Anda di halaman 1dari 57

Sistem Tenaga Listrik (1)

Sistem tenaga listrik (Electric Power


System) meliputi 3 komponen, yaitu :
1. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik
Pembangkitan, yaitu produksi tenaga
listrik, dilakukan dalam pusat tenaga
listrik atau sentral, dengan menggunakan
penggerak mula dan generator.

1
Sistem Tenaga Listrik (2)

2. Sistem Transmisi Tenaga Listrik


Transmisi, adalah memindahkan tenaga listrik
dari pusat tenaga listrik ke Gardu Induk, yang
terletak berdekatan dengan pusat pemakaian
berupa kota atau industri besar.
Saluran transmisi merupakan mata rantai
penghubung antara stasiun pembangkit dan
sistem distribusi dan menghubungkan dengan
sistem-sistem daya lain melalui interkoneksi.
2
Sistem Tenaga Listrik (3)

3. Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem distribusi menghubungkan semua
beban pada daerah tertentu kepada
saluran transmisi. Dari Gardu Induk
didistribusikan ke Gardu Distribusi dan
ke pemakai / konsumen.

3
Sistem Tenaga Listrik (4)

Gambar dibawah memperlihatkan secara skematis


urutan dan fungsi-fungsi pembangkitan, transmisi
dan distribusi suatu sistem penyediaan tenaga listrik

Arah Energi

Pembangkit Transmisi Distribusi

Skema prinsip penyediaan tenaga listrik

4
Manfaat Studi Aliran Daya (1)

• Dalam menentukan operasi terbaik


pada sistem-sistem tenaga listrik dan
dalam merencanakan perluasan sistem-
sistem tenaga listrik, analisa mengenai
studi aliran beban memegang peranan
penting.

5
Manfaat Studi Aliran Daya (2)
Beberapa tujuan dari studi aliran beban ini adalah :
1. Untuk mengetahui komponen jaringan sistem tenaga listrik
pada umumnya.
2. Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus (rel) dari
suatu sistem tenaga listrik.
3. Menghitung aliran-aliran daya, baik daya nyata maupun daya
reaktif yang mengalir dalam setiap saluran, dan memeriksa
apakah semua peralatan yang ada dalam sistem cukup besar
untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
4. Efek penataan kembali rangkaian-rangkaian dan
penggabungan sirkit-sirkit baru pada pembebanan sistem.
5. Kondisi-kondisi berjalan dan distribusi beban sistem yang
optimum.
6. Kerugian-kerugian sistem yang optimum.
7. Rating tranformator dan tap range tranformator yang optimum.
8. Perbaikan dan pergantian ukuran konduktor dan tegangan
sistem. 6
Input dan Output studi Aliran Daya (1)

• Data input membutuhkan perhitungan


aliran daya dan data output yang diperoleh
dari perhitungan aliran daya seperti
ditunjukkan pada tabel berikut :

7
Input dan Output studi Aliran Daya (2)

Konfigurasi sistem (data koneksi)


Kondisi Sistem Nilai impedansi yang tergantung pada tipe
Tenaga dan panjang saluran transmisiImpedansi
Trafo
Kondisi Supply (level output generator,
Input
tegangan terminal)
Kondisi Operasi Kondisi permintaan (daya aktif dan reaktif
beban)
Fasilitas daya reaktif
Nilai tap trafo

Aliran Daya Saluran transmisi dan peralatan seri lainnya

Output Tegangan Sudut dan phasa tegangan tiap-tiap bus

Rugi-rugi transmisi Bagian efektif dan bagain tidak efektif

Tabel : Analisa Data 8


Input dan Output studi Aliran Daya (3)

Selain data input dan data output seperti diatas


ada beberapa point lain yang harus diperhatikan
dalam perhitungan aliran daya al :
• Nilai kapasitas panas dari tiap-tiap peralatan seri
dan setiap saluran transmisi
• Interval fluktuasi tegangan tiap-tiap bus yang
diizinkan (meskipun tidak selamanya diinput
secara langsung).
Beberapa hal dapat dipelajari dari perhitungan
aliran daya
9
Perhitungan Aliran Daya (1)

Studi aliran daya dalam menunjang keberhasilan


operasi yang optimal amat penting :
• Dapat digunakan dalam perumusan dan solusi
masalah yang akan dibahas
• Juga bertujuan untuk menentukan besarnya
arus, daya dan faktor daya serta daya reaktif di
berbagai titik pada sistem daya yang dalam
keadaan berlangsung atau diharapkan untuk
operasi normal

10
Perhitungan Aliran Daya (2)

• Studi aliran daya sangat diperlukan dalam


perencanaan serta pengembangan sistem
• Operasi yang memuaskan pada sistem
tenaga bergantung kepada pengenalan
serta pengetahuan dari akibat adanya
beban-beban, unit-unit pembangkit serta
saluran transmisi baru, sebelum
semuanya dapat direalisasikan

11
Perhitungan Aliran Daya (3)

Dalam studi aliran daya dikenal berbagai bus


antara lain :
• Bus Referensi
Adalah bus yang mempunyai besaran V
tegangan dengan harga skalarnya dan sudut
fasa tegangan (v) dengan titik nol sebagai
referensinya.
• Generator Bus (Bus Pembangkitan)
Adalah bus yang diketahui daya nyata (P) dan
tegangan V pada harga skalarnya.
• Bus Pembebanan
Adalah bus yang diketahui daya aktif beban (PL)
dan daya reaktif beban (QL). 12
Perhitungan Aliran Daya (4)
Satuan Per Unit (p.u)
• Per-unit merupakan istilah standar dalam
perhitungan analisa sistem tenaga
• Satuannya dikenal dengan isitilah p.u
• Untuk mendapatkan satuan per unit yang
ditetapkan terlebih dahulu adalah MVA dasar
dan kV dasar
• Selanjutnya dihitung impedansi dasar dan arus
dasar
• Ketetapan dasar ini dipergunakan sebagai
penyebut dimana parameter daya, tegangan,
arus dan impedansi pada sistem tenaga listrik
sebagai pembilangnya untuk memperoleh
satuan p.u 13
Perhitungan Aliran Daya (5)
Satuan Per Unit (p.u)

Dasar perhitungan yang digunakan adalah


sebagai berikut:
• MVA dasar = dipilih (MVA)
• KV dasar = dipilih (kV),
dari dua dasar ini dapat dibentuk dasar
selanjutnya, yaitu :
( kVdasar ) 2
• Impedansi dasar = Ohm
MVA
dasar

14
Perhitungan Aliran Daya (6)
Satuan Per Unit (p.u)
Z x 1000 x MVAdasar pu
• Impedansi per unit =
(kV)2

MVAdasar
• Arus dasar = Amp
3 . kV dasar
2
kVdasar MVAbaru
• Z pu (baru) = Zpu(awal) * * Amp
kVbaru MVAbaru

15
Perhitungan Aliran Daya (7)
Satuan Per Unit (p.u)
Contoh :
Suatu sistem tenaga listrik dipasok dari Trafo
150/20 kV di Gardu induk, dengan kapasitas 60
MVA mempunyai jaringan 20 kV dengan impedansi
10 Ohm, akan dicari nilai per unitnya
60 MVA

ZL = 10 Ohm
20 kV
150 kV

Tap trafo
154/19 kV 16
Perhitungan Aliran Daya (8)
Satuan Per Unit (p.u)
Dipilih MVA dasar = 100 MVA
KV dasar = 150 kV di bus 150 kV
base di Bus 20 kV = 19/154 X 150 kV
= 18,51 kV
I dasar = 100. 1000 / 3.150 Amp
= 384 Amp
Zdasar di Bus 20 kV = (18,51)2 / 100 = 3,4225 Ohm
Sehingga diperoleh :
ZL = 10 Ohm / 3,4225 Ohm = 2,922 pu.
17
Perhitungan Aliran Daya (9)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Data-data yang diperlukan dalam analisa aliran beban adalah :
• Data Saluran Transmisi
Besar harga-harga tahanan (R), reaktansi (X) dan ½
suseptansi dari setiap cabang saluran transmisi (Y/2) dan
data ini biasanya dalam p.u.
• Data Transformator dan Tapnya
Untuk transformator adalah reaktansi dan tap-tapnya.
• Data Bus (Rel)
Yaitu data pembangkitan dan pembebanan. Data bus (rel)
yang dimaksud adalah data pembangkitan dan data beban
dalam per MW dan MVAR, serta data tegangan bus dalam
satuan per unit.
• Data Tambahan
Data tambahan yang dimaksud adalah penggunaan
kapasitor 18
Perhitungan Aliran Daya (10)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Generator Serempak

• Pusat pembangkit thermal dan pusat pembangkit air


menggunakan mesin serempak sebagai generator
utamanya
• Generator ini dihubungkan ke transformator penaik
tegangan selanjutnya dihubungkan ke bus bar dan ini
diasumsikan sebagai sumber daya dengan reaktansi
serempak tersambung seri
• Keluaran hasil perhitungan pada studi ini adalah
besarnya tegangan pada bus dimana generator ini
terhubung
• Bus-bus yang terhubung dengan generator ini berupa P–
V bus (bus generator) atau bus referensi (slack-bus)

19
Perhitungan Aliran Daya (11)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Dalam operasi sistem tenaga listrik khususnya


dalam kaitannya dengan masalah pengaturan
tegangan, seringkali diperlukan perubahan
posisi tap transformator.
• Transformator daya pada umumnya dilengkapi
dengan tap pada lilitannya untuk mengubah
besarnya tegangan yang keluar dari
transformator.
• Perubahan tegangan dilakukan dengan
mengubah posisi tap transformator seperti yang
ditunjukan pada gambar
20
Perhitungan Aliran Daya (12)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

Pengubah
Tap

Gambar Lilitan transformator dengan pengubah kedudukan


tap dalam keadaan berbeban di lilitan tegangan tinggi
21
Perhitungan Aliran Daya (13)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Tidak semua transformator dapat diubah


posisinya dalam keadaan berbeban
• Transformator di GI umumnya posisi tapnya
dapat dirubah dalam keadaan berbeban
• Bahkan dilengkapi dengan pengatur tegangan
otomatis yang mengindera tegangan yang
keluar dari transformator untuk selanjutnya
memberi komando perubahan tap transformator
untuk menjaga agar tegangan konstan

22
Perhitungan Aliran Daya (14)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Dua atau lebih transformator yang


beroperasi paralel dan masing-masing
dilengkapi dengan pengatur tegangan
otomatis
• Perlu ditentukan transformator mana yang
memberi komando sedangkan yang lain
menjadi pengikut (follower)

23
Perhitungan Aliran Daya (15)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Pengaturan tegangan operasional


dilakukan dengan mengatur kedudukan
tap transformator
• Tap transformator yang dapat dirubah
dalam keadaan berbeban disebut On Load
Tap Changer (OLTC) umumnya terletak di
sisi tegangan tinggi.

24
Perhitungan Aliran Daya (16)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Dalam keadaan operasi normal di GI, umumnya


daya mengalir dari sisi tegangan tinggi ke sisi
tegangan yang lebih rendah
• Namun dalam keadaan darurat misalnya dalam
proses mengatasi gangguan dapat terjadi situasi
bahwa tegangan harus dikirim dari sisi tegangan
rendah ke sisi tegangan tinggi
• Dalam hal proses pengiriman tegangan yang
arahnya terbalik dari biasanya, harus
diperhatikan bahwa arah pengaturan tap
transformator juga terbalik
25
Perhitungan Aliran Daya (17)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Bila tegangan datang dari sisi tegangan


tinggi ke sisi tegangan rendah, apabila
tegangan yang diterima hendak dinaikkan,
tap harus digerakkan ke bawah
• Tetapi apabila arah datangnya tegangan
dibalik, yaitu dari sisi tegangan rendah ke
sisi tegangan tinggi maka apabila
tegangan yang diterima hendak dinaikkan,
tap harus digerakkan ke atas

26
Perhitungan Aliran Daya (18)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Bila pengaturan tap transformator dilakukan secara


otomatis dengan menggunakan pengatur tegangan
otomatis
• Maka pengatur tegangan otomatis akan bekerja atas
dasar tegangan yang diinderanya
• Penginderaan tegangan umumnya dilakukan pada sisi
tegangan yang lebih rendah
• Dalam keadaan mengatasi gangguan, yaitu tegangan
datang dari sisi tegangan yang lebih rendah, apabila
tegangan yang datang terlalu tinggi dan diindera oleh
pengatur tegangan otomatis, pengatur tegangan
otomatis akan menggerakkan tap transformator ke atas
sehingga di sisi tegangan yang lebih tinggi tegangan
akan naik, sedangkan sesungguhnya diinginkan agar
tegangan turun sehingga hal ini dapat membahayakan
peralatan instalasi 27
Perhitungan Aliran Daya (19)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

• Dalam keadaan mengatasi gangguan, yaitu tegangan


datang dari sisi tegangan yang lebih rendah, apabila
tegangan yang datang terlalu tinggi dan diindera oleh
pengatur tegangan otomatis, pengatur tegangan otomatis
akan menggerakkan tap transformator ke atas sehingga di
sisi tegangan yang lebih tinggi tegangan akan naik,
sedangkan sesungguhnya diinginkan agar tegangan turun
sehingga hal ini dapat membahayakan peralatan instalasi
• Hal ini disebabkan seperti uraian di atas, karena
pengaturan tegangan otomatis dibuat dengan pemikiran
bahwa tegangan (dalam keadaan operasi normal) datang
dari sisi tegangan yang lebih tinggi ke sisi tegangan yang
lebih rendah, sehingga alat pengindera dan alat-alat
kontrolnya yang memerintahkan gerakan tap akan
menuruti urutan atas dasar keadaan tersebut di atas.
28
Perhitungan Aliran Daya (20)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo

Metode pengukuran level tegangan sistem


tenaga :
• Metode pengukuran berdasarkan pengukuran
daya reaktif yang disuply ke sistem
• Metode pengukuran berdasarkan rasio tegangan
yang digunakan.
Kedua metode dapat disimpulkan kedalam tabel
dibawah ini (dalam keadaan pengukuran terus-
menerus atau tidak), interval pengukuran dan
fitur pengukuran

29
Perhitungan Aliran Daya (21)
Data Untuk Studi Aliran Daya
Pengubah Tap Trafo
Metode Prosedur Fitur pengukuran
Pengukuran pengukuran, interval
pengukuran

(1) Fasilitas daya Kapasitor shunt Jumlah yg Ketika level tegangan sistem
reaktif diparalelkan diukur suply daya reaktif turun
dari
Ketika level tegangan turun,
Reaktor shunt
penyerapan daya reaktif turun

2) Peralatan daya reaktif Pengukuran tegangan yang


Sinkron Generator baik diperoleh dari respon
fluktuasi tegangan sistem

3) On-load tap trafo Nilai tap diswich Ketika tidak ada sumber
daya disisi sekunder hanya
tegangan sisi sekunder yang
berubah. Ketika tidak ada
sumber daya disis sekunder
tegangan sisi primer,
tegangan sekunder dan
aliran daya reaktif berubah.
30
Tabel 1.2. Metode Pengukuran tegangan
Perhitungan Aliran Daya (22)
Data Untuk Studi Aliran Daya

– Saluran Transmisi

• Untuk kawat transmisi dapat digolongkan


berdasarkan panjang salurannya, yaitu :
(William. D. Stevenson. 1984. hal : 100)
• Saluran pendek (< 80 km)
• Saluran menengah (80 - 250 km)
• Saluran panjang (> 250 km)

31
Perhitungan Aliran Daya (23)
Persamaan Jaringan

• Untuk mendapatkan suatu perumusan


yang melukiskan karakteristik jaringan
pada sistem tenaga listrik yang
menggunakan referensi pada bus, maka
dapat terlihat suatu persamaan yang
dapat diselesaikan dengan metode
rangkaian tertutup atau persamaan titik
simpul

32
Perhitungan Aliran Daya (24)
Persamaan Jaringan

a I1 I2 c

I4 I3
e f g

+ + +
- - -

Gambar Jaringan sederhana tenaga listrik 33


Perhitungan Aliran Daya (25)
Persamaan Jaringan

Metode rangkaian tertutup


Dari gambar di atas didapatkan persamaan :
-Ea + I4 Zea + (I4 – I1)Zad + (I4 – I3)Zdg + Ec = 0 (2.1)
Dengan mengatur suku-suku yang sama didapat :
Ea – Ec = I1 ( - Zad ) + I3 ( – Zdg )+ I4 (Zea + Zad + Zdg ) = 0 (2.2)
Sehingga untuk rangkaian tertutup bentuk standarnya adalah sebagai
berikut :
E1 = Z11 I1 + Z12 I2 + Z13 I3 + Z14 I4
E2 = Z21 I1 + Z22 I2 + Z23 I3 + Z24 I4 (2.3)
E3 = Z31 I1 + Z32 I2 + Z33 I3 + Z34 I4
E4 = Z41 I1 + Z42 I2 + Z43 I3 + Z44 I4
34
Perhitungan Aliran Daya (26)
Persamaan Jaringan

• Metode titik simpul


• Pada persamaan ini sumber tegangan
diganti dengan sumber arus dan besaran
impedansi Z diubah menjadi besaran
admitansi Y. Sehingga bila dari gambar di
atas dibentuk dengan besaran admitansi
didapat :

35
Perhitungan Aliran Daya (27)
Persamaan Jaringan

Ya Yb
1 Yc 3
Ye Yd
4

Yg
Yf Yh

Gambar Jaringan dengan 5 titik simpul


36
Perhitungan Aliran Daya (28)
Persamaan Jaringan

Selanjut pada simpul 1 didapatkan :

 I1  E1 (Y f )  (E1  E 2 ) Ya  (E1  E 4 ) Ye  0 (2.4)

I1  E1 (Y f  Ya  Ye )  E 2 Ya  E 4 Ye (2.5)

Pada simpul 2 :

(E 2  E1 ) Ya  (E 2  E3 ) Yb  (E 2  E 4 ) Yc  0 (2.6)

 E1 Ya  E 2 (Ya  Yb  Yc )  E3 Yb  E 4 Yc  0 (2.7)

37
Perhitungan Aliran Daya (29)
Persamaan Jaringan

Selanjutnya dapat dibuat standarnya sebagai berikut :

I1  Y11 E1  Y12 E 2  Y13 E3  Y14 E 4

I 2  Y21 E1  Y22 E 2  Y23 E3  Y24 E 4 (2.8)

I 3  Y31 E1  Y32 E 2  Y33 E3  Y34 E 4

I 4  Y41 E1  Y42 E 2  Y43 E3  Y44 E 4

38
Perhitungan Aliran Daya (30)
Persamaan Jaringan

Dari persamaan (2.3) dan (2.8) didapat perumusan dalam bentuk matrik yaitu :

- Untuk persamaan (2.3)

 E1   Z11 Z12 Z13 Z14   I1 


    
 E 2    Z 21 Z 22 Z 23 Z 24   I 2 
(2.9)
E  Z Z 32 Z 33 Z 34   I 3 
 3   31  
 E 4   Z 41 Z 42 Z 43 Z 44   I 4 

- Untuk persamaan (2.8)

 I 1   Y11 Y12 Y13 Y14   E1 


    
 I 2   Y21 Y22 Y23 Y24   E 2  (2.10)
 I   Y Y32 Y33 Y34   E3 
 3   31  
 I  Y Y44   E 4 
 4   41 Y42 Y43
39
Perhitungan Aliran Daya (31)
Persamaan Jaringan

Untuk memudahkan notasi pada solusi, maka dari persamaan-


persamaan (2.9) dan (2.10) matrik tersebut dapat diwakili menjadi :

 I1   E1 
   
 I2   E2 
I  dan E (2.11)
I  E 
 3   3 
 I4   E4 

40
Perhitungan Aliran Daya (32)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

• Gambaran mengenai aliran daya beserta profil


tegangan sangat diperlukan untuk keperluan
analisa situasi sistem.
• Untuk mendapatkan gambaran aliran daya,
diperlukan suatu perhitungan yang biasa disebut
sebagai perhitungan aliran daya.
• Perhitungan aliran daya ini perlu dilakukan
karena yang diketahui adalah beban daya aktif
dan beban daya reaktif yang ada pada setiap
GI atau simpul dalam sistem.

41
Perhitungan Aliran Daya (33)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

in
P   V V Y Cos  θ  δ  δ  (3.10)
i ji i j ij  ij j i

in
Q   V V Y Sin  θ  δ  δ  (3.11)
i ji i j ij  ij j i

dengan i = 1,2,3....,n

42
Perhitungan Aliran Daya (34)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya
Dalam membentuk perumusan ini diperlukan
suatu teknik pemecahan solusi aliran daya.
Untuk menghitung aliran daya dapat
dipergunakan beberapa metode antara lain :
1. Metode iterasi Gauss dengan menggunakan
matrik admitansi bus atau matrik impedansi bus.
2. Metode iterasi Gauss – Sheidel yang merupakan
pengembangan dari metode iterasi Gauss.
3. Metode Newton – Raphson dengan
menggunakan matrik admitansi bus.
4. Metode Fast Decoupled yang merupakan
penyederhanaan dari metode Newton Raphson.43
Perhitungan Aliran Daya (35)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

Metode Newton – Raphson


• Dasar matematis yang digunakan dalam metode
Newton – Rhapson adalah dengan menggunakan
deret Taylor.
• Apabila ada n buah persamaan non linier dengan
n variabel seperti halnya persamaan (3.10) atau
persamaan (3.11) untuk sistem dengan n buah
simpul, dapat ditulis sebagai :
f (Χ , Χ ,  , Χ n )  K (3.12)
1 1 2
dimana K merupakan suatu konstanta.
44
Perhitungan Aliran Daya (36)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

• Untuk memecahkan persamaan (3.12)


dicoba suatu nilai terlebih dahulu
misalnya Χ 10 , Χ 02 ,  , Χ n0 .
• Selisih antara nilai X yang sebenarnya
dengan nilai X yang dicoba adalah
ΔΧ 1 , ΔΧ 2 ,  , ΔΧ n

45
Perhitungan Aliran Daya (37)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

Hubungan matematisnya adalah sebagai berikut :


Χ  Χ0  Δ Χ , Χ  Χ0  Δ Χ ,  , Χn  Χn
0  ΔΧ
n (3.13)
1 1 1 2 2 2

Melihat persamaan (3.12), maka didapat pula :

1 1

K  f Χ 0  ΔΧ , Χ 0  ΔΧ ,  , Χ n
1 2 2
0  ΔΧ
n  0 (3.14)

Persamaan (3.14) diekspansikan ke dalam teorema deret Taylor akan menjadi :


0 0
  f1    f1 

K 1  f1 Χ 10 , Χ 02 ,  , Χ n0   ΔΧ 1 
 Χ
  ΔΧ 2 
 Χ
 
 1  2
0
 f 
ΔΧ n  1   θ1  0 (3.15)
 Χn 
46
Perhitungan Aliran Daya (38)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya
0 0 0
  f1    f1    f1 
   ΔΧ 2      ΔΧ n   adalah turunan dari f1 terhadap

 1Χ 
 2Χ 
 nΧ

Χ , Χ ,  , Χ n diberi nilai Χ 0 , Χ 0 ,  , Χ n
0
1 2 1 2
θ1 adalah fungsi pangkat lebih tinggi, dan bila θ1 diabaikan, maka
persamaan (3.15) dalam bentuk matrik menjadi :
K  f 0   f 0 f
0
f
0 ΔΧ 0 
 1  1 1  1  1
   Χ Χ  Χn  
   1 2   
   f 0 f
0
f
0  
 0   2 2  2   0 (3.16)
K  f 2     Χ1 Χ
2
 Χ n   ΔΧ 2 

     
      
      
    fn 0  fn
0
 fn
0
  
K  f n0     0
 Χ n   ΔΧ n 
47
    Χ1 Χ
2 
Perhitungan Aliran Daya (39)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

atau :

K  f 0  J 0 ΔΧ (3.17)

dengan

f0 = matrik nilai fungsi

J0 = matrik Jacobian

ΔΧ = matrik perubahan nilai X (vektor koreksi

48
Perhitungan Aliran Daya (40)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

Dalam alogaritma perhitungan aliran daya dengan


menggunakan metode Newton - Raphson, langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai-nilai P dan Q yang mengalir ke dalam sistem
b. Menghitung nilai Δ P pada setiap rel
c. Menghitung nilai-nilai untuk Jacobian
d. Mencari invers matrik Jacobian dan mencari nilai-nilai koreksi
Δδ Δ V
dan
e. Menghitung nilai-nilai baru dengan menambahkan Δ δ dan
dengan
Δ V nilai sebelumnya
f. Kembali ke langkah a.
49
Perhitungan Aliran Daya (41)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya
Dengan melihat persamaan (3.17) maka uraian
pada butir a sampai dengan butir b dapat
dinyatakan sebagai berikut :
- fi untuk daya nyata ditulis sebagai fiP dan
- fi untuk daya reaktif ditulis sebagai fiQ ,
selanjutnya diperoleh :
fiP  Pi (diketahui)  Pi (dihitung)  Δ Pi (3.18)

fiQ  Q i (diketahui )  Q i (dihitung)  Δ Q i (3.19)


disebut nilai residu.
dimana :
• Pi didapat melalui persamaan (3.10)
• Qi didapat melalui persamaan (3.11) 50
Perhitungan Aliran Daya (42)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

• Sedangkan vektor koreksi pada persamaan


(3.17) yaitu x dengan bentuk : Vi, I

• Nilai residu = Matrik Jacobian nilai koreksi

 Δ Pi   J1 J2   Δ δ i 
Δ Q   J  Δ V 
J4  
(3.20)
 i  3 i 

51
Perhitungan Aliran Daya (43)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya
• Unsur-unsur matrik Jacobian tersebut didapatkan
dengan membuat turunan parsial sebagai berikut :
  P1  P1    P1  P1 
  V 
δ  δn   Vn 
 1   1 
J1       
  J2     
 P  Pn   
 n     Pn 
 Pn 
  δ 1  δ n    V1  Vn 
  Q1  Q1   Q1  Q1 
 δ  
 δn   V1  Vn 
 1   
J3      
J4     

 
 Q  Qn   
 n
   Qn

 Qn 
  δ 1  δ n    V1  Vn  52
Perhitungan Aliran Daya (44)
Persamaan Jaringan
Persamaan Aliran Daya

• Proses iterasi dilakukan dengan jalan


menentukan invers dari matrik Jacobian untuk
menentukan nilai koreksi
• Setelah nilai koreksi di dapat, proses iterasi
dilakukan dengan mencoba nilai baru dari V dan
 yang besarnya = nilai percobaan pertama
ditambah nilai koreksi yang didapat
• Untuk simpul referensi besar sudut dan
tegangan sudah ditentukan, nilai daya aktif dan
daya reaktif dihitung setelah semua proses
untuk metode optimasi pada setiap simpul
selesai.
53
Perhitungan Aliran Daya (45)
Metode perhitungan
Hasil Analisa Aliran Daya

Pada prinsipnya, studi aliran daya


menghasilkan suatu kondisi sistem yang
biasa diperlukan yaitu :
1. Tingkat Pembebanan
2. Mutu tegangan
3. Rugi rugi

54
Perhitungan Aliran Daya (46)
Metode perhitungan
Hasil Analisa Aliran Daya

1. Tingkat Pembebanan
Merepresentasikan aliran daya pada
seluruh cabang, beban pada seluruh
busbar serta pembangkitan pada masing
masing mesin pembangkit. Dapat juga
diketahui keseluruhan daya yang
dibangkitkan.

55
Perhitungan Aliran Daya (47)
Metode perhitungan
Hasil Analisa Aliran Daya

2. Tingkat Tegangan
Tegangan hasil perhitungan pada seluruh
gardu induk dapat dibaca. Dengan mengamati
besarnya tegangan maka dapat diidentifikasi
tegangan yang kurang atau tidak memenuhi
syarat. Dalam hal seperti ini, siswa bisa
memainkan perannya dengan cara mencari
alternatif dengan mengatur pembangkitan pada
titik terdekat, memasukkan kapasitor dll

56
Perhitungan Aliran Daya (48)
Metode perhitungan
Hasil Analisa Aliran Daya

3. Rugi rugi
Seluruh rugi transmisi pada setiap
cabang bisa dilihat, dan demikian pula
secara total sistem. Siswa bisa membuat
percobaan dengan mengubah komposisi
pembangkit atau konfigurasi jaringan
untuk menurunkan rugi rugi transmisi.

57

Anda mungkin juga menyukai