DURASI : 2 JP
Table 1. Faktor Ekonomi Yang Berpengaruh Dalam Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik ......... 9
Table 2. Alternatif Model Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkit ........................... 29
Table 3. Kriteria Pengkategorian Kandidat Jenis Pembangkit .................................................. 38
Table 4. Overnight Cost Menurut US Energy Information Administration ................................. 40
Table 5. Neraca Daya Sistem Jawa-Bali 2015- 2024 ............................................................... 41
Table 6. Neraca Daya Sistem Isolated Karimunjawa 2015-2024.............................................. 42
Table 7. Contoh Capacity Balance GI ...................................................................................... 51
Table 8. Contoh KK ................................................................................................................ 56
Sektor ketenagalistrikan merupakan suatu sektor industri dan perdagangan yang sangat unik
dan berbeda dibandingkan dengan sektor / komoditi lainnya, dengan karakteristik utama antara
lain :
Listrik merupakan suatu produk yang tidak dapat disimpan, sehingga perimbangan antara
persediaan dan permintaan (supply and demand) listrik terjadi dalam sesaat dan harus
senantiasa dijaga agar seimbang. Hal ini berbeda dengan komoditas atau produk lain
pada umumnya yang dapat disimpan dalan jangka waktu tertentu/lama.
Sektor listrik merupakan sektor padat modal (capital intensive) dan padat teknologi dengan
lead-time/ masa pembangunan yang lama.
Keandalan dan keamanan operasi sistem tenaga listrik rawan mengalami gangguan.
Bisnis listrik merupakan bisnis yang hidup dan berkelanjutan karena selalu terjadi
permintaan listrik secara terus menerus, hal ini disebabkan :
- Bertambah besarnya porsi listrik dalam pemakaian energi sebagai energi yang lebih
efisien dan efektif dibandingkan sumber energi lain.
- Ketersediaan listrik yang cukup dan andal akan mempengaruhi perkembangan ekonomi
dan keamanan nasional.
• Menyediakan listrik yang andal (reliable) dan mencukupi dengan biaya serendah-
rendahnya (least cost principle).
Tugas pokok PLN antara lain memasok kebutuhan energi listrik dengan biaya serendah
mungkin dengan tetap memenuhi tingkat keandalan dan keamanan yang dianggap layak.
Permintaan Energi
listrik PLN
Kebijakan
Pemerintah
Kebutuhan
Tarif Listrik PLN
investasi
tidak ekonomis
meningkat
Subsidi
meningkat
Fungsi dan perancanaan sistem sangat mendasar bagi suatu sektor ketenagalistrikan maupun
bagi suatu perusahaan listrik, antara lain :
- Perencanaan sistem bisa dianggap sebagai long term strategic planning terutama
perencanaan sistem pembangkit dan transmisi.
- Strategic plan bukan rencana yang harus dilaksanakan secara ketat dan kaku, namun lebih
merupakan framework dari rencana-rencana kerja perusahaan atau action plans.
Perencanaan energi nasional melihat dan mendalami siklus produksi dan pemakaian berbagai
jenis energi primer (batubara, gas, minyak dan energi terbarukan) sampai dengan proses
konversinya menjadi energi sekunder/final yang digunakan oleh berbagai sektor kehidupan,
seperti sektor transportasi (darat, laut dan udara), sektor industri/manufaktur maupun sektor
ketenagalistrikan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa perencanaan sektor ketenagalistrikan
merupakan subset/bagian dari perencanaan energi nasional.
• Kedua perencanaan ini seharusnya dilakukan secara berhubungan agar tidak ada duplikasi
dan konsistensi dalam asumsi-asumsi.
• Hubungan lebih lanjut bisa meliputi analisis ketersediaan sumber energi dan dana.
Diagram proses perencanaan sistem ketenagalistrikan dapat dilihat pada diagram berikut :
Prakiraan
Pertumbuhan
Economi
Perencanaan
Prakiraan Perluasan Sistem
Distribusi Analisa
Kebutuhan Energi
Finansial
Listrik
Prakiraan
Perkembangan
Jumlah Penduduk Analisa Analisa Lokasi
Karakteristik Beban pembangkit Baru Rencana Perluasan
sistem Ketenaga
listrikan yang
Optimal
Perencanaan Perencanaan
Perluasan Sistem Perluasan Sistem
Pembangkit Transmisi
Analisa Kebutuhan
Pegawai dan
Operating Costs
lainnya
Langkah paling awal adalah melakukan prakiraan kebutuhan energi listrik ke depan dengan
mempertimbangkan variabel-variabel yang mempengaruhi, antara lain proyeksi pertumbuhan
ekonomi (GDP/GDRP) dan pertumbuhan populasi. Setelah itu dilakukan analisa karakteristik
beban dan membuat proyeksi kebutuhan tenaga listrik, dilanjutkan dengan spatial forecasting
dan capacity balance gardu induk.
Pada perencanaan sistem pembangkitan untuk 2 s/d 3 tahun kedepan (jangka pendek),
misalnya, maka pilihan untuk kandidat pembangkit menjadi terbatas:
Menyewa diesel
Fuel budgeting
Model yang digunakan harus lebih detail dibanding model untuk perencanaan perluasan jangka
panjang.
- Terminologi
Secara singkat pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang. Kenaikan output perkapita tersebut (GDP/penduduk), menurut
Adam Smith disebabkan adanya perkembangan tiga sumber produksi, yakni:
Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi terjadi bila kegiatan yang mencakup tiga sumber
produksi terlaksana sebagai berikut:
1. Penggunaan tanah lebih berdaya guna, sebagai contoh intensifikasi hasil pertanian yang
akan meningkatkan pendapatan petani.
Perkembangan ekonomi sebagai akibat terjadinya kegiatan ekonomi dapat diukur dengan
mencatat jumlah barang dan jasa yang dihasilkan pada satu waktu yang dinilai uang saat itu.
Bila pengukuran barang dan jasa ini hanya dibatasi semua transaksi yang terjadi pada wilayah
Republik Indonesia disebut Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha pengukuran pertumbuhan
ekonomi Indonesia seperti yang dikutip dari "Ace Partadiredja, Perhitungan Pendapatan
Nasional", telah dirintis sejak tahun 1924, dan sejak tahun 1958, perhitungan nasional
dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Invesment 141
Gross
Business
Saving 98
Depreciation
78
Gross
National
Product 932 Household
(Gross Disposable
Net National
Natioanal Personal Personal
National Income 771 Income
Income) Income
Product 614
854 732
Governme
nt Net
Taxes 224
BPS setiap tahun mengeluarkan data pendapatan nasional yang disajikan dengan membagi
kegiatan perekonomian Indonesia menjadi 11 lapangan usaha (sektor), yaitu:
3. Industri
4. Bangunan
9. Sewa rumah
11. Jasa-jasa
Walaupun pengukuran ekonomi dengan cara diatas sangat bergantung pada kecermatan BPS
dalam mengumpulkan data, serta kelemahan lainya. Penyajian angka PDB yang dilaporkan
oleh BPS tetap menjadi salah satu indikator dalam mengukur pertumbuhan ekonomi.
Seperti telah disebut diatas, pertumbuhan ekonomi terjadi apabila ada penambahan aset pada
setiap sektor kegiatan. Penambahan aset berarti terjadi perputaran kegiatan ekonomi pada
tingkat produsen dan konsumen. Sebagai contoh, petani sebagai produsen menghasilkan
beras, dan petani sebagai konsumen membutuhkan pakaian, bibit, bahan bakar dan
sebagainya. Dengan demikian bila terjadi kegiatan ekonomi, terjadi pula kegiatan energi.
Sebagai komoditas perdagangan energi baik dalam bentuk primer (bahan bakar) atau
sekunder (listrik), akan juga dibutuhkan sesuai dengan tingkat aktivitas ekonomi.
1. Faktor Ekonomi.
Hasil penelitian empiris dari kebutuhan energi terhadap aktivitas ekonomi, memperlihatkan
pada dasarnya terdapat dua faktor ekonomi yang akan mempengaruhi kebutuhan energi, yaitu
nilai input (value added) dan harga bahan bakar.
Nilai input dapat berupa pendapatan per orang atau modal kerja atau nilai tambah untuk proses
produksi dari suatu badan usaha, sedangkan harga bahan bakar adalah nilai nyata pada sisi
konsumen.
Dari hasil penelitian pada aplikasi model untuk prakiraan kebutuhan tenaga listrik, faktor
ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan listrik untuk setiap sektor pelanggan dirinci pada
Tabel 1.
2. Keterkaitan Ekonomi
Untuk memperlihatkan adanya keterkaitan antara faktor ekonomi dengan pertumbuhan energi,
dilakukan analisi empiris antara pertumbuhan energi dengan faktor ekonomi.
Komersial/ 1. Nilai tambah sektor servis Nilai tambah sektor servis terdiri dari
Value added sektor no 4 - 11, dari
Publik
pembagian setor BPS pada tabel
PDRB
Pada Gambar-5, dapat dilihat grafik antara pertumbuhan kebutuhan listrik PLN dengan PDRB,
pertumbuhan kebutuhan listrik residensial dengan PDRB, pertumbuhan kebutuhan sektor
komersial dengan value added sektor servis dan pertumbuhan kebutuhan listrik sektor industri
dan value added sektor industri.
Grafik Hubungan Antara Pertumbuhan Penjualan Energi Dan PDRB Masing-Masing Sektor PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Tahun 1994-1999.
20
20
15 15
10 10
5 5
(%)
(%)
0 0
1994 1995 1996 1997 1998 1999 1994 1995 1996 1997 1998 1999
-5 -5
-10 -10
-15 -15
-20 -20
Year Year
GDP Total Non Oil & Gas kW h Total GDP Total Non Oil & Gas kWh Residential
20
15
15
10
10
(%)
(%)
5
5
0
0 1994 1995 1996 1997 1998 1999
1994 1995 1996 1997 1998 1999
-5
-5
-10 -10
Year Year
Kita perhatikan grafik antara pertumbuhan penjualan listrik total PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Tengah dan pertumbuhan PDRB (GDP), tampak pada Gambar sejak tahun 1994 sampai
dengan tahun 1999, grafik antara pertumbuhan PDRB dan penjualan listrik adalah sejajar,
artinya bila terjadi perubahan dalam perekonomian maka akan terjadi perubahan yang
sebanding pada konsumsi energi listrik.
Sebagai contoh, dalam penggunaannya untuk meramal penjualan tenaga listrik sebagai misal,
teori ekonomi akan menyebutkan bahwa:
2. Rumah tangga tersebut akan mengurangi konsumsi listriknya apablia rekening listriknya
dirasakan mengakibatkan pengeluaran sektor lain terganggu.
3. Pengurangan konsumsi listrik sebagai akibat penggunaan bentuk teknologi yang lain dan
lebih murah.
5. Setelah hubungan matematis atau faktor utilitas dari model ditentukan, hubungan ini diukur
dan diuji dengan teknik analisa regresi. Hasil estimasi yang diperoleh dari hasil analisa
regresi ini akan digunakan untuk prakiraan.
A. Pengembangan model
Dibawah ini dituliskan suatu model ekonometri linier sederhana yang memformulasikan
pengaruh beberapa variabel terhadap konsumsi listrik.
J, dimana,
1. KWh konsumsi akan bertambah bila harga kerosine dan pendapatan naik, hal ini disebabkan
oleh dua alasan
- Sebagai akibat kenaikan harga kerosine, pola penggunaan energi rumah tangga akan
beralih pada substitusinya, dalam hal ini listrik.
- Bila pendapatan per kapita naik, maka kebutuhan barang listrik akan meningkat pula. Hal ini
akan menyebabkan kebutuhan tenaga listrik meningkat.
KWh konsumsi akan berkurang bila harga listrik naik, hal ini disebabkan oleh berubahnya pola
penggunaan tenaga listrik kepada substitusinya yang lebih murah, dalam hal ini kerosine.
2. Dengan demikian jelas dapat diperkirakan arah/tanda koefisien pada model, untuk harga
kerosine dan pendapatan positif dan tanda negatif untuk harga listrik.
3. Dalam kenyataan, konsumsi energi listrik tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut
diatas, melainkan masih banyak lagi variabel yang berpengaruh. Dalam teori ekonomi
pengaruh diluar variabel tersebut diatas dianggap konstan, sedangkan dalam ekonometrika
bahwa pengaruh variabel-variabel lainnya akan ditampung dalam satu variabel yang disebut
sebagai variabel sisaan (E). Oleh karena itu dalam ekonometrika hubungan tersebut diatas
dapat dinyatakan sebagai berikut:
4. Bila formulasi diatas dirasakan cukup penalaranya tahap berikutnya dalam pekerjaan
pengembangan model adalah mengumpulkan dan menganalisa data serta menguji
keabsahan model tersebut dengan teknik regresi.
- Spesifikasi model atau penyusunan hipotesis dalam bentuk persamaan yang dapat
menggambarkan hubungan variabel-variabelnya.
- Mengumpulkan data variabel-variabel yang ada dalam model guna menentukan koefisien-
koefisien dari fungsi/model.
- Melakukan evaluasi terhadap koefisien penaksir model menurut kaidah ekonomi, statistik
dan ekonometri.
Teori Ekonomi
Langkah 1
Model Matematik
Model Ekonometri
Evaluasi Model
Dalam pengumpulan data dari variabel model tersebut, perlu diperhatikan beberapa hal:
1. Sumber data, apakah ada badan resmi yang mengeluarkan atau berasal dari perusahaan
sendiri.
Pengetahuan tentang sumber data dan penyimpangan akan membantu dalam membuat model
yang akurat. Pada umumnya data dasar terdiri dari dua macam Time Series dan Cross
Section Data.
Data Time Series, ialah databerkala dari suatu kegiatan dalam sebuah periode tertentu.
Contoh : Penjualan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Tahun 1993 -
1999
Data Cross Section, ialah kumpulan data dari suatu kegiatan pada satu periode yang sama.
Dua macam data tersebut dapat digunakan pada model walaupun penggunaan Cross Section
Data pada model ekonometri tidak memberikan tanggapan yang tepat terhadap perubahan.
Sedangkan dengan menggunakan Time Series Data, model ekonometri tanggap terhadap
perubahan.
Dalam Model Ekonometri yang biasanya ditujukan untuk menguji tanggapan beberapa variabel
terhadap penjualan, maka data Time Series lebih tepat bila digunakan. Walaupun demikian
penggunaan data Time Series juga mempunyai kelemahan, jika perubahan dari variabel
peramalan terlalu besar, menjadikan sulitnya diperoleh angka koefisien statistik yang dapat
dipercaya (significant).
2. Data Harga Listrik, dapat diperoleh dari Statistik Pengusahaan (Rupiah/kWh), yang hanya
perlu diperhatikan bahwa data tersebut harus dikoreksi dengan nilai inflasi.
3. Data pendapatan, dapat diperoleh dari Buku Statistik tahunan BPS. Sama halnya pada
butir-2 diatas, data yang digunakan dalam bentuk harga konstan 1983.
Pada bagian ini dengan anggapan bahwa seleksi data dan variabel telah dilakukan. Variabel-
variabel tersebut harus dirangkum secara bersama-sama, untuk memenuhi bentuk matematik
Bentuk persamaan matematik yang sederhana dari setiap bentuk tersebut adalah linier atau
suatu bentuk matematik yang dapat diubah bentuk menjadi linier dengan mengambil logaritma
biasa dari sisi kedua persamaan. Keuntungan dari bentuk ini adalah kemudahanya untuk
mengestimasi koefisien a, b dan c.
Elastisitas adalah sebuah konsep yang penting, secara umum elastisitas menerangkan
tanggapan satu variabel terhadap variabel yang lain, sebagai contoh elastisitas harga dan
kebutuhan tenaga listrik, adalah suatu ukuran terhadap tingginya tanggapan perubahan
konsumsi listrik terhadap perubahan harga listrik.
Persamaan matematis dari elastisitas harga terhadap konsumsi listrik adalah sebagai berikut:
-------------- = ------------------- =
Dapat dibuktikan bahwa b, c dan d adalah elastisitas untuk harga listrik harga kerosine dan
pendapatan.
Contoh Pembuktian
-------------------- = -------------------------------------------------
PELEC = b
Dengan tekhnik regresi linier atau Ordinary Least Square (OLS), koefisien a,b c dan d dapat
dengan mudah dicari.
1. Lebih menguntungkan menggunakan model yang sederhana daripada yang kompleks, bila
kedua bentuk tersebut menerangkan hal yang sama. Hal yang menguntungkan dengan
mempergunakan model yang sederhana, ialah lebih mudah mengamati perubahan suatu
variabel terhadap variabel yang lain.
2. Bentuk model matematis tersebut, harus ada teori ekonomi yang mendukung.
3. Model yang baik akan mempunyai koefisien perkiraan yang baik pula.
Pada contoh penggunaan Model Ekonometri disajikan hasil analisa regresi dari penjualan listrik
setiap sektor sebagai fungsi dari pertumbuhan ekonomi dan harga listrik untuk total penjualan
PLN.
Model Ekonometri yang menghubungkan penjualan dengan dua variabel tersebut sebagai
berikut :
Maksud dari pembuatan model ini ialah untuk menganalisa pengaruh pertumbuhan ekonomi
dan harga listrik pada penjualan listrik.
Pada pendefinisian diatas diasumsikan penjualan kWh akan bertambah bila harga listrik
meningkat.
Koefisien b dan c adalah harga elastisitas dari penjualan kWh terhadap pertumbuhan ekonomi
dan harga listrik.
1. Hasil regresi .
Seperti telah diterangkan pada Bab II, persamaan (1) diatas dicari hubungannya dengan
menggunakan tekhnik regresi.
Pada Tabel 8 dapat dilihat data yang digunakan, pada analisa ini dan pada Tabel 9, 10, 11 dan
12 dapat dilihat hasil estimasi dari persamaan diatas untuk setiap sektor.
1. Data Penjualan, Rupiah per kWh Dan PDRB Masing-masing Kelompok Pelanggan.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15
T a h u
n GWh GDP Rupiah/kWh
Bisnis Commercial
Publik Services
Industry
Industri Manufacturing
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.992469648
R Square 0.984996003
Observations 7
ANOVA
df SS MS F Significance F
Total 6 0.509654967
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.995942041
R Square 0.991900549
Observations 7
ANOVA
df SS MS F Significance F
Total 6 0.525136592
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.984439806
R Square 0.969121731
Observations 7
ANOVA
df SS MS F Significance F
Total 6 0.290451258
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.989478922
R Square 0.979068537
Adjusted R
Square 0.968602805
Observations 7
ANOVA
df SS MS F Significance F
Total 6 0.23803367
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson
Dari hasil analisa pada Tabel 9 sampai 12, hasil estimasi untuk persamaan 1 menunjukkan
bahwa,
Dari hasil Uji t dan Uji F menunjukkan hasil yang mendukung keabsahan dari persamaan
secara umum cukup berarti, yaitu sebesar 131.3, didukung pula dengan koefisien determinasi
yang baik 98%, sehingga menunjukkan hasil estimasi dengan persamaan Ln(kWh) = -21.0 +
0.95Ln(GDP) + 2.44Ln (Price), dapat menggambarkan data penjualan dengan tepat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan persamaan model 1 untuk sektor
rumah tangga adalah tepat untuk menggambarkan hubungan antara kWh jual dengan
pertumbuhan ekonomi didukung pula dengan perolehan Uji Durbin-Watson yang menyatakan
tidak ada autokorelasi.
2. Sektor Komersil.
Dengan menggunakan analisa yang serupa pada sektor rumah tangga, dapat dikatakan,
bahwa uji model memenuhi nilai keabsahan. Hal ini ditunjukkan dari semua nilai hasil uji
regresi (F dan t) dengan tingkat kepercayaan 95% lebih besar dari nilai F dan t yang
sebenarnya (t-tabel) dan Durbin-Watson yang menyatakan tidak terjadi autokorelasi. Sehingga
untuk sektor komersil penggunaan model 1 adalah tepat (absah digunakan).
3. Sektor Publik.
Serupa dengan sektor komersil, maka pada kelompok pelanggan publik juga menunjukkan
keabsahan model.
4. Sektor Industri.
Pada sektor ini hasil analisa regresi menunjukkan keabsahan model dengan dihasilkannya nilai
F dan t yang lebih besar. Namun pada Uji Durbin-Watson menunjukkan adanya autokorelasi,
sehingga perlu dibuat modifikasi model baru yang dapat menunjukkan tidak adanya
autokorelasi.
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.995890384
R Square 0.991797656
Observations 6
ANOVA
Df SS MS F Significance F
Total 5 0.340037411
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson
1. Dari keseluruhan hasil perhitungan nilai koefisien, ternyata variabel tarip listrik tidak
sesuai dengan hukum ekonomi yang menyatakan adanya hubungan yang negatif
antara tarip dengan konsumsi energi listrik. Hal ini dikarenakan tarip listrik yang
diterapkan PLN pada periode pengamatan tidak menjadi masalah bagi pelanggan PLN
dalam hal penggunaan energi, atau dengan kata lain tarip PLN masih rendah sehingga
sidak berpengaruh secara ekonomi bagi pelanggan.
Penyaluran
Distribusi
Unit Pembangkit
Beban
a. Sifat-sifat Probabilistik
Reliability index adalah suatu expected value.Reliability index dijadikan kriteria dalam
perencanaan.Semua alternatif pengembangan, harus memenuhi kriteria keandalan ini,
sebelum dibandingkan dari segi biaya.
Prinsipnya: index keandalan sekarang harus sama atau lebih baik dari yang kemarin atau,
keandalan dimasa depan harus sama atau lebih baik dari hari ini.
Permintaan (demand) tenaga listrik berubah-ubah dari waktu ke waktu.Supply tenaga listrik
harus dapat mengimbangi demand dalam waktu seketika.Maka besarnya daya yang
dibangkitkan pun berubah-ubah dari waktu ke waktu.
c. Sifat-sifat Sistemik
Semua unit-unit pembangkit saling berinteraksi dalam suatu sistem.Pada prinsipnya semua
unit akan 'berkompetisi' dalam memenuhi permintaan energi dan tenaga
listrik.Ketidakandalan dari suatu unit, misalnya, akan menjadi beban bagi unit-unit lainnya
dan akan mempengaruhi pengoperasian unit-unit lainnya.
Hampir semua parameter teknis unit pembangkit akan turut mempengaruhi 'kompetisi'
ini.Misalnya: biaya bahan bakar, lama pemeliharaan, dll.Adanya kompetisi ini adalah untuk
mencapai optimalisasi pengoperasian unit-unit pembangkit.
Sebagai contoh, ada 2 skenario pemakaian energi listrik yang sama, yaitu 24 kWh
seperti pada Gambar-2.
- Variable cost/biaya bahan bakar keduanya sama apabila menggunakan bahan bakar
yang sama, tapi biasanya yang merah menggunakan bahan bakar yang lebih mahal.
- Fixed cost sangat berbeda. Pada case 1, utility hanya perlu menyediakan kapasitas
pembangkit 1 kW, sedangkan pada case 2 harus 4 kW.
Produksi listrik harus match dengan konsumsi setiap detik untuk menjaga integrity dari sistem
kelistrikan. Sesuai grid code di Indonesia, frekuensi harus dijaga 50Hz.
1. Bersifat Probabilistik
Ketidakpastian dalam hal kecukupan tersedianya kapasitas pembangkit.Setiap
pembangkit mempunyai kemungkinan untuk rusak setiap saat.
2. Bersifat Dinamis
Perimbangan antara supply dan demand berubah-ubah dalam waktu seketika.
3. Bersifat Sistemik
Semua unit pembangkit saling berinteraksi dengan sesamanya dalam satu
sistem.
WASP (Wien Automatic System Planning Package) adalah model/software dari IAEA
(International Atomic Energy Agency), untuk perencanaan sistem pembangkit yang banyak
digunakan terutama di negara dunia ke tiga.WASP pada awalnya dikembangkan pada tahun
1972 untuk memenuhi kebutuhan IAEA untuk menganalisis seberapa kompetitif PLTN apabila
dibandingkan dengan alternatif pengembangan pembangkit lainnya.Software ini gratis selama
tidak digunakan untuk keperluan komersial.
WASP digunakan untuk menentukan kebijakan pengembangan sistem pembangkit yang
optimal secara ekonomis untuk perusahaan listrik sesuai batasan-batasan yang diberikan oleh
penggunanya. Batasan-batasan tersebut antara lain tingkat keandalan sistem, jumlah
penambahan pembangkit tiap tahun, emisi lingkungan, penggunaan bahan bakar tertentu tiap
tahun, produksi energi dari pembangkit tertentu tiap tahun. WASP telah dianggap sebagai
standar, dan model-model lainnya memakai WASP sebagai acuan.
Selain WASP, ada beberapa alternatif model perencanaan pengembangan sistem pembangkit
seperti ditunjukkan pada Tabel-1.
PLN telah menggunakan WASP sejak akhir 1970-an, mulai dari WASP II kemudian WASP III
dan terakhir WASP IV.WASP-III (1979) dan WASP-III Plus (1992) masih menggunakan sistem
operasi DOS, sedangkan WASP-IV telah menggunakan sistem operasi Windows dengan
pengembangan fitur dan kemampuan lainnya.
Total biaya, bukan net benefit, yang menjadi tolok ukur apakah suatu rencana itu optimum.
Diasumsikan semua rencana perluasaan akan memberi benefit yang sama, jadi rencana
dengan total biaya terendah akan memberi net benefit terbesar.Total biaya dijadikan fungsi
sasaran untuk diminimumkan dangan algoritma dynamic programming.
Flow chart sederhana untuk menggambarkan model WASP adalah sebagai berikut.
- Beban puncak per periode (satu tahun maksimum terdiri atas 12 periode, umumnya untuk
perencanaan jangka panjang 1 tahun terdiri atas 4 periode).
- Tipikal kurva lama beban untuk masing-masing periode.
26000
23.900
24000
22000
1.9652 19.284
20000
18.474
18000
16.720
MW
16000
14.227
14000
12000
10000
8000
6000
13:30
14:30
15:30
16:30
17:30
19:30
10:30
11:30
12:30
18:30
20:30
21:30
22:30
23:30
2:30
3:30
4:30
5:30
6:30
7:30
8:30
9:30
0:30
1:30
Hari Kerja 21 Okt 2014 Tahun Baru 2014 HUT RI 17 Ags 2014
Idul Fitri 28 Juli 2014 Idul Adha 5 Okt 2014 Natal 2014
MW
24.000
22.356
21.443
21.000
18.000
15.000
12.000
9.000
6.000
3.000
-
12:30
16:30
20:30
0:30
4:30
8:30
10:30
14:30
18:30
22:30
2:30
6:30
1/2 Jam
Gambar. 15. Komposisi Energi Primer Saat Beban Puncak Tahun 2014
- Kapasitas (MW).
- Tahun mulai beroperasi (untuk unit yg telah ada dan yang dalam pembangunan).
- LOLP (loss of load probability): Besarnya waktu dimana kapasitas yang tersedia
diperkirakan (expected) tidak dapat memenuhi beban dalam kurun waktu tertentu
(misalnya 1 tahun).
- Kriteria PLN = LOLP tidak lebih dari 1 hari/tahun = 1/365 = 0.00274
- Untuk menjamin agar kegagalan sistem pembangkit dalam memenuhi beban tidak dalam
jumlah besar (dalam satuan energi), kita masukkan penalti dari energi yang tidak terpasok
(Energy Not Served/ENS) dalam objective function.
- ENS adalah jumlah energi yang diperkirakan (expected) tidak akan terpasok per tahun
dikarenakan kekurangan dalam kapasitas pembangkit dan karena kekurangan dalam
pasokan energi dari pembangkit yang energinya terbatas (PLTA).
- Biaya (penalti) ENS = 0.85 USD/kWh.
- Urutan Pembebanan (Loading Order atau LO), adalah relative rankings pada masing-
masing blok dari unit-unit termal untuk dibebani, yang diatur berdasarkan biaya variabel dari
yang termurah hingga yang termahal.
- LO PLTA yang dapat diatur PLN akan ditentukan oleh model.
- Pembangkit yang tak dapat diatur oleh PLN (Must run units, misal unregulated PLTA)
menjadi unit-unit yang harus pertama dibebankan, sehingga dapat mengganggu LO yang
ekonomis.
- LO memperhitungkan kontribusi masing-masing unit yang telah di bebani kedalam
cadangan berputar (cadangan panas atau system spinning reserve).
- System spinning reserve dalam operasi PLN adalah sebesar unit terbesar yang telah
dibebani. Ketentuan ini, juga akan menggangu LO yang ekonomis.
• Harga: Fluktuasi harga energi primer perlu dicermati. Misalnya, batubara dibeli PLN pada
tahun 1980-an dengan harga 45$/ton, kemudian turun menjadi 32$/ton pada tahun 1993
dan menjadi 23 $/ton pada tahun 2001.
• Biaya investasi untuk pembangkit: Umumnya bila harga energi primernya murah, maka
investasi untuk pembangkitnya mahal dan sebaliknya.
• Karakteristik Unit Pembangkitnya: Seperti efisiensi, ramping rate, forced outage rate,
maintenance time etc. Umumnya, untuk energi primer murah, maka pembangkitnya
kurang flexible untuk dioperasikan, cocok hanya sebagai pemikul beban dasar.
– Semakin besar unit size suatu pembangkit, maka biaya investasinya (dalam $/kW) akan
semakin murah.
– Tetapi semakin besar unit size menuntut cadangan yang semakin besar pula, maka biaya
yang dibutuhkan akan semakin besar.
– Idealnya, unit size tidak lebih besar dari 10% beban puncak.
– Unit size juga tergantung pada pertumbuhan beban.Untuk sistem kecil yang tumbuh pesat,
unit size bisa sekitar 25% hingga 50% beban puncak.
Dari poin-poin di atas, pertimbangan pemilihan jenis pembangkit dapat diringkas seperti pada
Tabel-2.
2. Sangat capital intensive. Contoh, proyek PLTU batubara kelas 2x600 MW memerlukan
kapital lebih dari US$ 1,5 miliar.
3. Economic life sangat lama: PLTU batubara diperhitungkan memberi manfaat selama 25
tahun hingga 30 tahun (bahkan kemudian dapat dilakukan life-time extension).
4. Time value of money menjadi penting: discounted cash flow analysis menjadi metoda
standar.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 38
Aspek dalam keekonomian pembangkit tenaga listrik:
1. Biaya pembangkitan listrik :Total cost = Fixed cost + Variable cost.
Fixed cost: terutama berkaitan dengan investment cost (dan profit ekonomi yang
diminta). Pada short run: O&M tertentu, biaya maintenance yang dikapitalisasi termasuk
long-term maintenance contract untuk turbin, biaya insurance, gaji pegawai adalah
fixed, tidak tergantung produksi kWh.
Variable cost: utamanya biaya bahan bakar, tergantung pada tingkat produksi kWh.
Beberapa jenis O&M juga termasuk variable cost, seperti bahan kimia untuk water
treatment, limestone untuk FGD atau CFBdsb.
3. Construction cost.
4. Financing cost.
Bahkan sebuah proyek PLTU batubara yang tidak besar (kelas 100 MW) mempunyai
nilai proyek yang tinggi, sekitar US$ 80 -120 juta.
Biaya investasi tersebut biasanya didanai dengan kombinasi ekuiti dan pinjaman (loan).
Struktur pendanaan dan cost of money tergantung pada risiko dari proyek, developer,
negara dsb.
Sebuah utility milik negara biasanya mempunyai akses kepada soft loan, sementara
sebuah IPP hanya mempunyai akses ke commercial loan.
PROYEK 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Kebutuhan Energi GWh 165,350 178,256 192,454 207,123 222,764 239,471 258,319 278,620 300,755 324,352
Pertumbuhan % 7.6 7.8 8.0 7.6 7.6 7.5 7.9 7.9 7.9 7.8
Produksi Energi GWh 188,005 202,841 218,866 235,619 254,211 276,847 300,172 324,826 350,229 377,367
Faktor Beban % 79.3 79.4 79.5 79.6 79.7 79.8 79.9 80.0 80.1 80.2
Beban Puncak Bruto MW 27,061 29,159 31,423 33,786 36,406 39,599 42,881 46,345 49,907 53,707
Beban Puncak Netto MW 25,875 27,840 29,993 32,213 34,578 37,103 39,960 43,031 46,376 49,934
Pertumbuhan Beban Puncak
KAPASITAS
Daya Mampu Netto MW 28,549 28,549 28,549 28,549 28,318 27,393 27,393 27,393 27,393 27,393
Kapasitas Terpasang MW 32,315 32,695 32,695 32,695 32,463 31,538 31,538 31,538 31,538 31,538
PLN MW 26,655 26,655 26,655 26,655 26,423 25,498 25,498 25,498 25,498 25,498
Retired/Mothballed - - - - (231) (800) - - - -
IPP MW 5,660 6,040 6,040 6,040 6,040 6,040 6,040 6,040 6,040 6,040
Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Kebutuhan Energi MWh 3,354 3,553 7,758 8,100 8,443 8,788 9,135 9,484 9,835 10,188
Pertumbuhan % 6.4 5.92 118.35 4.41 4.24 4.09 3.95 3.82 3.70 3.6
Produksi Energi MWh 3,587 3,780 8,209 8,567 8,925 9,285 9,647 10,013 10,381 10,752
Faktor Beban % 20.6 21.0 33.0 33.5 34.0 34.5 35.0 35.5 36.0 36.5
Beban Puncak KW 1,990 2,055 2,840 2,919 2,997 3,072 3,146 3,220 3,292 3,363
Tambahan Pembangkit
PLTMG CNG IP kW 4,000
PLTMG CNG Baru kW 2,000
Total Tambahan kW - - 4,000 - - 2,000 - - - -
Jumlah Kapasitas kW 2,000 2,000 4,000 4,000 4,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Unit Terbesar kW 500 500 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Cadangan N-1 kW (490) (555) 160 81 3 1,928 1,854 1,780 1,708 1,637
Reserve Margin % 0.5 (2.7) 40.9 37.0 33.5 95.3 90.7 86.3 82.3 78.4
– Bagi sebuah pembangkit termal yang menggunakan bahanbakar, kunci utama dari
variable cost adalah efisiensi dalam mengkonversi bahanbakar menjadi listrik. Hal
ini disebut heat rateyang dinyatakan dalam BTU atau kcal input per kWh output.
– Heat rate tidak berlaku untuk pembangkit yang tidak membakar bahan bakar,
seperti PLTP dan Renewables non-biomass.
– Sebagai ilustrasi, PLTN, PLTP dan PLTU batubara yang biaya konstruksinya sangat
tinggi namun mempunyai variable cost rendah akan menjadi unit pembangkit yang
pertama dioperasikan. Kecuali untuk inspection dan pemeliharaan, pembangkit
tersebut beroperasi sepanjang tahun.
– PLTGU yang sangat efisien tetapi membakar gas yang mahal akan mengisi
intermediate load. Output pembangkit ini akan naik–turun secara harian mengikuti
beban, dan dapat start-stop secara mingguan/bulanan.
– Sebuah pembangkit peaking, misalnya gas turbine (PLTG), bekerja kurang efisien
dan membakar gas yang mahal, jadi dijalankan hanya jika dibutuhkan untuk
memenuhi demand tertinggidan dapat start-stop secara harian.
– Pengecualian apabila ada klausul take or pay, seperti IPP atau take or pay gas,
maka pembangkit tersebut dapat di-dispatch terlebih dahulu untuk memenuhi
ketentuan take or pay.
Sebagai contoh, untuk memenuhi demand sebesar 430 MW, bagaimana men-
dispatch pembangkit-pembangkit berikut ini?
50 50 50 50
Ilustrasi economic dispatch berbasis merit order dapat dilihat pada Gambar-
22.Dari gambar tersebut terlihat bahwa pembangkit yang pertama kali
dioperasikan adalah pembangkit yang paling murah hingga pembangkit yang
paling mahal.
Sebagai contoh, PLTU USC kelas 1000 MW lebih efisien dan membutuhkan batubara
yang lebih sedikit untuk menghasilkan satu kWh-nya, dibandingkan PLTU 600
MW.Biasanya juga digunakan istilah specific fuel consumption, yaitu volume bahan
bakar yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kWh.
Semakin kecil sfc suatu pembangkit, maka semakin efisien dan membutuhkan bahan
bakar yang semakin sedikit.
PEMBANGKIT
TRANSMISI
G EHV/HV
Trafo Trafo Beban
Beban
G
Gambar. 19. Contoh Konfigurasi Sistem Penyaluran 5-Bus
3.1. Pendahuluan
3.1.1. Tujuan Interkoneksi Sistem Transmisi
• Keandalan (Reliability)
Ukuran kemampuan sistem tenaga listrik untuk mengirim energi listrik ke pusat-pusat beban
sesuai dengan besaran yang diinginkan dan standar yang berlaku
• Kecukupan (Adequacy)
Ukuran kemampuan sistem tenaga listrik memasok kebutuhan tenaga listrik dengan
memperhitungkan keluarnya instalasi yang terjadual maupun tidak terjadual dan kendala
operasi
• Sekuriti (Security)
Ukuran kemampuan sistem tenaga listrik untuk tetap bertahan terhadap gangguan seperti
hubung singkat atau keluarnya instalasi tenaga listrik yang tidak diantisipasi sebelumnya
• Integritas (Integrity)
• Restorability
Ukuran kemampuan sistem tenaga listrik untuk segera pulih dari keadaan black out atau
shutdown.
– Normal : ±5%
– Emergency : ±10%
• Kriteria Keandalan
– N-1(deterministik)
• Berbeban lebih
• Pelanggaran batas tegangan
• Pelepasan beban
• Voltage collapse
– 500 kV : 80 ms
– 275kV : 100 ms
– 150kV : 140 ms
– Load Flow
– Short Circuit
– Transient Stability
a
b
Sistem Isolated
Sistem besar
Sistem A Sistem B
• Menentukan rating peralatan gardu induk baru. (kemampuan untuk memutuskan arus
hubung singkat (breaking capacity) dari pada peralatan pemutus tenaga (Circuit Breaker).
• Menentukan perubahan rating peralatan terpasang dengan cara mengganti peralatan
dengan rating yang lebih tinggi.
Merupakan analisa untuk memprediksi sifat-sifat dinamis sistem dalam keadaan mengalami
gangguan besar (large disturbance) yaitu gangguan hubung singkat.
Dari analisa ini dapat ditentukan antara lain:
1. Selanjutnya loading GI overload pada butir-4 tersebut di atas dibuat flat 70% dan sisanya
diambil alih GI-GI pada layer ke-1 atau dapat juga sebagian beban GI pada layer pertama
dipindah ke GI pada layer kedua sehingga GI-GI pada layer pertama yang langsung
bersinggungan dengan GI overload dapat mengambil beban GI overload
2. Peninjauan GI-GI yang sudah berbeban di atas 70% harus dilihat secara menyeluruh dan
terintegrasi untuk seluruh wilayah distribusi sehingga dapat dihindari over investment akibat
peninjauan secara parsial.
3. Mengevaluasi kebutuhan GI yang diperlukan untuk perbaikan kualitas pelayanan.
4. Setelah mendapatkan GI-GI baru yang dibutuhkan (dari butir 6 dan & 7), memasukkan ke
capacity balance GI sehingga diperoleh Capacity Balance yang baru (lengkap dengan GI-GI
baru).
5. Hasil dari butir-8 tersebut digunakan untuk membuat kebutuhan pengembangan trafo/GI.
I APJ SBU 840 714 417,29 120 60 483,25 120 510,90 120 560,65 0 615,39 240
1 Krembangan 150/20 B 50 50 100 85 49,47 53,29 57,63 62,84 60 69,10 75,99
58% 63% 68% 46% 51% 56%
3 Tandes 150/20 C 50 50 60 10 170 145 102,95 60 110,90 119,92 60 130,77 143,78 158,13 60
62% 67% 55% 60% 66% 59%
Kebijakan lebih rinci mengenai pengembangan transmisi dan GI adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan teknologi kabel 500 kV di ibu kota provinsi di Jawa-Bali
b. Setiap Ibu kota kabupaten yang belum terlayani jaringan tegangan tinggi direncanakan GI-
GI baru. Perencanaan GI-GI baru tersebut tetap mempertimbangkan kelayakan teknis dan
ekonomis.
c. Peningkatan unit size trafo daya (150/20 kV) menjadi maximum 100 MVA untuk GI Baru di
wilayah yang padat dan sulit mendapatkan lokasi GI.
d. Jumlah unit trafo yang dapat dipasang pada suatu GI dibatasi oleh ketersediaan lahan,
kapasitas transmisi dan jumlah penyulang(feeder) keluar yang dapat ditampung oleh GI
tersebut. Dengan kriteria tersebut suatu GI dapat mempunyai 3 atau lebih unit trafo.
Sebuah GI baru diperlukan jika GI-GI terdekat yang ada tidak dapat menampung
pertumbuhan beban lagi karena keterbatasan tersebut.
f. Trafo daya (TT/TM) pada dasarnya direncanakan mempunyai kapasitas sampai dengan 60
MVA.
g. Trafo IBT GITET (500/150 kV dan 275/150 kV) dapat dipasang hingga 4 unit per GITET.
h. Spare trafo IBT 1 fasa disediakan per lokasi untuk GITET jenis GIS, dan 1 fasa per tipe per
provinsi untuk GITET jenis konvensional.
i. Pembangunan gardu induk dengan desain minimalis dapat dilaksanakan untuk melistriki
komunitas dengan kebutuhan listrik yang dalam jangka panjang diperkirakan akan tumbuh
lambat.
Untuk meningkatkan pelayanan dan mengantisipasi kebutuhan tenaga listrik yang semakin
besar di kabupaten-kabupaten yang tersebar dan belum dilayani dari jaringan tegangan tinggi,
dalam RUPTL ini terdapat rencana pembangunan GI-GI baru di beberapa kabupaten.
Perencanaan GI-GI baru tersebut tetap mempertimbangkan kelayakan teknis dan ekonomis.
Setiap proyek atau kegiatan investasi bidang penyaluran harus didukung oleh justifikasi
kelayakan ataupun keefektifan biaya dan manfaat dari pada investasi (Edaran Direksi PT. PLN
(Persero) No. : 011.E/012/DIR/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Investasi Bidang
Penyaluran).
Justifikasi kelayakan yang disusun terdiri dari:
1. Kajian Kelayakan Ekonomi (KKE) dan Kajian Kelayakan Finansial (KKF) – Benefit Cost
Analysis
Kajian ini memuat secara kuantitatif atau kualitatif informasi tentang kelayakan
pelaksanaan proyek
• Suatu usulan investasi proyek bila tidak dijalankan maka diperlukan alternatif pengganti.
• Pada KKE, alternatif pengganti dipandang sebagai benefit dan usulan investasi sebagai
biaya (Cost).
• Komponen biaya kedua alternatif ini diperbandingkan pada kurun waktu perencanaan untuk
mencari alternatif yang termurah (least cost).
• Komponen biaya terdiri dari
– Biaya kontruksi
– Biaya bahan bakar/pasokan
– Biaya O & M
– Biaya Susut
– Nilai Sisa (salvage value)
Catatan :
Untuk pasokan dengan 20 kV harus tetap memenuhi standar tegangan, bila perlu
menggunakan kapasitor, AVR dsb.
b. Pasokan dari 20 kV
• Menghitung kebutuhan penyulang, tambahan trafo dan peralatan lain yang diperlukan bila
beban tersebut dipasok dari GI existing dengan tetap memperhatikan tingkat pelayanan,
• Menghitung biaya investasi dan susut selama kurun waktu tertentu (mis. 10 tahun),
• Menghitung biaya O & M dengan periode yang sama.
• Menghitung total Present Value (PV) biaya investasi, O&M dan biaya losses.
• Kendala yang ada
Catatan :
Untuk investasi penambahan trafo pada GI existing, hanya diperhitungkan persentase yang
memasok beban yang dimaksud (tidak 100%, karena sisanya ditujukan untuk perkembangan
beban GI existing itu sendiri)
• Menghitung biaya investasi GI 150 kV dan transmisi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(biaya investasi disini antara lain lahan, kompensasi ROW, kebutuhan material dsb.)
• Menghitung biaya investasi dan susut selama kurun waktu tertentu (mis. 10 tahun),
• Menghitung biaya O & M dengan periode yang sama.
• Menghitung total PV biaya investasi, O&M dan biaya susut.
• Kendala yang ada.
d. Korelasi antara power loss factor dengan Load Factor (LF) dan average power loss
Table 8. Contoh KK
(Juta Rp.)
Beban Puncak Biaya (GI Baru) Benefit (Alternatif 20 kV)
No. Tahun Net Benefit
(MVA) Investasi O & M Susut Nilai Sisa Total Investasi O & M Susut Nilai Sisa Total
1 2005 23.2 40033 801 40834 23130 463 5965 29558 -11276
2 2006 24.9 801 801 4781 558 2294 7633 6832
3 2007 26.8 801 801 558 1980 2538 1737
4 2008 28.8 801 801 558 2301 2859 2058
5 2009 31.1 801 801 558 2682 3240 2439
6 2010 33.6 801 801 18349 925 3114 22388 21587
7 2011 36.1 801 801 925 2890 3815 3014
8 2012 39.0 801 801 925 3360 4285 3484
9 2013 41.9 801 801 13568 1197 3892 18657 17856
10 2014 44.7 18861 1178 20039 18349 1564 4417 24330 4291
11 2015 47.6 1178 1178 1564 4175 5739 4561
12 2016 38771 -38771 59720 -59720 -20949
NPV = 16769
EIRR = 46%
B/C = 1.46
7.00
Transmisi 100 km
6.00 PLTD
Transmisi 50 km
Biaya Tahunan (M$)
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Beban Puncak (MW)
• KKF mencerminkan tingkat pengembalian usulan investasi proyek yang diharapkan oleh
pemilik suatu investasi/proyek.
• Benefit pada KKF direpresentasikan oleh pendapatan yang diperoleh dari usulan
investasi/proyek.
• Bandingkan biaya dan benefit selama kurun waktu umur ekonomis dari pada usulan
investasi/proyek.
(Juta Rp.)
Biaya Benefit
Tahun Net Benefit
Investasi Beli Energi O&M Total Pendapatan
NPV = 71826
FIRR = 31%
B/C = 1,28
- Terpasang
- Dalam
Data Jaringan Pelaksanaan
Kriteria :
Perencanaan - Keandalan : N -1
Pembangkitan - Pengaturan Teg. :
0.95 -1.05 pu
GI Baru
GI Baru &
Extension GI
- Maks.
- pembebanan :
70 %
Pendanaan
Proposal Proyek
System
Transmissio Analysi
n s
Planning
Over Load Flow
Proposal Load Calculatio
of Voltage n
Planning
Short Fault
Circuit Current
Ground Calculation
Fault
Stabilit Stability
y Calculatio
n
Proposal of Countermeasure
Planning for System
Stabilizing
Gambar. 24. Parameter Kinerja Sistem terhadap Proses Perencanaan Sistem Penyaluran
Stability Optimal
System
Reliability
Condition
&
Economical
Voltage Condition
Short-circuit
Capacity
Decision of
Countermeasure
1. Pemilihan Tegangan :
• 500 kV
• 150 kV
• 70 kV
3. Pemilihan Sirkit :
• Single sirkit
• Double Sirkit
• Combine
• Single conduktor
• Doulbe conduktor
• Quadraple
• Pemilihan lokasi GI, ditentukan oleh user (distribusi), dan bekerja sama dengan P3B
dan Proyek
• Dekat Pusat Baban
• Dekat jalur transmisi exsisting
• Double Busbar
• Single Busbar