Anda di halaman 1dari 7

Sumber Energi Tidak Terbarukan

1. Bahan bakar fosil

Bahan bakar fosil yang berasal dari bahan organik yang telah terperangkap antara lapisan sedimen dalam
bumi selama jutaan tahun. Bahan organik, biasanya tanaman yang telah membusuk dan dikompresi dari
waktu ke waktu, meninggalkan apa yang dikenal sebagai timbunan bahan bakar fosil. Timbunan ini, dan
bahan yang dihasilkan dari mereka, cenderung sangat mudah terbakar, membuat mereka sumber energi
yang ideal. Mereka sulit untuk mendapatkannya karena mereka biasanya diambil melalui pengeboran
atau pertambangan, namun jumlah bahan bakar fosil yang dihasilkan sepadan dengan usaha yang
dikeluarkan dengan energi yang mereka hasilkan.

2. Gas alam

Gas alam berkumpul di bawah kerak bumi dan, seperti minyak mentah, harus dibor untuk dan dipompa
keluar. Metana dan etana adalah jenis yang paling umum dari gas yang diperoleh melalui proses ini. Gas
ini yang paling sering digunakan dalam pemanasan rumah serta oven gas dan pemanggang.Rusia, Iran,
dan Qatar adalah negara-negara dengan mencatat cadangan gas alam terbesar.

3. Batu bara

Batubara adalah yang terakhir dari bahan bakar fosil utama. Dibuat oleh dikompresi bahan organik, itu
padat seperti batu dan diperoleh melalui pertambangan. Dari semua negara, Cina memproduksi
batubara paling jauh. Menurut statistik Energi Dunia, yang diterbitkan pada 2011 oleh BP, mereka
menghasilkan yang mengejutkan 48.3% (3.240 juta ton) batubara dunia pada tahun 2010, diikuti oleh
Amerika Serikat yang memproduksi hanya 14,8%. Batubara yang paling biasanya digunakan dalam
pemanasan rumah dan menjalankan pembangkit listrik.

II Pembangkit Tenaga Listrik

Pembangkit Tenaga Listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik, pada Pembangkit Tenaga
Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal, dan bangunan kerja. Terdapat juga komponen-komponen
utama pembangkitan yaitu generator, turbin yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi)
mekanik menjadi energi (potensi) listrik.

1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


PLTMH ini adalah pembangkitan listrik yang memanfaatkan tenaga air, tetapi dalam skala kecil, biasanya
PLTMH ini dibangun untuk daerah-daerah terpencil yang susah terjangkau oleh PLN.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PLTA merupakan pusat pembangkitan listrik yang menggunakan energi potensial yang dihasilkan oleh air,
sehingga dapat memutarkan turbin air dan menngerakkan generator. Pola PLTA ini dapat menggunakan
sistem bendungan atau aliran sungai (run of river)

3. Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU)

PLTU adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan
berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO untuk start up awal.

4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG

PLTG adalah pembangkitan listrik yang mengkonversi energi kinetik dari gas untuk menghasilkan putaran
pada turbin gas sehingga menggerakkan generator dan kemudian menghasilkan energi listrik.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Pada dasarnya PLTGU adalah gabungan dari PLTG dan PLTU yang dikombinasikan, PLTGU sangat efektif
dikarenakan pemanfaatan energi yang sangat efisien, dengan menggunakan satu macam bahan bakar
dapat menggerakkan dua turbin, yaitu tubin gas dan turbin uap.
6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

PLTP merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi dari panas bumi, sehinnga dapat
memanaskan ketel uap, dan uap yang dihasilkan dugunakan untuk menggerakkan turbin

7. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

PLTD adalah pembangkit tenaga listrik yang menggunakan tenaga mesin diesel sebagai penggerak untuk
memutarkan turbin

III. Dampak Penggunaan Sumber Daya Energi terhadap Lingkungan

1. Energi Ombak dan Energi Pasang Surut

Pemasangan dan perawatan tenaga listrik tenaga ombak dan pasang surut biasanya menelan biaya yang
besar. Unit pengubah ombak yang dipasang di tengah laut juga dapat membawa dampak
menguntungkan, seperti menciptakan habitat bawah laut yang terlindung dan sekaligus mencegah
deburan ombak langsung ke pantai.

2. Energi Air

Pembangunan bendungan sangat efektif dan juga di rancang untuk bertahan dalam waktu yang sangat
lama, dengan biaya operasional dan pemeliharaan yang relatif rendah. Pembangkit listrik tenaga air juga
di pakai di berbagai belahan dunia Karen dapat menjamin pasokan listrik secara konstan karena air
termasuk ke dalam energi yang dibarukan. Selain itu juga Pembangkit listrik tenaga air juga bisa
menunjang di bidang ekonomi karena bendungannya bisa digunakan sebagai irigasi, pariwisata dan
rekreasi, olahraga air, memancing, berenang, berperahu, dan jenis rekreasi lainnya.
3. Energi Panas Bumi

Pembangkit listrik tenaga panas bumi hampir tidak menimbulkan polisi atau emisi gas rumah kaca.
Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listrik tenaga geotermal menghasilkan
sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar fosil.

4. Energi Nuklir

Penggunaan energi nuklir berdampak pada penghematan bahan bakar fosil dan perlindungan
lingkungan. Pembangkit listrik mengambil 25% bahan bakar fosil dunia. Dengan menggunakan energi
nuklir untuk menghasilkan listrik akan mengurangi perlunya membakar bahan bakar ini, sehingga
cadangannya dapat bertahan lama. Tenaga Nuklir juga sangat sedikit menyebabkan kerusakan
lingkungan dan bermanfaat bila mereka menggantikan pembangkit-pembangkit yang mengemisi CO2.
Dalam kaitan ini akan bantu mengurangi hujan asam dan membatasi emisi gas rumah kaca. Tapi dampak
negatif dari Tenaga listrik yang pertama adalah Radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif
yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak
langsung adalah radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif, baik air,
udara, atau media lainnya.

5. Energi Angin

Energi angin bersifat terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber energi angin tidak akan membuat
sumber daya angin berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Sehingga tenaga angin dapat
berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Dalam penggunaannya tenaga angin tidak
mengakibatkan emisi gas buang atau polusi ke lingkungan luar.

Namun begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat
beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik, di
antaranya adalah dampak visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan.

Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penempatan ladang angin pada lahan
yang masih dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi
penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit angin,
penggunaan lahan untuk pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman.
Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat menyebabkan terganggunya cahaya
matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk. Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya matahari
yang berkelap-kelip dan dapat mengganggu pandangan penduduk setempat.

Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah. Putaran dari sudu-
sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada suara angin pada ranting
pohon. Selain derau dari sudu-sudu turbin, penggunaan gearbox serta generator dapat menyebabkan
derau suara mekanis dan juga derau suara listrik. Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh operasi
mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau rumah pembangkit listrik tenaga angin. Dalam
keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan interferensi elektromagnetik, mengganggu
penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang mikro untuk komunikasi.

Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin adalah terhadap populasi
burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat terbang melewati
sudu-sudu yang sedang berputar. Dalam beberapa studi yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik
tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit
angin pada lahan yang bertanah kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah
tersebut.

Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan kapal-kapal
yang berlayar. Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu permukaan dasar
laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah terganggunya kehidupan bawah laut.

Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan kecelakaan. Kegagalan
operasi sudu-sudu telah menyebabkan beberapa kecelakaan dan kematian. Walaupun dampak-dampak
lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga angin, namun jika
dibandingkan dengan penggunaan energi fosil, dampaknya masih jauh lebih kecil.

6. Energi Surya

Cahaya matahari memiliki banyak fungsi yang tidak pernah habis untuk dibahas, salah satunya adalah
menjadi sumber tenaga pembangkit listrik. Mendapatkan sinar matahari tidaklah sulit dan mahal. Selain
itu, energi surya tidak mengakibatkan polusi udara atau polusi air, dan tidak juga menghasilkan gas
rumah kaca. Tetapi meskipun begitu, energi surya tetap memiliki beberapa dampak tidak langsung
terhadap lingkungan. Misalnya, ada beberapa bahan beracun dan bahan kimia, sejumlah kecil bahan
limbah, dan berbagai pelarut dan alkohol yang digunakan dalam proses pembuatan sel fotovoltaik yang
mengonversi sinar matahari menjadi listrik.

Selain itu, pembangkit listrik panas matahari yang besar dapat merusak ekosistem gurun jika tidak
dikelola dengan baik. Burung dan serangga dapat terbunuh jika mereka terbang melewati konsentrasi
sinar matahari. Sistem tenaga surya mungkin memerlukan air untuk pembersihan konsentrator dan
receiver secara rutin; begitu juga dengan pendinginan turbin-generator. Menggunakan air dari sumur
bawah tanah dapat mempengaruhi ekosistem di beberapa lokasi yang gersang.

7. Energi Bakar Fosil

Bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang terbentuk dari proses alam seperti dekomposisi anaerobik
dari sisa-sisa organisme termasuk fitoplankton dan zooplankton yang mengendap ke bagian bawah laut
(atau danau) dalam jumlah besar, selama jutaan tahun. Bahan bakar fosil merupakan sumber daya tak
terbarukan karena proses pembentukannya memerlukan waktu jutaan tahun, sedangkan cadangan di
alam habis jauh lebih cepat daripada proses pembentukannya. Produksi dan penggunaan bahan bakar
fosil menimbulkan keprihatinan lingkungan.

Pemakaian energi fosil yang terus menerus akan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan kesehatan makhluk hidup. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar fosil seperti batu bara , minyak
bumi , dan gas alam mengandung persentase karbon yang tinggi. Gas karbon adalah gas tanpa warna
yang merupakan senyawa karbon dengan oksigen, tidak terbakar dan larut dalam air. Jika gas karbon
tersebut terlepas ke udara akan bersenyawa dengan oksigen dan membentuk gas karbon dioksida.
Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang meningkatkan radiasi dan memberikan
kontribusi pada pemanasan global , yang menyebabkan rata-rata suhu permukaan bumi meningkat.

a. Dampak Udara dan Iklim

Penggunaan bahan bakar fosil telah meningkatkan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu karbon
dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan tiga gas-gas industri yang
mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) sehingga menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap
di atmosfer bumi. Sehingga gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) akan tinggal di
atmosfer hampir selama-lamanya karena tidak ada penyerap atau penghancur alaminya. Selain itu,
pemakaian bahan bakar fosil juga dapat menyebabkan fenomena pemanasan global yaitu naiknya
temperatur rata-rata di permukaan bumi. Pemanasan global itu sendiri akan mengakibatkan perubahan
iklim, yaitu perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya
penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan, dan tekanan udara yang pada akhirnya akan
mengubah pola iklim negara bahkan dunia.

b. Dampak Terhadap Perairan

Pemakaian bahan bakar fosil dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Untuk perairan, hujan asam
akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain dikarenakan oleh hujan asam,
pencemaran air banyak dikarenakan tindakan manusia. Misalnya, bocornya tanker minyak atau
kecelakaan lain bahkan sengaja membuang limbah sisa pabrik ke perairan akan mengakibatkan
tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Dengan
adanya minyak pada permukaan air menghalangi kontak antara air dengan udara sehingga kadar oksigen
di dalam air akan berkurang dan dapat mengganggu biota-biota yang berada di dalam air tersebut.

c. Dampak Terhadap Tanah

Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit
Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Selain itu lapisan batu bara terdapat di
tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan
tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan selama kurun waktu tertentu. Ini
mengakibatkan berkurangnya lahan hijau sebagai paru-paru di bumi.

Anda mungkin juga menyukai