Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perusahaan semakin hari semakin bergantung pada mesin dalam memproduksi


barang. Mesin yang digunakan merupakan aset fisik yang memerlukan perawatan
agar perusahaan terus produktif. Sejak era revolusi industri, perawatan industri telah
menghasilkan beberapa teori perawatan dan model perawatan.

Pada masa lampau perawatan mesin menggunakan sistem breakdown


maintenance, di mana perawatan dilakukan setelah timbul kerusakan. Kemudian
perawatan mesin berkembang dengan sistem preventive maintenance. Menurut
Ebeling (1997), preventive maintenance merupakan perawatan yang dilakukan
secara terjadwal umumnya secara periodik. Preventive maintenance bertujuan
untuk mencegah kerusakan mesin yang sifatnya mendadak, meningkatkan
reliability, dan dapat mengurangi downtime (Assauri 2008).

PT. Domas Agrointi Prima adalah salah satu perusahaan yang tergabung
dalam kelompok usaha Domba Mas yang diakuisisi oleh PT. Bakrie Sumatera
Plantations, Tbk pada tahun 2010. PT. Domas Agrointi Prima merupakan Kawasan
Berikat yang bergerak di industri oleokimia. Kegiatan yang utama yang dilakukan
di dalam Kawasan Berikat adalah kegiatan pengolahan atau memproses bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya.

Di Kawasan PT. Domas Agrointi Prima terdapat 5 (lima) perusahaan di


dalamnya di antaranya adalah PT. Domas Agrointi Prima yang memproduksi fatty
acid, glycerin, dan fatty alcohol. PT. Sawitmas Agro Perkasa yang memproduksi
fatty alcohol. PT. Flora Sawita Chemindo yang memproduksi glycerin dan fatty
acid. PT. Domas Sawit inti Perdana yang memproduksi CPO (Crude Palm Oil) dan
CPKO (Crude Palm Kernel Oil). Dan PT. Domas Agrointi Perkasa yang
memproduksi minyak makan. Produk-produk yang dihasilkan masing-masing
perusahaan dijual ke luar negeri dan dalam negeri. Motor listrik arus olak balik
merupakan suatu mesin yang mengkonversikan tenaga listrik bolak-balik menjadi
2

mekanik putar. Pasokan tenaga listrik dapat diperoleh dari genset, atau dari
pembangkit-pembangkit listrik. Proses konversi tenaga listrik menjadi tenaga
mekanik putar berdasarkan hukum Lorentz. Hukum Lorentz menyatakan, “Jika
sebatang kawat beraliran arus listrik dan berada dalam suatu medan magnet, maka
akan menghasilkan gaya/momen sebesar F.” Gaya yang dihasilkan tersebut lazim
disebut dengan gaya Lorentz. (Sutrisno 2019).

Untuk keberhasilan suatu proses di pabrik ditentukan dengan peralatan dan


perawatan yang baik, salah satu alat yang digunakan ialah motor listrik merk MTO2
apabila motor listrik tidak di maintence maka akan terjadi kerusakan atau kegagalan
pada mesin sehingga terjadi downtime.

Sesuai dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul karya
akhir:

“SISTEM PREVENTIF MAINTENANCE DAN SOLUSI MENGATASI


MASALAH UMUM MOTOR LISTRIK MERK MTO2 PADA PLANT
LIMBAH DI PT. DOMAS AGROINTI PRIMA”
3

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas maka hal yang menjadi pokok permasalahan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem preventif maintenance pada motor listrik merk
MTO2?
2. Mengetahui keausan pada bearing motor listrik merk MTO2?

1.3 Tujuan dan Manfaan Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mempelajari dan mengetahui periode sistem preventif maintenance
pada motor listrik merk MTO2.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi keausan bearing pada motor listrik merk
MTO2.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Memahami cara melakukan preventif maintenance dan solusi mengatasi
masaah umum pada motor listrik merk MTO2 agar proses berjalan dengan baik.
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Maintenance
Dalam Bahasa Indonesia, Pemakaian istilah maintenance sering kali diterjemahkan
sebagai perawatan atau pemeliharaan. Perawatan atau pemeliharaan (maintenance)
adalah konsep dari sebuah aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau
mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar dapat berfungsi dengan baik seperti
kondisi awalnya. Menurut Ebeling (1997) mendefinisikan perawatan sebagai
bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang mampu mengembalikan
item atau mempertahankannya pada kondisi yang selalu dapat berfungsi.
Perawatan (maintenance) juga merupakan kegiatan pendukung yang
menjamin kelangsungan mesin dan peralatan sehingga pada saat dibutuhkan dapat
dipakai sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga kegiatan perawatan
(maintenance) merupakan seluruh rangkaian aktivitas yang dilakukan untuk
mempertahankan unit-unit pada kondisi operasional dan aman, dan apabila terjadi
kerusakan maka dapat dikendalikan pada kondisi operasional yang handal dan
aman.
Perawatan di industri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Dalam
menjaga berkesinambungan proses produksi pada fasilitas dan peralatan sering kali
dibutuhkan kegiatan pemeliharaan seperti pembersihan (cleaning), inspeksi
(inspection), pelumasan (oiling) serta pengadaan suku cadang (stock spare part)
dari komponen yang terdapat dalam fasilitas industri.
Perawatan (mantenance) mempunyai kaitan erat dengan tindakan pencegahan
(preventive) dan perbaikan (corrective). Kompleksnya permasaahan terkait
perawatan, sering kali perawatan didekati dengan model sistematis yang
mempresentasikan permasalahan tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan
pengambilan keputusan dalam permasalahan perawatan akan dapat mengurangi
proporsi pertimbangan yang subjektif.
Pemilihan kegiatan perawatan didasarkan atas sifat dari kerusakan atau
kegagalan pada peralatan, apakah bersifat terprediksi atau tidak terprediksi. Selain
5

itu, pemilihan tersebut juga didasari atas biaya yang ditanggung apabila
menerapkan salah satu jenis kegiatan perawatan. Hubungan antara berbagai bentuk
perawatan menurut Antony S. Corder (1992) ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Hubungan berbagai bentuk perawatan (Antony S.


Corder)

2.1.1 Tujuan Perawatan


Proses perawatan secara umum bertujuan untuk memfokuskan dalam langkah
pencegahan untuk mengurangi atau bahkan menghindari kerusakan dari peralatan
dengan memastikan tingkat keandalan dan kesiapan serta meminimalkan biaya
perawatan. Bahwa proses perawatan atau sistem perawatan merupakan sub sistem
dari sistem produksi, di mana sistem produksi ini adalah:
a. Memaksimalkan profit dari peluang pasar yang tersedia.
6

b. Memperhatikan aspek teknis dan ekonomis pada proses konversi material


menjadi produk.
Sehingga sistem perawatan dapat membantu tercapainya tujuan tersebut
dengan adanya peningkatan profit dan kepuasan pelanggan, hal tersebut dilakukan
nilai fungsi (function) dari fasilitas/peralatan produksi yang ada dengan cara:
a. Meminimalisasi downtime.
b. Memperbaiki kualitas.
c. Meningkatkan produktivitas.
d. Menyerahkan pesanan tepat waktu.
Tujuan utama dilakukannya sistem manajemen perawatan lain menurut japan
institude of plan maintenance dan consultant, productive maintenance india, secara
detail disebutkan sebagai berikut:
a. Memperpanjang umur pakai fasilitas produksi.
b. Menjamin tingkat ketersediaan optimum dari fasilitas produksi.
c. Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan untuk
pemakaian darurat.
d. Menjamin keselamatan operator dan pemakai fasilitas.
e. Mendukung kemampuan mesin dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
fungsinya.
f. Membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan yang di luar batas dan
menjaga modal yang di investasikan dalam perusahaan selama waktu yang
ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut.
g. Mencapai tingkat biaya perawatan serendah mungkin (lowest maintenance
cost) dengan melakukan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien.
h. Mengadakan kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dalam
perusahaan untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu keuntungan yang
sebesar-besarnya dan total biaya yang rendah. (Duffuaa et al, 1999).
2.1.2 Jenis-jenis pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan suatu pabrik dapat dilakukan dalam suatu
pabrik dapat diadakan dengan jenis-jenis pemeliharaan sebagai berikut:
a. Corrective
Perawatan ini dimaksudkan untuk memperbaiki peralatan yang rusak. Pada
7

dasarnya aktivitas yang dilakukan adalah pemeliharaan dan perawatan yang


dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan ataupun kelainan pada mesin
tersebut. Perawatan korektif dapat didefinisikan perbaikan yang dilakukan
karena adanya kerusakan yang dapat terjadi tidak dilakukan perawatan
preventif tapi sampai pada waktu tertentu rusak. Jadi dalam hal ini kegiatan
perawatan sifatnya harus menunggu sampai terjadi kerusakan. (Hakim,
Arman N. 2006).
Kegiatan perawatan korektif meliputi segala aktivitas mengembalikan
sistem dari keadaan rusak menjadi dapat beroperasi kembali. Perbaikan baru
terjadi ketika mengalami kerusakan, walaupun terdapat beberapa perbaikan
yang dapat diundur. Perawatan korektif dapat dihitung sebagai Mean time to
repair (MTTR). Waktu perbaikan ini meliputi beberapa aktivitas yang terbagi
menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Persiapan (Preparation time), berupa persiapan tenaga kerja untuk
melakukan pekerjaan ini, adanya perjalanan, adanya alat dan peralatan
test, dan lain-lainnya.
2. Active maintenance time berupa kegiatan rutin dalam pekerjaan
perawatan.
3. Delay time and logistic time berupa waktu menunggu persediaan.
Strategi breakdown/corrective maintenance sering dikatakan sebagai
“run and failur”. Banyak yang dilakukan pada komponen elektronik. Suatu
keputusan untuk mengoperasikan peralatan sampai terjadi kerusakan karena
ditinjau dari segi ekonomis tidak menguntungkan untuk melakukan suatu
perawatan. Berikut adalah alasan mengapa keputusan tersebut diambil:
1. Biaya yang dikeluarkan sedikit apalagi kalau tidak melakukan
perawatan pencegahan.
2. Kegiatan perawatan pencegahan terlalu mahal daripada mengganti
peralatan yang rusak.
b. Running maintenance
Merupakan pekerjaan perawatan yang dilakukan pada saat fasilitas produksi
dalam keadaan bekerja. Perawatan ini termasuk cara perawatan yang
direncanakan untuk diterapkan pada peralatan atau pemesinan dalam keadaan
8

operasi. Biasanya diterapkan pada mesin-mesin yang harus terus menerus


beroperasi dalam melayani proses produksi. Kegiatan perawatan dilakukan
dengan jalan mengawasi secara aktif (monitoring). Diharapkan hasil
perbaikan yang telah dilakukan secara tepat dan terencana ini dapat menjamin
kondisi operasional tanpa adanya gangguan yang mengakibatkan kerusakan.
c. Shutdown maintenance
Merupakan kegiatan perawatan yang hanya dilakukan waktu fasilitas
produksi sengaja dihentikan. Jadi shutdown maintenance merupakan suatu
perencanaan dan penjadwalan pemeliharaan yang memusatkan pada
bagaimana memanajemeni shutdown. Di sini berarti bagaimana cara
mengkoordinasikan semua sumber daya yang ada yaitu tenaga kerja,
peralatan, material dan lain-lain, untuk meminim waktu down (downtime) dan
biaya yang dikeluarkan diusahakan seminimal mungkin.
Kegiatan shutdown mempunyai dampak serius pada proses produksi
yang berlangsung, serta secara teknis berbeda dari praktek perawatan
tradisional. Tiga konsep penting yang membedakan kegiatan shutdown ini
dari yang lain adalah :
1. Jenis pekerjaan yang dieksekusi sepanjang waktu shutdown.
2. Pembuatan jadwal untuk daftar kegiatan selama shutdown.
3. Kualitas dari perencanaan kerja selama shutdown.
Merupakan hal yang sangat penting bahwa daftar pekerjaan selama
shutdown itu diupayakan sesingkat mungkin. Membuat daftar pekerjaan yang
sesingkat mungkin berarti mengurangi biaya-biaya selama kegiatan
perawatan dan memusatkan perhatian kita pada pekerjaan yang hanya akan
dilakukan selama shutdown berlangsung. Semua pekerjaan yang lain ditunda
untuk waktu di luar jadwal shutdown. Aktivitas utama sepanjang shutdown
haruslah melakukan pencegahan secara alami (termasuk melakukan
pemeriksaan peralatan), yang kemudian diikuti dengan pembersihan dan
pekerjaan perbaikan. Ketika konsep dasar ini diikuti, hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan terhadap biaya yang harus dikeluarkan.
Suatu rencana jangka panjang untuk kegiatan shutdown harus
digambarkan pada anggaran. Rencana jangka panjang haruslah berisi detail
9

mengenai daftar pekerjaan utama yang harus dilakukan selama masing-


masing shutdown utama dijadwalkan. Dana harus pula dimasukkan untuk
pekerjaan perbaikan yang lebih kecil sepanjang shutdown. Dengan membuat
jadwal pekerjaan apa saja yang dilakukan selama masa shutdown dan
menentukan mana prioritas pekerjaan yang harus dilakukan, akan
menyebabkan teknisi atau karyawan yang akan melakukan eksekusi itu tidak
mengalami kesulitan. Dengan demikian ketika waktu eksekusi datang, maka
seluruh pekerjaan akan fokus pada pekerjaan maintenance yang sudah
dijadwalkan. Dengan fokus pada pekerjaan yang sudah terjadwal maka
periode shutdown akan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan tidak
akan mengalamai overtime serta biaya yang dibutuhkan tidak akanmengalami
pembengkakan.
Mutu dari waktu perencanaan yang di investasikan pada setiap
shutdown akan secara langsung mempengaruhi pekerjaan yang akan
diselesaikan. Akan ada banyak pekerjaan yang dieksekusi dengan lebih
sedikit orang, dengan waktu yang jauh lebih sedikit, mutu perbaikan akan
meningkat, dan biaya untuk masing-masing perbaikan akan menurun secara
signifikan.
d. Preventive maintenance
Konsep ini diperkenalkan dalam tahun 1951, yang menerapkan pemeriksaan
fisik atas peralatan untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang usia
layanan peralatan. Preventive maintenance merupakan kegiatan yang
dilakukan setelah jangka waktu tertentu atau lamanya pengoperasian mesin
(Herbaty 1990). Selama periode ini, fungsi pemeliharaan dikembangkan dan
kegiatan perawatan berdasarkan waktu (Time Based Maintenance) lazim
dilakukan (Pai 1997).
Preventive maintenance sesuai dengan (Worsham 2002) adalah suatu
sistem perawatan yang terjadwal dari suatu peralatan/komponen yang
didesain untuk meningkatkan keandalan mesin serta untuk mengantisipasi
segala kegiatan perawatan yang tidak direncanakan sebelumnya. Kegiatan
PM dilakukan erat kaitannya dalam menghindari suatu sistem atau peralatan
mengalami kerusakan. Pada kenyataannya mungkin saja tidak diketahui
10

bagaimana cara untuk menghindari terjadinya kerusakan. Ada tiga alasan


mengapa dilakukan tindakan Preventive maintenance:
1. Menghindari terjadinya kerusakan.
2. Mendeteksi awal terjadinya kerusakan.
3. Menemukan kerusakan tersembunyi.
Sedangkan keuntungan dari penerapan preventive maintenance
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi terjadinya perbaikan (repairs) dan downtime.
2. Meningkatkan umur penggunaan dari peralatan.
Preventive maintenance sangat penting karena kegunaannya yang
sangat efektif di dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk
dalam golongan “critical unit”. Sebuah fasilitas atau peralatan produksi akan
termasuk golongan “critical unit”, apabila :
1. Kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan
kesehatan atau keselamatan para pekerja.
2. Kerusakan fasilitas ini akan mempengaruhi kualitas dari produk yang
dihasilkan.
3. Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh
proses produksi.
4. Modal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut atau harga dari fasilitas
ini adalah cukup besar atau mahal.
Preventive maintenance dilaksanakan berdasarkan perkiraan
probabilitas bahwa suatu peralatan akan mengalami kerusakan atau
penurunan kinerja pada interval yang ditentukan. Pemeliharaan preventif
yang dilakukan mencakup pelumasan peralatan, pembersihan, penggantian
suku cadang, mengencangkan, dan penyetelan. Pemeriksaan atas peralatan
produksi jugadapat dilakukan jika ada tanda-tanda kerusakan ditemukan
selama pelaksanaan preventive maintenance (Telang 1998).
2.2 Motor Listrik
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Begitu juga dengan sebaliknya yaitu alat untuk mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik yang biasanya disebut dengan generator atau dinamo. Pada motor
11

listrik yang tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik. Perubahan ini dilakukan
dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut sebagai elektro
magnet.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kutub-kutub dari magnet yang
senama akan tolak menolak dan kutub yang tidak senama akan tarik menarik.
Dengan terjadinya proses ini maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita
menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar dan magnet
yang lain pada suatu kedudukan yang tetap. Pada Gambar 2.2 berikut ditunjukkan
gambar konstruksi motor listrik.

Gambar 2.2 Konstruksi motor listrik


2.2.1 Motor Induksi 3 fasa
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas digunakan
karena kesederhanaannya, konstruksinya yang kuat dan karakteristik kerja yang
baik. Motor induksi terdiri dari dua bagian : stator atau bagian yang diamdan rotor
atau bagian yang berputar, dimana kedua bagian ini dipisahkan oleh suatu celah
udara. Bagian stator dihubungkan ke catu tegangan bolak-balik (AC), sedangkan
bagian rotor tidak dihubungkan secara listrik ke pencatu tetapi memilikiarus yang
dihasilkan oleh adanya arus induksi yang ditimbulkan dari arus stator, mirip dengan
kerja suatu transformator.
Bekerjanya motor induksi bergantung pada medan magnetik putar yang
ditimbulkan dalam celah udara motor oleh adanya arus stator. Lilitan stator 3 fase
dililitkan dengan lilitan fasenya berjarak 120 derajat listrik. Jika lilitan diberi energi
dari catu tiga fase maka akan timbul fluksi pada masing-masing fase. Ketiga fluksi
tersebut bergabung membentuk fluksi yang bergerak mengelilingi permukaan stator
pada kecepatan konstan. Fluksi ini disebut medan magnetik berputar.
12

Dengan adanya medan putar ini akan menyebabkan rotor berputar dengan arah
yang sama dengan fluks putar, yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 Keterpasangan
motor listrik merk MTO2.

Gambar 2.3 Keterpasangan motor listrik merk MTO2

2.3 Pengertian Keausan

Keausan adalah hilangnya sebagian material dari permukaan yang saling kontak
dalam gerak relatif. Jenis keausan dapat digolongkan menjadi beberapa
berdasarkan penyebabnya. Tingkat pertumbuhan keausan dapat diketahui
keausan dengan melakukan eksperimen, analitis, dan numerik. Sebagai
contohnya. Jika ingin mengetahui keausan permukaan kontak antar roda gigi,
maka dibuat benda uji yang sama dengan benda sebenarnya. Keausan dapat
dibagi menjadi tiga daerah yaitu runnung-in, steady state, dan wear-out.
Running-in adalah fenomena yang terjadi setelah awal kontak dengan gerak
relatif antara permukaan yang sama sama baru. Steady state adalah daerah
keausan di mana tingkat pertumbuhan keausannya sudah mendekati tetap
(steady). Sedangkan wear-out adalah daerah yang tingkat pertumbuhan
keausannya semakin membesar diakibatkan kelelahan dari kegagalan fatik.
(Saputra dkk., 2011).

Berdasarkan hukum keausan Archard tentang hukum keausan (wear low)


bahwa persamaan volume keausan sebagai berikut:
𝑊
V = K Ar L = K L ………………………………. (2.1)
𝐻

Dari volume keausan tersebut dapat diperoleh pertambahan besar


diameter dalam bantalan setelah satu kali operasi sebagai berikut:
2−𝑑2𝑙 .....................................................................................
Vol = 𝜋.𝑑 (2.2)
4
13

Keausan bahan diartikan sebagai peristiwa berkurangnya material permukaan


bahan oleh gaya mekanis, elektrik, maupun kimia yang akan menghasilkan
sejumlah volume keausan maupun pengurangan berat material. (TA Stolarski,
2000). Keausan pada dasarnya di bedakan menjadi tiga golongan:

a. Keausan Abrasif

Keausan antara dua permukaan bahan yang saling kontak dan bergerak di
antaranya dengan gaya tertentu sebagai sistem two body contact, dengan
kekerasan dan kekasaran permukaan tertentu, yang menghasilkan suatu
volume keausan. Keausan tersebut terjadi akibat material lebih keras
menggerus material lunak pada puncak-puncak asperity, maupun akibat
adanya material abrasif keras di antara kedua permukaan tersebut. Keausan
ini biasa terjadi pada Journal bearing, cam, rolling element dan cincin piston
yang ditandai dengan adanya goresan-goresan permukaan dan scoring.

b. Keausan Adhesif

Keausan antara dua permukaan kontak bahan yang bergerak di antaranya


dengan gaya yang besar, yang menimbulkan perpindahan material ke sisi lain
dengan mekanisme pelekat. Perpindahan tersebut di peroleh dari kontak
asperity yang terlepas dan terbawa oleh pergeseran permukaan dan melekat
ke permukaan lain. Keausan ini biasa terjadi pada mekanisme kontak yang
tidak terlumasi dengan sempurna, yang ditandai dengan adanya lecetan
permukaan dan permukaan yang mengkilap.

c. Keausan Fatik

Keausan antara dua permukaan bahan yang saling kontak dan bergerak
diantaranya dengan gaya yang besar terjadi berulang-ulang, yang
menimbulkan lelah permukaan sehingga mengakibatkan lepasnya material
permukaan. Mekanisme ini terjadi akibat gaya dan pergeseran pada puncak
asperity permukaan berulang yang menimbulkan retak mikro dalam yang
akan terus menjalar hingga permukaan sehingga dapat terlepas sebagai debris
material. Keausan ini biasa terjadi pada mekanisme rolling contact, cam, roda
gigi, tappet valve, yang ditandai dengan adanya lubang-lubang kecil yang
kasa mata dan permukaan yang tidak rata.
14

2.4 Bantalan (Bearing)


Bantalan sebagai pendukung gerakan poros, sangat besar perannya dalam operasi
kerja pompa. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa setiap desain pompa
memiliki spesifikasi dalam bentuk dan posisi masing-masing komponen.
2.4.1 Bantalan Gelinding dan Elemennya
Bantalan digunakan untuk mendukung gerakan relatif di antara komponen mesin
dan memungkinkan berbagai posisi pada masing-masing komponen tersebut.
Rolling bearing atau bantalan gelinding adalah salah satu jenis bantalan
yang memungkinkan gerakan relatif secara radial pada sumbu geraknya.
Elemennya terdiri dari bola, pemisah / pemegang bola (cage), lintasan dalam
(inner race), lintasan luar (outer race). Yang ditunjukkan pada Gambar 2.4
komponen- komponen bantalan gelinding.

Gambar 2.4 Sketsa Komponen-Komponen Bantalan Gelinding

Material bola pada umumnya menggunakan paduan kromiun dengan


baja karbon tinggi, dengan proses pengerasan baja. Untuk pemisah digunakan
material jenis baja karbon rendah dengan proses stamping. Bantalan gelinding
dibuat dalamberbagai jenis dan ukuran. Bantalan satu baris radial misalnya, dibuat
dalam 4 seri, yaitu extra light, ligth, medium light dan heavy. Seri heavy
ditunjukkan dengan angka 400 yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Seri bantalan gelinding NTN (NTN Application Note)


15

Sebagian besar pabrik manufaktur menggunakan sistem penomoran dan


melakukan penentuan bahwa, 2 digit terakhir di kali 5 menunjukkan ukuran bore
(diameter dalam) dalam satuan mm. Digit ke-tiga dari kanan menunjukkan nomor
seri bantalan yang dapat dilihat pada Gambar 2.6 nomor seri bantalan.

Gambar 2.6 Nomor seri Bantalan (NTN Application Note)

Jadi, bantalan dengan seri 6305 berarti bantalan tersebut adalah jenis bantalan
untuk beban medium (3) dengan ukuran diameter dalam 25 mm, diameter luar mulai
dari 60 mm dan merupakan jenis Deep groove ball bearing. Digit lainnya
merupakan tambahan dari masing-masing manufaktur untuk nomor katalog.
Apabila jenis bantalan yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan
rancangannya, maka akan mengakibatkan kerusakan. Beberapa penyebab
kerusakan bantalan di antaranya adalah keretakan bantalan, keausan, pemasangan
yang tidak sesuai, pelumasan yang tidak cocok, kerusakan dalam pembuatan
komponen, diameter bola yang tidak sama. Dan getaran yang timbul tentu saja
disebabkan oleh adanya gaya kontak pada kerusakan tersebut. Pada bantalan ideal,
besarnya gaya kontak akan sama pada setiap bola dan pada setiap posisi bola. Bila
pada bantalan bola terdapat kerusakan maka besarnya gaya kontak tidak lagi
seragam.

2.5 Industri Oleokimia

Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik
tumbuhan maupun hewani. Bidang keahlian teknologi oleokimia merupakan salah
satu bidang keahlian yang mempunyai prospek yang baik dan penting dalam
16

teknik kimia. Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang, produk oleokimia
diperkirakan semakin banyak berperan menggantikan produk-produk turunan
minyak bumi (petrokimia).

Pada saat ini, permintaan akan produk oleokimia semakin meningkat. Hal ini
dapat dimaklumi karena produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui
dan produk yang ramah lingkungan. Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis
kepada minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya (Tarigan. 2019).

2.5.1 Asam Lemak (Fatty Acid)

Asam lemak adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama


dengan gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak
hewani dan merupakan bahan baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. Secara
alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (sebagai lemak yang terhidrolisis) maupun
terikat sebagai gliserida.

Minyak sawit dan minyak inti sawit adalah ester asam lemak dan gliserol yang
disebut dengan trigliserida. Trigliserida minyak sawit kaya akan asam palmitat,
oleat, linoleat, stearat, gliserol, sedangkan minyak inti sawit mengandung asam
laurat, miristat, stearat, gliserol dan sedikit palmitat.

Asam lemak dapat dibentuk dari sejumlah senyawa yang mengandung karbon
seperti asam asetat, asetal dehida, dan etanol yang merupakan hasil respirasi
tanaman. Sintesis asam lemak dilakukan dalam kondisi anaerob dengan bantuan
sejenis bakteri. Pada tahap pembentukan molekul lemak terjadi reaksi esterifikasi
gliserol dengan asam lemak.

Secara umum asam-asam lemak ditemukan di alam, merupakan


monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom
karbon genap. Berdasarkan ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asamlemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal
di antara atom-atom karbon penyusunnya.

Asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan
rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak jenuh dalam bentuk molekul
17

keseluruhannya. Asam lemak tak jenuh dapat dalam bentuk cis sehingga
molekulnya akan bengkok pada ikatan rangkap, meskipun ada juga asam lemak
tidak jenuh dalam bentuk trans.

Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya


memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya memiliki
bentuk cis. Asam lemak bentuk trans hanya diproduksi oleh sisa metabolisme
hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis
memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom H nya
berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif
lurus (Posman. 2014).
Crude palm kernel oil dipilih menjadi bahan baku dalam pembuatan wax
ester di PT. Domas Agrointi Prima karena menghasilkan yield asam lemak yang
paling tinggi yang terkandung dalam asam laurat dan miristat Tabel 2.1 berikut
(Kataren 1986).
Asam lemak dapat dinyatakan dengan formula umum sebagai berikut:
CH3(CH2)nCOOH, di mana ‘n’ bervariasi dari 0 hingga 24 dan biasanya angka
genap. Sebagian besar asam lemak yang terjadi secara alamiah mengandung grup
COOH tunggal dan rantai C lurus tidak bercabang, yang pada akhirnya mungkin
tidak mengandung katan ganda atau jenuh (saturated), satu ikatan ganda (mono-
unsaturated) atau lebih dari satu ikatan ganda (poly-unsaturated fatty acid, PUFA).
PUFA pada umumnya mempunyai suatu sistem ikatan ganda yang disela metilena.
Sedangkan yang mengandung ikatan ganda tidak kurang dari empat dikategorikan
sebagai asam lemak sangat tidak jenuh (highly unsaturated fatty acids, HUFA) yang
ditunjukkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit, Palm Olein,
dan Minyak Inti Sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Minyak Inti Sawit
Sawit (persen) (persen)

Asam Kaprilat - 3–4


18

Asam Kaproat - 3–7

Asam Laurat - 46 – 52

Asam miristat - 14 – 17

Asam Palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam Stearat 3,6 - 4,7 1 - 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam Linoleat 7 – 11 0,5 – 2

2.5.2 Fatty alcohol


Fatty alcohol (FA) merupakan turunan dari lemak yang berasal dari alam atau bisa
dikatakan dengan minyak alam. Fatty alcohol mempunyai rumus C16H34O (1-
hexadecanol) dan biasanya mempunyai atom karbon dengan jumlah genap. Fatty
alcohol sendiri dapat diproduksi dari minyak dengan bahan alami dan minyak
dengan bahan sintesis dari petrokimia. Pengklasifikasian fatty alcohol dari alam
atau sintesis tergantung dari bahan baku yang digunakan. Sumber fatty alcohol
alami bisa didapatkan dari sumber daya terbarukan, seperti lemak, minyak dan lilin
nabati atau hewan. Sedangkan sumber fatty alcohol sintetis biasanya didapat dari
petrokimia seperti olefin dan paraffin.
Fatty alcohol sangat populer di dunia detergent karena memiliki toleransi
yang tinggi dan lebih mudah terurai. Fatty alcohol dapat digunakan sebagai
emulsifier, emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makanan. Fatty
alcohol sendiri dapat digunakan secara luas dalam bidang industri yaitu pada
industri plasticizer, detergent, pengemulsi, pelumas, softener, kosmetik (untuk
pembuatan macam-macam krim wajah), makanan sebagai antioksidan, surfaktan,
bahan anti busa, produk intermediate, parfum dan farmasi.
Fatty alcohol yaitu alkohol alifatis yang merupakan turunan dari fatty alcohol
mempunyai panjang rantai ikatan antara C6 dan C22, linear, monohydric, dan juga
mempunyai satu atau lebih ikatan, maka dari itu fatty alcohol merupakan aliphatic
19

alcohols. Sedangkan alkohol dengan rantai diatas C22 cenderung akan menjadi wax
alcohol dan diol yang memiliki rantai diatas C8 merupakan fatty alcohol
tersubstitusi. Bahan baku yang digunakan dalam produksi pembentukan fatty
alcohol akan mempengaruhi karakteristik fatty alcohol (primer atau sekunder,
rantai lurus atau bercabang, jenuh atau tidak jenuh), rumus bangun fatty alcohol
sendiri yaitu:
CH3-(CH2)n-CH2-OH.

Beberapa proses pembuatan fatty alcohol.


a. Hidrolisis lilin ester menggunakan lemak hewani.
Pertama kali lemak alkohol diperoleh dari hidrolisis lilin ester yang berasal
dari binatang, terutama spermaceti yang berasal dari sperma ikan paus.
Karena di dunia ikan paus sangat susah didapat dan adanya larangan diseluruh
dunia atas ikan paus yang diburu maka sumber ini tidak lagi digunakan.
Cara pemisahan lilin spermaceti yaitu dengan memanaskannya
menggunakan NaOH pekat yang suhunya diatas 300oC, kemudian alkohol
yang didapat di distilasi dari sabun sodium. Dari distilasi yang digunakan
maka terdapat hasil sulingan (distilat) yang mengandung alkohol tak jenuh
(C16-C20). Untuk mencegah terjadinya auto-oksidasi yaitu dengan cara distilat
dikeraskan dengan hidrogenasi katalitik, dan alkohol yang diperoleh dari
proses tersebut yaitu minyak sperma yang mengandung 70% wax ester, yang
mencapai yield 35%, kemudian hasil yang didapat dipisahkan dalam destilasi
vakum dari sabun dan air yang terbentuk. Produk utama yang terbentuk yaitu
cetyl, oceyl dan alcohol arachidyl.
b. Proses Reduksi Sodium
Pabrik fatty alcohol dari proses produksi sodium untuk memproduksi fatty
alcohol dari kelapa ester pertama kali dibangun pada tahun 1930-an dan yang
menemukan proses tersebut adalah Beauvault dan Black pada tahun 1909.
Proses yang digunakan pada pabrik yang berdiri pada tahun 1930-an ini
relatif sederhana, karena pabrik banyak menangani produk dan reaktan yang
kompleks. Larutan sodium di dispersikan dalam pelarut inert kemudian
ditambahkan ester kering dan alkohol dengan sangat hati-hati. Pada saat
20

reaksi komplit, oksida dipecah dengan pengadukan pada air. Kemudian


alkohol dicuci dan di distilasi.
Penambahan alkohol R’ (sebaiknya alkohol sekunder) yang bertindak
sebagai donor hidrogen. Karena ada reaksi samping, maka pemakaian sodium
bisa di atas 20% dari kebutuhan stoikiometri. Reduksi berjalan selektif tanpa
adanya pembuatan hidrokarbon dari isomerisasi atau hidrogenisasi rangkap.
c. Proses Ziegler menggunakan etilin
Fatty alcohol pada proses Ziegler menggunakan etilene ini mempunyai
struktur yang sama dengan alkohol lemak alami dan proses ini dibagi menjadi
dua proses yaitu proses Alfol dan proses Epal.
d. Proses oxo menggunakan hidrogenasi olefin
Proses oxo ini terdiri dari reaksi antara olefin dengan campuran gas H2-CO
dan juga katalis yang cocok. Reaksi oxo (hidroformilasi) ini ditemukan oleh
O. Roelen pada tahun 1938.
e. Hidrogenasi langsung dari lemak dan minyak
Metode ini dikembangkan dan dipatenkan oleh Henkel, yaitu direct
hidrogenation dari minyak alami atau trigliserida. Metode ini memiliki
persamaan yang sangat kompetitif dibandingkan dengan metode lainnya.
Proses ini melalui dua tahap reaksi, yaitu:
1. Esterifikasi asam lemak dan alkohol lemak menghasilkan ester dan air.
2. Hidrogenasi ester menghasilkan dua mol alkohol lemak.
Kedua reaksi ini terjadi secara simultan pada reaktor yang sama.
Reaktor yang digunakan pada metode ini yaitu reaktor yang bertekanan tinggi
yang berguna sebagai pemanas awal bagi material umpan asam lemak.
Resirkulasi alkohol lemak dan katalis pellet, dan gas hidrogen diumpankan
secara terus-menerus.
Proses hidrogenasi langsung ini tidak digunakan dalam industri skala
besar, karena kebutuhan temperatur reaksi yang lebih tinggi menghasilkan
yield yang lebih rendah dan karena juga dengan suhu tinggi tersebut dapat
merusak katalis. Secara konvensional, asam lemak dikonversi terlebih dahulu
menjadi ester sebelum di hidrogenasi (Sahila dan Rahmawati. 2018).
21

2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan

Judul : Pemeliharaan Dan Pengujian Motor Induksi 3 Phasa


Menggunakan Motor Circuit Analysis (MCA) Di
PT.DIAN SWASTIKA SENTOSA

Tahun 2018

Penulis : Muhammad Sadikin

Hasil penelitian : Perawatan Motor listrik merupakan salah satu hal


yang paling penting untuk meningkatkan
realibility/keandalan proses produksi dalam suatu
industri. Dalam berbagai kegiatan industri yang
tentunya penuh dengan proses-proses yang ada, motor
listrik merupakan salah satu equipment atau peralatan
yang banyak digunakan untuk menunjang berbagai
proses tersebut. Pada industri-industri besar, motor
listrik/motor induksi menjadi penggerak utama untuk
menggerakkan peralatan-peralatan lainnya.
22

2.7 Kerangka Konseptual

Mulai

Studi
Studi Lapangan Studi Pustaka
Pendahuluan

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Pembahasan Data.

Preventive Maintenance dan


Troubleshooting Motor Listrik merk.
MTO2

Kesimpulan

Gambar 2.7 Kerangka Konseptual


23

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Mahasiswa sebagai peserta didik dalam kegiatannya perlu mengimplementasikan
teori-teori yang telah didapatkan selama proses belajar di perkuliahan. Perguruan
tinggi memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai sumber
daya manusia yang ahli dan terampil. Karena itu perguruan tinggi Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia Politeknik Teknologi Kimia Industri dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia yang siap pakai, melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) sebagai sarana pengembangan diri, pengetahuan dan kemampuan
sesuai dengan bidang ilmunya. Adapun tempat dan waktu dilakukan penelitian
yaitu:

3.1.1. Tempat
Tempat penelitian dilakukan di PT. Domas Agrointi Prima yang terletak di
Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara.

3.1.2. Waktu
Penelitian di PT. Domas Agrointi Prima dimulai pada tanggal 01 Agustus 2020
dan penelitian berakhir pada 31 Agustus 2020.

3.2. Pengumpulan Data


Dalam rangka pengumpulan data maupun pada waktu menganalisa dari tahap
pertama sampai selesai, maka digunakan dua metode kerja yaitu :
1. Metode Tinjauan Pustaka
Merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan buku-buku
literatur sebagai pertimbangan dalam mempelajari hubungan atau keterkaitan
tempat kerja praktek atau objek yang dibahas.
2. Metode Studi Lapangan
Metode ini merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan di tempat
penelitian/melakukan kegiatan penelitian di lapangan.
24

a. Metode Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara
atau tanya jawab secara langsung dengan karyawan atau pimpinan
perusahaan tentang Motor Listrik Merk MTO2.
b. Metode Observasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
di lapangan terhadap objek yang akan diteliti.
3.3. Analisa Data
Dalam pengumpulan dan penyusunan data untuk pemecahan permasalahan,
diperlukan suatu cara yang dapat memenuhi hasil yang dicapai, Pengambilan data
dilakukan secara langsung dengan mempelajari dan melakukan pengamatan.
Adapun langkah-langkah yang diterapkan dalam mendapatkan data adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan peninjauan langsung (survei) ke lapangan untuk dapat mengenali
lingkungan tempat kerja praktek, sekaligus untuk pemilihan judul.
2. Menerima bimbingan dan pengarahan dari pimpinan dari staf PT. Domas
Agrointi Prima, Kuala Tanjung.
3. Melakukan pengenalan terhadap bagian-bagian peralatan motor listrik merk
MTO2 baik letak, sifat dan fungsinya.
4. Mengambil data-data dan analisa terhadap mesin motor listrik merk MTO2 di
PT. Domas Agrointi Prima, Kuala Tanjung.
5. Melakukan konsultasi pada operator mesin, pembimbing lapangan dan
mekanik dalam pengambilan data.
6. Mempelajari buku literatur tentang motor listrik merk MTO 2 yang ada di
pabrik dan buku-buku teori ilmiah yang membahas tentang motor listrik merk
MTO2 serta membandingkannya langsung di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Kunto. 2007. Deteksi Kerusakan Bantalan Gelinding Pada Pompa Sentrifugal
Dengan Analisa Sinyal Getaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Kuntara, Hasta, Sigit Gunawan, Sigit Budi Hartono. 2014. Penentuan Umur
Bantalan Luncur Terlumasi Berdasarkan Laju Keausan Bahan. Yogyakarta:
STTNAS Yogyakarta.

Manesi, D, Kupang, A. P. 2015. Penerapan Preventive Maintenance Untuk


Meningkatkan Kinerja Fasilitas Praktik Laboratorium Prodi Pendidikan
Teknik Mesin Undana. Jurnal Teknologi, Fst Undana, 4(3).

M. Naibaho, Ponten. 2016. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat


Penelitian Kelapa Sawit.

Praharsi Y, Sriwana Ik, Sari Dm. 2015. Perancangan Penjadwalan Preventive


Maintenance Pada Pt. Artha Prima Sukses Makmur. Jurnal Ilmiah Teknik
Industri. 14(1):59-65.

Pekerti, Adi Luhung; Handayani, Naniek Utami. Analisis Repair Policy Dan
Preventive Maintenance Pada Mesin Kds 800 Pt. Phapros. Industrial
Engineering Online Journal, 2016, 5.2.

Rachmat, Asep; Ruhama, Ade. Perancangan Dan Pembuatan Alat Uji Motor Listrik
Induksi Ac 3 Fasa Menggunakan Dinamometer Tali (Rope Brake
Dynamometer). J-Ensitec, 2014, 1.01.

Ridwan, Muhammad. Perencanaan Shutdown Maintenance (Sdm) Pada Fasilitas


Produksi Pembuatan Velg (Studi Kasus Pt. Autokorindo Pratama Gresik).
2007. Phd Thesis. Universitas Muhammadiyah Gresik.

Sadikin, Muhammad. Alief Maulana. M. Miftah Baihaqi. 2018. Pemeliharaan Dan


Pengujian Motor Induksi 3 Phasa Menggunakan Motor Circuit Analysis
(Mca) Di Pt.Dian Swastika Sentosa. Banten: universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Sahila, Sahiba. Ellen Dian Rahmawati. 2018. Pra Rancangan Pabrik Fatty Alcohol
Dari Metil Ester Dan Hidrogen Dengan Kapasitas 40.000 Ton/Tahun.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Sutrisno, Henny, Dkk. 2019. Pengetahuan Motor Listrik Arus Bolak-Balik. Klaten
: Macanan Jaya Cemerlang

Anda mungkin juga menyukai