UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN
OLEH:
SITTA ZEALISA QUR’ANY
D061191088
GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
berdampak pada proses alterasi dan mineralisasi. Proses ini melibatkan air meteorik
dan air magmatik yang bercampur menjadi fluida hidrotermal, kemudian mulai
terubah. Proses ini disebut dengan alterasi hidrotermal dan daerah tempat pengaruh
interaksi larutan tersebut dengan batuan samping atau wall rock disebut dengan wall
rock alteration yang pada umumnya akan membentuk zona kumpulan mineral-
mineral tertentu yang terbentuk dari hasil ubahan akibat larutan hidrotermal.
Salah satu bukti adanya alterasi hidrotermal adalah kehadiran urat yang
memiliki kadar mineral logam dan juga adanya ubahan pada batuan samping. Urat
merupakan daerah tempat mineralisasi bijih terjadi dan membentuk tubuh yang
urat terbentuk pada zona-zona patahan atau mengisi rongga-rongga pada batuan
atau daerah rekahan. Batuan yang telah terlaterasi tentunya akan membentuk suatu
tekstur khusus, dimana dari tekstur khusus tersebut dapat menunjukkan proses atau
jenis endapannya. Selain itu, studi tentang alterasi juga dapat dikembangkan
melalui sayatan tipis dan poles untuk mengetahui mineral ubahan dan mineral biji
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui dan
menentukan mineral alterasi dan mineral bijih pada analisis petrografi dan
sayatan poles.
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum yaitu antara lain:
3) Mikroskop polarisasi
6) Buku referensi
8) Pensil warna
BAB II
METODOLOGI
secara langsung dengan jumlah 2 sampel yaitu 1 sampel sayatan tipis dan 1 sampel
tahapan praktikum, tahapan analisis data, dan diakhiri dengan tahapan penyusunan
laporan.
Tahapan ini meliputi persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum berupa sampel sayatan tipis dan sampel sayatan poles, pemberian tugas
pendahuluan, dan studi literatur yang bertujuan agar praktikan memahami materi
Pada tahapan ini, praktikan terlebih dahulu diberikan respon berupa soal-soal
mengenai materi dari acara yang akan dipraktikumkan dengan batas waktu tertentu.
sampel melalui mikroskop dengan mengisi data-data pada lembar kerja praktikum
berupa nomor sayatan atau nomor contoh, lokasi sampel tersebut diambil, nama
batuan, gambar manual sampel tersebut, tipe batuan, tipe struktur, megaskopis,
akan mengolah data dari hasil deskripsi yang kemudian digunakan untuk
menentukan mineral alterasi atau mineral bijih pada masing-masing 1 DMP yang
analisis data ini, praktikan dibentuk dalam satu kelompok yang nantinya akan
praktikum berdasarkan data-data yang ada serta didukung oleh referensi yang
terpecaya seperti buku, jurnal, dan semacamnya yang kemudian akan diperiksa oleh
Jenis batuannya yaitu batuan beku, memiliki warna segar abu-abu, warna
lapuk kekuningan, dan struktur masif. Tidak dijumpai adanya mineral primer dan
tekstur batuan asal. Terdapat tekstur yang terbentuk akibat proses alterasi
hidrotermal yaitu vuggy texture dan disseminated texture. Mineral alterasi yang
dijumpai berupa alunit dengan warna kekuningan dan serisit yang berwarna putih.
karena kandungan Fe yang meningkat, memiliki kekerasan 3,5-4 skala Mohs, berat
jenisnya berkisar 3,9-4,1 gram, dan dijumpai dalam bentuk massive. Terdapat pula
kekerasan 6-6,5 skala Mohs, berat jenis berkisar 5-5,2 gram, dan dijumpai dalam
tekstur disseminated.
3.2 Petrografi
mineral alterasi dan mineral primer antara lain berupa warna mineral pada nikol
sejajar dan nikol silang, relief, intensitas, pleokroisme, belahan, dan pecahan.
Adapun DMP pada sampel sayatan tipis yang diamati yaitu 10 DMP.
A. DMP 1
Al Al
Ser Ser
Feld
Feld
a b
Gambar 3.2 DMP 1 a) Kenampakan nikol silang b) Kenampakan nikol sejajar (Al: alunit,
Ser: serisit, Feld: feldspar)
Pada kenampakan nikol silang sampel ini memiliki campuran warna abu-abu,
jingga kecoklatan, serta hitam dan pada kenampakan nikol sejajar memiliki warna
putih kekuningan serta beberapa bagian berwarna hitam. Terdiri dari mineral
primer, mineral alterasi, dan opak. Adapun mineral primer maupun mineral alterasi
1. Alunit
yang sedang juga. Tidak memiliki belahan dan tidak dijumpai adanya
pecahan.
2. Serisit
Memiliki relief yang sedang dengan intensitas yang rendah. Tidak memiliki
3. Feldspar
Levy karena mempunyai nilai rentang warna pada 0,008 mm dan warna
absorbsi tidak berwarna. Memiliki relief yang rendah dengan intensitas yang
4. Opak
B. DMP 2
Feld Feld
Al Al
Ser Ser
a b
Gambar 3.3 DMP 2 a) Kenampakan nikol silang b) Kenampakan nikol sejajar (Al: alunit,
Ser: serisit, Feld: feldspar)
Pada kenampakan nikol silang sampel ini memiliki campuran warna abu-abu,
jingga kecoklatan, serta hitam dan pada kenampakan nikol sejajar memiliki warna
putih kekuningan serta beberapa bagian berwarna hitam. Terdiri dari mineral
primer, mineral alterasi, dan opak. Adapun mineral primer maupun mineral alterasi
1. Alunit
dan warna absorbsi abu-abu. Memiliki relief yang sedang dengan intensitas
yang sedang juga. Tidak memiliki belahan dan tidak dijumpai adanya
pecahan.
2. Serisit
Memiliki relief yang sedang dengan intensitas yang rendah. Tidak memiliki
3. Feldspar
Levy karena mempunyai nilai rentang warna pada 0,008 mm dan warna
absorbsi tidak berwarna. Memiliki relief yang rendah dengan intensitas yang
4. Opak
Al Al
a b
Gambar 3.4 DMP 1 a) Kenampakan nikol silang b) Kenampakan nikol sejajar (Al: alunit,
Ser: serisit, Feld: feldspar)
Pada kenampakan nikol silang sampel ini memiliki campuran warna abu-abu,
jingga kecoklatan, serta hitam dan pada kenampakan nikol sejajar memiliki warna
putih kekuningan serta beberapa bagian berwarna hitam. Terdiri dari mineral
primer, mineral alterasi, dan opak. Adapun mineral primer maupun mineral alterasi
1. Alunit
dan warna absorbsi abu-abu. Memiliki relief yang sedang dengan intensitas
yang sedang juga. Tidak memiliki belahan dan tidak dijumpai adanya
pecahan.
2. Serisit
Memiliki relief yang sedang dengan intensitas yang rendah. Tidak memiliki
Levy karena mempunyai nilai rentang warna pada 0,008 mm dan warna
absorbsi tidak berwarna. Memiliki relief yang rendah dengan intensitas yang
4. Opak
Penentuan batuan asal didasarkan oleh mineral primer yang diamati melalui
ZL01 yang dijumpai adanya mineral primer berupa feldspar dan selebihnya tidak
terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder berupa serisit dan alunit.
Komposisi mineral alterasi pada sampel ZL01 adalah lebih dari setengah komposisi
mineral primer. Keadaan sampel batuan tersebut yang telah teralterasi kuat
berupa alunit dan serisit pada pengamatan petrografi, maka dapat ditentukan
Sedang-Kuat
berupa alunit dan serisit pada pengamatan megaskopis dan analisis petrografi serta
termasuk dalam zona serisitik overprinting argilik lanjut. Himpunan mineral yang
dijumpai pada sampel ZL01 termasuk dalam zona serisitik karena hadirnya mineral
serisit dalam jumlah yang banyak. Suhu pembentukan tipe alterasi ini adalah 230-
400o C, salinitas beragam, pH asam-netral, dan merupakan zona yang tembus air
pada batas urat. Kemudian berdasarkan kehadiran mineral alunit maka dapat
ditentukan bahwa sampel ZL01 juga mengalami alterasi argilik lanjut. Tipe alterasi
ini terjadi seiring menurunnya temperatur pada 180 oC dan pH yang semakin asam.
Gambar 3.5 Diagram hubungan antara suhu–pH dan jenis alterasi serta himpunan mineral-
mineral pencirinya (Corbett & Leach, 1996)
Menurut klasifikasi (Corbett & Leach, 1996) dalam penentuan suhu dan pH,
jenis alterasi dengan himpunan mineral pencirinya, maka sampel ZL01 termasuk
dalam kelompok phillik dengan interpretasi temperatur sedang, dan Ph normal yang
dicirikan oleh hadirnya mineral serisit dan pirit. Sedangkan munculnya alunit
sampel ZL01 memiliki kestabilan suhu yang sama, mineral pirit stabil pada suhu
1000C-3000C dan mineral alunit stabil pada suhu 100 0C-3000C, sehingga kisaran
temperatur pembentukan tipe alterasi ini berada pada kisaran suhu 100 0C-3000C
petrografi dimana mineral sekunder berupa serisit dan alunit memiliki intensitas
atau jumlah yang lebih dari setengah komposisi mineral pada sampel ZL01
dibandingkan mineral primer. Maka dapat ditentukan bahwa sampel ZL01 telah
3.4 Mineragrafi
Kalkopirit Sfalerit
Pirit
pirit, kalkopirit, dan sfalerit. Pirit dapat dijumpai dengan warna putih kekuningan,
tidak memiliki bias ganda, memiliki belahan yang buruk (001), dan isotropik lemah.
pleokorisme, dan bersifat isotropik. Kalkopirit umum dijumpai bersama pirit dalam
dengan warna abu-abu ketika berada di sayatan poles, umumnya dijumpai dengan
reflektif, tidak memiliki bias ganda, memiliki belahan yang sempurna (011), dan
bersifat isotropik.
Tabel 3.4 Mineral bijih yang teridentifikasi dari hasil pengamatan mineragrafi (Py: pirit,
Cpy: kalkopirit, Sfa: sfalerit, Gal: galena, Ars: arsenopirit, Tet: tetrahidrit, Kov:
kovelit, Kal; kalkosit)
Mineral
3.4.1 Paragenesa
Cpy Sfa Py
Sfa
Py
Py Py
Py
Py
a b
Py Cpy Sfa
Py
Py
Py
Py
c d
Gambar 3.8 Pengamatan mikroskop pada paralel nikol a) Adanya pertumbuhan bersama
atau intergrowth antara pirit dan kalkopirit b) Pirit hadir mengisi rekahan c)
Pirit hadir mengisi rekahan d) Adanya pertumbuhan bersama atau intergrowth
antara pirit dan kalkopirit dan tekstur khusus sfalerit berupa chalcopyrite
disease (Py: pirit, Cpy: kalkopirit, Sfa: sfalerit)
Cpy
Py
Py
Py
Py
Py
Py
a b
Py
Py
Sfa
Py
Py Py
Py
c d
Gambar 3.9 Pengamatan mikroskop pada paralel nikol (a) Pirit hadir mengisi rekahan (b)
Adanya pertumbuhan bersama atau intergrowth antara pirit dan kalkopirit (c)
Pirit hadir mengisi rekahan (d) Pirit hadir mengisi rekahan Py: pirit, Cpy:
kalkopirit, Sfa: sfalerit).
adanya tekstur khusus pada mineral pirit, kalkopirit, dan sfalerit yaitu tekstur
pengisian (cavity filling) pada gambar 3.8 (b), (c), gambar 3.9 (a), (c), dan (d),
tekstur pertumbuhan bersama (intergrowth) pada gambar 3.8 (a), (d), dan gambar
3.9 (b), dan tekstur chalcopyrite disease pada gambar 3.8 (d).
Tekstur pengisian (cavity filling) teramati pada mineral pirit yang hadir
mineragrafi. Tekstur pengisian terjadi akibat adanya mineral lain yang mengisi pori
yang tinggi serta pengaruh dari jenis mineral yang menyebabkan terjadinya
beraturan hadir pada sebagian pirit dan kalkopirit. Hal ini menunjukkan suatu
mikrometer pada mineral sfalerit. Tekstur ini terbentuk sebagi hasil penggantian
sfalerit yang mengandung Fe asli dengan agregat kalkopirit dan sfalerit rendah Fe
Pirit
Sfalerit
Kalkopirit
individu kristal dan sifat kontak antar butiran yang berdampingan) maka dapat
diurutkan pembentukan mineral bijih. Mineral bijih yang hadir dari analisis
mineragrafi adalah pirit, kalkopirit, dan sfalerit. Urutan pembentukan mineral bijih
pirit yang hadir mengisi rekahan pada batuan sebagai tahap 1. Kehadiran pirit secara
umum dalam bentuk menyebar (disseminate). Kemudian terbentuk pirit yang pada
umumnya tersebar dan menunjukkan kehadiran kalkopirit relatif tidak lama setelah
Tabel 3.6 Paragenesa mineral bijih, gangue, dan alterasi yang terbentuk pada tiap tahap
mineralisasi di daerah penelitian
Tahap Mineralisasi
Mineral ……………………………………………………………...
300OC 250OC 200OC
Bijih/Alterasi/
Awal Tengah Akhir
Gangue
Qz-base metal
Mineral Bijih
Pirit
Sfalerit
Kalkopirit
Alterasi/Gangue
Feldspar
Serisit
Alunit
3.5 Genesa
batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol berupa struktur
berupa sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan
sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi
magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal
fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi
dengan fluida magama asam panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona
alterasi (ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au, Cu, dan Ag. Sistem bijih
yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai
hasil diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat denga tipe endapan porfiri dan
dimana terdapat fluks larutan magmatik dan vapor yang mengandung H2O, CO2,
HCl, H2S, dan SO2 dengan variabel input dari air meteorik lokal. Pada sistem
epitermal sulfida tinggi, sulfida terbentuk dalam sistem hidrotermal magmatik yang
asosiasi mineral ubahan seperti pirofilit, alunit, serta mineral bijih berupa pirit,
enargit, dan luzonit. Sistem ini didominasi oleh SO2 yang menunjukkan kondisi
Tabel 3.7 Karakteristik lapangan untuk membedakan tipe endapan epitermal (Corbett &
Leach, 1996)
Menurut klasifikasi (Corbett & Leach, 1996) dalam penentuan jenis endapan
epitermal dipengaruhi oleh beberapa parameter yang tertera pada tabel. Pada
sampel ZL01 dijumpai adanya mineral alterasi serisit beserta alunit serta tekstur
khusus yaitu vuggy. Mineral altersi tersebut dibentuk oleh adanya reaksi antara
larutan panas yang berasal dari magma dengan air meteorik yang kemudian
membentuk larutan bersifat sangat asam dan dalam kondisi oksidasi. Pada suhu
yang lebih tinggi dengan pH larutan mendekati netral terbentuk mineral ubahan
serisit. Asam sulfur ini merupakan larutan yang sangat aktif dan akan menyebabkan
terjadinya leaching atau pencucian pada batuan samping dan menghasilkan alterasi
argilik lanjut (advanced argillic) ditandai oleh kehadiran mineral alunit. Suhu dari
larutan berkisar antara 200–300°C. Adapun mineralisasi yang dijumpai antara lain
piri, kalkopirit, dan sfalerit, dimana pirit dijumpai tersebar dalam tekstur
4.1 Kesimpulan
1) Mineral alterasi yang dijumpai pada pengamatan thin section yaitu serisit dan
alunit. Selain itu terdapat mineral primer yaitu feldspar, sehingga jenis
yang dominan.
pengisian oleh pirit dan sfalerit, intergrowth antara pirit dan kalkopirit, dan
3) Paragenesa mineral bijih terbagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama
diawali dengan pembentukan mineral pirit dan sfalerit, serta terjadi pengisian
rekahan oleh pirit, kemudian pada tahap kedua mineral hadirnya mineral
kalkopirit.
4.2 Saran
laboratorium.
2) Praktikan dapat diajari lebih banyak lagi mengenai paragenesa mineral bijih.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, R. L., Dkk. 2010. Atlas of Alteration A Field and Petrographic Guide to
Hydrothermal Alteration Minerals. Geological Association of Canada
Mineral Deposits Division: Canada.
Bonewitz, Ronald Louis. 2012. Nature Guide Rocks and Mineral. Dorling
Kindersley: London.
Corbett, G.J., & T.M. Leach. 1998. Southwest Pacific Gold-Copper Systems:
Structure, Alteration, and Mineralization. Special Publication 6 Edition:
Society of Economic Geologists.
Guilbert, J.M. and Park, C. F.1986. The Geology of Ore Deposits. W. H. Freeman
and Company: New York.
Marshal, Dan, Dkk. 2004. Ore Mineral Atlas. Geological Association of Canada
Mineral Deposits Division: Canada.
Nugraha, Fuad Ivan. 2017. Album Mineral Optik. Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta: Yogyakarta.