STRATEGI OPERASI
SISTEM TENAGA LISTRIK
Tujuan Operasi Sistem
( SK DIREKSI PLN No. 032/DIR/1981 Tgl. 30 Maret 1981 &
SK DIREKSI PLN No. 028/DIR/1987 Tgl. 1 April 1987 )
TINGKAT II
OLEH DISPATCHER APB – APB1, APB2, APB3, APB4 dan APB5
Kegiatan
• Pre-dispatch,
• Dispatch,
• Post-dispatch.
Kegiatan Pusat Pengatur
Pre-dispatch
• prakiraan beban (load forecast) jangka
pendek,
• penjadwalan pembangkitan,
• perencanaan kebutuhan daya reaktif,
• perencanaan pemeliharan dan pemisahan
(outage) peralatan,
• pengembangan switching terencana,
• perbaikan rencana dan tatacara
pemulihan setelah gangguan.
Kegiatan Pusat Pengatur
Dispatch
• pemantauan sistem tenaga, peralatan
sistem dan statusnya,
• pengendalian tenaga listrik (power
dispatch),
• evaluasi ekonomi dan sekuriti sistem,
• melaksanakan switching dan
melaksanakan pemulihan sistem setelah
gangguan.
Kegiatan Pusat Pengatur
Post-dispatch
• pengarsipan data kejadian (events) di
sistem dan kegiatan pelaksanaan
pengaturan,
• penyusunan laporan operasi sistem,
• pengumpulan data statistik (data
gangguan sistem dan sebagainya),
• perhitungan energi,
• analisis gangguan yang terjadi di dalam
sistem tenaga.
Kegiatan Pusat Pengatur
Jenis
• Pusat pengatur yang melaksanakan
manajemen energi dan switching jaringan;
Contoh: Dispatcher P3B
• Pusat pengatur yang hanya melaksanakan
switching jaringan :
– Transmisi => Dispatcher Area (APB/UPB)
– Distribusi => Dispatcher Distribusi (APD)
KRITERIA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
YANG HARUS DIPENUHI
KEANDALAN
Kontinyuitas Pasokan Daya
MUTU
Tegangan dan Frekuensi
EKONOMIS / MURAH
Biaya Operasi (Fuel Cost) Dari Unit Pembangkit Yang
Bermacam-Macam Jenis Harus Semurah Mungkin.
PENGATURAN PEMBANGKIT
• Pengaturan Primer
Governor Pembangkit
• Pengaturan Sekunder
Load Frequency Control : otomatis oleh Software LFC
yang terpasang di pusat pengatur dan perangkat keras
pada masing-masing unit pembangkit.
• Load Following
Perintah lisan dari Pusat Pengatur
PERBEDAAN LFC DAN LOAD FOLLOWING
LFC
1. Dioperasikan pada saat kondisi sistem normal
2. Diposisikan off saat kondisi gangguan besar pada sistem
3. Menghaluskan ripple frekuensi
4. Bekerja otomatis
LOAD FOLLOWING
1. Saat memenuhi trend beban puncak
2. Saat gangguan unit pembangkit ukuran besar
3. Disampaikan secara lisan
PENGATURAN TEGANGAN
Harus diupayakan tegangan pada yang diijinkan, sesuai
dengan Grid code yaitu :
• +/- 5% Nominal untuk level tegangan 500 kV, dan
• +5%, -10% Nominal untuk level tegangan 150 kV
TAHAP 7 48,4 375 251 124 166 115 193 174 19 849
df / dt 1 : - 0,7 49,1 375 251 124 166 115 193 174 19 Tahap 7
df / dt 2 : - 0,8 49,3 662 443 219 293 203 341 307 34 Tahap 6 + 7
df / dt 3 : - 1,2 49,5 861 576 285 381 264 399 399 44 tahap 4+6 + 7
PRESENTASE PELEPASAN BEBAN TIAP REGION
TERHADAP BEBAN TOTAL
SUB JUMLAH
TAHAP 5 48,6 551 243 44,1 107 19,4 75 13,6 126 22,9
TAHAP 6 48,5 650 287 44,2 127 19,5 88 13,5 148 22,8
TAHAP 7 48,4 849 375 44,2 166 19,6 115 13,5 193 22,7
SUB JUMLAH
df / dt 1 : - 0,7 49,1 849 375 44,2 166 19,6 115 13,5 193 22,7
df / dt 2 : - 0,8 49,3 1499 662 44,2 293 19,5 203 13,5 341 22,7
df / dt 3 : - 1,2 49,5 1949 861 44,2 381 19,5 264 13,5 443 22,7
ISLAND OPERATION
DIENG
Bawen
GARUNG
WONOSOBO
SECANG
Bawen Jelok
A 1 2 3 4 5
SANGGRAHAN
PLTA MRICA
B
TEMANGGUNG kentungan
medari
WADASLINTANG
KETERANGAN
RAWALO = Pmt trip oleh UFR Island
= Pmt normal posisi masuk
= Pmt normal posisi lepas
Purworejo
CONTOH
PELEPASAN BEBAN
OLR
I I I I
II II II II
Tahap 1 Tahap 2
660 A– 3” 660 A– 5”
Keterangan
Pmt posisi Masuk
Pmt dbuka oleh OLR