiap-tiap
belah tiap-tiap sampel menunjukkan lapisan sampel batu pipih.
kemiripan posisi-posisi 2 tetapi intensitas Berdasarkan data yang diperoleh baik
peak yang agak berbeda. Hal ini berarti hasil analisis XRF maupun XRD, secara
bahwa fase utama atau mineral-mineral umum dapat ditemukan bahwa fase-fase
penyusuan batu pipih adalah sama tetapi utama (mineral-mineral utama) penyusun
komposisinya yang berbeda. batu pipih tidak berbeda antara sayatan
Perbedaan hasil pengukuran bidang-bidang belah tiap sampel. Tetapi,
kandungan unsur-unsur logam yang komposisi unsur-unsur penyusun mineral-
menggunakan AAS dan XRF dapat mineral tersebut yang berbeda, dimana
dijelaskan sebagai berikut. Prinsip kandungan silikon (Si) dan alumnium (Al)
pengukuran kandungan unsur-unsur dalam sebagai penyusun kerangka aluminosilikat
suatu sampel menggunakan AAS adalah (kerangka utama batuan) cendrung lebih
mengukur intensitas cahaya yang diteruskan besar ke arah bidang tahan belah (Si/Al
oleh sampel cair yang berkorelasi dengan makin besar mengarah ke bidang tahan
intensitas serapan spektronik oleh unsur- belah). Sebaliknya, kandungan unsur-unsur
unsur yang terdapat pada sampel dan logam transisi terutama Fe, Cu, Mn, Cr dan
menurut hukum Lambert-Beer berkorelasi Zn mengarah pada bidang belah
dengan konsentrasi (menggunakan (kandungannya dari luar ke dalam semakin
pembanding serapan larutan standar). kecil). Jika mineral-mineral yang terdapat
Pengukuran ini sangat spesifik tiap unsur pada batu pipih mirip atau sama maka
logam yang diteliti (spesifik terhadap lampu kemungkinan posisi Si pada kerangka
reference) dan pengukuran ini khusus untuk struktur digantikan oleh ion-ion logam
konsentrasi yang sangat encer. Pengukuran tersebut. Kemungkinan yang lain adalah
AAS sangat diganggu oleh adanya dengan Si/Al yang lebih kecil, berarti muatan
interferensi-interferensi yang datang dari negatif yang terdapat pada kerangka
larutan itu sendiri maupun unsur-unsur ynag struktur aluminosilikat makin besar sehingga
memiliki serapan yang mirip. Sementara itu, interstisi (celah-celah antar lapisan kerangka
pengukuran dengan XRF adalah pemaparan struktur aluminosilikat) lebih banyak
langsung bubuk padatan dengan sinar-X mengikat ion-ion logam. Pengikatan ion-ion
fluoresensi. Spektum-spektrum yang terukur logam pada interstisi ini menyebabkan daya
merupakan spektrum yang khas terhadap ikat pada kerangka struktur aluminosilikat
unsur tertentu dan semua unsur-unsur yang akan menjadi lebih lemah sehingga lebih
menyusun mineral-mineral yang terdapat rapuh dan terjadilah bidang belah pada
pada bubuk sampel yang memiliki sifat aktif posisi tersebut. Prediksi ini perlu dibuktikan
terhadap XRF akan menghasilkan peak- lebih lanjut dengan analisis instrumentasi
peak pada pola spektranya. Dengan yang memungkinkan untuk itu. Hal-hal lain
mengukur luas peak tertentu untuk unsur yang belum terungkap adalah senyawa-
tertentu dan membandingkannya dengan senyawa apa sajakah yang menyusun fase-
luas seluruh peak yang muncul maka dapat fase mineral yang ada pada batu pipih,
ditentukan komposisi dari unsur-unsur yang bagaimana keterkaitan antara senyawa-
menyusun mineral-mineral yang ada. senyawa tersebut bidang belah dana bidang
Namun, beberapa unsur yang tidak reaktif tahan belah serta bagaimana mikrostruktur
tidak dapat diukur dan tidak dilibatkan dalam partikel-partikel penyusun batu pipih tiap-
perhitungan. Dengan demikian, perhitungan tiap bidang belahnya. Beberapa
kuantitatif kandungan (%) unsur-unsur relatif instrumentasi yang disarankan untuk
hanya terhadap unsur-unsur yang teramati digunakan dalam menguak tabir tersebut

Jurnal Sains dan Teknologi |211


ISSN: 2303-3142 Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

adalah spektroskopi infra merah (IR) Karyasa, I.W., Muderawan, IW., dan
padatan, nuclear magnetic resonance, Wiratini, N. M., 2008. Analisis
(NMR) padatan dan scanning electron Kandungan Beberapa Logam dalam
microscopy (SEM) dan analisis Batu Pipih di Kecamatan Tejakula
termografimetri TG/TGA/DTA. Kabupaten Buleleng, Laporan
Penelitian Research Grand I-MHERE,
SIMPULAN Universitas Pendidikan Ganesha.
Berdasarkan analisis XRF diperoleh
Karyasa, I W. dan Kirna I M. 2006, Analisis
bahwa kandungan unsur-unsur logam yang
Logam-Logam Transisi dan
terdapat pada batu pipih dan bidang-bidang
Identifikasi Senyawa-Senyawa Kimia
belahnya menunjukkan variasi dalam
Batu Merah di Desa Tajun dan
komposisi prosentase namun tidak variasi
Sekitarnya Kabupaten Buleleng Bali,
terhadap jenis unsur. Kandungan unsur-
Laporan Penelitian Fundamental,
unsur logam golongan utama (Si, Al, Ca, K,
Jurusan Pendidikan Kimia,
dan Sr) terutama penyusun kerangka silikat
Universitas Pendidikan Ganesha.
yaitu unsur Si cendrung mengarah pada
bidang tahan belah, sementara kandungan Karyasa, I W. 2005. Characterization
unsur-unsur golongan transisi cendrung Methods: Structural Analysis using
mengarah pada bidang belah. Identifikasi XRD and NMR. Makalah dalam Short
menggunakan XRD menunjukkan adanya Course in Solid State Chemistry.
kemiripan yang besar (relatif hampir sama) Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
pola-pola difraksi dari bubuk-bubuk sampel Pendidikan MIPA, IKIP N Singaraja.
batu pipih dan bubuk-bubuk sayatan bidang- Singaraja, 11 Februari 2005.
bidang belahnya. Kemiripan yang dimaksud
Karyasa, I W. 2005. Solving Crystal
adalah posisi sudut dua theta dari tiap-tiap
peak pada pola-pola difraksi yang Structure from Powder X-Ray
Diffraction Pattern. Wahana MIPA.
dibandingkan. Namun terdapat perbedaan
Oktober 2005.
intensitas beberapa peak antara bubuk
bidang belah yang dibandingkan. Hal ini Karyasa, I W. 2004. Synthese und
menunjukkan adanya perbedaan kandungan Charakterisierung von binären und
(%) unsur-unsur penyusun kerangka struktur ternären Verbindungen im System
tanpa mengubah kerangka struktur Metall-Silicium-Kohlenstoff. Disertasi.
aluminosilikat-aluminosilkat utama penyusun Doktor der Naturwissenschaften
batu pipih. Technischen Universität Berlin. Berlin:
Fakultät II Mathematik und
DAFTAR PUSTAKA Naturwissenschaften der Technischen
Universitas Berlin.
Greenwood, N. N. and A. Earnshaw, (2003),
Chemistry of the Elements, Second
Edition, Elsevier, Ltd., Amsterdam.

Jurnal Sains dan Teknologi |212

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai