1883 (BRAKE
DRUM REAR RR RH) DI PT BAKRIE AUTOPARTS DENGAN METODE
SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) 12.0 RACETRACK
Disusun oleh:
ABSTRAK
Teknik Industri adalah bagian dari ilmu teknik yang didefinisikan sebagai profesi dimana
pengetahuan matematika dan ilmu alam yang didapat dari studi, pengalaman, dan praktik
kemudian diterapkan untuk mengembangkan bagaimana memanfaatkan bahan serta
sumber daya alam untuk kepentingan umat manusia. Dengan perkembangan serta
kemajuan teknologi, berbagai pebisnis melakukan banyak ekspansi ke berbagai negara
atau wilayah-wilayah domestik di Indonesia. PT. Bakrie Autoparts merupakan
perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk utama. Produk utama yang
dihasilkan PT. Bakrie Autoparts salah satunya adalah BT. 1883 atau Brake Drum Rear
RR RH. Permintaan Brake Drum Rear RR RH selama PPKM (Pemberlakukan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat) mengalami peningkatan dan PT. Bakrie Autoparts
merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Brake Drum Rear RR RH paling
banyak yaitu sebesar 42% dari produksi Brake Drum Rear RR RH nasional. Hal tersebut
menjadi perhatian utama untuk memenuhi tercapainya kebutuhan Brake Drum Rear RR
RH yang merata. Sehingga penelitian ini menggunakan metode SCOR Racetrack untuk
melakukan peningkatan kinerja Supply Chain pada aspek Reliability, supaya pemenuhan
permintaan pada pelanggan dapat terpenuhi.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 7
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 7
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
1.4 Batasan Penelitian ................................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9
BAB II KAJIAN LITERATUR .................................................................................. 10
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 10
2.2 Landasan Teori ...................................................................................................... 12
2.2.1 Supply Chain Management............................................................................. 12
2.2.2 Kinerja Supply Chain ..................................................................................... 12
2.2.3 Manfaat Supply Chain .................................................................................... 12
2.2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) 12.0 .......................................... 13
2.2.5 SCOR Performance ........................................................................................ 13
2.2.6 SCOR Racetrack ............................................................................................ 14
2.2.7 Fishbone Diagram .......................................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 17
3.1 Objek Penelitian .................................................................................................... 17
3.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 17
3.3 Pengolahan Data.................................................................................................... 18
3.4 Diagram Alur Penelitian ....................................................................................... 19
BAB IV TUGAS KHUSUS ......................................................................................... 20
4.1 Pre-SCOR Program Steps ..................................................................................... 20
4.1.1 Profil Perusahaan ............................................................................................ 20
4.1.2 Product ........................................................................................................... 21
4.1.3 Visi & Misi ..................................................................................................... 27
4.1.4 Sistem Produksi .............................................................................................. 27
4.1.5 Jam Operasional ............................................................................................. 32
4.2 Set The Scope ........................................................................................................ 33
4.2.1 Analisis SWOT ............................................................................................... 33
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
SCOR terdiri dari proses rantai pasokan standar, atribut dan metrik kinerja standar,
praktik standar dan keterampilan kerja standar. Pembaruan SCOR versi 12.0 disusun
dalam matriks yaitu standar kinerja (reliability, responsiveness, agility, cost, asset
management) dan proses (plan, source, make, deliver, return, enable) (Sholeh, Nurdiana,
& Dharmo, 2021). Meskipun sangat sederhana, model SCOR telah terbukti kuat dan
tangguh sebagai alat untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan meningkatkan rantai
pasok. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan untuk pengukuran kinerja dengan
menggunakan metode SCOR terbaru versi 12.0 yang diterapkan pada jenis industri skala
besar yaitu Perseroan Terbatas. Tujuannya adalah untuk melakukan peningkatan kinerja
rantai pasok pada PT. Bakrie Autoparts pembuatan produknya dari aspek reliability.
Kemudian hasil dari penelitian ini dapat berpengaruh dalam memperbaiki kinerja dan
meningkatkan efisiensi serta dapat melakukan benchmarking dan memberikan parbaikan
bagi perusahaan.
BAB II
KAJIAN LITERATUR
Metode SCOR merupakan metode terbaik untuk digunakan dalam mengevaluasi kinerja
rantai pasok jika dibandingkan dengan metode lainnya. Jumlah penelitian menggunakan
metode SCOR pun telah banyak dilakukan bahkan terdapat penelitian yang
mengkombinasikan metode SCOR dengan metode lainnya. Namun, hingga saat ini masih
jarang ditemukan penelitian tentang peningkatan kinerja rantai pasok dengan
menggunakan metode SCOR Racetrack. Sehingga dengan penggunaan metode SCOR
12
Racetrack pada penelitian ini, diharapkan dapat menjadi sebuah pembaharuan dari
penelitian tentang peningkatan kinerja rantai pasok.
2. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa
yang dipasok oleh rantai supply mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen
akhir tersebut.
metode SCOR. Dalam satu atribut, terdapat beberapa metrik yang dapat dipakai sebagai
metrik pengukuran kinerja (Supply Chain Council, 2006). Lima atribut tersebut
diantaranya yaitu:
Performance attribute Definisi
Performa rantai pasok dalam mengirimkan produk
dengan tepat, pada tempat yang tepat, pada waktu yang
Supply Chain Reability
tepat, dengan jumlah yang tepat, dan terdokumentasi
dengan baik
Supply Chain Kecepatan rantai pasok dalam menyediakan produk ke
Responsiveness konsumen
Kemampuan rantai pasok dalam merespon perubahan
Supply Chain Flexibility
pasar dalam upaya memenangkan persaingan pasar.
Biaya-biaya yang berhubungan dengan pengorpasian
Supply Chain Cost
rantai pasok.
Nilai keefektifan dari suatu organisasi untuk mengatur
Supply Chain Asset
asetnya, untuk mendukung kepuasan permintaan. Ini
Management
termasuk fixed capital dan working capital.
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1.2 Product
PT. Bakrie Autoparts merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi part
kendaraan. Produk utama yang dihasilkan pada PT. Bakrie Autoparts yaitu berupa produk
part Passenger Vehicle dan produk part Commercial Vehicle. Sistem produksi yang
terdapat di PT. Bakrie Autoparts ialah make to order. Jadi perusahaan akan selalu
memproduksi produk berdasarkan pesanan dari pelanggan.
merupakan gambaran proses produksi komponen produksi Brake Drum Rear RR RH (BT.
1883) pada PT. Bakrie Autoparts:
Dari gambar diatas menunjukan bahwa untuk proses awal produksi produk
BT.1883 dimulai dari raw material Ferro Casting, yang mana dilakukan proses metal
casting di Foundry. Berikut merupakan proses produksi di foundry pada pembuatan
BT.1883 sebagai berikut:
1. Incoming Material Foundry
Kumpulan bahan yang dipersiapkan untuk digunakan pada proses casting. Bahan tersebut
akan digunakan pada tahap tahap melting. Bahan yang digunakan umamnya bersal dari
alam, namun ada juga bahan aditif sebagai bahan tambahan.
2. Melting
Melting merupakan stasiun kerja untuk proses peleburan cairan metal bahan pembuatan
casting. Artinya terjadi perubahan bentuk logam, sehingga berubah dari zat padat menjadi
zat cair. Tanur atau wadah yang digunpakan disebut furnace.
3. Moulding
Moulding adalah mesin pembuat cetakan. mesin ini bekerja secara otomatis yang
dikontrol dengan komputer. Cara pembuatan cetak tergantung dari jenis pasir cetak,
ukuran, bentuk, berat coran jumlah produksi dan lain-lainnya. Mesin moulding yang
digunakan untuk membuat casting ini adalah mesin moulding disamatik yaitu mesin
pembuatan cetakan tiup tekan yang dikembangkan oleh perusahaan Jerman, Dansk
29
Industry Syndikat. Di dalam mesin yang bentuknya rumit ini, terdapat rangka lepas
berbentuk kotak (rang cetakan). Pasir cetak ditiupkan dari atas ke dalam ruangan cetakan:
lalu ditekan dari kanan kekiri setelah itu cetakan didorong dan dikeluarkan.
4. Pouring
Pouring adalah proses penuangan cairan metal ke dalam cetakan. Setelah kondisi sesuai
control plan, metal cair di isikan ke dalam mould. Alat untuk melakukan proses pouring
adalah ladle. Sebelum tahap pouring, dilakukan tahap taping yaitu proses penunangan
cairan metal dari furnace ke ladle.
5. Cooling
Cooling line adalah lintasan yang menghubungkan antara mesin moulding dengan mesin
shake out. Dalam lintasan ini, cairan logam yang dituangkan ke mould (cetakan) telah
terbentuk menjadi casting. Cooling line ini berfungsi untuk mengurangi panas dari cairan
metal agar pada saat masuk mesin shake out, casting tidak rusak akibat guncangan.
6. Shakeout
Shake out adalah proses pembongkaran dan penyingkiran pasir untuk mengeluarkan
casting dari cetakan setelah proses pouring. Mesin yang digunakannya pun disebut mesin
shake out, yaitu, mesin untuk merontokan pasir menggunakan meja getar. Rontokan pasir
jatuh ke atas konveyor yang berjalan dibawahnya. Kemudian pasir-pasir tersebut dibawa
oleh konveyor yang kemudian di proses untuk digunakannya lagi sebagai bahan baku
untuk pembuatan mould. Jika pada proses shakeout ada casting yang masih menyatu
dengan runner system maka harus dilakukan proses trimming yaitu memisahkan casting
dengan runner system secara manual.
7. Shot Blast
Proses shoot blast yaitu membersihkan casting dari pasir dengan media steel shot yang
ditembakkan ke body casting dilakukan secara otomatis oleh mesin. Penyemprotan
casting dilakukan sebanyak 2-3 kali dan setiap selesai satu kali penyemprotan casting
pada hanger diputar 180° agar bagian yang terkena steel shoot bisa merata. Lama
penyemprotan kurang lebih 3 menit.
8. Pematah
Pada sat proses shakeout dan trimming, ada sebagian runner system yang tidak terlepas
dari casting sehingga hal tersebut harus melewati proses pematah casting. Pada proses
inilah, runner system dilepaskan dari casting dengan mesin pematah casting.
9. Hard Inspection
30
Proses selanjutnya adalah hard inspection, dimana produk yang telah jadi dilakukan
pengecekan apakah produk tersebut sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau
tidak karena produk in berpengaruh besar terhadap keamanan dan keselamatan para
pengendara. Jika produk mengalami masalah, akan di lakukan dua solusi, yaitu di repair
tau di reject atau lebur.
10. Finishing
Sebelum produk masuk ke dalam store, proses akhir yang harus dilakukan adalah proses
finishing. Yaitu dengan cara menghaluskan bagian-bagian yang masih kasar dengan
menggunakan gerinda. Hal tersebut dilakukan agar menghasilkan produk yang
berkualitas dan konsumen pun merasa puas terhadap produk tersebut.
Setelah itu dilakukan proses painting di machining shop. Selanjutnya proses pertama
dalam pembuatan BT. 1883 dilakukan menggunakan Mesin VT-03 (Vertical Turning-03)
untuk melakukan pemakanan pada bagian kanan untuk satu produk selama 30 menit.
31
Produk/
No Mesin Fungsi pada BT.1883
Jam
Mesin VT-03 (Vertical Untuk melakukan pemakanan
1 30 menit
Turning) pada bagian kanan
Mesin VT-04 (Vertical Untuk melakukan pemakanan
2 30 menit
Turning) pada bagian kiri
Mesin VT-02 (Vertical Untuk melakukan facing pada
3 30 menit
Turning) bagian kanan
Mesin VT-13 (Vertical Untuk melakukan facing pada
4 30 menit
Turning) bagian kiri
32
Produk/
No Mesin Fungsi pada BT.1883
Jam
VM-19/ VM-05 Untuk melakukan proses drilling
5 8.57 menit
(Vertical Milling) atau pelubangan
Untuk melakukan proses
6 HN-02 (Honing-02) 6 menit
penghalusan pada bagian dalam
Karyawan pada kelompok shift biasanya pada bagian produksi pabrik bekerja 24
jam dengan pergantian shift setiap 8 jam sekali. Jadwal karyawan pada setiap shift akan
bergeser setiap 3 hari sekali. Jam kerja karyawan shift dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4. 6 Strenght
No Strenght Kode
1 Menghasilkan produk higt quality A
2 Pemasaran yang sudah mendunia B
3 Pelayanan yang baik C
4 Memperoleh beberapa serfikat pada keselamatan kerja D
Tabel 4. 7 Weakness
No Weakness Kode
1 Masih terdapat beberapa produk defect E
2 Belum memaksimalkan kapasitas produksi F
3 Minimnya kesadaran operator terhadap SOP saat bekerja G
4 Umur mesin yang sudah tua H
34
Berdasarkan hasil identifikasi faktor IFAS diatas maka diperoleh 4 strength dan 4
weakness dari perusahaan. Kemudian setelah diketahui faktor-faktor tersebut
dilakukan pembobotan dan pemberian rating untuk mengetahui nilai akhir dari
Internal Strategic Factors Analysis Summary. Berikut merupakan pembobotan IFAS
pada PT.Bakrie Autopart:
Tabel 4. 8 IFAS
A B C D E F G H Total Bobot
A X 0 1 0 0 0 0 0 1 0,036
B 1 X 1 0 0 0 0 0 2 0,071
C 0 0 X 0 0 0 0 0 0 0,000
D 1 1 1 X 0 0 0 0 3 0,107
E 1 1 1 1 X 1 1 1 7 0,250
F 1 1 1 1 0 X 1 1 6 0,214
G 1 1 1 1 0 0 X 1 5 0,179
H 1 1 1 1 0 0 0 X 4 0,143
Total 28 1
Total 1,608
Tabel diatas menjelaskan bahwa pemberian rating pada hasil pembobotan pada
pemberian rating faktor Strength menjelaskan nilai 4 bernilai tinggi dan nilai 1 bernilai
rendah sedangkan dalam pemberian rating faktor Weakness menjelaskan nilai 1 bernilai
tinggi dan nilai 4 bernilai rendah. Setelah dilakukan perhitungan dengan mengkalikan
bobot dengan rating, maka nilai IFAS diketahui dengan mengurangi total Strength dengan
Weakness. Sehingga total dari nilai IFAS adalah 0,500 – 1,608 yaitu sebesar -1,108.
Tabel 4. 12 Opportunity
No Opportunity Kode
1 Berada di wilayah yang dikelilingi perusahaan customer A
2 Meningkatkan devisa negara melalui bidang trasnportasi B
3 Lokasi perusahaan dekat dengan prasarana trasnportasi C
4 Berkembangnya industri pertambangan D
Tabel 4. 13 Threat
No Threat Kode
1 Kualitas pesaingan yang lebih bagus E
2 Pandemi Covid-19 yang masih belum stabil F
3 Persaingan harga yang ketat G
4 Pembatasan penggunaan bahan bakar trasnportasi H
36
Berdasarkan hasil identifikasi faktor EFAS diatas maka diperoleh 4 opprotunity dan
4 threat dari perusahaan. Kemudian setelah diketahui faktor-faktor tersebut dilakukan
pembobotan dan pemberian rating untuk mengetahui nilai akhir dari External
Strategic Factors Analysis Summary. Berikut merupakan pembobotan EFAS pada
PT.Bakrie Autopart:
Tabel 4. 14 EFAS
A B C D E F G H Total Bobot
A X 0 0 1 0 0 0 0 1 0,036
B 1 X 1 1 0 0 0 0 3 0,107
C 1 0 X 0 0 0 0 0 1 0,036
D 0 0 1 X 0 0 0 0 1 0,036
E 1 1 1 1 X 1 1 1 7 0,250
F 1 1 1 1 0 X 0 0 4 0,143
G 1 1 1 1 0 1 X 1 6 0,214
H 1 1 1 1 0 1 0 X 5 0,179
Total 28 1
Total 0,786
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa pemberian rating pada hasil pembobotan
pada pemberian rating faktor Opportunity menjelaskan nilai 4 bernilai tinggi dan nilai 1
bernilai rendah sedangkan dalam pemberian rating faktor Threat menjelaskan nilai 1
bernilai tinggi dan nilai 4 bernilai rendah. Setelah dilakukan perhitungan dengan
mengkalikan bobot dengan rating, maka nilai EFAS diketahui dengan mengurangi total
Opportunity dengan Threat. Sehingga total dari nilai EFAS adalah 0,821 – 0,786 yaitu
sebesar 0,036.
Setelah diketahui masing-masing nilai dari IFAS dan EFAS, maka akan diketahui
diagram yang menunjukkan posisi dari perusahaan PT. Bakrie Autopart ialah sebagai
berikut:
Komponen Deskripsi
PT Bakrie Autoparts merupakan sebuah perusahaan
swasta manufaktur yang bergerak dalam industri
manufaktur otomotif. Produk yang dihasilkan berupa
komponen-komponen dari truck dan mobil. Perusahaan
Business Description
yang berdiri tahun 1942 ini menerapkan sistem
produksi make to order, yaitu perusahaan melakukan
produksi sesuai dengan pesanan buyer meliputi
kuantitas, style, warna dan lain-lain.
• Strength: Produk yang dihasilkan berkualitas bagus
dengan menggunakan material yang sudah diuji
ketahanan dan kekuatannya. Adanya penggunaan
mesin-mesin yang baru sehingga dapat
mempersingkat waktu produksi tanpa menurunkan
hasil kualitas produk, dan perusahaan telah
mendapat beberapa sertifikat penghargaan.
Challenges and
• Weakness: Masih terdapat beberapa kendala dalam
Opportunities
memaksimalkan kapasitas produksi, masih
kurangnya kesadaran pekerja terhadap SOP saat
bekerja, lingkungan kerja yang masih kurang
nyaman akibat adanya suara bising mesin.
• Opportunity: Lokasi perusahaan yang strategis,
dimana para mitra atau customer dapat menjangkau
perusahaan dengan lebih mudah. Sehingga dengan
39
Axle Diff, Hook Cab). Produk yang dihasilkan bisa dikatakan tidak selalu tetap
dikarenakan seluruh produk yang dihasilkan disesuaikan dengan permintaan
customer.
b. Pelanggan
PT. Bakrie Autoparts memiliki pelanggan dari berbagai kalangan baik dari dalam
negeri. Beberapa pelanggan PT. Bakrie Autoparts:
PT. Bakrie Autoparts memiliki lokasi manufaktur dan warehouse yang berada
diJalan Raya Bekasi KM. 27 Pondok Ungu, Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa
Barat, Indonesia. Lokasi ini terbilang cukup strategis dengan prasarana
transportasi seperti bandara dan stasiun yang mendukung proses pengiriman
produk ke pelanggan. Selain itu, lokasi perusahaan berada dalam wilayah berikat
yang memudahkan proses kegiatan ekspor.
BT. 1883 1 2
BT. 1884 6 6
Selain itu dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pihak perusahaan, dimana BT.
1883 merupakan produk dengan keuntungan tertinggi bagi perusahaan. Oleh karena itu
hal tersbut juga yang melandasi bahwa BT. 1883 adalah produk yang kami pilih untuk
dilakukan pengukuran kinerja Supply Chain Management pada PT. Bakrie Autopart.
Pada Tabel diatas menjelaskan elemen-elemen yang berkaitan dan bekerjasama dengan
PT Bakrie Autoparts dari supplier Ferro Casting dan Ferro Casting Ductile. Lokasi dari
perusahaan yang berada di Jl. Raya Bekasi KM.27 Pondok Ungu, Kota Bekasi.
Berikut merupakan Geographical Map rantai pasok dari produk Brake Drum Rear RR
RH:
45
Dari diatas menunjukkan bahwa atribut reliability merupakan atribut yang dipilih dalam
penelitian ini. Reliability merupakan kemampuan untuk melakukan tugas seperti yang
diharapkan dan berfokus pada prediktabilitas hasil dari suatu proses seperti ketepatan
waktu, kuantitas dan kualitas. Atribut reliability memiliki level-1 metrics yaitu RL.1.1
Perfect Order Fulfillment. Perfect Order Fulfillment atau disingkat dengan POF
merupakan persentase pesanan yang memenuhi kinerja pengiriman dengan dokumentasi
yang lengkap dan akurat serta tidak ada kerusakan pengiriman. APICS mendefinisikan
metrics Perfect Order Fulfillment dengan istilah 7R, yaitu the right product (produk yang
tepat), the right quantity (jumlah yang tepat), the right condition (kondisi yang tepat), the
right place (tempat yang tepat), the right time (waktu yang tepat), the right customer
(pelanggan yang tepat) dan the right cost (biaya yang tepat). Menurut APICS, selain
memiliki level-1 metrics, atribut reliability juga memiliki level-2 metrics dan level-3
metrics yang ada dilihat pada Gambar dibawah ini:
47
Pada Gambar diatas menunjukkan bahwa atribut Reliability memiliki 4 level-2 metrics dan 13
level-3 metrics. Dalam melakukan pengukuran pada atribut performance ini akan berfokus pada
level-3 metrics yang nantinya akan dihitung untuk mengetahui performance reliability dari
perusahaan. Pemilihan metrics mengacu kepada kategori proses yang terjadi di perusahaan.
Dikarenakan perusahaan menerapkan sistem produksi Make to Order, maka pemilihan akan
berfokus kepada metrics yang memiliki aktivitas Make to Order. Dari total 13 metrics yang ada
pada level-3, terdapat 11 metrics yang memiliki aktivitas Make to Order. Namun, setelah
mendapat validasi dari pihak perusahaan serta ketersediaan data yang ada, pada penelitian ini
hanya melakukan pengukuran terhadap 8 metrics saja. Metrics tersebut adalah RL.3.24 %
Orders/lines Received Damage Free, RL.3.31 Compliance Documentation Accuracy, RL.3.32
Customer Commit Date Achievement Time Customer Receiving, RL.3.33 Delivery Item
Accuracy, RL.3.34 Delivery Location Accuracy, RL.3.35 Delivery Quantity Accuracy, RL.3.41
Orders Delivered Damage Free Conformance, RL.3.42 Orders Delivered Defect Free
Conformance. Dari masing-masing metrics tersebut memiliki pengertian dan aktivitas yang
berbeda. Penjelasan metrics yang akan dilakukan perhitungan dapat dilihat pada Tabel dibawah
ini:
48
Selanjutnya adalah melakukan perhitungan dari data yang didapatkan. Berikut merupakan
hasil perhitungan dari metrics yang telah ditentukan:
Produk yang sedang dalam proses produksi harus bebas kerusakan seperti produk tidak
sesuai, produk tidak simetris dll. Perhitungan pada metrics RL.3.24 dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini:
52
Total pesanan
Total produk dalam proses
Periode dalam proses Hasil
produksi tanpa kerusakan
produksi
Feb-21 282 295 96%
Mar-21 1092 1128 97%
Apr-21 1017 1088 93%
May-21 587 632 93%
Jun-21 1562 1584 99%
Jul-21 845 896 94%
Aug-21 2294 2344 98%
Sep-21 1311 1848 71%
Oct-21 1563 1848 85%
Nov-21 2986 3056 98%
Dec-21 2662 2806 95%
Jan-22 2927 3160 93%
Rata-Rata 93%
Pada perhitungan metrics RL.3.24 menunjukkan bahwa pada setiap bulannya masih
terdapat kerusakan produk disaat produksi. Kerusakan paling besar terjadi pada bulan
September 2021 dan kerusakan paling kecil terjadi pada bulan Juni 2021. Lalu setelah
dilakukan perhitungan setiap bulan dan dihitung rata-ratanya, hasil pada metrics RL.3.24
adalah 93%.
Pada perhitungan metrics RL.3.31 menunjukkan bahwa pada setiap bulannya produk
yang dikirimkan telah memiliki dokumen yang lengkap. Lalu setelah dilakukan
perhitungan setiap bulan dan dihitung rata-ratanya, hasil dari metrics RL.3.31 adalah
100%.
Data produk yang telah diterima dapat diketahui melalui konfirmasi dari pihak buyer yang
telah menerima pesanan produk. Perhitungan pada metrics RL.3.32 dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini:
Pada perhitungan metrics RL.3.32 tidak terdapat keterlambatan produk yang diterima
oleh buyer. Setelah dilakukan perhitungan setiap bulan dan dihitung rata-ratanya, hasil
dari metrics RL.3.32 adalah 100%.
Data tersebut didapatkan melalui konfirmasi dari pihak buyer kepada perusahaan terkait
dengan spesifikasi produk yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi produk yang
telah ditentukan pada saat pemesanan seperti style, ukuran dan warna dari produk.
Perhitungan pada metrics RL.3.33 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Pada perhitungan metrics RL.3.33 menunjukkan bahwa pada setiap bulannya produk
yang dikirimkan telah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada awal pemesanan.
Lalu setelah dilakukan perhitungan setiap bulan dan dihitung rata-ratanya, hasil dari
metrics RL.3.33 adalah 100%.
Data jumlah produk yang dikirimkan sesuai lokasi dapat diketahui berdasarkan
konfirmasi dari pihak buyer kepada perusahaan dan data dari pihak pengiriman.
Perhitungan pada metrics RL.3.34 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Pada perhitungan metrics RL.3.34 menunjukkan bahwa pada setiap bulannya produk
yang dikirimkan telah sesuai dengan lokasi dari buyer. Lalu setelah dilakukan
perhitungan setiap bulan dan dihitung rata-ratanya, hasil dari metrics RL.3.34 adalah
100%.
Data total pengiriman produk yang harus disesuaikan dengan jumlah permintaan dari
buyer yang telah ditentukan sebelumnya pada persetujuan kontrak. Perhitungan pada
metrics RL.3.35 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Total pesanan
Periode Total produk dikirim Hasil
produk
Pada perhitungan metrics RL.3.35 menunjukkan bahwa produk yang dikirimkan pada
setiap bulannya masih belum memenuhi pemesanan yang diinginkan oleh buyer. Gap
paling besar antara pengiriman dengan permintaan terjadi pada bulan Juni dan gap paling
kecil terjadi pada bulan Februari. Lalu setelah dilakukan perhitungan setiap bulan dan
dihitung rata-ratanya, hasil pada metrics RL.3.35 adalah 95%.
Produk yang dikirimkan ke buyer harus bebas kerusakan seperti produk tidak sesuai,
produk tidak simetris dll. Perhitungan pada metrics RL.3.41 dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini:
Pada perhitungan metrics RL.3.41 menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan produk saat
produk diterima oleh buyer pada setiap bulannya. Lalu setelah dilakukan perhitungan
setiap bulan dan dihitung rata-ratanya, hasil dari metrics RL.3.41 adalah 100%.
Produk yang dikirimkan kepada buyer harus bebas kecacatan. Untuk mengetahui data
tersebut dapat diketahui melalui konfirmasi dari pihak buyer kepada perusahaan.
Perhitungan pada metrics RL.3.42 dapat dilihat pada Tabel berikut:
Pada perhitungan metrics RL.3.42 menunjukkan bahwa tidak ada kecacatan produk saat
produk diterima oleh buyer pada setiap bulannya. Lalu setelah dilakukan perhitungan
59
setiap bulan dan dihitung rata-ratanya, hasil dari metrics RL.3.41 adalah 100%. Berikut
merupakan hasil keseluruhan dari perhitungan 8 metrics pada atribut reliability:
Reliability
Level 1 Metrics Level 2 Metrics Level 3 Metrics Hasil
Dari 8 metrics yang dilakukan perhitungan, terdapat 2 metrics yang memiliki hasil 100%
dan terdapat 2 metrics yang memiliki hasil dibawah 100%. Metrics tersebut adalah
RL.3.24 % Orders/lines Received Damage Free sebesar 93%, dan RL.3.35 Delivery
Quantity Accuracy sebesar 95%.
4.3.3 Benchmarking
Setelah dilakukan pengukuran terhadap berberapa metrics pada aspek reliability,
kemudian melakukan proses benchmarking dengan target performance reliability internal
perusahaan. Pada penelitian ini, benchmarking akan dilakukan berdasarkan hasil
perhitungan terhadap target internal perusahaan. Berikut merupakan hasil perhitungan
actual dengan target perusahaan:
60
Tabel 4. 36 Benchmarking
Hasil Target
Metrics GAP
Perhitungan Perusahaan
RL.3.33 Delivery Item Accuracy 100% 100% 0%
RL.3.35 Delivery Quantity Accuracy 95% 100% 5%
RL.3.32 Customer Commit Date
100% 100% 0%
Achievement Time Customer Receiving
RL.3.34 Delivery Location Accuracy 100% 100% 0%
RL.3.31 Compliance Documentation
100% 100% 0%
Accuracy
RL.3.24 % Orders/lines Received
93% 100% 7%
Damage Free
RL.3.41 Orders Delivered Damage Free
100% 100% 0%
Conformance
RL.3.42 Orders Delivered Defect Free
100% 100% 0%
Conformance
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa dari 8 metrics yang dilakukan pengukuran masih
terdapat 2 metrics yang memiliki gap dari target performance yang diinginkan oleh
perusahaan, yaitu RL 3.24 % Orders/Lines Received Damage Free, dan RL.3.35 Delivery
Quantity Accuracy.
RL.3.35 Delivery Quantity Accuracy adalah kesesuaian jumlah produk yang dikirimkan
kepada customer berdasarkan dengan jumlah produk yang dipesannya. Terdapat 3 aspek
penyebab dari ketidaksesuainya jumlah yang dikirimkan kepada customer dengan jumlah
62
RL.3.24 % Orders/lines Received Damage Free adalah jumlah dari pesanan yang sedang
diproses perusahaan tanpa adanya defect atau kecacatan yang terdapat pada produk.
64
Berdasarkan daftar defect produk yang ada pada perusahaan PT. Bakrie Autopart terdapat
5 aspek penyebab defect yang mempengaruhi terjadinya produk cacat disaat proses
produksi berjalan. Lima penyebab tersebut diantaranya:
Minimnya
Tidak fokus dalam memperhatikan
pemahamaan dan
bimbingan/training yang diberikan
keterampilan
Operator kurang
Adanya penetapan jam kerja yang tinggi dan
Manusia fokus dan
jam istrirahat yang kurang dari perusahaan
konsentrasi
Ketidakstabilan
Melakukan pengancuran kembali pada raw
Material konsistensi kadar
material produk defect
raw material
65
Kebersihan yang
Kurangnya jumlah pegawai kebersihan yang
masih kurang
ada pada perusahaan
diperhatikan
Ketidakstabilan
konsistensi kadar
#6 Pengendalian
raw material yang
kualitas untuk
disebabkan oleh
mengurangi
pengancuran bahan
produk cacat
baku dari produk
cacat.
#7 Melakukan
Kebersihan yang penegasan dan
masih kurang pengawasan pada
diperhatikan operator untuk
menjaga
Ruangan yang kebersihan
bising akibat suara lingkungan kerja
mesin dan memberikan
APD sesuai
dengan
kebutuhan yang
Suhu ruangan yang diperlukan
tidak menentu perusahaan pasa
setiap
departmentnya.
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 7 project yang ada akan dikelompokkan lagi
berdasarkan proses yang ada serta rancangan departemen yang akan menjalankan project
tersebut. Untuk project 1 dan 2 akan dijalankan oleh departemen Machining. Project 3
dan 5 akan dijalankan oleh departemen Production Planning and Inventory Control.
Project 4 akan dijalankan oleh departemen Maintenance. Sedangkan project 6 akan
dijalankan oleh departemen Quality Control. Untuk project 7 akan dijalankan oleh
departemen Kesehatan Keselamatan Kerja.
RL.3.24 %
Diadakan kegiatan pelatihan/training terkait materi yang
Orders/lines
#5 menunjang pada proses produksi perusahaan yang
Received Damage
dilaksanakan diluar perusahaan.
Free
Level 3
Permasalahan Project Benefits
Metrics
Meningkatkan Skill
Adanya problem operator dalam
#1 Memberikan arahan
pada mesin melakukan setup
kepada para operator
produksi hal ini sehingga
untuk melakukan
karena kurangnya meminimalisir
pengecekan sekala
perhatian khusus terjadinya kesalahan
berkala pada set up
terhadap set up pada setup mesin.
mesin yang disesuai
mesin yang Sehingga proses dan
standarisasi perusahaan
dilakukan, hasil akan lebih
maksimal
Output yang Meminimalisir dan
#2 Melakukan
dihasilkan oleh menghindari
RL.3.35 monitoring dan evaluasi
masing-masing kesalahan operaor
Delivery operator pada setiap
operator masih pada setiap proses
Quantity workstation
belum sama. mesinnya
Accuracy
Kurangnya
monitoring dan
beberapa sistem Penjadwalan akan
penjadwalan yang #3 Pendajwalan yang lebih maksimal
diterapkan dilakukan pada setiap sehingga proses
perusahaan department akan produksi akan
Alur proses para dimotoring dan berjalan lancar,
produk yang dilakukan evaluasi hingga produksi
kurang optimal secara berkala dapat dipenuhi
Keterlambatan hingga ke customer
bahan baku dari
beberapa supplier
73
#7 Melakukan
Kebersihan yang Lingkugan kerja
penegasan dan
masih kurang nyaman bagi
pengawasan pada
diperhatikan pekerja. Dimana
operator untuk menjaga
akan meningkatkan
kebersihan lingkungan
produktivitas
kerja dan memberikan
Ruangan yang pekerja, sehingga
APD sesuai dengan
bising akibat suara memnimalisisir
kebutuhan yang
mesin kesalahan secara
diperlukan perusahaan
manusia maupun
Suhu ruangan yang pasa setiap
lingkungan.
tidak menentu departmentnya.
Pada Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7 projects yang didapatkan dapat berpotensi
untuk menyelesaikan permasalahan pada 2 metrics yang mengalami gap pada atribut
reliability. Selain itu, projects yang didapatkan juga memberikan manfaat yang baik bagi
perusahaan ketika projects tersebut dijalankan.
Action
Project Vision Incentives Resources Skill Result
Plan
#1 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Change
#2 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Change
#3 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Change
#4 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Change
#5 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Change
#6 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Change
#7 ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Change
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa pada 7 project yang telah diusulkan dapat
dilakukan perbaikan. Kemudian tahap terakhir yaitu Prioritazion Matrix.
Effort
1 2 3 4 5
1 #4 #5 #7 #3 #2 #1
2 #6
Risk 3
4
5
76
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada PT. Bakrie
Autoparts:
1. Aktivitas rantai pasok yang terjadi pada PT Bakrie Autoparts tergolong cukup
kompleks dengan melibatkan supplier, internal produksi, hingga buyer. PT Bakrie
Autoparts memiliki supplier bahan baku (ferro casting ductile) yaitu dari PT.
Golden Marine dan PT. Adhi Karya. Proses bisnis yang terjadi pun cukup panjang
dari mulai kedatangan bahan baku hingga pengiriman produk yang kepada
customer. Produk yang dihasilkan pun sangat bervariasi karena ditentukan melalui
permintaan dari buyer. Dari banyaknya produk yang dihasilkan, jenis produk Brake
Drum RR RH merupakan produk yang memberikan pendapatan tertinggi bagi
perusahaan pada bulan Febuari 2021 - Febuari 2022, hal tersebut selaras dengan
jumlah permintaan produk yang sangat tinggi dibandingkan produk lain. Sehingga
produk Brake Drum RR RH merupakan jenis produk yang menjadi fokus dalam
peningkatan improvement program pada atribut reliability.
2. Dari 13 metrics yang ada pada level-3 atribut reliability, terdapat 8 metrics yang
telah ditentukan untuk dilakukan perhitungan. Metrics tersebut adalah:
a. RL.3.24 % Orders/lines Received Damage Free
b. RL.3.31 Compliance Documentation Accuracy
c. RL.3.32 Customer Commit Date Achievement Time Customer Receiving
d. RL.3.33 Delivery Item Accuracy
e. RL.3.34 Delivery Location Accuracy
f. RL.3.35 Delivery Quantity Accuracy
g. RL.3.41 Orders Delivered Damage Free Conformance
h. RL.3.42 Orders Delivered Defect Free Conformance
3. Terdapat 2 metrics yang memiliki gap dari target performance yang diinginkan
perusahaan. Metrics tersebut adalah RL.3.24 % Orders/lines Received Damage
Free, dan RL.3.35 Delivery Quantity Accuracy. Berikut merupakan uraiannya:
a. Mesin yang sudah tua
b. Tidak adanya Maintenance
78
5.2 Saran
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah peneliti dapat melakukan observasi lebih
mendalam agar mengetahui permalasahan yang terjadi pada rantai pasok perusahaan
secara detail. Pada saat tahap identifikasi motivasi tujuan penerapan improvement
program menggunakan SCOR Racetrack diharapkan mendapat banyak sudut pandang
dari perusahaan agar lebih terfokus arah perbaikannya. Jika perusahaan memiliki banyak
lini produksi pada jenis produk yang sama, diharapkan untuk mengetahui permasalahan
dari masing-masing lini produksi agar scope penelitiannya tidak terlalu luas dan terfokus.
Selanjutnya adalah pada pemilihan metrics yang akan dilakukan perhitungan diharapkan
untuk disesuaikan dengan permasalahan dan selalu dikomunikasikan dengan pihak
perusahaan untuk mengurangi subjektivitas penelitian serta memperbanyak data yang
dilakukan perhitungan. Lalu pada saat perancangan improvement project yang didapatkan
diharapkan untuk menambahkan aspek biaya agar mengetahui risiko biaya dari
pelaksanaan project dan keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, Wahyudin, & Billy Nugraha. (2021). Supply Chain Operation Reference
Analysis of Local Vegetable E-Commerce. Jurnal of Management and Agribisnis,
1-18.
Kocaoglu, B., Gulsun, B., & Tanyas, M. (2013). A SCOR Based Approach For Measuring
A Bencmarkable Supply Chain Performance. Jurnal Intelligence Manufactruing,
113-132.
Putri, & Surjasa. (2018). ”Pengukuran Kinerja Supply Chain Management Menggunakan
Metode SCOR (Supply Chain Operation Reference), AHP (Analytical Hierarchy
Process), Dan Omax (Objective Matrix) Di Pt. X. Jurnal Teknik Industri.
Rakhman. (2006). Pengukuran Kinerja Supply Chain dengan Model SCOR (Studi Kasus
: PT. Atak Otomotif Indometal Waru). Surabaya: Jurusan Teknik Industri UPN.
Seraj, M. (2017). Effective Economic Factors on Supply Chain in Cement Industry with
Applying SCOR1 model (Case study: Firozkuh Faraz Cement Company in Iran).
International Journal of Scientific & Engineering Research , 418-429.
81
LAMPIRAN
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97