Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang sangat besar dengan jumlah


125,28 miliar ton dan cadangan yang dapat ditambang sebesar 32,36 miliar ton.
Selama 10 tahun terakhir (2005-2014) produksi batubara Indonesia terus meningkat
rata - rata 4% setiap tahunnya, sebagai upaya memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor. Berdasarkan data Dirjen Minerba 2015, produksi batubara selama
tahun 2014 berjumlah 458 juta ton, dari jumlah tersebut 382 juta ton diekspor dan 76
juta ton dikonsumsi di dalam negeri. Konsumen terbesar batubara di dalam negeri
adalah PLN untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 46,15 juta ton
(64,00%) (Haryadi dan Suseno, 2015).
Umumnya untuk mengetahui komposisi mineral-mineral yang terkandung
pada contoh batubara menggunakan bantuan sinar X, alat X - Ray Diffraction
Sebanyak lima contoh batubara yang berasal dari lapangan yang telah dianalisis.
Sebelum dianalisis, dari contoh tersebut dipreparasi melalui tahapan crushing
(peremukan), grinding (penggerusan), dan sieving (pengayakan) hingga mencapai
ukuran butir 200 mesh. Jenis alat yang digunakan dalam analisis ini adalah XRD-700
Shimadzu.
Hasil analisis XRD maupun Petrografi batubara menunjukkan adanya mineral
- mineral sulfida sebagai salah satu faktor penyebab atau pemicu sifat asam yang
terkandung dalam setiap sampel. Pada lapisan floor terdapat mineral Pyrite (FeS2)
dan Spalerite (ZnS), sedangkan pada lapisan roof terdapat mineral Pyrite (FeS2)
dan Chalcopyrite (CuFeS2). Sehingga berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
bahwa batuan pengapit lapisan floor maupun lapisan roof dapat dikategorikan
sebagai batuan PAF (Kasmiani, dkk 2018).
Prinsip kerjanya dimana komponen utama XRD yaitu terdiri dari tabung
katoda (tempat terbentuknya sinar-X), sampel holder dan detektor. Pada XRD yang
berada di lab ini menggunakan sumber Co dengan komponen lain berupa cooler
yang digunakan untuk mendinginkan, karena ketika proses pembentukan sinar-X
dikeluarkan energi yang tinggi dan menghasilkan panas. Kemudian seperangkat
komputer dan CPU. XRD memberikan data-data difraksi dan kuantisasi intensitas
1
difraksi pada sudutsudut dari suatu bahan. Data yang diperoleh dari XRD berupa
intensitas difraksi sinar-X yang terdifraksi dan sudut- sudut 2θ. Tiap pola yang
muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi
tertentu (Widyawati, 2012).
Berdasarkan hasil uji mineralogi pada conto batubara, pengujian XRD
terhadap kelima conto batubara tersebut terdapat kesamaan kandungan mineral pada
semua conto yaitu quartz, kaolinite dan pyrite. Keterdapatan quartz pada conto
batubara dikarenakan mineral ini adalah mineral paling mendominasi pada bagian
kerak bumi. Pengujian conto batubara dengan instrumen XRD terdeteksi adanya
mineral sulfida berupa pyrite. Setelah melalui analisis alat XRD-700 Shimadzu
hasilnya selanjutnya diolah menggunakan software khusus yang bernama Match (Sri
Widodo, dkk 2019).
Maka dari itu penulis melakukan penelitian batubara di Kabupaten Barru,
tepatnya di Desa Patappa, Kecamatan Pujananting memiliki beberapa singkapan
yang perlu untuk dilakukan studi mengenai analisis XRD pada batubaranya guna
memanfaatkan potensi batubara di Indonesia, khususnya batubara di Kabupaten
Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, pengujian batubara perlu
dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai geokimia anorganik batubara di
daerah penelitian tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :


1. Bagaimana hasil dari geokimia anorganik batubara dengan pengujian XRD di
Desa Patappa Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru?
2. Bagaimana perbandingan konsentrasi mineral di setiap channel pada batubara di
Desa Patappa Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru ?

TSS terdiri dari lumpur dan pasir


halus serta
jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh
2
kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke
badan air (Effendi, 2003).
TSS terdiri dari lumpur dan pasir
halus serta
jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke
badan air (Effendi, 2003).
TSS terdiri dari lumpur dan pasir
halus serta
jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke
badan air (Effendi,
1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk menentukan komposisi geokimia


anorganik batubara di Desa Salopuru Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru.
sedangkan Tujuan dari penelitian ini yaitu :

3
1. Mengetahui hasil dari geokimia anorganik batubara dengan pengujian XRD di
Desa Patappa Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru.
2. Mengetahui perbandingan konsentrasi mineral di setiap channel batubara di Desa
Patappa Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yakni pada hasil komposisi geokimia
anorganik batubara di Desa Patappa Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru
dengan metode XRD (X- Ray Diffraction).

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh atau diambil dari hasil penelitian ini
yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi khususnya untuk
mengetahui kandungan senyawa kimia batubara di Desa Patappa Kecamatan
Pujananting Kabupaten Barru.
2. Hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan untuk membuat rekasaya batubara yang
lebih berkualitas.

1.6. Alat dan Bahan

1.6.1 Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah:
1. Alat tulis menulis;
2. Kamera handphone;
3. Laptop;
4. Sepatu Lapangan;
5. Palu Geologi;
6. Kompas Geologi;
7. GPS (Global Positioning System).

1.6.2 Bahan
` Bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung yaitu:
1. HCl;

4
2. Kertas;
3. Kantong Sampel.

1.7 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi penelitian berada di Desa Patappa Kecamatan Pujananting Kabupaten


Barru terletak pada koordinat 119o43’ 45,8’’ LS dan 4o 37’ 45’’ BT. Daerah
penelitian ditempuh dari Kota Makassar kurang lebih selama 2 jam 30 menit dengan
jarak 92 km.

5
6

Anda mungkin juga menyukai