Anda di halaman 1dari 48

TEKNIK PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN

PERALATAN ELEKTRONIK

Sekolah : PPG Prajabatan


Program Keahlian : Teknik Elektronika
Kompetensi Keahlian : Teknik Audio Video
Mata Pelajaran : Perawatan dan Perbaikan Peralatan Audio dan Video
Kelas/Semester : X / II

A. Kompetensi Dasar
3.5 Memahami teknik perawatan dan pemeliharaan peralatan
elektronik
4.5 Mengidentifikasi standar penggunaan peralatan elektronik

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


3.5.1 Mengemukakan definisi Teknik Perawatan dan pemeliharaan
3.5.2 Mengemukakan tujuan dan fungsi Perawatan dan Pemeliharaan
3.5.3 Mengemukakan kegiatan-kegiatan teknik perawatan dan
pemeliharaan
3.5.4 Menjabarkan Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan.
3.5.5 Mengemukakan Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan
Berbantuan Komputer
4.5.1 Mengidentifikasi format standard dari spesifikasi suatu perlengkapan
elektronika

C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mengemukakan definisi Teknik Perawatan dan
pemeliharaan

2. Peserta didik mampu mengetahui tujuan dan fungsi Perawatan dan


Pemeliharaan

3. Peserta didik mampu mengetahui kegiatan-kegiatan teknik perawatan dan


pemeliharaan
4. Peserta didik mampu mengetahui sistem manajemen pemeliharaan dan
perbaikan.

5. Peserta didik mampu mengetahui sistem manajemen pemeliharaan dan


perbaikan berbantuan komputer

6. Peserta didik mampu mengidentifikasi format standard dari spesifikasi suatu


perlengkapan elektronika

D. Uraian Materi
1.1 Perawatan dan Pemeliharaan
Teknik perawatan berasal dan kata maintenance engineering. Maintenance
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan penjagaan sesuatu hal pada kondisi yang
sempurna. Engineering dapat diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan pada praktek berupa perancangan, konstruksi dan operasi struktur,
peralatan dan sistem. Dengan demikian teknik perawatan dapat diartikan sebgai
penerapan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu
peralatan atau mesin dalam kondisi yang sempurna.
Pemeliharaan mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara
bagian pemeliharaan dan bagian produksi. karena bagian pemeliharaan dianggap
yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa yang merusakkan tetapi
juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang
dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia
penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal
dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan
perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.
Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat,
menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai
tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau
memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. Untuk Pengertian
Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik
dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin.
(Setiawan F.D, 2008). Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam
bukunya “operations Management” pemeliharaan adalah : “all activities involved
in keeping a system’s equipment in working order”. Artinya: pemeliharaan adalah
segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar
bekerja dengan baik.
1.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan dan Pemeliharaan
1.2.1 Tujuan perawatan dan pemeliharaan
Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian
lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan
perbaikan (repair) mahal. (Setiawan F.D, 2008).
Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya “manajemen pemeliharaan
mesin” Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
1) Untuk memperpanjang kegunaan asset,
2) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,
3) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
4) Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Sedangkan Menurut Sofyan Assauri, 2004, tujuan pemeliharaan yaitu :
1) Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
produksi,
2) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu,
3) Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar
batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut,
4) Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,
5) Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan
keselamatan para pekerja,
6) Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama
lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama
perusahaan yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang sebaik
mungkin dan total biaya yang terendah.

1.2.2 Fungsi Pemeliharaan


Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar
dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada
serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam
keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.
Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan
yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :
1) Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
2) Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan
berjalan dengan lancar,
3) Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan
peralatan produksi selama proses produksi berjalan,
4) Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka
proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik
pula,
5) Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan
produksi yang digunakan,
6) Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka
penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
7) Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi
dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang
ada semakin baik.
1.3 Kegiatan Perawatan dan Pemeliharaan
Gambar 1.1 Kegiatan Perawatan, Pemeliharaan dan Pemeliharaan
Pemeliharaan dan perbaikan meliputi berbagai aktifitas atau kegiatan,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Pada umumnya aktifitas tersebut dapat
dibagi menjadi dua yaitu: kegiatan yang dapat direncanakan dan kegiatan yang
tidak terduga atau tidak dapat direncanakan.
Kegiatan pemeliharaan & perbaikan yang bersifat rutin merupakan
kegiatan yang dapat direncanakan, sedangkan kegiatan yang bersifat darurat,
misalnya kerusakan alat akibat kecelakaan (misalnya terjatuh. kena petir, dan lain-
lain) merupakan kegiatan yang tidak dapat diduga. Namun demikian, hal-hal
semacam ini harus dapat diantisipasi. Minimal tahu apa yang harus dilakukan
pada saat terjadi gangguan semacam itu.
1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance)
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara
terorginisir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan
datang, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
Menurut Corder, Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana
dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:
a. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi
periodik untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi
terhenti atau berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan
pemeliharaan untuk menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan
mengembalikan mesin ke kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan
penanganan diri kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut
menyebabkan cacat atau kerugian.
Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya “maintainability,
maintenance, and reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) yaitu:
1) Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu
untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik,
dan karakteristik lain untuk standar yang pasti,
2) Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam
akurasi untuk material atau parameter perbandingan untuk standar
yang pasti,
3) Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat
menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
4) Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur
variabel tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,
5) Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan
seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari
kegagalan baru jadi,
6) Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau
siklus waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat
toleransi yang ditentukan,
7) Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan
elemen variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.
b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang
dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan
reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa
diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).
Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana
jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul
terencana.
Adapun keuntungannya yaitu:
a) Pengurangan pemeliharaan darurat,
b) Pengurangan waktu nganggur,
c) Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi,
d) Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan
produksi,
e) Memperpanjang waktu antara overhaul
f) Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian
sediaan,
g) Meningkatkan efisiensi mesin,
h) Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan,
i) Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.

2. Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)


Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang
didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan
untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan
besar pada peralatan, atau untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi,
1992). Pada umumya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana,
dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga
akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya
perbaikan atau pemeliharaan.

1.4 Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan


Masalah pemeliharaan dan perbaikan jika tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan banyak kerugian, antara lain:
1. Rugi waktu karena pekerjaan yang tertunda (akibat kerusakan peralatan
atau gedung atau sarana lainnya),
2. Produktifitas turun
3. Efisiensi turun,
4. Menambah biaya operasional, dan sebagainya.
Oleh karena itu perlu menerapkan sistem pemeliharaan & perbaikan yang
baik. Sistem pemeliharaan & perbaikan yang baik pada dasarnya merupakan
penerapan sistem manajemen untuk seluruh pekerjaan pemeliharaan dan
perbaikan. Gambar 1.2. menunjukkan unsur-unsur manajemen secara umum, yang
dapat diterapkan pada sistem pemeliharaan & perbaikan.

1. Prinsip Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan

Gambar 1.2 Prinsip-Prinsip Manajemen

2. Perencanaan Pekerjaan dan Tenaga


Untuk mendapatkan hasil yang baik, suatu pekerjaan pemeliharaan
harus direncanakan dengan baik. Dalam sebuah perusahaan atau industri
biasanya telah ada format khusus yang digunakan untuk membuat perencanaan
tersebut. Bentuk format perencanaan antara industri yang satu dengan industri
lainnya dapat berbeda, tergantung dari kebutuhan masing-masing. Tetapi
secara umum format perencanaan pekerjaan tersebut memuat isi tentang:
a. Jenis atau tipe pekerjaan
b. Sifat atau level pekerjaan
c. Tenaga pelaksana yang diperlukan
d. Material atau suku cadang yang diperlukan
e. Waktu atau lama pengerjaan, dan sebagainya

Gambar 1.3 Tipe dan Level Pekerjaan Pemeliharaan


& Perbaikan pada Umumnya
Tipe pekerjaan meliputi: pekerjaan perbaikan biasa, pemeliharaan yang
bersifat rutin atau pebaikan berat. Ini perlu diketahui oleh perencana dan
teknisi agar dapat diperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam kenyataan, bisa terjadi kondisi,
dimana dalam waktu yang bersamaan terjadi banyak sekali pekerjaan
pemeliharaan yang harus diselesaikan, sedangkan tenaga teknisi terbatas.
Dalam kondisi ini, maka perlu dibuat skala prioritas, dengan cara melihat
urgensi (tingkat kedaruratan) pekerjaan. Level pekerjaan yang bersifat darurat
atau kritis harus mendapat prioritas. Pekerjaan ini harus dapat diselesaikan
dalam waktu paling lama 24 jam.

3. Pengorganisasian Pelaksanaan Pekerjaan


Suatu pekerjaan pemeliharaan harus dikoordinasikan dengan baik,
karena meyangkut beberapa bagian dari suatu organisasi, misalnya bagian front
office yang menerima barang yang akan diperbaiki atau di-servis, bagian
perbaikan atau bengkel sebagai tempat perbaikan dan pemeliharaan, bagian
gudang yang menyimpan suku cadang, bagian keuangan, dan sebagainya.
Untuk mempermudah pekerjaan, seorang perencana biasanya membuat suatu
mekanisme kerja pemeliharaan dengan menggunakan sarana yang disebut
Perintah Kerja (Work Order). Seluruh prosedur pelaksanaan pekerjaan harus
ditaati oleh seluruh karyawan.

Gambar 1.4 Proses Pembuatan Rencana Kerja Pemeliharaan


Prosedur kerja dimulai dari diterimanya permintaan pekerjaan (Work
Request atau W.R, ditandatangani oleh manajemen). W.R yang telah disetujui
akan menjadi perintah kerja (Work Order atau W.O). W.O akan dipelajari oleh
perencana untuk selanjutnya dibuat rencana kerja lengkap, lalu dibuat jadwal
pelaksanaan pemeliharaan. Sebuah W.O yang baik setidaknya mengandung
informasi tentang:
a. Jenis Aset/barang/peralatan yang akan dikerjakan
b. Deskripsi pekerjaan pemeliharaan & perbaikan yang jelas
c. Sejarah pemeliharaan peralatan tersebut

Gambar 1.5 Contoh sebuah W.R sederhana


4. Pelaksanaan Pekerjaan & Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu hal penting dalam pelaksanaan
pekerjaan pemeliharan & perbaikan. Ada 2 masalah utama yang perlu
dilaporkan ke manajemen: yaitu masalah volume pekerjaan (lama waktu
pengerjaan & jumlah pekerja yang diperlukan) dan masalah material atau
bahan. Masalah volume pekerjaan bagi manajemen diperlukan untuk
memperkirakan adanya upah lembur. Sedangkan masalah bahan atau material
sangat berkaitan dengan ketersediaan suku cadang di gudang. Kedua informasi
ini dapat digunakan oleh manajemen untuk memberikan informasi kepada
pelanggan atau pemberi pekerjaan kapan pekerjaan tersebut selesai.

Dalam manajemen pemeliharaan, W.O adalah ujung tombak


kesuksesan sistem manajemen pemeliharaan & perbaikan.

5. Audit dan Evaluasi


Setelah seluruh pekerjaan pemeliharaan & perbaikan selesai dikerjakan,
sebaiknya diadakan evaluasi kinerja yang menyeluruh, mulai dari front office,
teknisi sebagai tenaga pelaksana, bagian gudang dan material, bagian
keuangan, bagian pengolah data, dan sebagainya. Hal ini perlu untuk selalu
menjaga kualitas dan kinerja perusahaan atau industri secara menyeluruh.

Catatan Backlog
File aktif berisi semua catatan W.O disimpan sebagai catatan
Backlog. Catatan Backlog dapat digunakan oleh manajemen untuk
menentukan jumlah pelaksana, membuat prioritas pekerjaan,
membuat status keselamatan kerja, memprediksi biaya, dan
sebagainya. Bagi seorang analis, catatan Backlog dapat digunakan
untuk membantu menentukan tingkatan staf dan mengurangi
overhead cost (biaya yang tidak perlu).

1.5 Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan Berbantuan Komputer


Sistem Manajemen Perawatan dan Perbaikan yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya dilaksanakan secara manual. Sistem tersebut dapat dilaksanakan
dengan menggunakan komputer.
Sistem Manajemen Perawatan berbantuan Komputer, biasa disingkat
CMMS (Computerized Maintenance Management Systems) merupakan sebuah
perangkat lunak yang berisi semua aspek kehidupan suatu organisasi.
Banyak vendor yang menawarkan perangkat lunak ini secara gratis. Perangkat
lunak tersebut pada umumnya masih harus dimodifikasi agar sesuai dengan
kondisi atau kebutuhan organisasi sebagai pengguna.
Keunggulan Komputerisasi Manajemen Pemeliharaan:
a. Meningkatkan efisiensi
b. Mengurangi Biaya Perawatan
c. Mengurangi biaya down-time (waktu perbaikan) peralatan
d. Menaikkan masa pakai alat
e. Menghasilkan rekaman sejarah pemeliharaan suatau alat, untuk
mempermudah membuat perencanaan pemeliharaan dan biaya perbaikan
f. Menghasilkan laporan hasil pemeliharaan dengan format yang diperlukan
oleh pemakai maupun manajemen
CMMS dapat digunakan untuk memantau semua biaya pemeliharaan dan
perbaikan alat melalui:
1. Pemantauan (monitoring) biaya W.O melalui jadwal pelaksanaan W.O
2. Pemantauan inventarisasi dan pembelian barang, untuk menghindari
penumpukan barang di gudang. Bagi vendor, informasi ini digunakan
untuk menentukan waktu pengiriman barang yang paling tepat.
3. Pemantauan Jadwal Pemeliharaan Preventif (JPP), agar tidak terjadi
pemeliharaan secara berlebihan (overmaintenance), dan dapat menaikkan
up-time serta memperpanjang usia pakai peralatan.
Pada umumnya CMMS terdiri dari 4 modul, yaitu:
1. Perencanaan Work Order dan penjadwalan
2. Kontrol Inventaris Pemeliharaan
3. Modul untuk pembaharu (up date) data Pemeliharaan Preventif
4. Laporan Pemeliharaan
1.6 Standar Penggunaan Peralatan Elektronik
Format standard dari spesifikasi suatu perlengkapan elektronika adalah :
1. Diskripsi dan nomor tipe Sebuah catatan singkat yang menyatakan dengan
jelas apa yang harus dikerjakan oleh instrumen itu dan maksud
aplikasinya. Sebuah catatan singkat yang menyatakan dengan jelas apa
yang harus dikerjakan oleh instrumen itu dan maksud aplikasinya.
2. Data kelistrikan
a. Karakteristik prinsip, misalnya;
Output, taraf tegangan, Frekuensi, Impedansi, Rentangan, Akurasi,
Distorsi, Karakteristik temperatur. Output, taraf tegangan, Frekuensi,
Impedansi, Rentangan, Akurasi, Distorsi, Karakteristik temperatur.
b. Kebutuhan daya;
Sumber tegangan: 120 V atau 240 volt ac, fasa tunggal, frekuensi 50
Hz sampai 60 Hz dengan daya 250 Watt. 240 volt ac, fasa tunggal,
frekuensi 50 Hz sampai 60 Hz dengan daya 250 Watt.
3. Data lingkungan;
a. Rentangan temperatur kerja,
b. Kelembaban,
c. Klasifikasi,
d. Test getaran,
e. Angka untuk MTBF.
4. Data mekanik
a. Dimensi,
b. Bobot.
Beberapa perlengkapan elektronika yang dipakai secara umum dapat
diklasifikasikan sbb (lihat gambar dibawah):
1. Instrumen ukur elektronika
2. Instrumen pembangkit sinyal
3. Sumber-sumber daya
4. Perlengkapan komunikasi
5. Instrumen pengolah data
6. Elektronika konsumen
7. Sistem kontrol

Gambar 1.6 Contoh Alat Ukur

Gambar 1.7 Contoh sumber daya

Gambar 1.8 Contoh alat telekomunikasi


Gambar 1.9 Contoh Pengolah Data

Gambar 1.10 Contoh elektronik konsumen

Gambar 1.11 Contoh sistem kontrol


Tabel 1.2 Contoh Spesifikasi sebuah Catu Daya dan Multimeter Digital

Penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai istilah


dan pernyataan-pernyataan dalam sebuah spesifikasi, apalagi saat membeli
sebuah instrumen baru yang tidak begitu dikenal. Jikalau ada keraguan arti
dari beberapa spesifikasi, mintalah penjelasan dari pabrik atau pergunakanlah
buku petunjuk spesifikasi standar dari instrumen tersebut. Tidak ada untungnya
dengan berpura-pura sudah mengerti.

1. Spesifikasi Tes
Dalam sebuah industri elektronika tentunya tak luput dari pengetesan
peralatan yang diproduksi, dan ini dilakukan oleh ahli tes pada bagian
perbaikan. Untuk itu tentunya diperlukan sebuah informasi cara pengetesan
suatu peralatan dengan menggunakan spesifikasi tes.
2. Definisi Spesifikasi Tes:
Spesifikasi Tes adalah informasi yang diperlukan oleh bagian test,
perbaikan, atau ahliahli instalasi agar mereka dapat mencek apakah instrumen
atau sistim memenuhi standar penampilan yang dipersyaratkan.
Spesifikasi test tentunya merupakan dokumen yang perlu pemahaman,
ini mencakup semua aspek dari karakteristik instrumen, hal-hal yang harus
dicek, disetel, diukur, dan direkam (dicatat).
Lembaran standar untuk menuliskan spesifikasi tes yang logis tentang
test dan penyetelan sebagai berikut :
a. Judul, nomor tipe instrumen, nomor seri, spesifikasi, tanggal pengeluaran
b. Daftar perlengkapan test yang diperlukan untuk melaksanakan test
c. Pemeriksaan kesinambungan, isolasi, dan resistansi (dengan daya
dipadamkan)
d. Penyetelan taraf sinyal dan tegangan, pengukuran, dan pencatatan-
pencatatan mengenai masing-masing perakitan sub. Beberapa dari test-test
ini mungkin dapat dilakukan sebelum test akhir. (catu daya hidup).
e. Test penampilan sistem dan instrumen
f. Burn - in test (kadang-kadang disebut SOAK TEST).
Untuk menjamin agar unit produksi memenuhi semua aspek
penampilan produksi yang telah disetujui, merupakan tugas para ahli test itu.
Untuk itu diperlukan suatu keterampilan dalam pengukuran dan mencari
gangguan dengan cepat. Bila beberapa bagian dari instrumen yang tidak
bekerja sesuai dengan spesifikasi, maka ahli test itu harus menemukan sebab
dari kesalahan secepat mungkin dan kemudian menyerahkan instrumen itu,
atau bagian rakitan itu kepada bagian produksi untuk diperbaiki. Disamping
pengukuran dan mencari gangguan, ahli itu harus mencatat data yang
diperlukan dengan teliti dari instrumen yang ditest.Yang penting lagi seorang
ahli tes harus menjaga keselamatan kerja, menjaga instrumen-instrumen tes dan
mempunyai catatan-catatan.
3. Kalibrasi Peralatan
Kebijakan pemeliharaan tipe tertentu suatu sistem dapat mencakup
program detail tentang kalibrasi ulang dan langkah-langkah pencegahan
lainnya. Yang dimaksud kalibrasi ulang adalah menseting kembali peralatan
yang sudah dipakai selama periode atau waktu tertentu dengan cara
membandingkan peralatan yang sama dan masih standar, sehingga alat tersebut
dapat berjalan normal kembali.
Kalibrasi ulang merupakan jenis pemeliharaan untuk mempertahankan
keandalan kerja peralatan sesuai kelasnya. Hal ini dilakukan karena adanya
penyimpangan dari batas toleransi spesifikasi peralatan tersebut. Kalibrasi
sangat penting dilakukan untuk instrumen ukur, misalnya osiloskop, digital
multimeter, alat-alat ukur elektronik kedokteran dan lain-lain.
Karena adanya penyimpangan spesifikasi bisa mengakibatkan
penyimpangan saat pengukuran, serta bila dibiarkan akan membuat alat ukur
tersebut rusak. Untuk kalibrasi ulang biasanya tidak ada komponen yang
diganti dan dilakukan dalam interval waktu yang tertentu (maksimum 1 tahun
sekali) pada setiap peralatan (terutama peralatan ukur).

E. Soal Latihan
1. Apa sasaran dan tujuan pemeliharaan dan perbaikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan preventif? Beri contoh!
3. Apa perbedan antara pemeliharaan preventi dan korektif?
4. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan pemeliharaan darurat?
Beri contohnya!
5. Sebutkan minimal 3 alat bantu pemeliharaan.
6. Bagimanakah proses atau tahapan pemeliharaan itu?
7. Mengapa kegiatan pemeliharaan & perbaikan perlu dibuat sistem?
8. Mengapa perlu Backlog pemeliharaan?
9. Apa keuntungan sistem manajemen PP berbantuan komputer?
10. Coba lakukan pengamatan sistem manajemen PP di sekolah kalian, lalu
buatlah laporan singkat tentang apa yang kalian amati.
F. Daftar Pustaka
Peni Handayani, dkk. 2008. Teknik Pemeliharaan Dan Perbaikan Sistem
Elektronika (Jilid 1). Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwj8qvyFsb3XAhUK148KHdl8AWAQFgg2MAI&url=http%3A
%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle
%2F123456789%2F32833%2FChapter%2520II.pdf%3Fsequence
%3D4&usg=AOvVaw39NXserXu2doWWCUOob_vM
CATU DAYA SISTEM PENERIMA RADIO

A. Kompetensi Dasar
3.6. Menganalisis kerusakan pada catu daya radio penerima
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.6.1. Mendeteksi kerusakan pada catu daya radio penerima
3.6.2. Menyeleksi kerusakan pada catu daya radio penerima
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mendeteksi kerusakan pada catu daya penerima
2. Peserta didik mampu menyeleksi kerusakan pada catu daya penerima
D. Uraian Materi
1.1 Mendeteksi kerusakan pada catu daya penerima
Dalam mendeteksi kerusakan pada catu daya penerima perlu diketahui
metode-metode pelacakan/deteksi kerusakan, dalam hal ini kerusakan catu daya.
Pertama-tama, ketahui metode-metode pelacakan/deteksi kerusakan seperti
berikut;
1.1.1 Metoda-Metoda Pelacakan Kerusakan
a. Cara memilih metoda yang tepat
Metoda yang dipilih untuk mencari kerusakan akan dapat
menentukan efisiensi kerja. Anda harus berusaha mencari sebanyak
mungkin kerusakan atau ketidakberesan itu sendiri. Untuk menghemat
waktu, ada baiknya bila kita menanyakan kepada orang yang mengetahui
adanya gangguan pada alat tersebut, melalui beberapa pertanyaan seperti
berikut ini.
Pertanyaan ;
1. Apakah yang sebenarnya salah ?
2. Bagaimana ciri fisik rusaknya?
3. Apakah selalu terjadi demikian ?
4. Jika memang benar, pada kondisi bagaimana?
5. Adakah penyalahgunaan? (getar- an, goncangan, panas, dll)
6. Apakah kerusakkan terjadi secara tiba-tiba atau berangsur-angsur ?
7. Apakah kerusakkan terjadi selama pengoperasian perlengkapan ?
8. Apakah kerusakkan terlihat mempengaruhi fungsi yang lain ?
9. Adakah keterangan-keterangan tambahan ?
10. Adakah orang yang telah mencoba memperbaikinya ?
Ketika pemilik suatu hi-fi set mengatakan alat tidak berfungsi
dengan baik, ini sangat minim informasinya. Maka untuk memperjelas
masalahnya dilakukan langkah pertanyaan sbb:
a. Saat bagaimana alat tidak bekerja dengan baik atau bagian mana yang
tidak baik? Misal salah satu kanal sistem stereo lebih lemah dibanding
yang lain. Ini akan mempersempit masalah hingga menuju kesalah satu
penguat kanal untuk diukur.
b. Pertanyaan kedua bertujuan untuk memfokuskan kesalahan. Pada
contoh diatas, kita menanyakan pada pemilik apakah dia telah
mencoba mengatur volume, pengatur loudness, tone control, atau
balance.
c. Pertanyaan ketiga bertujuan untuk mengetahui apakah kerusakan
tersebut terjadi secara terus menerus atau kadang-kadang saja, apakah
tergantung pengaruh luar. Apakah rusaknya total.
d. Pertanyaan keempat, untuk me ngetahui dalam kondisi bagaimana
kerusakan itu muncul. Seringkali kerusakan terjadi pada saat terjadi
getaran, suhu tinggi, mendapat kejutan (terjatuh, terbentur) atau
beberapa efek lainnya.
e. Pertanyaan kelima yaitu bantuan kita untuk mengetahui apakah
kerusakan hanya tampak setelah jatuh, terkena getaran (saat dibawa
dengan mobil), terkena suhu terlalu tinggi dll.
f. Pertanyaan keenam, membantu kita untuk menemukan apakah
kerusakan tersebut disebabkan oleh usia atau kerusakan tiba-tiba.
g. Pertanyaan ketujuh, untuk mengetahui apakah kerusakan terjadi pada
saat alat / sistem tersebut beroperasi atau mati.
h. Pertanyaan kedelapan, Kadangkadang kerusakan pada salah satu
fungsi juga dapat mempengaruhi bagian lainnya. Misalnya, gangguan
pada catu daya (filter yang kurang baik) akan mempengaruhi bagian
lain.
i. Pertanyaan kesembilan akan membantu kita untuk menen tukan lokasi
kerusakan, dengan menambahkan detail dari alat tersebut misalnya
cacat gambar pada TV ada lah sejenis dengan operasi sebuah
pembersih vakum (vacum cleaner).
j. Akhirnya, pertanyaan kesepuluh adalah untuk mengatasi kerusakan
Penggunaan teknik yang cocok untuk masalah tertentu sangat efisisen
dalam proses troubleshooting. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan :
a. Symptom-function : untuk mengisolir kerusakan pada bagian tertentu.
b. Signal-tracing : untuk menemukan blok tertentu penyebab kegagalan
pemakaian.
c. Metoda tegangan dan hambatan untuk mengisolasi kerusakan komponen
atau daerah rangkaian tertentu.
d. Metoda Half-splitting: untuk rangkaian dengan blok-blok tersusun seri.
e. Metoda Pemutusan Lup: untuk sistem lup tertutup pada industri-industri.
f. Metoda substitusi: mencoba menyolderkan komponen yang sama pada
bagian yang rusak.

1.1.2 Catu daya


1. Parameter Catu Daya Teregulasi Linear
Sebelum diadakan pengujian dan perbaikan catu daya teregulasi,
maka harus diketahui lebih dahulu parameter-parameter penting untuk
menentukan langkah kerja selanjutnya, yaitu:
a. Daerah (Range)
Yaitu batas maksimum dan minimum dari tegangan dan arus
keluaran catu daya.
b. Regulasi Beban
Yaitu perubahan maksimum dalam tegangan disebabkan oleh
perubahan arus beban dari tanpa beban ke beban penuh. Persentase regulasi
dari catu daya diberikan dengan rumus:
Gambar 2.1 Contoh Kurva Untuk Regulasi Beban untuk
Catu DayaTeregulasi Linear

c. Regulasi line
Perubahan maksimum tegangan output sebagai hasil dari perubahan
tegangan input arus bolak balik. Sering dinyatakan sebagai perbandingan
persentase, contoh perubahan tegangan input utama adalah ±10 %
menyebabkan perubahanan output ±0.01 %

d. Impedansi output
Perubahan tegangan output dibagi oleh perubahan kecil dalam arus
beban pada beberapa frekuensi yang terspesifikasikan (misalnya 100 KHz).

Pada frekuensi rendah rumus diatas untuk perubahan arus beban


sangat lambat, maka bagian resistif dari Zout menonjol. Rout dapat dibaca
dari grafik regulasi beban ( lihat Gambar 2.1) dan untuk unit daya yang
sesuai paling banyak beberapa ratus miliohm.
e. Ripel dan Derau
Yaitu harga puncak ke puncak atau rms dari setiap sinyal bolak-balik
atau sinyal acak yang masuk kedalam tegangan searah dengan seluruh
operasi dan parameter lingkungan bertahan konstan. Ripel akan keluar pada
beban penuh atau kemungkinan lain pada harga yang dispesifikasikan dari
arus beban.
f. Respon Transien
Yaitu waktu yang diambil tegangan keluaran searah dalam
memperoleh tegangan 10 mV dari keadaan harga stead y state (selanjutnya
disebut keadaan tetap) mengikuti aplikasi mendadak pada beban penuh.
g. Koefisien Temperatur
Yaitu persentase perubahan dalam tegangan keluaran searah dengan
temperatur pada harga-harga yang ditetapkan dari masukan utama arus
bolak-balik dan arus beban.
h. Stabilitas
yaitu perubahan tegangan keluaran terhadap waktu, dengan
mengambil asumsi bahwa panas yang dicapai oleh unit seimbang dan
tegangan masukan bolak-balik, arus beban dan ambien temperatur
semuanya konstan.
i. Efisiensi
yaitu perbandingan daya keluaran terhadap daya masukan
diekspresikan dalam persen. Sebagai contoh, catu daya 24 volt yang
mempunyai tegangan utama 240 volt, arus bolak-balik yang diperlukan
adalah 200 mA, apabila kemudian catu daya dibebani arus keluaran 1,2 A,
maka efisiensinya :

j. Batas arus (current limiting)


Yaitu metode yang digunakan untuk mengamankan komponen catu
daya dan rangkaian-rangkaian yang diberi catu oleh unit itu dari kerusakan
disebabkan oleh arus beban lebih. Arus keluaran steady state maksimum
dibatasi sampai dengan beberapa harga yang aman (lihat gambar 2.1).
1) Batas arus balik (foldback current limiting):
Yaitu perbaikan terhadap batas arus yang sederhana. Jika harga dari
arus beban melebihi yang ditentukan, maka catu daya akan mensaklar untuk
membatasi arus menjadi harga lebih kecil (lihat gambar 2.2).

Gambar 2.2 Karakteristik Arus Bolak Balik

Dengan memakai parameter tersebut di atas, maka contoh spesifikasi


khusus untuk unit catu daya yang sederhana adalah sebagai berikut :
a) Tegangan masukan 110 V/220 Vac frekuensi 50 Hz/60 Hz;
b) Tegangan keluaran + 24 V;
c) Arus keluaran 1.2 A maksimum;
d) Daerah temperatur –5 C s/d 45 C;
e) Koefisien temperatur 0.01 %/ C;
f) Garis regulasi 10 % dari perubahan utama menghasilkan
perubahankeluaran 0.1 %;
g) Regulasi beban 0.2 % dari nol ke beban penuh.

2. Cara cara Pengawatan catu daya dan Masalahnya


Didalam beberapa kemungkinan situasi unit daya dibutuhkan untuk
mensupply beban melalui kawat yang cukup panjang seperti pada gambar 2.3.
Pada gambar dapat dilihat arus beban mengalir dari supply dan kembali ke
kawat yang lain, sehingga akan timbul drop teqangan menyebabkan tegangan
sepanjang beban akan lebih kecil dari tegangan terminal powe r supply dan
konsekuensinya mempunyai penurunan regulasi.

Gambar 2.3 Beban jarak jauh dari terminal Catu daya

ialah satu teknik yang digunakan untuk memperbaiki hal ini


dinamakan remote sensing (selanjutnya disebut dengan penginderaan jarak
jauh), yaitu dua buah kawat ekstra digunakan untuk mengkompensasikan
efek tahanan kawat yang panjang (gambar 2.4). Efek dari teknik ini
menyebabkan tahanan kawat catu akan menjadi lup umpan-balik dari
regulator. Hal ini memberikan regulasi optimum pada beban dari pada
langsung dari terminal keluaran catu daya. Arus yang dibawa oleh dua
kawat senso r sangat kecil, sehingga dapat digunakan kawat kecil saja
menggunakan pelindung ground coaxcial untuk menghindari pengaruh
interferensi.

Gambar 2.4 Remote sensing untuk kompetisi tahanan kawat


Teknik penginderaan jarak jauh hanya dapat digunakan untuk
memberikan regulasi optimum pada satu beban. Jika catu daya digunakan
untuk memberikan supply beban dalam hubungan paralel, maka digunakan
teknik yang lain. Contoh sederhana diperlihatkan pada gambar 2.5 di bawah
ini.

Gambar 2.5 Regulator regulator yang memakai Point Of load

Tiap beban dilengkapi dengan masing-masing rangkaian regulator


IC yang sudah mudah didapat dan murah harganya. Unit catu daya utama
yang men-supply ketiga regulator terpisah biasanya tidak stabil. Dalam
beberapa situasi, yaitu satu unit daya teregulasi men-supply beberapa
rangkaian, maka susunannya harus di hubungkan dengan sedemikian rupa,
sehingga gangguan yang diakibatkan oleh transmisi sinyal dari satu
rangkaian ke rangkaian berikutnya minimum. Gambar 2.6 memperlihatkan
contoh hubungan pararel, rangkaian C atau B tidak dapat dihubungkan
apabila bebannya terlalu berat, selama arus dari rangkaian dapat di set-up
oleh sinyal interferensi pada rangkaian A.

2.6 distribusi paralel


Gambar 2.7 menunjukkan perbaikan susunan untuk gambar 2.7, dalam hal
ini rangkaian paling sensitif adalah A, dicatu lewat kawat penghubung tersendiri
yang tidak membutuhkan kawat yang besar. Rangkaian B dan C dipararel dan
diposisikan dekat catu daya.

Gambar 2.7 perbaikan susunan gambar 2.6

Distribusi satu titik single point, diperlihatkan pada gambar 2.8 jelas
disini adalah solusi terbaik, yaitu tiap-tiap rangkaian mempunyai kawat
catu sendiri.

Gambar 2.8 distribusi satu titik solusi terbaik

3. Switching mode power unit (SMPU)


Adalah jenis Power Supply yang langsung menyearahkan (rectify)
dan menyaring (filter) tegangan Input AC untuk mendapatkan tegangan DC.
Tegangan DC tersebut kemudian di-switch ON dan OFF pada frekuensi
tinggi dengan sirkuit frekuensi tinggi sehingga menghasilkan arus AC yang
dapat melewati Transformator Frekuensi Tinggi.
Beberapa keunggulan Catu Daya Switching
1. Efesiensi besar antara 65% – 85%.
2. Kecil dan ringan.
3. Kemampuan untuk dapat beroperasi pada kisaran tegangan input yang
besar dan kecil, [Auto voltage] dengan range antara 80 Volt – 240 Volt.
sebagai contoh pada personal computer ketika tegangan voltage turun
[biasanya terjadi pada daerah tertentu terutama pada sore hari], jika
anda menggunakan power supply yang bagus saat terjadi voltage turun
personal computer anda tidak akan mengalami Restart, tetapi
sebaliknya jika ada menggunakan Power Supply biasa maka ketika
voltage turun personal computer akan mengalami Restart, atau malah
pada beberapa kasus tertentu komputer malah gak bisa hidup alias
Restart terus menerus.

4. Model catu daya switcing/saklar


Catu daya model tersaklar ini ada dua macam, yaitu:
a. Pensaklar primer (primary switching)
b. Pensaklar sekunder (secondary switching)

Gambar 2.9 Blok diagram regulator model pensaklaran primer

Pada gambar 2.9 tegangan arus searah ini disaklar pada frekuensi diatas
frekuensi audio oleh transistor tegangan tinggi untuk memberikan bentuk
gelombang bolak-balik pada trafo primer. Arus bolak-balik sekunder
disearahkan dan diregulasikan dengan membandingkan catu referensi dari
zener. Perbedaan sinyal dipakai untuk mengatur daur tugas dari transistor
pensaklar. Jika tegangan arus searah turun waktu arus beban naik maka sinyal
penyeimbangan menyebabkan lebar pulsa modulator untuk mensaklar
transistor ON untuk saat yang cukup lama kemudian OFF selama setengah
daur dari osilator 20 KHz maka tegangan keluaran akan naik lagi ke harga
yang sangat dekat dengan sebelumnya. Kejadian sebaliknya, jika arus beban
dikurangi. Mode pensaklaran primer ini banyak digunakan dalam SMPU dari
daya tinggi. Walaupun demikian, anda dapat mengganti regulator linier yang
konvensional dengan tipe tersaklar memakai pensaklar sekunder seperti
Gambar 2.10 Jika transistor seri disaklar ON, arus akan mengalir ke filter LC.
Jika transistor tersaklar OFF, induktor menyimpan arus yang mengalir sebagai
aksi lintasan balik melalui Fly Wheel Dioda.

Gambar 2.10 diagram blok regulator mode pensaklaran sekunder

Berbagai macam metoda dapat digunakan untuk meregulasi keluaran arus


searah. Daur tugas dari bentuk gelombang pensaklar atau frekuensi dari
osilator dapat divariasi atau dicampur dari kedua metoda. Selama transistor
dioperasikan sebagai saklar maka salah satu OFF atau O N sehingga daya
yang didisipasikan oleh transistor lebih rendah. Walaupun demikian, SMPU
lebih efisien dan memerlukan tempat yang tidak luas bila dibandingkan
dengan regulator seri. SMPU, pemakaian utamanya adalah unit yang
mencatu arus besar pada tegangan rendah dan tegangan medium.
5. Pelacakan kerusakan dan gejala kerusakan SMPU
Sebelum memperbaiki suatu peralatan yang rusak khususnya untuk
Switching Power Supply, ada beberapa langkah yang bisa membantu dalam
proses perbaikan, yaitu:
1. Mengamati gejala kerusakan yang terjadi’
2. Menganalisa kerusakan atau memperkirakan bagian/blok mana yang
rusak karena gejala tersebut’
3. Lakukan pengetesan pada bagian yang anda curigai atau lakukan
pengetesan sistematis bila anda kurang yakin bagian mana yang
rusak.
Dalam pelacakan kerusakan sistematis pada Switching Power Supply
sebaiknya pengetesan dimulai dari input jalajala sampai bagian primer
rangkaian penyaklar karena umumnya kerusakan banyak terjadi di bagian
tersebut.
Bila pada bagian primer semua komponen sudah dites baik, begitu
pula besarnya tegangan pada masing-masing kapasitor filter perata DC
sudah normal ± 150 V, maka langkah berikutnya adalah melakukan
pengetesan ke bagian sekunder yaitu driver PWM dan rangkaian IC PWM
baik pengetesan tegangan catunya atau pengetesan komponen secara pasif.
Pengetesan pada penyearah output dan penguat kesalahan adalah yang
terakhir karena pada bagian ini jarang terjadi kerusakan kecuali bila catu
dayanya sudah berumur tua bisa terjadi kerusakan pada kapasitor-kapasitor
penyearah jeleknya/putusnya solderan ke komponen atau konekto r atau
dioda penyearah yang rusak.

1.2 Menyeleksi Kerusakan Pada Catu Daya Radio Penerima


Tabel 2.1 Kerusakan Khas pada Unit Catu Daya.
 NO KERUSAKAN GEJALA
1 Bagian primer atau Keluaran DC nol. AC sekunder nol. Lilitan
bagian sekunder primer atau sekunder memiliki resistansi
transformator jala-jala tinggi.
terbuka

2 Lilitan bagian primer Ada dua kemungkinan: (a) Sekering jala-jala


atau bagian sekunder putus atau (2) output DC rendah dan
transformator jala-jala transformator mendapat panas yang berlebihan
terhubung singkat karena arus yang ditarik sangat besar

3 Lilitan transformator Sekering putus. Resistansi di antara lilitan dan


terhubungsingkat ke bumi kecil,.
frame atau screen
4 Sebuah Dioda dalam Sekering jala-jala putus, karena praktis lilitan
jembatan terhubung sekunder terhubung singkat setap setengah
singkat siklus lainnya. Diperlukan pemeriksaan
resistansi pada masing-masing lengan
jembatan yaitu dengan mengukur  resistansi
masing-masing Dioda dalam arah forward dan
reverse

5 Kapasitor filter terbuka Keluaran DC rendah dengan kerut (ripple) ac


amat besar menyertainya

6 Kapasitor filter Sekering putus. Resistansi DC dalam line yang


terhubung singkat belum distabilkan dalamk kedua arah nilainya
rendah.

7 Kesalahan penguat Keluaran DC tinggi dan belum teregulasi.


dalam regulator terbuka Tidak ada sinyal kontrol untuk elemen seri.

8 Basis Emitor transistor Keluaran DC nol. DC yang belum terstabilkan


seri terbuka sedikit lebih tinggi dari pada keadaan
normalnya, karena tak ada arus yang ditarik.

9 Zener acuan terhubung Keluaran DC rendah. Ada kemungkinan


singkat transistor seri mendapat panas berlebihan.

E. Latihan
1. Sebutkan parameter-parameter penting yang menentukkan langkah kerja
selanjutnya, pada parameter catu daya teregulasi linear !
2. Jelaskan keunggulan catu daya switching !
3. Sebutkan macam-macam catu daya model tersaklar !
4. Jelaskan yang disebut Catu daya model Pensaklar primer !
5. Jelaskan yang disebut Catu daya model Pensaklar sekunder !
F. Daftar pustaka
http://teknikelektronika.com/pengertian-power-supply-jenis-catu-daya/
handayani, 2008. Teknik Pemeliharaan Dan Perbaikan Sistem Elektronika.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
PENALA SISTEM PENERIMA RADIO

A. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis kerusakan pada rangkaian penala penerima radio
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7.1 Mendeteksi kerusakan pada rangkaian penala penerima radio
3.7.2 Menyeleksi kerusakan pada rangkaian penala penerima radio
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mendeteksi kerusakan pada rangkaian penala
penerima radio
2. Peserta didik mampu menyeleksi kerusakan pada rangkaian penala
penerima radio
D. Uraian Materi
1.1 Mendeteksi Kerusakan Pada Rangkaian Penala Penerima Radio
Untuk mendeteksi kerusakan pada rangkaian penala penerima radio harus
diketahui prinsip dasar dan fungsi dari suatu penguat. Perbedaan utama saat
ini hanya terletak pada sistim PENALAAN.
1.1.1 Penalaan
Penalaan pesawat atas frekuensi penerimaan yang diinginkan dicapai dengan
mengubah frekuensi resonansi dari RESONATOR OSILATOR TINGKAT
MASUKAN. Dengan mengubah tahanan semu (reaktansi) kumparan dengan jalan
menggeser inti kumparan, komponen penala yang biasanya digunakan adalah
kapasitor variabel sebelum digunakan dioda kapasitor. Saat ini pun masih
digunakan pada pesawat yang bermutu baik dengan kapasitor variabel 4 sampai 6
tingkat. Dengan itu dapat dibangun kwalitas lingkaran LC lebih tinggi dan sinyal
yang lebih besar daripada dikerjakan dengan dioda kapasitor. Dioda kapasitor
mempunyai keuntungan-keuntungan untuk Pelayanan dan Pengembangan
peralatan.
Gambar 3.1
Penalaan dapat menggunakan POTENSIOMETER dengan posisi yang
dikehendaki. Dan dapat dengan sederhana menmpatkan stasiun-stasiun tetap.
Dengan potensio meter. Dalam gambar 1 dapat disaklarkan tegangan tetap yang
disyaratkan untuk suatu frekuensi pemancar pada dioda-dioda kapasitor. Dengan
menggunakan PENGUKUR TEGANGAN dapat ditampilkan frekuensi
penerimaan secara analog.

1.1.2 Pelacak pemancar otomatis dan sintesa tegangan


Untuk memudahkan pengoperasian dan lebih aman dalam lalu lintas, biasanya
dalam radio mobil menggunakan penalaan dengan pelacak pemancar elektronik
otomatis. Dalam perkembangannya digunakan pula pada peralatan rumah yang
menggunakan pengendali jarak jauh (remote control). Dioda kapasitor tuner
dikendalikan oleh TEGANGAN YANG NAIK secara perlahan (DARI
GENERATOR GIGI GERGAJI). Proses ini dapat dimulai (di start) dengan knop
ataupun dengan saklar sentuh.
Gambar 3.2
Jika sebuah pemancar telah diterima dengan baik, demodulator FM akan
memberikan sinyal stop pada lintasan nol. Pemancar telah ditemukan dan tetap
ada jika di start lagi, maka tegangan penala akan naik sampai ditemukan pemancar
baru lagi. Selain pelacakan keatas (frekuensi diturunkan ke harga yang rendah),
sehingga dalam tuner terdapat UP dan DOWN tuning (penalaan keatas dan
kebawah). Apa yang telah dibicarakan diatas dengan sistim DIGITAL. Pada
penalaan digital besaran tegangan penala analog diubah menjadi besaran BINER
dan selanjutnya diubah lagi dalam sebuah pengubah DIGITAL KE ANALOG
D/A.

Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 104b memperlihatkan prinsip sintesa tegangan, dan proses tegangan
didalamnya dicontohkan gambar 105, dimana tegangan penala hanya dicacah
dalam 10 tingkat.Misalnya sinyal masukan adalah 0000010000. Didalam penyama
digital sinyal dari penghitung isi dibandingkan dengan sinyal dari penghitung
pemeriksa, maka hasilnya sinyal Ub. Sinyal ini akan menggerakkan tingkat saklar,
sehingga diperoleh tegangan kotak Uc yang selanjutnya diambil harga rata-
ratanya oleh FILTER PELALU BAWAH
Maka diperoleh tegangan searah Ud guna penalaan, dimana besarnya Ud akan
menyebabkan osilator BERGETAR PADA FREKUENSI YANG
DIKEHENDAKI sesuai data yang dimasukkan.

1.1.3 Pembantu penalaan


1. Pengukur kuat medan, juga dinamakan S - meter menunjukkan besar
tegangan masukan relatip. Biasanya diukur TEGANGAN IF
2. Penanda kanal dalam pesawat FM menunjukkan LINTASAN NOL kuva
demodulator

3. Penanda stereo akan menyala jika menerima siaran stereo, sebagai


penanda digunakan SINYAL PEMANDU 19 KHz
4. Filter desis stereo digunakan untuk meredam desis pada frekuensi tinggi,
karena sinyal multiplek berfrekuensi hingga 53 KHz
5. Filter ini bekerja dengan jalan mencampur sinyal kanan dan kiri, sehingga
sedikit akan MEMPER BURUK pemisahan kanal pada frekuensi tinggi
6. Penanda multipath, sinyal dari pemancar FM kadang tidak diterima dari
satu arah tapi juga menerima sinyal dari PANTULAN. Pesawat yang
menerima sinyal dari banyak arah (multipath) ini tidak diperbolehkan ,
karena itu antena harus disearahkan dengan tepat. Penanda multipath
memanfaatkan sinyal pemandu stereo 19 KHz.
1.2 Menyeleksi Kerusakan Pada Rangkaian Penala Penerima Radio

Tabel 3.4 Kerusakan Pada Rangkaian Penerima Radio


No. Bagian yang Rusak Analisa Penyelesaian
pengukuran
1. Detektor (transistor) Tegangan bias yang - Betulkan tegangan
salah pada transistor bias
- Ganti dengan
transistor baru
2. Detektor (dioda) Tegangan bias yang - Betulkan tegangan
salah pada dioda bias
- Ganti dengan dioda
baru
3. Filter AGC Kondesator filter Periksa sirkuit/
AGC Putus komponen sekitar
rangkaian detektor
4. Gulungan Hambatan kumparan Ganti trafo IF
transfomator IF sekunder trafo putus
5. Detektor Tegangan bias yang Ganti dengan dioda /
(Transistor/dioda) salah pada dioda/ transistor baru
transistor
6. Oscilator local pada Transistor penguat Periksa sirkuit/
rangkaian penala RF tegangan bias komponen sekitar
yang salah rangkaian penala

E. Latihan
1. Jelaskan secara singkat penalaan frekuensi penerimaan pesawat radio !
2. Jelaskan secara singkat sistem penalaan Pelacak pemancar otomatis !
3. Sebutkan 3 contoh kerusakan pada rangkaian penerima radio berserta
penyelesaiannya !

F. Daftar Pustaka
Peni Handayani, dkk. 2008. Teknik Pemeliharaan Dan Perbaikan Sistem
Elektronika (Jilid 1). Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.
Sutarman Mr, 2007. Radio penerima AM + FM.
https://issuu.com/afctegal/docs/radioamfm. Diakses 23 November
2017.
RANGKAIAN PENGUAT AKHIR PENERIMA RADIO

A. Kompetensi Dasar
3.8. Menganalisis kerusakan pada rangkaian penguat akhir penerima radio
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.8.1. Mendeteksi kerusakan pada penguat akhir penerima radio
3.8.2. Menyeleksi kerusakan pada penguat akhir penerima radio
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mendeteksi kerusakan pada penguat akhir penerima
radio
2. Peserta didik mampu menyeleksi kerusakan pada penguat akhir penerima
radio
D. Uraian Materi
1.1 Mendeteksi kerusakan pada penguat akhir penerima radio
Untuk mendeteksi kerusakan pada penguat akhir penerima radio harus
diketahui prinsip dasar dan fungsi dari suatu penguat.
1.1.1 Penguat
Penguat adalah suatu peralatan dengan masukan sinyal yang kecil dapat
dipergunakan untuk mengendalikan tenaga output yang besar.
Hal ini ditunjukkan dalam gambar 4.1. Masukan sinyal disini dipergunakan untuk
mengendalikan arus listrik yang mengalir pada peralatan aktif. Kemudian arus
listrik ini yang menyebabkan perubahan tegangan pada tahanan beban, sehingga
daya keluarannya menjadi:
Po = Vo io Watt (output)
Daya masukan Pi = Vi ii Watt (input)
Penguat Daya (Ap), dihasilkan oleh perbandingan daya keluaran terhadap daya
masukan:
Ap = Po / Pi
Simbol yang lebih umum ditunjukkan pada gambar 4.2. Setiap penguat
menaikkan jumlah tegangan dari sinyal inputnya.
Gambar 4.1 Diagram blok dasar penguat

Gambar 4.2 Simbol Umum Penguat


Klasifikasi suatu penguat bisa saja diperuntukkan untuk penguat tegangan,
penguat arus atau penguat daya.
Penguatan daya : Ap = P2/P1
Penguatan tegangan : Av = Vo/Vi
Penguatan arus : Ai = io/ii
Penggunaan penguat-penguat tersebut terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Klasifikasi Umum Dari Rangkaian Penguat
Penguat Respon Frekuensi Kelas Operasi
Tegangan Audio dan frekuensi Kelas A : penguat Tegangan / arus
rendah sinyal kecil
Arus Frekuensi radio (tuned), Kelas B : penguat dengan
pita lebar atau video output daya
Daya Pulsa dan arus searah Kelas C : pemancar dan osilator

Ada tiga kelas operasi suatu penguat yang paling dasar, yaitu:
Kelas A : Perangkat aktif (transistor) diberi bias sehingga selamanya terjadi aliran
arus ratarata (selalu on). Arus ini juga naik turun disekitar harga rata-ratanya
tergantung sinyal input. Kelas ini adalah yang paling umum dipergunakan, contoh
tipe yang ada yaitu penguat dengan sinyal kecil (gambar 4.3).

Gambar 4.3 Penguat Satu Tingkat Kelas A


Kelas B : Perangkat aktif diberi bias pada posisi cut-off dan akan on oleh sinyal
input 1/2 siklus. Kelas operasi ini dipergunakan secara meluas dalam penguat
daya push-pull (gambar 4.4)

Gambar 4.4 Penguat Push-Pull kelas B


Kelas C : Perangkat aktif diberi bias diluar titik cut-off, sehingga sinyal input
harus melampaui harga yang relatif tinggi sebelum perangkat dapat dibuat
konduk. Kelas ini dipergunakan dalam rangkaian osilator dan rangkaian pemancar
(gambar 4.5).

Gambar 4.5 Rangkaian Osilator


1.1.2 Pengukuran Rangkaian Penguat
Sebelum dilakukan pelacakan kerusakan suatu penguat khususnya penguat
stereo, maka harus diketahui terlebih dahulu pengukuran-pengukuran apa
saja yang harus dilakukan untuk mengetahui spesifikasi sebuah penguat
audio. Spesifikasi yang harus diukur pada sebuah penguat adalah:
1. Pengukuran Penguatan :
Secara blok rangkaian pengukuran ditunjukkan pada gambar 4.6.
Seandainya diperlukan penguatan tegangan pada penguat dengan frekuensi
1 KHz. Mula-mula generator sinyal dipasang untuk memberikan output,
katakanlah 500 mV pada 1 KHz, dengan attenuator yang telah
dikontakkan
(switched) pada nol dB. Sinyal ini pada input penguat (titik A),
disambungkan pada input Y dari oscilloscope dan pengontrolan
oscilloscope diatur sehingga gambarnya muncul pada bagian layar yang
tersedia.

Gambar 4.6 Pengukuran Penguatan Tegangan pada Sebuah


Rangkaian Penguat.
Kabel oscilloscope kemudian dipasang ke output penguat (titik B) dan
kemudian attenuator dinaikkan sampai output mempunyai tinggi (puncak)
yang sama dengan pengukuran pertama. Penguatan amplifier sekarang
sama dengan penggunaan attenuator yang telah dipasang.
Keuntungan dari metode ini ialah bahwa pengukuran tidak tergantung
pada ketelitian oscilloscope.
2. Pengukuran frekuensi respons dan Band Width :
Dengan tetap memakai seperangkat alat seperti dalam gambar 4.7 dapat
diperoleh penguatan amplifier pada setiap frekuensi. Penguatannya
digambarkan terhadap frekuensi pada kertas grafik linier/log, untuk
amplifier audio diperlukan 4 siklus log akan menjangkau batas frekuensi
10 Hz sampai dengan 100 kHz dapat ditentukan secara cepat dengan
mencatat 2 frekuensi bandwidth, dimana penguatan turun sebesar 3 dB
dari penguatan frekuensi tengahnya.
3. Pengukuran Impedansi Input :
Rangkaian untuk pengukuran impedansi input diberikan pada gambar 4.8,
dengan memberikan sinyal generator pada 1 KHz. Tahanan disetel nol dan
output amplifier dihubungkan pada alat pengukur, yaitu oscilloscope atau
meter ac.
Pengaturan dapat dilakukan sehingga penyimpangan yang besar dapat
dilihat. Tahanan (resistance) dari decade box kemudian di setel makin
besar sampai sinyal output turun secara pasti yaitu menjadi setengahnya.
Selama kotak tahanan (variabel) dan impedansi input dari amplifier
membentuk pembagi tegangan, kalau outputnya setengahnya, maka
tahanan pada box sama dengan tahanan input.

Gambar 4.8 Pengukuran Impedansi Input dari Penquat Tegangan Audio

4. Pengukuran Impedansi Output :


Rangkaian yang digunakan untuk pengukuran ini ditunjukkan pada
gambar 4.9 dengan bagian depan seperti 4.4 tanpa diberi tahanan box.
Gambar 4.8 Pengukuran Impedansi Output dari Penguat Tegangan Audio
Teknik pengukurannya sama dengan teknik pengukuran impedansi input.
Frekuensi sinyal yang digunakan 1 KHz dan pertama-tama RL dilepas dan
suatu simpangan (defleksi) yang besar teramati pada osiloskop. Kemudian
beban luar RL dipasang dan nilai beban tersebut diturunkan hingga output
turun mencapai setengah kali nilai awal. Nilai RL pada saat itu sama
dengan nilai tahanan output (resistansi output).
5. Pengukuran Output daya, efisiensi dan sensitivitas untuk sebuah audio
amplifier :
Untuk pengukuran-pengukuran ini loudspeaker dapat diganti dengan
sebuah tahanan wire-wound sebagai beban yang nilainya sama dengan
impedansi loudspeaker, dan pengetesan-pengetesan dapat dilakukan pada
frekuensi dimana impedansi loudspeaker umumnya bersifat resistif,
misalnya kira-kira 1 kHz.
Diagram untuk pengukuran ditunjukkan pada gambar 4.9. Nilai watt dari
beban tahanan harus lebih besar dari daya maksimum output. Tegangan
input dapat diatur sampai sinyal output pada osiloskop menunjukkan level
maksimum tanpa distorsi.
Gambar 4.9 Pengukuran Daya Output, Efisiensi dan Sensitivitas dari
Sebuah Penguat Output Audio.
Hal ini terjadi dimana tidak ada yang terpotong dari sinyal input positif
dan sinyal input negatif. Biasanya jika distorsi meter tersedia, maka
pengecekan yang lebih teliti untuk mengetahui level-level distorsi dapat
dilaksanakan. Kemudian daya output maksimum harus direkam tanpa
melampaui nilai distorsi harmonik yang telah ditentukan oleh pembuat
amplifier.
Output daya = Vo2 / RL
dengan Vo adalah nilai rms dari sinyal output.
Sedangkan rms = peak to peak /
Efisiensi amplifier dapat dicek dengan pengukuran daya d.c. yang diambil
oleh amplifier dari supply.
Daya d.c. = Vdc. Idc dan

Sensitivitas amplifier adalah besarnya tegangan input yang dibutuhkan


untuk menghasilkan daya output maksimum tanpa distorsi.
1.2 Menyeleksi kerusakan pada penguat akhir penerima radio
1.2.1 Jenis kerusakaan dan gejalanya
Dibawah ini diberikan tabel jenis kerusakan dan gejala yang terjadi bila
kerusakan dialami oleh rangkaian penguat, baik itu penguat awa maupun
penguat daya.

Tabel 4.2 Kerusakan Pada Penguat Sinyal Kecil (Penguat Awal)


Jenis Kerusakan Gejala
Komponen bias rusak, rangkaian Titik kerja bergeser menuju titik mati
terbuka atau harga resistor terlalu transistor cenderung mati, gejalanya
besar terjadi distorsi besar, atau bahkan tidak
ada keluaran.
Kapasitor kopling atau decopling (gejala sama dengan diatas)
hubungan singkat
Kapasitor kopling terbuka Bias DC normal: tidak ada keluaran,
karena sinyal dari tingkat yang satu
tidak dapat diteruskan ke tingkat
berikutnya.
Saluran daya kapasitor decopling Menaikkan derau pada frekuensi 100
terbuka Hz, pada keluaran penguat. Masukan
penguat depan normal.
Saluran rangkaian umpan balik Penguatan menjadi tidak stabil dan
terbuka kemungkinan dapat terjadi osilasi.
Nilai kapasitor kopling dan dicopling Respon frekuensi rendah sangat kurang;
berkurang lebar pita berkurang

Tabel 4.3 Kerusakan Pada Penguat Daya


Jenis kerusakan Gejala
Resistor bias dari rangkaian terbuka Pada penguat kelas B akan
atau nilainya membesar memperbesar distorsi crossover.
Kapasitor keluaran hubung singkat Sekering putus atau transistor menadi
panas. Lakukan pengukuran resistansi
untuk mengetahui komponen yang
rusak.
Potensiometer bias di set pada harga Kenaikan distorsi crossover. Transistor
yang kurang tepat daya menjadi panas.

E. Latihan
1. Jelaskan secara singkat prinsip dari suatu penguat!
2. Gambarkan dalam table klasifikasi umum dari rangkaian penguat !
3. Jelaskan secara singkat pengukuran yang dilakukan pada rangkaian
penguat!
4. Sebutkan 3 jenis Kerusakan Pada Penguat Sinyal Kecil (Penguat Awal)!
5. Sebutkan 3 jenis Kerusakan Pada Penguat Daya!

F. Daftar Pustaka
Peni Handayani, dkk. 2008. Teknik Pemeliharaan Dan Perbaikan Sistem
Elektronika (Jilid 1). Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai