Anda di halaman 1dari 8

E-ISSN : 2541-5794

P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

KARAKTERISTIK BATUAN PEMBAWA MANGAN DESA


ANABANUA KABUPATEN BARRU PROVINSI
SULAWESI SELATAN
Jamil Jumadra1, Nurliah Jafar 2, Firdaus3
1-3
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
3
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695

*Corresponding author : jjumadra@gmail.com


Tel. : +62 821-2291-0339

Abstrak
Salah satu prospek kekayaan sumber daya geologi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia adalah sumber daya mineral logam
mangan. Di Desa Anabanua khususnya dilokasi penelitian terindikasi adanya singkapan mineralisasi mangan yang belum diketahui jenis batuan
pembawa dari mineralisasi tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unsur kimia mineral logam, mineralogi dan jenis batuan pembawa
mineralisasi, sebanyak tiga sampel berupa bongkahan, yang dianalisis menggunakan metode analisis megaskopis mengidentifikasi tekstur dan struktur
batuan pembawa, analisis XRD (X-Ray Diffraction) mengidentifikasi komposisi mineral pada batuan dan dilengkapi dengan analisis mikroskopis untuk
melihat mineral secara petrografis, dan analisis XRF (X-Ray Fluoresence) mengidentifikasi unsur-unsur logam pembawa mineralisasi. Karakteristik
kimia batuan pembawa mineralisasi mangan terdiri dari unsur logam Mn (0,046%-20,455%), Fe (1,555%-3,673%), dan unsur non logam SiO2
(11,403%-48,165%), K2O (0,398%-4,177%). Mineralogi batuan pembawa mineralisasi mangan yaitu mineral roeblingite
(Pb2Ca6Mn2+(Si3O9)2(SO4)2(OH)2·4H2O), rhodonite (CaMn3Mn[Si5O15]), diopside (CaMgSi2O6), calcite (CaCO3), kriesellite (Al,Ga)2(GeO4)(OH)2),
zheolite (M2nO.Al2O3.xSiO2.yH2O), dan palygorskit ((Mg,Al)2Si4O10(OH)·4H2O). Batuan pembawa mineralisasi mangan ditentukan dengan mengacu
pada diagram SiO2 (%berat) dan K2O (%berat) sehingga menghasilkan jenis batuan beku Basalt.
Kata Kunci : Basalt; batuan; logam; mangan; dan mineralisasi

1. Pendahuluan mangan dan tembaga. Mangan terdapat berupa crustified di


daerah Sabangnaeri, Daccipong dan sungai Dengenge.
1.1 Latar Belakang Singkapan mineralisasi mangan ditemukan di lokasi
Logam mangan menempati urutan ke-12 dalam hal penelitian tetapi belum diketahui jenis batuan pembawa dari bijih
kelimpahan pada kerak bumi dengan rata-rata 0,1 % (Chatterjee, mangan tersebut, eddy, 2019 menjelaskan tentang terdefinisinya
2007) serta berada pada urutan ke-4 dari segi jumlah konsumsi jenis pembawa mineralisasi mangan untuk mengetahui lebih
setelah besi, aluminum dan tembaga. Berdasarkan jurnal oleh detail kualitas dan sebaran batuan pembawa mineralisasi yang
Fareira et al, 2014 bahwa sekitar 92% konsumsi mangan secara menjadi hal penting untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai
global berkaitan langsung dengan industri baja dan sisanya panduan untuk mengeksplorasi endapan ini secara lebih detail.
digunakan dalam baterei sel kering, bahan pewarna dan industri Sehingga peneliti berinisiatif untuk membahas dan menganalisis
kimia lainnya. Corathers, 2014 juga menjelaskan bahwa total detail dari endapan mangan di Desa Anabanua khususnya
produksi logam Mn dunia pada tahun 2014 mencapai 17.000 ton berkaitan dengan tahap awal eksplorasi yaitu mengetahui jenis
dengan persentase terbesar berasal dari Afrika Selatan, disusul batuan pembawa mineralisasi mangan dengan menggunakan
oleh Australia, China, Gabon dan Brazil. Walaupun Indonesia beberapa analisis terkait.
tidak termasuk Negara penghasil mangan, namun endapan Mn
dilaporkan terdapat di sejumlah wilayah seperti Kabupaten 2. Metodologi
Manggarai, NTT, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kabupaten Dalam upaya penyelesaian masalah, penulis melakukan
Halmahera Utara, Maluku Utara, serta Kabupaten Barru dan serangkaian metodologi penelitian guna mendapatkan data yang
Bone, Sulawesi Selatan. valid dan terpadu untuk menentukan karakteristik batuan
Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah di Sulawesi pembawa mineralisasi mangan di Daerah Sungai Dengenge Desa
Selatan yang memiliki kondisi geologi yang cukup unik. Anabanua Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan
Ariansyah, 2020 menjelaskan di Desa Anabanua, terdapat begitu metode analisis kimia dan mineralogi Di bawah ini akan
banyak jenis batuan seperti batuan sedimen, batuan metamorf dipaparkan secara rinci dari setiap tahapan penelitian, yaitu
dan batuan beku. Kaharuddin, 2017 juga menjelaskan bahwa sebagai berikut;
kelompok intrusif yang berumur Miosen dan Pliosen terdiri dari
Dasit porfiri, Diorit dan Trakit. Batuan Diorit dan dike Basalt
2.1 Teknik Pengumpulan Data
tersingkap sebagai intrusi stock di daerah Bulu Maraung dan dike
Basalt di sekitar bagian timurlaut daerah penelitian seperti
Pengambilan data yang digunakan dalam
Sabangnaeri, Palakka, Kaerange dan Bangabangae. Intrusi Diorit penulisan penelitian ini terdiri dari studi pustaka
dan Basalt merupakan batuan pembawa mineral barit, gipsum, berdasarkan literatur dan jurnal terkait, pengambilan

1
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx
E-ISSN : 2541-5794
P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

sampel dan analisis data menggunakan analisis Petrografi untuk mengetahui lebih detail komposisi mineral non
megaskopis, mikroskopis, unsur dan mineralogi. logam, tekstur, maupun struktur penyusun batuan, Mineragrafi
untuk mengetahui lebih detail komposisi mineral logam, tekstur,
maupun struktur penyusun batuan., XRF (X-ray fluorescence
2.2 Tahap Pengolahan Data
spectrometry) untuk mengetahui unsur terkandung pada sampel-
Pengolahan data yang digunakan dalam penulisan
sampel dan Mineralogi XRD (X-ray diffraction analysis)) untuk
penelitian ini menggunakan analisis megaskopis dengan
menentukan mineral-mineral yang menyusun batuan.
mengamati mineral-mineral umum yang nampak dipermukaan
secara kasat mata, dan analisis laboratorium meliputi (Analisis

SAMPEL

PREPARASI

MEGASKOPIS MIKROSKOPIS ANALISIS ANALISIS


GEOKIMIA MINERALOGI

PETROGRAFI MINERAGRAFI

XRF XRD (X-ray


(X-ray fluorescence diffraction analysis)
spectrometry)

Komposisi mineral umum Komposisi mineral


Kadar unsur
pada batuan secara kasat logam dan non logam
Major Elements
mata dilapangan serta nama batuan

1. Karakteristik kimia sampel batuan pembawa mineralisasi.


2. Karakteristik mineralogi sampel batuan pembawa mineralisasi.
3. Jenis batuan pembawa mineralisasi.
Gambar-1. Bagan Alir Penelitian

3. Hasil Dan Diskusi

3.1 Kondisi Daerah Penelitian


Daerah penelitian di Desa Anabanua, Kecamatan Barru,
Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dan secara geografis
terletak pada koordinat 4°36’16” - 5°36’33” LS (Lintang
Selatan) dan 119°43’24” - 119°43’40” BT (Bujur Timur). Desa
Anabanua, Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah di
Sulawesi Selatan yang memiliki kondisi geologi yang cukup
unik. Kondisi tersebut tentu saja tidak lepas dari proses geologi
yang rumit berlangsung pada saat pembentukan pulau sulawesi.
Jurnal Ariansyah, 2020 telah menjelaskan bahwa di Desa
Anabanua, terdapat begitu banyak jenis batuan seperti batuan
sedimen, batuan metamorf dan batuan beku. Peneliti mengambil
beberapa sampel singkapan dan sampel yang mengindikasikan
sebagai pembawa mangan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Singkapan mangan dilokasi penelitian

3.2 Kondisi Kimia


Stasiun 1 berada pada koordinat S 04°27’33.53” E
119°42’23.35”, secara megaskopis sampel yang diambil
merupakan singkapan bijih mangan, kenampakan tekstur mineral
dengan kilap kaca berwarna hitam diduga sebagai rhodonite

2
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx
E-ISSN : 2541-5794
P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

(MnSiO3). Singkapan ini memiliki warna segar hitam, warna diduga sebagai mineral-mineral plagioklas, memiliki warna segar
lapuk coklat. Memiliki tekstur dengan cerat berwarna hitam, abu-abu dan warna lapuk hitam, dengan tekstur berdasarkan
kilap tanah (non logam), belahan yang tidak sempurna, pecahan derajat kristalisasi hipokristalin, granularitas atau ukuran butir
jenis hackly. Memiliki kekerasan nomor 3 (kawat tembaga), berat porfiritik (afanitik), bentuk kristal subhedral, relasi
jenis 7,43 dan tenacity meleable. Adapun komposisi kimia inequigranular. Memiliki struktur batuan massif atau tidak
sampel tersebut adalah Mn, dengan sistem kristal monoklin, dan berlapis, komposisi mineral yang terkandung adalah Ca-
nama mineral mangan dapat dilihat pada Gambar 3. plagioklas sebanyak 20%, kuarsa 10%, dan adanya mineral
ubahan lempung sebanyak 5%. Berdasarkan penamaan batuan
Travis 1955 dengan mengacu pada jurnal Indarto, 2014 diketahui
nama batuan adalah Porfiri Basalt, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 3 Deskripsi stasiun 1 mineral mangan

Stasiun 2 berada pada koordinat S 04°27’34.00” E Gambar 5 Deskripsi stasiun 3 batuan porfiri basalt
119°42’30.75”, secara megaskopis sampel yang diambil
merupakan singkapan batuan, kenampakan tekstur mineral 3.3 Analisis XRF
dengan kilap tanah berwarna putih diduga sebagai mineral-
Analisis ini merupakan suatu teknik analisis yang dapat
mineral silika, Stasiun 2 ditemukan singkapan batuan karbonat
menganalisis unsur-unsur yang membangun suatu material. Hasil
yang memiliki warna segar putih, warna lapuk kuning. Memiliki
analisis XRF memperlihatkan data berdasarkan kandungan
tekstur non klastik, dengan mineral pembentuk karbonat dan ber-
oksida (Major Elements). Hasil analisis kimia pada setiap
struktur massif atau tidak berlapis. Adapun komposisi mineral
sampel, memperlihatkan bahwa nilai Mn terbanyak pada stasiun
sampel adalah kalsit sebanyak 82%, kriesellite 18%, dan terdapat
1, nilai Al, Cr, Zn, dan Ag tidak terdapat pada stasiun 2 dan
fosil berdasarkan data mikroskopis, dan dapat diketahui nama
sedikit terdapat Mn tetapi tinggi Fe, sedangkan Zn, Ag tidak
batuannya yang berdasarkan jurnal oleh Indarto, 2014 yaitu
terdapat pada stasiun 3 dan tinggi Al.
Kalsilutit dapat dilihat pada Gambar 4.
Konsentrasi hingga 100% dianalisa secara langsung dan
tanpa pengenceran, dengan reproduksibilitas lebih baik ±0.1%.
Hasil analisis memperlihatkan data berdasarkan kandungan
oksida, sehingga dalam menentukan mayor element tunggal pada
sampel dilakukan perhitungan pemisahan senyawa analisis
dengan rumus yang telah dijabarkan dibawah ini sampel 1, 2 dan
3.
1. MnO = 26,406%
MnO =
Mn = 1. 55 = 55
O = 1. 16 = 16
= 55 + 16 = 71
Nilai Mn =
=
Gambar 4 Deskripsi stasiun 2 batuan kalsilutit = 20,455%
2. Al2O3 = 19,037%
Stasiun 3 berada pada koordinat S 04°27’28.84” E Al2O3 =
119°42’43.09”, singkapan ini hadir dipermukaan dengan ukuran Al2 = 2. 27 = 54
yang hanya sebesar ±1 meter setiap singkapannya, stasiun 3 O3 = 3. 16 = 48
merupakan salah satu batuan yang menggambarkan geologi = 54 + 48 = 102
regional dari daerah penelitian, secara regional ditemukan adanya
intrusi batuan beku jenis Basalt, Dasit, dan Diorit. dan secara Nilai Al =
megaskopis sampel yang diambil merupakan singkapan batuan, =
kenampakan tekstur mineral dengan kilap tanah berwarna putih = 5,309%
3
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx
E-ISSN : 2541-5794
P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

3. Fe2O3 = 10,497% Sampel 3


Fe2O3 =
Fe2 = 2. 56 = 112 1. MnO = 0,066%
O3 = 3. 16 = 48 MnO =
= 56 + 48 = 160 Mn = 1. 55 = 55
Nilai Fe = O = 1. 16 = 16
= 55 + 16 = 71
=
= 3,673% Nilai Mn =
4. Cr2O3 = 0,065%
Cr2O3 = =
Cr2 = 2. 52 = 104 = 0,051%
O3 = 3. 16 = 48 2. Al2O3 = 38,501%
= 52 + 48 = 152 Al2O3 =
Nilai Cr = Al2 = 2. 27 = 54
O3 = 3. 16 = 48
= = 54 + 48 = 102
= 0,022% Nilai Al =
5. ZnO = 0,035%
ZnO = =
Zn = 1. 65 = 65 = 9,397%
O = 1. 16 = 16 3. Fe2O3 = 5,117%
= 65 + 16 = 81 Fe2O3 =
Nilai Zn = Fe2 = 2. 56 = 112
O3 = 3. 16 = 48
= = 56 + 48 = 160
= 0,028% Nilai Fe =
6. Ag2O3 = 0,024%
Ag2O3 = =
Ag2 = 2. 108 = 216 = 1,7909%
O3 = 3. 16 = 48 4. Cr2O3 = 0,028%
= 108 + 48 = 264 Cr2O3 =
Nilai Ag = Cr2 = 2. 52 = 104
O3 = 3. 16 = 48
=
= 52 + 48 = 152
= 0,0098%
Nilai Cr =
Sampel 2 =
= 0,009%
1. MnO = 0,060%
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1.
MnO =
Mn = 1. 55 = 55 Tabel 1 Persentase kandungan unsur
O = 1. 16 = 16
Persentase Kandungan Unsur (%)
= 55 + 16 = 71 Nama Unsur
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Nilai Mn =
Mn 20,455 0,046 0,051
=
Al 5,039 - 9,397
= 0,046%
Fe 3,673 1,555 1,790
2. Fe2O3 = 4,445% Cr 0,022 - 0,009
Fe2O3 = Zn 0,028 - -
Fe2 = 2. 56 = 112 Ag 0,009 - -
O3 = 3. 16 = 48
= 56 + 48 = 160 Batuan beku dapat dibedakan berdasarkan tipe data yang
Nilai Fe = diukur atau dianalisis, seperti data kualitatif dan data kuantitatif.
Klasifikasi batuan beku secara kuantitatif didasarkan pada persen
= komposisi baik oksida maupun normatifnya. Contoh klasifikasi
= 1,555% ini adalah Le Bas (1986).

4
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx
E-ISSN : 2541-5794
P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

Tabel 2 Persentase kandungan SiO2 dan K2O XRD dijumpai kehadiran mineral-mineral karbonat yaitu kalsit
sebanyak 82,8%, dan kriesellite 17,2%, merupakan mineral yang
Persentase Kandungan Unsur (%) paling banyak ditemukan, dan merupakan mineral karbonat
Nama Unsur
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 kalsium (CaCO3) paling stabil. Mineral-mineral sekunder yang
SiO2 43,078 11,403 48,165 umum terdapat dalam batuan sedimen misalnya kalsit, hasil
K20 0,398 0,411 4,177 analisis XRD pada stasiun 2 tidak cukup dalam mengidentifikasi
mineral-mineral minor, sehingga dibutuhkan analisis petrografi
Batuan beku dapat dibedakan berdasarkan tipe data yang untuk melengkapi mineral-mineral yang tidak muncul pada hasil
diukur atau dianalisis, seperti data kualitatif dan data kuantitatif, XRD.
klasifikasi batuan beku secara kuantitatif didasarkan pada persen
komposisi baik oksida maupun normatifnya, contoh klasifikasi
ini adalah klasifikasi oleh Le Bass 1986 dengan menghitung
kandungan silika, klasifikasi ini dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu ultrabasa, basa, intermediet dan asam seperti
pada Gambar 6 yang disesuaikan dengan nilai SiO2 dan K20 dari
jurnal Petrelli, 2005 bahwa sampel pada Tabel 4.3, ST.1 dan
ST.2 berada pada titik ultrabasa dan ST.3 berada pada titik
Basalt.

Gambar 8 Difraktogram hasil analisis XRD stasiun 2

2. Analisis XRD Stasiun 3


Analisis XRD stasiun 3 disajikan pada Gambar 9 dengan
memperlihatkan hasil yang cukup bervariasi. Dari hasil analisis
XRD dijumpai kehadiran mineral-mineral dominan kuarsa,
analcime yaitu grup mineral zeolit, dan palygorskit grup mineral
lempung. Kuarsa ditemukan sebanyak 86,2%, analcime 10,9%,
Gambar 6 Klasifikasi jenis batuan menurut Le Bas (1986)
dan sedikit palygorskite 2,9%.
3.4 Analisis Mineralogi
1. Analisis XRD Stasiun 1
Analisis XRD stasiun 1 disajikan pada Gambar 7 dengan
memperlihatkan hasil yang bervariasi. Dari hasil analisis XRD
dijumpai kehadiran mineral-mineral logam yang diduga sebagai
mineral pembawa mangan yaitu roeblingite sebanyak 69,4%,
rhodonite 18,7%, dan diopside 11,9%. Pada tulisan Arfiansyah,
2018, menjelaskan bahwa mineral roeblingite dan rhodonit
merupakan mineral yang paling banyak ditemukan, dan
merupakan mineral pembawa logam.

Gambar 9 Difraktogram hasil analisis XRD stasiun 3

Analisis ini merupakan suatu teknik analisis yang dapat


mengidentifikasi kandungan mineral yang membangun suatu
material. Adapun nilai persentase dari tiga sampel analisis XRD
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Persentase kandungan mineral
Persentase Kandungan
Nama Mineral (%)
Rumus Kimia
Mineral Stasiu Stasiu Stasiu
Gambar 7 Difraktogram hasil analisis XRD stasiun 1 n1 n2 n3
Roeblingite Pb2Ca6Mn2 69,4 - -
1. Analisis XRD Stasiun 2 Rhodonite CaMn3Mn 18,7 - -
Analisis XRD stasiun 2 disajikan pada Gambar 8 dengan Diopside MgCaSi2O6 11,9 - -
memperlihatkan hasil yang dominan kalsit. Dari hasil analisis Calcite CaCO3 - 82,8 -
5
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx
E-ISSN : 2541-5794
P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

Krieselite Al2GeO4(OH)2 - 17,2 - 2. Analisis Petrografi Stasiun 2


Quartz SiO2 - - 86,2 Analisis petrografi pada stasiun 2 mineral-mineral yang
Analcime Na(AlSi2O6)·H2O - - 10,9 ditemukan merupakan mineral dominan (kalsit = CaCO3) dan
(Mg,Al)2Si4O10(O (krieselite = Al2GeO4(OH)2), mineral kalsit merupakan mineral
Palygorskite - - 2,9
H)·4H2O karbonat dengan kenampakan warna yang unik biasanya
ditemukan dalam tiga warna merah muda, biru dan hijau pada
3.5 Analisis Mikroskopis mikroskop, sistem kristal heksagonal dan kekerasan 3, krieselite
1. Analisis Mineragrafi Stasiun 1 merupakan mineral silikat mempunyai sistem kristal ortorombik
kekerasan 5 sampai 6,5 penamaan batuan pada stasiun 2
Analisis mineragrafi pada stasiun 1 digunakan khusus dilakukan secara konvensional diklasifikasikan menurut ukuran
untuk sayatan poles pada logam, mineral-mineral yang butiranya, berdasarkan skala ukuran butir Wentworth, stasiun 2
ditemukan merupakan mineral sekunder dari pembawa memiliki ukuran butir <63 mikron sehingga dinamakan kalsilutit
mineralisasi mangan, adapun mineral yang terdapat pada sampel atau batuan sedimen non karbonat setara dengan batulempung.
sayatan poles adalah (Roeblingit = Pb2Ca6Mn2); (Rhodonite = Dapat dilihat pada Gambar 11.
CaMn3Mn); (Kuarsa = SiO2); dan (Diopside = MgCaSi2O6).
Mineral Roeblingite adalah mineral kalsium timbal sulfat silikat
hidroksida hidrat, elemen yang terkandung pada mineral ini yaitu
kalsium, hidrogen, timbal, mangan, oksigen, silikon, dan sulfur.
ditemukan dengan warna biru gelap kilap kaca dan tekstur
euhedral-subhedral. Buku Sukandarrumidi, 2007 menjelaskan
tentang mineral rhodonite merupakan mineral warna merah
sampai cokelat dengan sistem kristal triklin, kekerasan 6,
rhodonite berkomposisi silikat mempunyai kemiripan sifat fisik
dengan rhodokrosite, namun mineral ini terbentuk sebagai
cebakan sekunder dan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 11 Fotomikrograf hasil analisis petrografi sampel 2


(Ks=Kalsit, Krs= Krieselite

3. Analisis Petrografi Stasiun 3


Analisis petrografi pada stasiun 3 mineral-mineral yang
ditemukan merupakan mineral dominan (kuarsa = SiO2),
(analcime = Na(AlSi2O6)·H2O) yaitu grup mineral zeolit, dan
(palygorskit = (Mg,Al)2Si4O10(OH)·4H2O) grup mineral
lempung, kebanyakan mineral ini dapat dikatakan sebagai
mineral sekunder. Mineral analcime berwarna putih, abu-abu,
Gambar 10 Fotomikrograf hasil analisis mineragrafi sampel 1 atau tidak berwarna. Analcim terjadi sebagai mineral utama
(Rb=Roeblingit, Rhd= Rhodonite, Qz=Quartz, Dp=Diopside) di basal analcim dan batuan beku alkali lainnya memiliki system

6
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx
E-ISSN : 2541-5794
P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

kristal ortorombik dan kekerasan 5 sampai 5,5. Mineral Al2O3, TiO2, MgO dan total alkali umumnya rendah (<1%)
palygorskit merupakan grup dari lempung atau Attapulgit adalah (Sufriadin, 2015).
gabungan dari smektit dan palygorskite, berwarna Putih, keabu- Hasil analisis kimia XRF (X-Ray Fluoresence) dari
abuan, kekuningan, abu-abu-hijau sistem kristal monoklin dan kandungan oksida (Major Elements) pada setiap sampel,
kekerasan 2 sampai 2,5 dan penamaan batuan berdasarkan memperlihatkan bahwa nilai unsur logam Mn sebanyak
klasifikasi Travis (1955) dan Fenton (1940) menggunakan 20,455%, Fe 3,673%, unsur non logam sampel 1 yaitu SiO 2
mineral utama Ca-plagioklas dan tekstur porfiritik sehingga 43,078% dan K2O 0,398%. Nilai unsur logam sampel 2 Mn
diketahui nama batuan adalah Basalt, dapat dilihat pada Gambar 0,046%, Fe 1,555%, unsur non logam sampel 2 yaitu SiO 2
12. 11,403% dan K2O 0,411%. dan nilai unsur logam sampel 3 Mn
0,051%, Fe 1,790%, unsur non logam sampel 1 yaitu SiO 2
48,165% dan K2O 4,177%.
Hasil analisis mineralogi XRD (X-Ray Diffraction)
mikroskopis memperlihatkan adanya komposisi mineral kuarsa,
kalsit, kriesellite, analcime, palygorskit, roeblingite, rhodonite,
plagioklas dan diopside. Analisis mineralogi ini kemudian
disesuaikan dengan analisis megaskopis berdasarkan data
dilapangan bahwa ketiga sampel merupakan batuan sedimen
kalsilutit, batuan beku Basalt, dan mangan.
Untuk penentuan jenis batuan mengacu pada diagram SiO2
(%berat) dan K2O (%berat) menurut Pecerillo dan Taylor (1976)
dengan menggunakan data unsur SiO2 dan K2O ketiga sampel
kemudian diplot berdasarkan nilai unsur, hasil plot menunjukan
ketiga sampel berada pada garis Basalt, sehingga dapat
disimpulkan berdasarkan data mineralogi dan diagram bahwa
nama batuan pembawa mineralisasi mangan yaitu Basalt.
Kaharuddin, 2017 juga menjelaskan bahwa kelompok intrusif
yang berumur Miosen dan Pliosen terdiri dari Dasit porfiri,
Diorite dan Trakit. Batuan Diorit dan dike Basalt tersingkap
sebagai intrusi stock di daerah Bulu Maraung dan dike Basalt di
sekitar bagian timurlaut daerah penelitian seperti Sabangnaeri,
Palakka, Kaerange dan Bangabangae. Intrusi Diorit dan Basalt
merupakan batuan pembawa mineral barit, gipsum, mangan dan
tembaga. Mangan terdapat berupa crustified di daerah
Sabangnaeri, Daccipong dan sungai Dengenge.

4. Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yaitu :
1. Karakteristik kimia batuan pembawa mineralisasi mangan
yaitu terdiri dari unsur logam Mn (0,046%-20,455%), Fe
(1,555%-3,673%), dan unsur non logam SiO2 (11,403%-
48,165%), K2O (0,398%-4,177%).
2. Karakteristik mineralogi batuan pembawa mineralisasi
Gambar 12 Fotomikrograf hasil analisis petrografi sampel 3 mangan yaitu terdiri dari mineral roeblingite (Pb2Ca6Mn2),
(Anc=Analcime, Qz=Quartz, Plg=Palygorskit) rhodonite (CaMn3Mn), diopside (MgCaSi2O6), kalsit
(CaCO3), kriesellite (Al2GeO4(OH)2), zeolite
3.6 Pembahasan (Na(AlSi2O6)·H2O), dan palygorskit
((Mg,Al)2Si4O10(OH)·4H2O).
Desa Anabanua, Kabupaten Barru merupakan salah satu
daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki kondisi geologi yang
3. batuan pembawa mineralisasi mangan adalah batuan beku
Basalt.
cukup unik. Di Desa Anabanua, terdapat begitu banyak jenis
batuan seperti batuan sedimen, batuan metamorf dan batuan
beku. Lokasi penelitian ini di indikasikan adanya mineralisasi 4.2 Saran
mangan yang belum diketahui jenisnya, salah satu daerah sekitar Adapun saran yang dapat diambil dari penelitian ini bahwa
penelitian yang terdapat mineralisasi mangan yaitu di Desa diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengetahui jenis terperinci
Paludda Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru ditemukan dari endapan mangan dan dapat mengetahui sebaran dari mangan
mineralisasi mangan dengan komposisi mineral utama rodokrosit di lokasi tersebut.
(MnCO3), kriptomelan, biksbiyit, groutit dan todorokit. Mineral
pengotor berupa kalsit (CaCO3), kuarsa (SiO2) dan goetit 5. Ucapan Terima Kasih
(FeOOH). Komposisi kimia terdiri dari SiO2 (1,62 – 12,67 %), Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terkhusus
Fe2O3 (16,17 – 35,26%) dan MnO (35,34 – 44,22 %). kedua Orang Tua, keluarga, dan teman-teman angkatan 2018
Kandungan CaO berkisar antara 0,21 – 13,64 %. Kadar ratarata
7
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx
E-ISSN : 2541-5794
P-ISSN : 2503-216X
Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology
Vol xx No xx 20xx

teknik pertambangan telah memberi dukungan dalam bentuk


finansial, fasilitas, atau legalitas terhadap penelitian ini. Kepada
instansi Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia, sebagai wadah penulis berkarya.

6. Daftar Pustaka
Ariansyah, M. R., Massinai, M. F. I., & Altin, M. (2020).
Rock Types Classification and Distribution on
Anabanua Village, Barru Regency, South
Sulawesi. Jurnal Geomine, 8(1), 1-8.
Chatterjee, K.K., 2007, Uses of Metals and Metallic
Minerals, New Age International LTD. Publisher,
New Delhi.
Corathers, L.A., 2014, Manganese, (in Mineral
Commodity Summaries, USGS).
Eddy, H.R. and Muksin, I., 2019. Karakteristik Batuan
Pembawa Kalium Di Kecamatan Cluwak, Kabupaten
Pati, Provinsi Jawa Tengah. Buletin Sumber Daya
Geologi, 14(1), pp.1-20.
Fareira, M.J., Lima, M.M.F., Lima, R.M.F., 2014,
Calcination and characterization studies of a
Brazilian manganese ore tailing, International Journal
of Mineral Processing, 131, pp. 26 – 30.
Indarto, S., Sudarsono, S., Setiawan, I., Permana, H., Al
Kausar, A., Yuliyanti, A., & Yuniati, M. D. (2014).
Batuan Pembawa Emas Pada Mineralisasi Sulfida
Berdasarkan Data Petrografi Dan Kimia Daerah
Cihonje, Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah. RISET
Geologi dan Pertambangan, 24(2), 115-130.
Kaharuddin., Hasanuddin., Sirajuddin, H., Junain, B.,
(2017). Studi Petrologi Dan Asosiasi Endapan
Mineralnya Pada Kompleks Melange Ofiolitik Barru
Sulawesi Selatan. Prosiding TPT XXVI Perhapi.
Le Bas, M. J., Rex, D. C., & Stillman, C. J. (1986). The
early magmatic chronology of Fuerteventura, Canary
Islands. Geological Magazine, 123(3), 287-298.
Sukandarrumidi., 2007, Geologi Mineral Logam,
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

8
Jamil Jumadra, Nurliah Jafar , Firdaus./ JGEET Vol xx No xx/20xx

Anda mungkin juga menyukai