LANDASAN TEORITIS
6
7
1. Apakah fungsi dan hubungan performansi standar dari asset dalam konteks
operasional pada saat ini (system functions)?
2. Bagaimana asset tersebut rusak dalam menjalankan fungsinya (functional
failure)?
10
a. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi: sistem yang akan dipilih adalah
sistem yang mempunyai frekuensi corrective maintenance yang tinggi, dengan
biaya yang mahal dan berpengaruh besar terhadap kelancaran proses pada
lingkungannya.
c. Deskripsi sistem dan Functional Diagram Block (FDB): setelah sistem dipilih
dan batasan sistem telah dibuat, maka dilakukan pendeskripsian sistem.
Bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumentasikan detail penting
dari sistem.
d. Penentuan fungsi dan kegagalan fungsional: fungsi dapat diartikan sebagai apa
yang dilakukan oleh suatu peralatan yang merupakan harapan pengguna.
Fungsi berhubungan dengan masalah kecepatan, output, kapasitas dan kualitas
produk. Kegagalan (failure) dapat diartikan sebagai ketidakmampuan suatu
peralatan untuk melakukan apa yang diharapkan oleh pengguna. Sedangkan
kegagalan fungsional dapat diartikan sebagai ketidakmampuan suatu peralatan
untuk memenuhi fungsinya pada performasi standar yang dapat diterima oleh
pengguna. Suatu fungsi dapat memiliki satu atau lebih kegagalan fungsional.
e. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA): mode kegagalan merupakan suatu
keadaan yang dapat menyebabkan kegagalan fungsional. Apabila mode
kegagalan sudah diketahui maka memungkinkan untuk mengetahui dampak
kegagalan yang menggambarkan apa yang akan terjadi ketika mode kegagalan
tersebut terjadi, selanjutnya digunakan untuk menentukan konsekuensi dan
memutuskan apa yang akan dilakukan untuk mengantisipasi, mencegah,
mendeteksi atau memperbaikinya
12
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan salah satu program
peningkatan dan pengendalian kualitas yang dapat mencegah terjadi kegagalan
dalam suatu produk atau proses. Berikut adalah beberapa definisi FMEA yaitu:
1) FMEA menurut Chrysler (2008): FMEA merupakan metodologi analisis yang
digunakan untuk memastikan masalah potensial pada produk dan proses
dipertimbangkan dan dialamatkan secara menyeluruh melalui perbaikan
proses.
2) FMEA menurut McDermott (2009): FMEA merupakan suatu metode yang
sistematik dalam mengidentifikasi dan mencegah masalah yang terjadi pada
produk dan proses.
Tujuan dari penerapan FMEA adalah mencegah masalah terjadi pada proses dan
produk. Jika digunakan dalam desain dan proses manufaktur, FMEA dapat
mengurangi atau menekan biaya dengan mengidentifikasi dan memperbaiki
produk dan proses secara cepat pada saat proses pengembangan. Pembuatannya
relatif mudah serta tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hasilnya adalah
proses menjadi lebih baik karena telah dilakukan tindakan koreksi dan
mengurangi serta mengeliminasi kegagalan (McDermott, 2009).
Logic Tree Analysis (LTA) bertujuan untuk memberikan prioritas pada setiap
mode kerusakan dan melakukan peninjauan terhadap fungsi dan kegagalan fungsi.
Prioritas suatu mode kerusakan dapat diketahui dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah disediakan dalam LTA ini. LTA mengandung informasi
mengenai nomor dan nama kegagalan fungsi, nomor dan mode kerusakan, analisis
kekritisan dan keterangan tambahan yang dibutuhkan. Analisis kekritisan
menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam satu dari empat kategori. Empat
hal yang penting dalam analisis kekritisan yaitu sebagai berikut:
a. Evident: Apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi
gangguan dalam sistem?
b. Safety: Apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?
c. Outage: Apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian
mesin berhenti?
Berdasarkan LTA tersebut failure mode dapat digolongkan dalam empat kategori,
yaitu:
a. Kategori A, jika failure mode mempunyai konsekuensi safety terhadap
personel maupun lingkungan.
b. Kategori B, jika failure mode mempunyai konsekuensi terhadap operasional
pabrik (mempengaruhi kuantitas ataupun kualitas output) yang dapat
menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan.
c. Kategori C, jika failure mode tidak berdampak pada safety maupun
operasional pabrik dan hanya menyebabkan kerugian ekonomi yang relatif
kecil untuk perbaikan.
d. Kategori D, jika failure mode tergolong sebagai hidden failure, yang
kemudian digolongkan lagi ke dalam kategori D/A, kategori D/B, dan kategori
D/C.