DURASI : 2 JP
Gambar. 3. Kurva Beban Puncak Harian Sistem Jawa Bali dalam Seminggu ......................... 8
Gambar. 5. Kurva beban rencana dan realisasi Sistem Jawa Bali 2015 ................................ 11
Gambar. 6. Penyusunan neraca daya diawali dengan penyusunan prakira beban sistem..... 12
Gambar. 13. Pola perencanaan jangka panjang Waduk kaskade Citarum ............................ 29
Untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik diperlukan perencanaan yang baik apalagi kalau
diingat bahwa operasi sistem memerlukan biaya yang tidak sedikit, oleh karena itu perlu
dibuat Rencana Operasi terlebih dahulu sebelum suatu sistem dioperasikan. Rencana operasi
ini selanjutnya dipakai sebagai pedoman untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik.
Sebagai contoh pada Sistem Jawa Bali perencanaan operasi merupakan strategi operasi
penyediaan tenaga listrik, agar kontinuitas pasokan dapat lebih terjamin dengan menyiapkan
perencanaan yang matang dilengkapi dengan skema (antisipasi) terhadap potensi gangguan/
kerawanan. Perencanaan operasi dilakukan secara bertahap untuk memberikan kesempatan
adanya perubahan kondisi operasi, seperti perubahan status pembangkit maupun transmisi,
sehingga perencanaan akan semakin mendekati kondisi real di lapangan. Rencana Operasi
Sistem terdiri dari 4 periode, yaitu:
Pada Gambar 1 menunjukkan alur proses yang dilaksanakan Bidang Operasi Sistem, dimulai
dari pengumpulan dan verifikasi seluruh parameter data rencana operasi, kemudian data dan
pengolahan dengan menggunakan beberapa tools, hasil proses adalah rencana operasi
sistem terdiri dari 4 periode diatas. Terakhir eksekusi oleh pelaksanaan dispatching secara
operasi real time.
Acuan dan parameter dalam penyusunan ROT antara lain Target RKAP dari PLN Pusat
termasuk alokasi penggunaan energi primer, kontrak/ perjanjian jual beli tenaga listrik, usulan
jadwal pemeliharaan pembangkit dari seluruh perusahaan pembangkit, kondisi hidrologi
khususnya disekitar daerah aliran sungai Citarum, penambahan instalasi transmisi dan
pembangkit baru dari PLN Proyek dan lain-lain.
Sedangkan out put yang tercantum dalam ROT antara lain rencana pertumbuhan beban/
energi, alokasi energi, kondisi hidrolologi, konfigurasi dan bottle neck sistem penyaluran, load
flow dan tingkat hubung singkat, neraca daya, pola operasi PLTA waduk, kualitas tegangan,
skema pengaman sistem dan lain-lain.
Peninjauan atas jam kerja unit-unit pembangkit yang bersifat peaking units terutama dalam
kaitannya dengan rencana pemeliharaan. Hal ini diperlukan untuk membuat jadwal operasi
unit-unit pembangkit yang bersangkutan. Alokasi produksi tiap jenis pembangkit dalam
kaitannya dengan pemesanan kebutuhan bahan bakar.
Rencana Operasi Bulanan, disusun berdasarkan turunan dari ROT dengan melakukan
pemutakhiran kondisi operasi dan melakukan antisipasi antara lain update kecenderungan
kebutuhan sistem tenaga listrik, kesiapan transmisi dan kesiapan pembangkit termasuk energi
primer, rencana penyerapan gas dan kondisi hidrologi, dan rencana pemeliharaan. Hal-hal
yang tercantum dalam rencana bulanan secara garis besar sama dengan ROT namun lebih
detil. Misal alokasi energi dari setiap unit pembangkit berdasarkan penawaran kesiapannya,
untuk neraca daya dalam ROB dihitung ditampilkan setiap hari, sedang dalam ROT dilihat
secara mingguan.
Hal-hal yang bersifat tidak menentu adalah jumlah air yang akan diterima PLTA-PLTA (pada
musim hujan) serta beban untuk jangka pendek (satu minggu) yang akan datang. Rencana
Operasi Mingguan berisi jadwal operasi serta pembebanan unit-unit pembangkit untuk 168
Dalam Rencana Operasi Mingguan (ROM), resolusi perencanaan sudah per setengah jam.
Dalam rencana mingguan sudah tercantum perkiraan pembebanan per setangah jam dari
setiap pembangkit, demikian juga rencana pemeliharaan transmisi dan pembangkit. ROM
terbit setiap hari Kamis untuk periode Jumat s.d Kamis. Setiap pengguna jaringan harus
sudah menyampaikan pernyataan kesiapan pada hari Selasa sore.
Rencana Operasi Harian (ROH) yang dibuat untuk pedoman peleksanaan pengendalian
operasi real-time, hal ini untuk lebih memfokuskan perhatian dispatcher pada pengamanan
sistem tenaga listrik. Hasil dari ROH antara lain adalah pembebanan setiap unit pembangkit
per setengah jam, serta rencana pemeliharaan pembangkit maupun transmisi untuk hari yang
terkait. ROH diterbitkan pukul 15.00 dan disampaikan kepada seluruh pengelola pembangkit
maupun transmisi dan seluruh APB.
Dispatching, yaitu pelaksanaan pengendalian operasi real time SJB oleh Dispatcher, dengan
panduan ROH, untuk mencapai tujuan operasi dengan azas efisien, andal dan bermutu.
Dalam perencanaan operasi sistem tenaga listrik digunakan teknik optimasi sehingga
permasalahan permasalahan yang muncul dapat dianalisa sehingga diperoleh hasil yang
seoptimal mungkin. Untuk mengetahui sejauh mana suatu sistem STL itu andal digunakan
suatu metoda perhitungan keandalan STL yaitu metoda LOLP (Loss of Load Probability).
2. Prakiraan Beban
Dalam suatu perencanaan operasi, data realisasi operasi (beban sistem) akan dipergunakan
sebagai acuan dalam meramalkan prakiraan beban pada masa yang akan datang. Meskipun
pada kenyataannya karakteristik kejadian setiap realisasi beban tidak selalu sama untuk
setiap saat, namun demikian karakteristik tersebut masih mempunyai pola-pola yang spesifik
bila dibuat pendekatan karakteristiknya disamping tetap memperhatikan pola pergeseran
karena adanya hari libur yang selalu tidak tetap. Pola-pola inilah yang akan dipergunakan
sebagai acuan dalam menentukan prakiraan beban.
Ada banyak metode statistik dalam proses pembuatan prakiraan beban yaitu kombinasi
dengan algoritme artificial intelligence seperti neural networks, fuzzy logic dan expert system.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4
Dalam tulisan ini akan dipaparkan metode yang selama ini dipakai di Sistem Jawa Bali yaitu
metode koefisien dimana beberapa realisasi data operasi dipakai sebagai acuan dalam
menentukan pola prakiraan beban puncak. Bila dibandingkan antara angka rencana prakiraan
beban dengan realisasi, di sistem Jawa Bali tingkat akurasi prakiraan beban berkisar antara
2% – 3%.
Pembentukan koefisien beban puncak mingguan selama satu tahun dengan data operasional
sbb :
dimana :
Pn1 = beban puncak mingguan pada minggu ke-1 untuk data ke-n
Pnrk = beban puncak mingguan pada hari raya yang jatuh pada minggu yang ke dnrk (minggu
ke-k untuk data yang ke-n)
Apabila diketahui prakiraan hari raya yang akan datang terjadi pada minggu ke-q, maka data
di atas dapat digeser sbb :
dimana :
Pn1
tn1 = -------------
Pnm
adalah koefisien beban puncak mingguan dengan Pnm merupakan beban puncak tertinggi
selama setahun dari data yang ke-n
Dengan menjumlahkan n data setiap minggu yang sama, maka akan diperoleh koefisien rata-
rata beban puncak mingguan selama 52 minggu (satu tahun), yaitu:
Apabila koefisien terrtinggi dalam 52 minggu tersebut adalah 1, maka diperoleh koefisien
baru, yaitu:
t1 t2 t3 ………………..………….……… t52
P1 P2 P3 ………………..………….……… P52
21.000
19.000
17.000
15.000
Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis
Gambar. 3. Kurva Beban Puncak Harian Sistem Jawa Bali dalam Seminggu
Karakteristik beban puncak harian pada dasarnya tidak selalu sama untuk masing-masing
hari. Berdasarkan realisasi, beban puncak harian dapat dibedakan dari sifat-sifat harinya
menjadi 35 jenis beban harian yaitu:
1. Hari Minggu
2. Hari Senin
3. Hari Selasa
4. Hari Rabu
5. Hari Kamis
6. Hari Jum’at
7. Hari Sabtu
8. Hari Senin Libur
9. Hari Selasa Libur
10. Hari Rabu Libur
11. Hari Kamis Libur
12. Hari Jum’at Libur
13. Hari Senin Kerja, Selasa Libur
14. Hari Selasa Kerja, Rabu Libur
15. Hari Rabu Kerja, Kamis Libur
16. Hari Kamis Kerja, Jum’at Libur
17. Hari Selasa Kerja, Senin Libur
18. Hari Rabu Kerja, Selasa Libur
Kurva migguan merupakan rangkaian kurva beban harian selama 7 hari dimulai dari hari
Jum’at sampai dengan hari Kamis sesuai dengan periode mingguan Sistem Jawa Bali.
Kurva ini pada dasarnya berbeda-beda untuk masing-masing hari dalam setiap minggunya
karena hari libur pada minggu tersebut selalu tidak sama hari atau tanggalnya. Selain itu,
untuk masing-masing hari libur mempunyai karakteristik beban harian yang berbeda-beda.
Dengan melihat kenyataan bahwa hari Minggu selalu ada dalam setiap minggunya dan
karakteristik hari Minggu ternyata relatif selalu sama sehingga pembentukan kurva mingguan
ini mengacu pada hari minggu.
Koefisien beban puncak harian selama satu minggu merupakan perbandingan antara beban
puncak yang terjadi setiap harinya selama satu minggu terhadap beban puncak hari Minggu
untuk periode yang sama.
Koefisien : m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7
dimana,
Phi = beban pada hari ke-i (sesuai dengan 35 sifat beban harian)
Phi
mi = -------------
Ph1
adalah koefisien beban harian selama satu minggu dengan i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 atau disebut
koefisien mingguan.
Untuk koefisien beban setiap setengah jam dalam satu hari yang merupakan perbandingan
beban setiap setengah jamnya terhadap beban puncak tertinggi pada hari itu, maka:
dimana,
Pji
hi = -------------
Pp
Adalah koefisien beban setiap setengah jam selama satu hari dengan i = 1, 2, 3, 4, …………,
48. atau disebut koefisien harian.
Untuk membentuk kurva mingguan ini diperlukan prakiraan sifat-sifat hari yang akan terjadi
dalam satu minggu. Dengan mengetahui beban puncak mingguan yang diperoleh dari kurva
tahunan, koefisien mingguan dan koefisien harian maka diperoleh bentuk kurva mingguan
yang dibentuk dari beban setiap setengah jam selama 168 jam
Rencana operasi harian dibuat sebagai panduan dispatcher dalam pengendalian operasi
Sistem Jawa Bali. Setelah beban puncak mingguan didapat, maka beban puncak harian
dihitung dengan mengalikan koefisien yang sesuai dengan hari yang akan diprakirakan dari
35 koefisien karakteristik beban puncak harian yang ada. Sebagai contoh koefisien beban
puncak harian.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10
Untuk mencari kurva beban selama 24 jam, maka dilakukan dengan mengalikan besarnya
beban puncak yang sudah diperoleh dengan koefisien kurva beban selama 24 jam sehingga
diperoleh kurva seperti pada Gambar-4
Untuk mengetahui tingkat akurasi pembuatan prakiraan beban harian yang selama ini
dilakukan di PT PLN (Persero) P3B BOPS, maka akan kita bandingkan salah satu kurva
beban harian dengan realisasinya. seperti terlihat pada Gambar-5
Gambar. 5. Kurva beban rencana dan realisasi Sistem Jawa Bali 2015
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan data realisasi beban menjadi rancu untuk
digunakan sebagai acuan dalam proses membuat prakiraan beban, misalnya: adanya
gangguan sistem, keterbatasan suplai bahan bakar pembangkit. Karena itulah diperlukan jam
terbang khusus dari pembuat prakiraan beban agar akurasi tidak terlalu besar
penyimpangannya.
Cukup
Gambar. 6. Penyusunan neraca daya diawali dengan penyusunan prakira beban sistem
Apabila tidak ada keterbatasan pada suplai bahan bakar ke pembangkit dan kendala
penyaluran, maka operasi ekonomis dapat dilakukan dengan mudah berdasarkan merit order.
Tetapi apabila ada keterbatasan sumber energi primer seperti PLTA, maka harus dilakukan
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12
perencanaan yang baik menyangkut kapan energi yang terbatas itu digunakan (misalnya saat
beban puncak).
Dari sisi pembangkitan, kecukupan daya harus dijaga sepanjang waktu baik untuk sistem
secara keseluruhan maupun untuk wilayah yang lebih kecil yaitu subsistem.
- Mengaktifkan regulasi primer (governor free), sesuai dengan aturan jaringan (grid
code) Sistem Jawa Bali, semua pembangkit yang masuk ke dalam sistem harus
mengaktifkan governor free.
5. Penjadwalan Pembangkit
Pemeliharaan rutin sebuah unit pembangkit adalah pemeliharaan yang diharuskan menurut
periode waktu tertentu sesuai dengan spesifikasin. Pemeliharaan ini ditujukan untuk
keamanan, mempertahankan efisiensi dan keandalan unit. Keluarnya unit pembangkit untuk
pemeliharaan akan berpengaruh terhadap keandalan sistem. Metode metode penjadwalan
pemeliharaan unit pembangkit diantaranya metode Levelized Reserve Capacity, metode
Livelized Rare Capacity dan Livelized Risk.
Periode waktu pemeliharaan biasanya dalam hitungan satu tahun yang dibagi dalam
beberapa stage waktu yaitu satu bulan, sepuluh hari atau satu minggu.
Konsep dari Effective Load Carrying Capacity adalah apabila pada suatu sistem
ditambahkan sebuah unit pembangkit maka indeks keandalan akan turun, tetapi dengan
naiknya beban indeks akan kembali naik dan sebelum kanaikan beban sama dengan
kapasitas unit, indeks akan kembali ke nilai awal. Besarnya beban yang membuat indeks
kembali ke nilai awal inilah yang disebut Effective Load Carrying Capacity.
c
Ce C m . ln p q . e
m ………………………………………… (2.4)
p = Probabilitas (1-FOR)
XB XA
m ………………………………………………… (2.5)
P(X A )
ln
P( X B )
dimana ;
Besar faktor resiko ini biasanya ditinjau pada titik probabilitas antara 0.1 sampai 0.001
Tp
Le L.m e ( Lj Lm) / m / Tp …………………………………. (2.5)
j1
dimana :
Saat mulai dijalankan tekanan dan temperatur bagian-bagian pembangkit termal bergerak
naik dengan pelan sehingga diperlukan energi tambahan untuk membawa pembangkit
tersebut sampai keadaan jalan. Energi tersebut dikenal sebagai “Start-up cost”
7. UNIT COMMITMENT\
Beban sistem selalu berubah dengan pola pola tertentu yang selalu berulang ulang meskipun
besarannya berubah misalnya pola hari kerja, pola hari Sabtu, pola hari Minggu dan
sebagainya. Pada pola beban tersebut terdapat beban puncak pada jam yang hampir sama
demikian juga sebaliknya pada beban terendah terjadi pada jam-jam yang hampir sama pula.
Permasalahan utama yang timbul dengan pengoperasian pembangkit seperti di atas adalah
masalah ekonomi.
Kendala utama dalam unit commitment terkait dengan menajemen energi adalah:
1. Minimum up time
Dasar dari unit commitment adalah pengoperasian pembangkit untuk memenuhi kebutuhan
daya (load) sistem didasarkan pada merit order dengan memperhatikan segala kelebihan dan
kekurangan yang ada pada setiap pembangkit dan kendala kendala pada jaringan.
Pemilihan pembangkit yang di “commit” berdasarkan pada urutan dari pembangkit yang paling
murah sampai termahal dengan memperhatikan segala kendala yang ada.
MW
800
Unit 3
Unit 3
500
Unit 2 Unit 2
300
Unit 1
Jam
0 6 9 14 15 24
Dari gambar 8. dicontohkan pembangkit dengan urutan merit order dari unit 1, unit 2 dan unit
3.
Dari jam 0:00 sampai jam 06.00, sistem harus dipenuhi oleh tiga unit pembangkit sehingga
ketiga unit harus di “commit”. Dari jam 6 s.d jam 9 sistem bisa dicukupi oleh 2 unit pembangkit
sehingga unit 3 bisa di “decommit”. Demikian juga dari jam 9 s.d jam 14 karena beban sistem
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19
rendah maka unit 2 bisa di “decommit”. Demikian seterusnya sehingga semua kebutuhan
beban terlayani.
8. Cadangan putar
Besarnya cadangan putar adalah sama dengan jumlah seluruh kapasitas unit pembangkit
yang sedang beroperasi pada sistem beban dan rugi-rugi transmisi daya. ada, sehingga
apabila terjadi-gangguan atau lebih tidak menyebabkan penurunan Besarnya cadangan putar
disesuaikan dengan jenis pembangkit dan biasanya sudah diperhitungkan dalam kapasitas
unit-unit pembangkit sebagai prosentase dari perkiraan beban puncak atau sebesar unit
pembangkit yang mampu menanggung beban terbesar. pembangkit yang mempunyai respon
yang lambat. Hal ini berkaitan dengan peralatan Automatic Generator Control (AGC ) pada
unit pembangkit yang berfungsi untuk mengembalikan frekuensi pada besarnya semula
apabila terjadi gangguan pada sistem. Diluar cadangan putar tersebut, harus disisipkan pula
unit pembangkit cadangan yang dapat dengan mudah dan cepat dioperasikan, misalnya
PLTD atau PLTA sehingga dapat mengatasi permintaan beban. Dengan demikian akan dapat
ditaksir besarnya cadangan seluruh unit pembangkit dalam perioda waktu yang telah7
dikurangi jumlah dari Cadangan putar harus pada satu unit pembangkit frekuensi sistem.
Cadangan putar selain untuk memenuhi permintaan beban dari gangguan pada sistem, harus
diletakkan pada unit-unit pembangkit yang mempunyai respon yang cepat dan unit-unit di
tentukan. Usaha terakhir bila cadangan-cadangan tersebut mas~h belum mampu mengatasi
permintaan beban karena adanya gangguan unit pembangkit~ adalah dengan melakukan
pelepasan beban.
Beberapa metoda yang paling banyak dipakai dalam penyelesaian masalah komitmen unit
antara lain:
Prioritas unit 1
Prioritas unit 1 + prioritas unit 2
Prioritas unit 1 + prioritas unit 2 + prioritas unit 3
Prioritas unit 1 + prioritas unit 2 + prioritas unit 3 +
prioritas unit 4.
Urutan unit pembangkit berdasarkan besarnya rata-rata biaya operasi pada beban
Sebagai contoh, misalkan system terdiri dari N pembangkit termal yang dihubungkan ke
busbar untuk melayani pembebanan tenaga listrik. Besar beban dinyatakan sebagai Pr Besar
daya yang dibangkitkan untuk setiap pembangkit adalah sebesar Pi, sedangkan biaya yang
ditimbulkan adalah sebesar sebesar Fi. Lihat gambar 9.
FT F1 F2 F3 ... F
N
F1 P1
i 1
N
0 PR Pi
i 1
L FT
dFi Pi
0
Pi dPi
dFi
0
dPi
dFi
dPi
Pi min Pi Pi max
N
P P
i 1
i R
dFi
untuk Pi min Pi Pi max
dPi
dFi
untuk Pi P1 max
dPi
- Metode Lagrange
- Metode Dinamic Programming
- Metode Newton Raphson
- Dll
Sebagai contoh, misalkan system terdiri dari N pembangkit termal yang dihubungkan ke
busbar untuk melayani pembebanan tenaga listrik. Besar beban dinyatakan sebagai Pr
Besar daya yang dibangkitkan untuk setiap pembangkit adalah sebesar Pi, sedangkan
biaya yang ditimbulkan adalah sebesar sebesar Fi. Lihat gambar 9.
FT F1 F2 F3 ... F
N
F1 P1
i 1
N
0 PR Pi
i 1
L FT
dFi Pi
0
Pi dPi
dFi
0
dPi
dFi
dPi
Pi min Pi Pi max
N
P P
i 1
i R
dFi
untuk Pi min Pi Pi max
dPi
dFi
untuk Pi P1 max
dPi
PH PT
H T
Hydro
Thermal
PL
Load
PT = PL - PH
PL
Thermal
Ph Hydro
Th
Kekurangan:
- Keterbatasan energi primer karena ketergantungan dengan alam seperti: curah hujan,
kondisi hidrologi dst.
- Rumit dalam perencanaan.
- Outflow air tidak linear terhadap daya output
∆ S = AM – ( AK + E )
atau
AK = AM - ∆ S - E
Sesuai karakteristik air masuk sungai Citarum, maka diharapkan Tinggi Muka Air (TMA)
ketiga waduk dapat mencapai maksimal pada awal bulan Mei atau Juni 2017. Pola
Operasi 2017 ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air di hilir Ir. H. Djuanda
dengan urutan prioritas sebagai berikut :
Dalam menyusun Pola Operasi 2017, data yang dipergunakan adalah sebagai
berikut :
Dari hasil perhitungan diperoleh pola pengusahaan waduk Citarum seperti terlihat pada
Gambar.
Dalam perencanaan jangka panjang PLTA perencanaan meliputi prakiraan musim dan
perencanaan air waduk yang akan dikeluarkan yang dipengaruhi oleh kapasitas waduk
sendiri. Karena dalam perencanaan jangka panjang hidro ini menyangkut prakiraan
musim dan statistik, maka dalam perencanaan hidro melibatkan Badan Meteorologi dan
Giofisika dan Litbang Air Departemen Pekerjaan Umum.
Perencanaan Jangka panjang berlaku pada PLTA yang menggunakan waduk tahunan
(Pondage Hidro)
Perencanaan meliputi perencanaan DMA, prakiraan air masuk dan perkiraan air keluar,
selanjutnya perencanaan Energi Hidro dihitung berdasarkan perkiraan air masuk rata
rata dan tinggi Duga Muka Air (DMA) waduk awal dan target DMA akhir.
642.0 643.0
642 Mei Jun
Apr 639.5 Jul
638
DMA ( m El. )
Mar Agu
Mar
Mei
Apr
Okt
Jan
Feb
Jun
Agu
Sep
Jul
Nop
Des
AMN Rata-2 122.9 125.8 142.8 140.8 98.8 56.9 33.9 25.0 23.0 39.9 82.9 118.8 M3/det
AKN Rata-2 82.0 90.0 90.0 90.0 90.0 70.0 70.0 70.0 70.0 70.0 82.0 110.0 M3/det
AMK Rata-2 105.8 108.4 123.0 121.3 85.2 49.0 29.3 21.5 19.8 34.4 71.4 102.4 M3/det
AKK Rata-2 87.0 77.0 75.0 83.0 75.0 60.0 60.0 60.0 60.0 60.0 65.0 83.0 M3/det
Cirata
216 Apr
Jul
Mar
Ags
212 Peb
Jan Sep
208.3 209.8
208 Okt Des
Nop207.5
205.0
204
Mar
Mei
Apr
Okt
Jan
Peb
Jun
Sep
Jul
Ags
Nop
Des
Gambar. 13. Pola perencanaan jangka panjang Waduk kaskade Citarum
Perencanaan jangka pendek didasarkan rencana air masuk yang mengacu pada kondisi
cuaca mutakhir dan tinggi muka air yang harus selalu mengikuti pola tahunan.
- Air masuk
- Duga Muka Air bendungan
Dua variabel tersebut menentukan berapa besar air yang bisa dikeluarkan untuk
produksi energi listrik.
Outflow
Mengingat prakiraan cuaca untuk waktu lebih dari tiga hari ketepatan masih rendah,
maka perencanaan Mingguan air masuk menggunakan metode statistik dengan
mengambil data rata rata air masuk mingguan beberapa minggu terakhir. Untuk
memudahkan penetapan prakiraan air masuk aplikasi yang dipakai di P3B Jawa Bali
adalah Minitab.
Pada perencanaan operasi harian, perencanaan hidro lebih didasarkan pada realisasi
DMA. Dengan mengetahui selisih DMA antara rencana dan realisasi, maka dapat
ditentukan berapa banyak air yang harus dikeluarkan sehingga DMA sesuai dengan
target bulanan.
a) Inspection
b) Perbaikan.
c) Alasan pekerjaan
Keluarnya suatu komponen Sistem Tenaga Listrik pasti akan berpengaruh terhadap
komponen yang lain, yaitu:
a) Kualitas
b) Ekonomi
c) Keandalan
Dalam perencanaan operasi harus diupayakan sehingga tidak terdapat pemadaman pada
konsumen (energy not serve). Untuk itu penjadwalan dilakukan sedemikian sehingga
pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan pada waktu yang tepat yaitu pada saat beban
rendah atau pemeliharaan dapat dilakukan dalam kondisi bertegangan.
Ada beberapa studi simulasi yang harus dilakukan pada saat membuat penjadwalan
penyaluran, dimana dilakukan guna menjamin pasokan daya kepada konsumen dengan
memperhatikan mutu dan keandalan, studi simulasi tersebut, antara lain:
a. Studi Load Flow adalah potret terhadap distribusi listrik baik tegangan, arus, daya
reaktif (MW) maupun daya reaktif (MVAR) pada setiap peralatan yang terjadi pada
suatu waktu maupun konfigurasi jaringan tertentu pada suatu Sistem Tenaga Listrik.
b. Studi Hubung singkat adalah potret terhadap kondisi level hubung singkat (Ampere HS
dan MVA HS) yang mungkin terjadi pada suatu lokasi, yang diakibatkan oleh adanya
hubung singkat 3 phase, phase-phase, 2 phase-tanah dan 1 phase-tanah. Tujuannya
Saat ini ketiga studi tersebut di PLN P2B Jawa Bali menggunakan aplikasi Digsilent.
14. PENUTUP
Kurva beban sistem Jawa Bali ternyata mempunyai karakteristik yang berbeda dalam setiap
harinya, namun demikian untuk hari yang sama pada periode tertentu masih mempunyai
kemiripan bentuk sehingga proses prakiraan beban dengan metode koefisien sangat relevan.
Metoda pembentukan model beban ini akan berhasil dalam arti rencana mendekati realisasi
bilamana :
1. Prakiraan produksi dari Distribusi dan load factor tidak terlampau banyak menyimpang.
2. Tidak ada kesalahan atau kekeliruan dalam hal pemilihan atau perkiraan kode beban
puncak maupun kode kurva beban.
3. Tidak ada perubahan pola konsumsi yang tiba-tiba dari konsumen PLN.
4. Tidak adanya perubahan musim. Hal ini didasarkan dari kenyataan bahwa pertambahan
atau pemakaian energi listrik di musim hujan lebih rendah bila dibandingkan di musim
kemarau.
5. Kesalahan pencatatan atau pemasukan data akan memperbesar penyimpangan rencana
terhadap realisasi bahkan mungkin akan menyebabkan metoda ini sudah tidak dapat
dipakai lagi.
Untuk mendapatkan Load Factor yang tepat, perlu dilakukan studi tersendiri.
Neraca Daya biasanya dipergunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui keandalan sistem,
dengan mempertahankan LOLP 1 day/year dari hasil perhitungan WASP diperoleh RM sistem
sebesar 30 dengan komposisi ± adalah sebagai berikut :
Sehingga apabila terjadi kekurangan daya maka perenacaan sistem dibuat dari sisi hulunya
baru ke hilir (Up to Down). Yaitu dimulai dari DMN pembangkit yang terpasang, dihitung
LOLP, RM dan cadangan putarnya maka bisa dihitung Beban Puncak tertinggi sistem yang
diijinkan selanjutnya dapat dihitung berapa target penjualan distribusi ke konsumen.