Anda di halaman 1dari 11

Vol. I, No.

1, Bulan Maret Tahun 2024


ISSN xxx-xxx

KARAKTERISTIK GEOKIMIA BATUAN


ULTRABASADAERAH BATUBESSI KECAMATAN BARRU
KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

Ahmad Fahri Faatir1, Mubdiana Arifin1*, Harwan1

1. Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim


Indonesia, Indonesia
2. * Corresponding author: mubdiana.arifin@umi.ac.id

SARI

Batuan ultrabasa dijumpai pada Kabupaten Barru di daerah Batu Bessi. Oleh karena itu penelitian
ini penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik geokimia dan komposisi batuan ultrabasa di
Daerah Batu Bessi Kabupaten Barru dengan menggunakan metode analisis X-Ray Diffraction (XRD)
dan X-Ray Fluoresense (XRF). Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis XRD tiga sampel
batuan pada daerah Batu Bessi, Sampel AF-1 mengandung mineral Lizardite sebesar 96.6% dan
mineral Hornblende sebesar 3.4%. Sampel AF-2 mengandung mineral Lizardite sebesar 84.8%,
mineral Feldspar sebesar 2.7%, serta mineral Biotite sebesar 12.5%. Sampel AF-3 mengandung
mineral Lizardite sebesar 96.8%, dan mineral Feldspar sebesar 3.2%. Komposisi kimia dan persentasi
masing-masing unsur dari sampel yang dianalisis XRF pada lima sampel adalah sebagai berikut:
berikut unsur (mayor element) alumina (Al2O3) 0.70 wt % – 1.78 wt %, kalsium (CaO) 0.55 wt % –
1.31 wt %, oksida (Cr2O3) 0.27 wt % – 0.30 wt %, besi ( Fe2O3) 8.63 wt % – 8.68 wt %, potassium (K2O)
<0.01 wt % – 0.03 wt %, magnesium (MgO) 32.31 wt % – 34.25 wt %. Mangan (II) oksida (MnO) 0.07
wt % – 0.11 wt %, Sodium (Na2O) 0.03 wt % – 0.07 wt %, difospor pentoksida (P2O5) <0.002 wt % -
0.04
wt %, silika (SiO2) 42.24 wt % - 43.00 wt %, titanium (TiO2) 0.02 wt % - 0.06 wt %, sulfur (S)
<0.002 wt % - 0.006 wt %. Dan LOI (Loss of ignition) 12.31 wt % - 13.09 wt %. Pada hasil analisis
tersebut dapat dilihat bahwa kandungan SiO 2, AL2O3, dan K2O cukup rendah sedangkan kandungan
MgO dan Fe2O3 cukup tinggi. Tingginya kandungan MgO dan rendahnya kandungan SiO2,
merupakan penciri batuan ultrabasa, Dimana pada batuan ultrabasa kaya mineral magnesium
maupun mineral besi dan rendah silica.

Kata kunci: Batuan, Batuan ultrabasa, X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluoresence (XRF), Magma

ABSTRACT

Ultramafic rocks are found in Barru Regency in the Batu Bessi area. Therefore, it is important to
carry out this research to determine the geochemical characteristics and composition of ultramafic
rocks in the Batu Bessi area, Barru Regency using X-Ray Diffraction (XRD) and X-Ray Fluorescence
(XRF) analysis methods. The results of this research are based on XRD analysis of three rock samples
in the Batu Bessi area. Sample AF-1 contains 96.6% of the Lizardite mineral and 3.4% of the
Hornblende mineral. Sample AF-2 contains 84.8% Lizardite minerals, 2.7% Feldspar minerals, and
12.5% Biotite minerals. Sample AF-3 contains 96.8% Lizardite minerals, and 3.2% Feldspar minerals.
The chemical composition and percentage of each element from the samples analyzed by XRF on five
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

samples are as follows: the following elements (major elements) alumina (Al2O3) 0.70 wt % – 1.78 wt
%, calcium (CaO) 0.55 wt % – 1.31 wt %, oxide (Cr2O3) 0.27 wt % – 0.30 wt %, iron (Fe2O3) 8.63 wt %
– 8.68 wt %, potassium (K2O) <0.01 wt % – 0.03 wt %, magnesium (MgO) 32.31 wt % – 34.25 wt %.
Manganese (II) oxide (MnO) 0.07 wt % – 0.11 wt %, Sodium (Na 2O) 0.03 wt % – 0.07 wt %, diphosphorus
pentoxide (P2O5) <0.002 wt % - 0.004 wt %, silica (SiO 2) 42.24 wt % - 43.00 wt %, titanium (TiO 2) 0.02
wt % - 0.06 wt %, sulfur (S) <0.002 wt % - 0.006 wt %. And LOI (Loss of ignition) 12.31 wt % - 13.09
wt %. From the results of this analysis, it can be seen that the SiO 2, AL2O3, and K2O contents are
quite low, while the MgO and Fe2O3 contents are quite high. High MgO content and low SiO 2 content
are characteristics of ultramafic rocks, where ultramafic rocks are rich in magnesium and iron
minerals and low in silica.

Keyword: Rocks, ultramafic rocks, X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), Magma

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang terletak pada lokasi geografis khatulistiwa,
menyebabkan sebagian wilayah di Indonesia ditutupi oleh sisatanah dari pelapukan batuan yang
berlangsung intensif. Tanah sebagai hasil pelapukan batuan di daerah perbukitan dapat
menimbulkan permasalahan geologi teknik, salah satunya yang sering terjadi adalah gerakan tanah
yang dapat menyebabkan bencana geologi. Kondisi geologi bawah permukaan merupakan hal yang
penting diketahui, untuk mengetahui keadaan geologi bawah permukaan dapat mengunakan metode
deskripsi, metode statistik pada pengambilan sampel dengan metode parit uji dan sumur uji.
Penerapan metode tersebut untuk mengetahui, komposisi kimia, struktur batuan, struktur geologi
dan ciri fisik batuan ultrabasa. Hasil deskripsi tersebut akan dipadukan dengan hasil analisis
laboratorium yang digunakan untuk mengetahui karakteristik kimia dan mineral pada batuan
ultrabasa yang diakibatkan oleh proses pelapukan (Evadelvia, 2022).
Batuan ultrabasa adalah batuan beku yang kandungan silikanya rendah (< 45%),
kandungan MgO>18 %, tinggi akan kandungan FeO, rendah akan kandungankalium dan umumnya
kandungan mineral mafiknya lebih dari 90%. Batuan ultrabasa umumnya terdapat sebagai opiolit.
Sebaran batuan ultrabasa di Indonesia cukup luas, mulai dari Aceh, Sumatra Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, Maluku,
Irian Jaya Barat dan Papua. Luas sebaran seluruhnya mencapai 3 juta hektar. Dari sekian banyak
sebaran batuan ultrabasa, diantaranya yang dekat aksesibilitasnya dengan aktifitas manusia (kota)
adalah sebaran batuan ultrabasa di Sulawesi Selatan, khususnya pada daerah Kecamatan Batubessi,
Kabupaten Barru (Hamano, 1990).
Prospek dan potensi batuan ultrabasa pada Daerah Kecamatan Batubessi Kabupaten Barru
tersebut sampai sekarang belum terungkap secara detail. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
dan mengungkap lebih spesifik mengenai karakteristik geokimia pada batuan ultrabasa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Karakteristik
Geokimia Batuan Ultrabasa Daerah Batubessi Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan”
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

METODE PENELITIAN

Pengambilan data yang dilakukan meliputi pengumpulan data pendukung dandata primer (data
lapangan). Pengumpulan data pendukung berupa data-data yang diperoleh dari beberapa sumber
seperti jurnal maupun artikel-artikel ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan pengumpulan
data primer diperoleh langsungdi lapangan berupa data batuan sampling dan koordinat lokasi
penelitian.
Sebelum dilakukan analisis, sampel yang diperoleh di lapangan dihancurkan menjadi potongan-
potongan kecil menggunakan palu geologi, sampel yang telah dihancurkan kemudian dihaluskan
menggunakan alat mortar dan alu, setelah halus sampel disaring kembali agar homogen, menggunakan
ukuran saringan 200 mesh,sehingga sampel menjadi produk bubuk halus 200 Mesh dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam alat XRD tipe Shimadzu XRD-7000L, dilakukan di Laboratorium Preparasi
Gedung Geologi Universitas Hasanuddin Makassar.
Pengamatan terhadap mineral dengan mikroskop terkadang terkendala karena terbatasnya
jenis mineral yang dapat diidentifikasi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah metode analisis
XRD. Teknik ini dimaksudkan untuk mendeterminasi jenis mineral secara lebih spesifik yang tidak
dapat dilihat pada sayatan petrografi, beserta senyawa . Analisis hasil XRD menggunakan aplikasi
Match 3 (Free Download).
Pengamatan terhadap komposis kimia untuk hasil yang lebih akurat digunakan metode
analisis XRF. Pengamatan ini dilakukan di laboratorium PT. Intertek Service.

HASIL PENELITIAN

Pengambilan sampel penelitian berada di Kecamatan Batu bessi, Kabupaten Barru, Provinsi
Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel di lakukan pada 5 (lima) titik. Adapun lokasi ditampilkan
secara visual dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 1 Peta geologi

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan sampel di lapangan batuan diperoleh 5


sampel masing-masing setiap sampel memiliki stasiun dan titik koordinat beserta sampel yang
diperoleh, diantaranya:
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

Berdasarkan Analis X-ray Diffraction (XRD) digunakan untuk mengidentifikasi nama-nama


mineral yang terdapat pada batuan ultrabasa. Dengan adanya XRD ini dapat diketahui mineral-
mineral pembawa unsur serta menganalisis perubahan yang terjadi akibat proses leacing. Analisis
ini bertujuan untuk menetukan mineral yang sangat halus yang tidak dapat dilihat secara
petrografi seperti mineral lempung. Data hasil laboratorium tersebut berupa diffractogram yang
kemudian diolah menggunakan program March 3 dimana pemilihan mineral penyusun batuan
berdasarkan mineral-mineral dominan yang di rekomendasikan program tersebut.
1. Sampel AF-1
Berdasarkan hasil analis XRD dengan kode sampel AF-1 menunjukkan komposisi
mineral lizardite sebesar 96.6% dengan unsur senyawa kimia A Mg3(Si2O5)(OH)4 dan
sistem kristal trigonal. Mineral Hornblende sebesar 3.4% dengan senyawa kimia Ca 1
Fe1 H2 Mg3 Na0 Si6 O9 dan sistem kristalnya monoclinic. Adapun komposisi elemennya
yaitu oksigen (O) 49.9%, Magnesium (Mg) 21.1%, Silika (Si) 18.7%, Besi (Fe) 6.7%,
Aluminium (Al) 1.9%, Hidrogen (H) 1.4%, Kalsium (Ca) 0.3%, Natrium (Na) 0.0 %.

Gambar 2 Grafik difratogram sampel XRD sampel AF-1

2. Sampel AF-2
Berdasarkan hasil analis XRD dengan kode sampel AF-2 menunjukkan komposisi
mineral lizardite sebesar 84.8% dengan unsur senyawa kimia Mg3(Si2O5)(OH)4 Si1 dan
sistem kristal trigonal. Mineral Feldspar sebesar 2.7% dengan unsur kimia AL0 Ca1 O9
Pb0 Si1 dan sistem kristalnya monoclinic. Mineral Biotite sebesar 12.5% dengan unsur
kimia AL Fe Mg2 O12 Si3 dan sistem kristalnya monoclinic. Adapun komposisi elemennya
yaitu oksigen (o) 48.6%, Magnesium (Mg) 19.1%, Silika (Si) 18.6%, Besi (Fe) 7.1%,
Aluminium (Al) 2.5%, Timbal (Pb) 1.2%, Hidrogen (H) 1.2%, Kalium (K) 1.1%.
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

Gambar 3 Grafik difratogram sampel XRD sampel AF-2

3. Sampel AF-Berdasarkan hasil analis XRD dengan kode sampel AF-3 menunjukkan komposisi
mineral lizardite sebesar 96.8% dengan unsur senyawa kimia Mg3(Si2O5)(OH)4 dan sistem
kristal trigonal. Mineral Feldspar sebesar 2.7% dengan unsur kimia AL 0 O4 Pb0 Si1 dan sistem
kristalnya monoclinic. Adapun komposisi elemennya yaitu oksigen (O) 49.4%, Magnesium
(Mg) 20.8%, Silika (Si) 18.6%, Besi (Fe) 6.4%, Aluminium (Al) 1.5%, Hidrogen (H) 1.4%, Timbal
(Pb) 1.4%.

Gambar 4 Grafik difratogram sampel XRD sampel AF-3

Berdasarkan hasil analisis XRD di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel AF-1, AF-2 dan AF-
3 merupakan batuan serpentinite karena di dominasi oleh mineral lizardite atau kadal yang lebih
dari 80%. Batuan ini merupakan batuan metamorf yang berasal dari batuan beku ulrabasa.
Penamaan tersebut mengacu pada klasifikasi penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan
protolit (Maulana,2019).
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

Berdasarkan Analisis XRF digunakan untuk menganalisis komposisi kimia beserta


konsentrasi unsur-unsur yang terkadang dalam suatu sampel dengan menggunakan metode
spektrometri. XRF umumnya digunakan untuk menganalisa unsur dalam mineral atau batuan.
Analisis unsur dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif . Analisis kualitatif dilakukan untuk
menganalisis jenis unsur yang terkadang dalam sampel dan analisis kualitatif dilakukan untuk
menentukan konsentrasi unsur dalam sampel (Loughnan, 1969).

Unsur utama batuan ultrabasa pada daerah penelitian dilakukan terhadap ke-5 (lima) unit
sampel dari hasil pengambilan data yang juga telah dilakukan analisis XRD, dimana analisis
geokimia hanya dilakukan pada unsur utama ( major element) pada batuan tersebut. Adapun hasil
analisis unsur utama dapat dilihat pada table 1

TABEL 1. Hasil Analisis Data XRF


ID AF-1 AF-2 af-3 AF-4 AF-5

Tipe Lizardite Lizardite Lizardite Lizardite Lizardite


Batuan

unsur utama (%)

Al2O3 0.71 0.69 1.64 0.2 1.78

CaO 0.55 0.53 1.82 0.54 1.31


Cr2O3 0.27 0.38 0.27 0.35 0.3

Fe2O3 8.63 8.51 8.41 8.46 8.68

K2O 0.03 <0.01 0.02 <0.01 <0.01

MgO 33.47 33.93 32.31 34.25 32.8

MnO 0.07 0.08 0.11 0.11 0.1

Na2O 0.06 0.06 0.07 0.03 0.05

P2O5 0.004 <0.002 0.004 0.004 0.002


SiO2 42.49 43 42.59 42.72 42.24

TiO2 0.02 0.03 0.05 0.02 0.06

S 0.004 0.002 0.006 <0.002 0.003

LOI 13.09 12.71 12.31 12.55 12.61

Total 99.4 100 99.6 99.3 100

Berdasarkan hasil analisis tersebut, secara kimiawi ketiga kelompok batuan tersebut
memiliki komposisi yang sama. Secara umum, batuan ultrabasa memiliki nilai SiO 2 yang rendah,
dibawah 45%. Kandungan berkisar alumina (Al2O3) 0.70 wt % – 1.78 wt %, kalsium (CaO) 0.55 wt
%
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

– 1.31 wt %, oksida (Cr2O3) 0.27 wt % – 0.30 wt %, besi ( Fe2O3) 8.63 wt % – 8.68 wt %, potassium (K2O)
<0.01 wt % – 0.03 wt %, magnesium (MgO) 32.31 wt % – 34.25 wt %. Mangan (II) oksida (MnO) 0.07
wt % – 0.11 wt %, Sodium (Na2O) 0.03 wt % – 0.07 wt %, difospor pentoksida (P2O5) <0.002 wt % -
0.04
wt %, silika (SiO2) 42.24 wt % - 43.00 wt %, titanium (TiO2) 0.02 wt % - 0.06 wt %, sulfur (S)
<0.002 wt % - 0.006 wt %. Dan LOI (Loss of ignition) 12.31 wt % - 13.09 wt %. Pada hasil analisis
tersebut dapat dilihat bahwa kandungan SiO 2, AL2O3, dan K2O cukup rendah sedangkan kandungan
MgO dan Fe2O3 cukup tinggi. Tingginya kandungan MgO dan rendahnya kandungan SiO2,
merupakan penciri batuan ultrabasa, Dimana pada batuan ultrabasa kaya mineral magnesium
maupun mineral besi dan rendah silica.
Penamaan jenis batuan berdasarkan hasil analisis laboratorium XRF yaitu pada setiap
statius yaitu Picrobasalt.

Gambar 4 classification of rock (Lee Bass, 1986)

Berdasarkan pengamatan megaskopis sampel pada stasiun 1 berwarna hijau coklatan


kekuningan, tekstur fanerik, struktur masif. contoh batuan ultrabasa dapat dilihat pada Gambar 4.5
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

Gambar 5 sampel 1

Berdasarkan pengamatan megaskopis sampel pada stasiun 2 berwarna hijau coklatan


kekuningan, tekstur fanerik, struktur masif. contoh batuan ultrabasa dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6 sampel 2

Berdasarkan pengamatan megaskopis sampel pada stasiun 3 berwarna hijau coklatan


kekuningan, tekstur fanerik, struktur masif. contoh batuan ultrabasa dapat dilihat pada Gambar 7
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

Gambar 7 sampel 3

Berdasarkan pengamatan megaskopis sampel pada stasiun 3 berwarna hijau coklatan


kekuningan, tekstur fanerik, struktur masif. contoh batuan ultrabasa dapat dilihat pada Gambar 8

Gambar 8 sampel 4

pengamatan megaskopis sampel pada stasiun 5 berwarna hijau kecoklatan, mempunyai


struktur masif, permeabilitas buruk, tekstur fanerik. contoh batuan ultrabasa dapat dilihat pada
Gambar 9
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

Gambar 4.9 sampel 5

KESIMPULAN  10pt, Century bold


1. Jenis batuan ultrabasa pada penelitian diketahui dari hasil analisis XRF adalah batuan
picrobasalt menurut classification of rock ,Lee Bass 1986.
2. Komposisi kimia dan presentasi masing-masing unsur dari sampel yang dianalisis XRF
sampel AF-1, AF-2, AF-3, AF-4, AF-5. Adalah sebagai berikut: unsur mayor ( major element)
alumina (Al2O3) 0.70 wt % – 1.78 wt %, kalsium (CaO) 0.55 wt % – 1.31 wt %, oksida (Cr 2O3)
0.27 wt % – 0.30 wt %, besi ( Fe 2O3) 8.63 wt % – 8.68 wt %, potassium (K 2O) <0.01 wt % – 0.03
wt %, magnesium (MgO) 32.31 wt % – 34.25 wt %. Mangan (II) oksida (MnO) 0.07 wt % – 0.11
wt %, Sodium (Na2O) 0.03 wt % – 0.07 wt %, difospor pentoksida (P2O5) <0.002 wt % -
0.004 wt %, silika (SiO2) 42.24 wt % - 43.00 wt %, titanium (TiO2) 0.02 wt % - 0.06 wt %,
sulfur (S)
<0.002 wt % - 0.006 wt %. Dan LOI (Loss of ignition) 12.31 wt % - 13.09 wt %.

UCAPAN TERIMAKASIH

Banyak pihak yang telah membantu, memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini yang tidak bisa disebutkan secara keseluruhan. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang telah membantu dalam
proses penulisan dalam penelitian

REFERENSI

Andreas, A., & Putra, A. (2018). Perbandingan Karakteristik Batuan Beku Erupsi Gunung
Gamalama dan Gunung Talang. Jurnal Fisika Unand, 7(4), 293-298.
Atimi, R. L., & Sartika, S. (2022). Implementasi Forward Chaining Method untuk Analisis
Klasifikasi Mineralogi Batuan Beku. JEPIN (Jurnal Edukasi dan
Penelitian Informatika), 8(1), 80-86.
Hamano, Y. (1990). Paleomagnetism of the Serpentinized Peridotites from ODP Hole 670A. In
Vol. I, No. 1, Bulan Maret Tahun 2024
ISSN xxx-xxx

Proc. ODP, Sci. Res. (Vol. 106, Pp. 257-262).


Hartono, H. G., & Astuti, B. S. (2004). Hubungan Genesa Antara Batuan Beku Intrusi dan
Ekstrusi di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, Klaten Jawa Tengah (Disertasi,
STTNAS).

Kasmiani, K., Widodo, S. W. S., & Bakri, H. B. H. (2018). Analisis Potensi Air Asam
Tambang pada Batuan Pengapit Batubara di Salopuru Berdasarkan Karakteristik
Geokimia. Jurnal Geomine, 6(3), 138-143.
Mareoli, E. S., Puspita, R., & Ninasafitri, N. (2022). Karakteristik Batuan Ultrabasa di Desa
Winatu dan Kamarora, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Teknologi
Sumberdaya Mineral (JENERAL), 3(2), 49-60.
R. Sukamto & S. Supriatna, (1982), Geologi Regional Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai, Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Pertambangan
Umum Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Indonesia.
Sambari, V. E. G. (2022). Karakteristik Kimia dan Mineralogi pada Lapukan Batuan Ultrabasa
Sekitar Danau Towuti Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Sibatik
Journal: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi,Dan Pendidikan, 1(4),
473-480.

Sophian, R. I., Patonah, A., & Mohamad, F. (2011). Kualitas Batuan Beku Andesitis
Berdasarkan Pendekatan Kuat Tekan dan Petrologi. Bulletin Of Scientific Contribution,
9(3), 152-162.

Anda mungkin juga menyukai