Anda di halaman 1dari 2

Nama : Akbar Saepudin

NIM : 11190980000021

Lithium Dan Geothermal

Posisi Indonesia dalam wilayah tumbukan lempeng tektonik dan garis khatulistiwa
membuat negara ini memiliki cadangan energi yang besar. Indonesia memiliki cadangan energi
fosil seperti minyak, gas dan batu bara dan cadang energi nonfosil seperti energi geotermal, air,
angin, dan matahari. Penggunaan energi fosil bersifat merusak lingkungan dan cadangannya
yang terus menipis. Maka ketergantungan terhadap energi fosil harus dikurangi dengan
menggantinya dengan energi terbarukan dengan cadangan yang berlimpah, salah satunya
geotermal.

Sumber daya geotermal adalah suber energi panas yang terkandung di dalam air panas,
uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak
dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik atau pemanfaatan
langsung lainnya. Penyebaran sumber energi geotermal ini hampir merata, bisa ditemukan lebih
dari 300 titik dari Sabang sampai Merauke.

Panas bumi mengandung berbagai macam mineral dalam kadar yang bervariasi. Mineral
yang terkandung dalam panas bumi antara lain: silika, seng, strotium, rubidium, lithium,
potasium, magnesium, timah hitam, mangan, tembaga, boron, perak, tungsten, emas, secium, dan
barium. Pemanfaatan mineral ikutan yang terkandung dalam panas bumi ini dapat dilakukan
secara komersial oleh pemegang IUP atau pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Lithium menjadi salah satu mineral ikutan pada eksploitasi panas bumi. Lithium sendiri
memiliki nilai komersial yang besar, pemanfaatan litium semakin membara di abad ke-21.
Menurut Bank Dunia, kebutuhan akan litium akan meningkat lima kali lipat guna memenuhi
target iklim di tahun 2050. Hal ini disebabkan penggunaannya yang cukup beragam. Bukan
hanya dimanfaatkan untuk baterai pada ponsel pintar dan komputer, litium juga dipakai sebagai
bahan baku baterai pada mobil listrik. Terlebih, Internatonal Energy Agency menyebutkan ada
245 juta mobil listrik yang ditargetkan untuk diproduksi pada tahun 2030. 
Menurut analisis ahli dari Perusahaan Vulcan Energy Resources, metode konvensional
melalui penambangan batuan keras mengekstraksi mineral litium dari tambang terbuka untuk
dipanaskan dengan bahan bakar fosil. Metode ini meninggalkan kerusakan cukup parah pada
permukaan tanah. Belum lagi penggunaan air yang berlebih untuk proses ekstrasi litiumnya. 
Lebih lanjut, metode penambangan batuan keras juga melepaskan total 15 ton karbon dioksida
(CO2) untuk setiap ton litium yang diproduksi. 

Sementara itu, metode konvensional lainnya yakni metode ekstraksi litium dari reservoir
bawah tanah. Metode eksploitasi ini memerlukan air yang lebih banyak untuk proses ekstrasi
litiumnya dibandingkan metode penambangan batuan keras. Sehingga sulit untuk dilakukan
terutama di belahan bumi yang mengalami kelangkaan air. 

Di Amerika Serikat dan Jerman sendiri, diberlakukan metode ekstraksi litium dari
perairan geothermal. Metode ekstraksi ini disinyalir menjadi solusi penambangan yang ramah
lingkungan karena meninggalkan jejak kerusakan yang kecil. Ekstraksi litium dari perairan panas
bumi juga memperkecil risiko pencemaran udara karena melepaskan emisi karbon dalam jumlah
minimal. Metode ini lebih menjanjikan untuk mewujudkan permintaan litium yang melonjak di
waktu mendatang. 

Di Indonesia sendiri, saat ini pemanfaatan energi panas bumi hanya sebatas sebagai
pembangkit listrik, tanpa adanya pemanfaatan lain dari mineral-mineral yang ikut terbawa pada
saat eksploitasinya, salah satunya Lithium. Hal ini tentunya menjadi suatu kerugian karena
manfaatnya yang begitu besar sebagai baterai untuk kendaraan listrik yang kedepannya akan
perlahan menggusur eksistensi kendaraan dengan bahan bakan minyak. Baterai Lithium memiliki
proses produksi menggunakan metode sederhana untuk sintesis material aktifnya. Serta dapat
didaur ulang sehingga lebih ramah lingkungan dan menekan biaya produksi. Selain itu, baterai
Lithium juga memiliki performa yang baik karena densitas energi lebih tinggi dari baterai
lainnya, aman, dan umur pakai panjang. Oleh karena itulah, baterai Lithium sangat andal untuk
dipakai dalam sistem penyimpanan energi dan kendaraan listrik.

Anda mungkin juga menyukai