PENDAHULUAN
Batubara adalah suatu batuan sedimen organik berasal dari penguraian sisa
berbagai tumbuhan yang merupakan campuran yang heterogen antara senyawa
organik dan zat anorganik yang menyatu di bawah beban strata yang menghimpitnya
(Muchjidin, 2006).
Lapisan batuan pengapit baik lapisan yang berada diatas batubara (roof)
maupun lapisan yang berada di bawahnya (floor) harus disingkirkan
kemudian ditimbun ditempat penimbunan (disposal area) atau langsung digunakan
untuk penutupan kembali area bekas tambang. Kedua material tersebut dapat
mengandung mineral yang mengandung sulfur, terutama besi sulfida (FeS) sebagai
pirit, sehingga ketika terpapar udara dan air akan menghasilkan air yang bersifat
asam dari asam sulfat sebagai hasil reaksi oksidasi senyawa sulfida yang dibantu
oleh aktifitas mikroba (Gautama, 2014).
Batubara merupakan bahan bakar fosil dengan harga yang kompetitif dan
lebih murah jika dibandingkan bahan bakar minyak dan bahan bakar gas (Tekmira
ESDM, 2006 dalam Nugrainy, 2015). Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang
sangat besar dengan jumlah 125,28 miliar ton dan cadangan yang dapat ditambang
sebesar 32,36 miliar ton. Selama 10 tahun terakhir (2005-2014) produksi batubara
Indonesia terus meningkat ratarata 4% setiap tahunnya, sebagai upaya memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Berdasarkan data Dirjen Minerba 2015,
produksi batubara selama tahun 2014 berjumlah 458 juta ton, dari jumlah tersebut
382 juta ton diekspor dan 76 juta ton dikonsumsi di dalam negeri. Konsumen
terbesar batubara di dalam negeri adalah PLN untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) sebesar 46,15 juta ton (64,00%) (Haryadi dan Suseno, 2015).
Batubara juga merupakan bahan galian strategis dan menempati posisi yang
sangat penting dalam pembangunan nasional. Seiring dengan meningkatnya harga
minyak dan gas bumi, maka posisi batubara sebagai bahan bakar alternatif
diharapkan dapat mengantisipasi krisis energi dengan meningkatkan pemanfaatannya
untuk keperluan domestik, sebagai bahan bakar pada pembangkit tenaga listrik,
industry maupun untuk kepentingan eksport. Untuk itu diperlukan batubara yang
1
berkualitas. Batubara yang berkualitas, diketahui dari beberapa variabel yaitu rank
dan grade (Artininsih, 2015). Batubara yang memiliki rank yang tinggi belum tentu
layak untuk dimanfaatkan tampa mempertimbangkan variabel grade, sehingga butuh
penelitian lebih lanjut mengenai kualitas batubara baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Hasil analisis X-RD batubara dapat dijadikan asumsi untuk
menentukan grade batubara, sehingga batubara dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kualitasnya.
3
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh atau diambil dari hasil penelitian ini
yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi khususnya untuk
mengetahui kandungan senyawa kimia batubara di Desa Patappa Kecamatan
Pujananting Kabupaten Barru.
2. Hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan untuk membuat rekasaya batubara yang
lebih berkualitas.
1.6. Alat dan Bahan
1.6.1 Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah:
1. Alat tulis menulis;
2. Kamera handphone;
3. Laptop;
4. Sepatu Lapangan;
5. Palu Geologi;
6. Kompas Geologi;
7. GPS.
1.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung yaitu:
1. HCl;
2. Kertas;
3. Kantong Sampel.
4
penelitian ditempuh dari Kota Makassar kurang lebih selama 2 jam 30 menit dengan
jarak 92 km.
5
6