LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENAMPANG STRATIGRAFI TERUKUR DAN KOLOM STRATIGRAFI
BAB I
PENDAHULUAN
daerah tersebut yang dianggap mewakili keseluruhan aerah yang akan dipetakan.
Sebelum melangkah lebih jauh mengenai pencatatan lapangan dari suatu litologi
yang didapatkan maka sangat penting untuk kemudian kita mengetahui dan mengerti
tentang hakikat dari Litostratigrafi .
1.2.1 Maksud
Adapun maksud kami melakukan praktikum ini yaitu sebagai perwjudan
dalam mengamalkan perintah Allah Subhanahu wata ala Dalam QS. Al Mujaddilah
Ayat 11 yang berbunya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
1.2.1 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui pengertian kolom stratigrafi
2. Praktikan dapat menggambarkan kolom stratigrafi.
3. Praktikan dapat mengetahui tujuan dari pembuatan kolom stratigrafi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2. Peta geologi daerah sekitar Berau, Kalimantan Timur (Situmorang &
Burhan, 1995) dan lokasi pengukuran stratigrafi rinci (Rachmansjah
drr., 2003).
sedimentologi formasi ini (Maryanto drr., 2005). Lintasan Lati berlokasi sekitar 20
km sebelah timurlaut Tanjungredeb, tebal stratigrafi terukur
mencapai 280 meter, terbagi menjadi empat segmen stratigrafi dan mewakili seluruh
bagian formasi Runtunan batuan diawali dengan hadirnya batulumpur gampingan
dengan sisipan batupasir dan batupasir gampingan, yang mewakili fasies delta
bawah. Di bagian tengah runtunan, batuan berkembang menjadi perlapisan batupasir
dan batupasir gampingan dengan sisipan batulumpur, yang mewakili fasies delta
depan. Fasies delta depan ini tidak terlalu tebal dan segera berganti menjadi fasies
dataran delta yang merupakan bagian atas formasi. Bagian atas runtunan stratigrafi,
yang mewakili fasies dataran delta terdiri atas batulumpur dan batulempung dengan
sisipan batupasir yang kadang-kadang masih bersifat gampingan, serpih batubaraan
dan batubara. Lintasan Binungan berlokasi sekitar 30 km sebelah baratdaya
Tanjungredeb, tebal stratigrafi terukur mencapai 300 meter, dan terbagi menjadi lima
segmen stratigrafi dan mewakili seluruh bagian formasi.
lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karst yang
mencerminkan adanya batugamping. Di antara topografi karst pada lereng barat
terdapat perbukitan yang dibentuk oleh batuan pada zaman Pra-Tersier. Pegunungan
ini dibatasi oleh dataran Pangkajene – Maros yang luas, dan sebagian merupakan
lanjutan di dataran sekitarnya.
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan
puncaknya rata–rata setinggi 700 meter dari permukaan air laut, sedangkan yang
tertinggi adalah 787 meter dimana sebagian besar pegunungan ini tersusun dari
batuan gunungapi. Di bagian selatannya selebar 20 kilometer dan lebih tinggi, tetapi
ke utara menyempit dan merendah dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara
lembah Walanae dan dataran Bone. Pada bagian utara pegunungan ini mempunyai
topografi karst yang permukaanya sebagian berkerucut. Batasnya pada
bagian timurlaut adalah dataran Bone yang luas dan menempati hampir sepertiga
bagian timur.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5 – 63,0 juta tahun yang lalu) dan
diendapkan dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur
Kapur Atas. Batuan sedimen formasi Mallawa yang sebagian besar dicirikan oleh
endapan darat dengan sisipanbatubara, menindih tak selaras batuan gunungapi
Paleosen dan batuan flysch Kapur Atas. Di atasformasi Malawa ini secara berangsur
beralih ke endapan karbonat formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus dari
Eosen Bawah sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal formasi Tonasa lebih
kurang 3000 meter, dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen
Tengah di barat. Sedimen klastik formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai
Oligosen bersisipan batugamping dan mengalasi batuan gunungapi
Kalamiseng Miosen Awal di timur.
Sebagian besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur,
mempunyai batuan gunungapi. Di pegunungan yang timur, batuan itu diduga
berumur Miosen Bawah bagian atas yang membentuk batuan Gunungapi
Kalamiseng. Dilereng timur bagian utara pegunungan yang barat , terdapat batuan
Gunungapi Soppeng yang juga diduga berumur Miosen Bawah. Batuan sedimen
berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Bawah berselingan dengan batuan
gunungapi yang berumur antara 8,93 sampai 9,29 juta tahun yang lalu. Secara
bersamaan batuan ini menyusun formasi Camba yang tebalnya sekitar 5000 meter.
Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari formasi Camba ini yang
menindih tak selaras dengan formasi Tonasa.
Selama Miosen Atas sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi lembah
Walanae diendapkan sedimen klastik formasi Walanae. Batuan ini tebalnya sekitar
4500 meter, dengan bioherm batugamping koral tumbuh di beberapa tempat
(Batugamping Anggota Tacipi). Formasi Walanae berhubungan menjari dengan
bagian atas formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Atas sampai
Pliosen Bawah merupakan sumber bahan bagi formasi Walanae. Kegiatan gunungapi
yang masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan batuan
gunungapi Parepare (4,25 – 4,95 juta tahun) dan Baturape-Cindako, juga merupakan
sumber bagi formasai itu.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah ini semuanya berkaitan erat
dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil dan retas bersusun
beraneka ragam dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit yang berumur
berkisar dari 8,3 – 19, 2 juta tahun yang lalu.
Setelah Pliosen Atas, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah
ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene dan
di beberapa tempat ditepi sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan
Holosen yang luas berupa aluvium terdapat di sekitar danau Tempe, di dataran
Pangkajene-Maros dan di bagian utara dataran Bone.
oleh batugamping Temt, dan menindih tak selaras batuan sedimen Kb, dan batuan
gunungapi Tpv.
3. Formasi Tonasa
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
STASIUN
DARI KE SLOPE () JARAK (M) DIP
1 2 20 50 70
12 45 71
15 60 68
23 60 68
30 52 72
28 62 64
2 3 15 32 60
37 68 60
32 80 59
27 56 54
34 72 55
5 72 53
22 61 51
3 4 18 70 50
24 56 45
27 67 45
34 62 43
40 48 40
40 72 34
45 64 37
42 60 37
4 5 39 40 35
35 39 32
25 35 32
20 30 30
18 15 27
8 70 25
3 97 25
-1 60 25
5 6 -5 60 27
-10 30 24
-12 37 20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1,98 x 100
= 3,96 cm
50
2. Diketahui . Slope = 15o
Jarak = 1,5 m
Dip = 89o
Skala 1 : 50
Dip tidak searah dengan slope
Ditanya. Ketebalan (t) =………….?
Penyelesaian : t = Sin {180-(Slope + Dip)} x Jarak
= Sin {180-(15 + 89)} x 1,5 m
= Sin (180-104) x 1,5 m
= Sin 76 x 1,5 m
= 1,455 m
1,455 x 100
= 2,91 cm
50
1,097 x 100
= 2,19 cm
50
0,642 x 100
= 1,2 cm
50
0,945 x 100
= 1,89 cm
50
1,5 x 100
= 3 cm
50
1,312 x 100
= 2,624 cm
50
1,032 x 100
= 3,225 cm
50
1,221 x 100
= 2,442 cm
50
1,599 x 100
= 3,198cm
50
1,649 x 100
= 3,298 cm
50
0,913 x 100
= 1,826 cm
50
0,833 x 100
= 1,666 cm
50
0,777 x 100
= 1,554 cm
50
0,669 x 100
= 1,338cm
50
6,3717 x 100
= 6,3717cm
1.000
60,388 x 100
= 6,0388cm
1.000
47,232 x 100
= 4,7232 cm
1.000
69,192 x 100
= 6,9192 cm
1.000
63,36, x 100
= 6,336 cm
1.000
58,86 x 100
= 5,886cm
1.000
38,44 x 100
= 3,844cm
1.000
= Sin {180 - ( 35 + 32 )} x 40 m
= Sin (180-67) x 40 m
= Sin 133 x 40m
= 28,509m
Tebal (t)x 100
Cara Pengambaran (CP) =
Skala pada peta
28,509 x 100
= 2,8508cm
1.000
29,33 x 100
= 2,933cm
1.000
22,98 x 100
= 2,298 cm
1.000
10,605 x 100
= 1,0605 cm
1.000
38,08 x 100
= 3,808cm
1.000
45,493 x 100
= 4,5493 cm
1.000
24,36 x 100
= 2,436cm
1.000
22,44 x 100
= 2,244m
1.000
7,23 x 100
= 0,723 cm
1.000
5,143 x 100
= 0,5143m
1.000
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA