CARA
PENGAWASAN
MODUL TATA CARA PENGAWASAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iii
BAB I UMUM ................................................................................................................. 1
1.1 Pengertian/Definisi .............................................................................................. 1
1.2 Fungsi Pengawasan ............................................................................................ 1
1.3 Tata Laksana Pengawasan ................................................................................. 3
1.4 Hak Dan Kewajiban Konsultan Pengawas ........................................................... 7
BAB II PENGENDALIAN PEKERJAAN (PROYEK) ..................................................... 9
2.1. Umum .............................................................................................................. 9
2.2. Proses Pengendalian ..................................................................................... 10
2.3. Faktor Penghambat Proses Pengendalian ..................................................... 11
2.4. Faktor Pendukung Proses Pengendalian ....................................................... 12
BAB III ASPEK-ASPEK YANG BERKAITAN DENGAN PENGENDALIAN
PEKERJAAN (PROYEK) ............................................................................................ 14
3.1 Alat Ukur Pengendali Pekerjaan (Proyek) ......................................................... 14
3.2 Aspek Pengendalian Secara Umum .................................................................. 29
3.3 Aspek-Aspek Pengendalian Secara Khusus ..................................................... 30
BAB IV MONITORING DAN UPDATING .................................................................... 50
4.1 Arti Penting Updating ........................................................................................ 50
4.2 Frekuensi Updating ........................................................................................... 52
4.3 Contoh Updating Bar Chart Dan Updating Network Diagram ............................ 53
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 60
5.1 Simpulan ........................................................................................................... 60
5.2 Tindak Lanjut..................................................................................................... 60
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
UMUM
1.1 PENGERTIAN/DEFINISI
1. Asistance Concept
Konsultan sebagai pembantu pemimpin proyek dan memberikan advice untuk
tindakan supervisi.
2. Task Concept
Sebagai Direksi/Engineer yang melakukan tugas supervisi langsung kepada
kontraktor, sebagaimana diatur dalam kontrak.
Tugas dan tindakan pengawasan tidak berarti hanya menyalahkan orang lain,
tetapi juga mencarikan dan memutuskan alternatif terbaik dalam tindakan
pencegahan dan perbaikan atas ketidaksesuaian yang terjadi. Harus dipahami
bahwa tindakan pengawasan tidak hanya bersifat check dan monitoring, tetapi juga
merupakan tindakan mengenai adanya jangkauan yang lebih luas dalam
pengendalian. Pada dasarnya pengawasan memiliki dua fungsi yang sangat
penting, yaitu :
✓ Fungsi Pemantauan
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua kegiatan proyek akan
memaksa unsur-unsur pelaksana untuk bekerja secara cakap dan jujur.
Pemantauan yang baik akan menjadi motivasi utama untuk mencapai
performa yang tinggi, misalnya dengan memberi penjelasan kepada pekerja
mengenai apa saja yang harus mereka lakukan untuk mencapai performa
yang tinggi kemudian memberikan umpan balik terhadap performa yang telah
dicapainya, sehingga masing-masing mengetahui sejauh mana prestasi yang
telah dicapai.
✓ Fungsi Manjerial
Pada proyek-proyek yang kompleks dan mudah terjadi perubahan (dinamis)
pemakaian pengendalian dan sistem informasi yang baik akan memudahkan
manajer untuk segera mengetahui bagian-bagian pekerjaan yang mengalami
kejanggalan atau memiliki performa yang kurang baik. Dengan demikian
B. Ruang Lingkup
Lingkup layanan Jasa Konsultansi Pengawasan/Supervisi Konstruksi dapat
mencakup pekerjaan antara lain sebagai berikut :
a) Arsitektural yang meliputi :
▪ Arsitektur bangunan telekomunikasi, gedung
▪ Arsitektur interior
▪ Arsitektur landscape
b) Pekerjaan tanah
c) Prasarana keairan
d) Prasaranan transportasi
e) Struktur bangunan telekomunikasi, gedung dan lain-lain
f) Mekanika dan elektrikal
g) Pekerjaan survey dan investigasi
7. Sertifikat produk
8. Hasil uji dan test
D. Ketentuan Umum
1) Tata laksana ini disampaikan kepada Tim Pengawasan/Supervisi di awal setiap
proyek Pengawasan/Supervisi Konstruksi akan dimulai.
2) Tata laksana ini harus dijalankan secara konsisten oleh Tim
Pengawasan/Supervisi di lapangan dan dimonitor/dikontrol secara berkala oleh
Divisi Operasional Konsultan yang bersangkutan.
Pelaksanaan kegiatan
Pelaporan Selesai
BAB II
PENGENDALIAN PEKERJAAN (PROYEK)
2.1. UMUM
Proyek konstruksi memiliki karakteristik unik yang tidak berulang. Proses yang
terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya. Hal ini
disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek konstruksi
berbeda satu sama lain. Misalnya kondisi alam seperti perbedaan letak geografis,
hujan, gempa, dan keadaan tanah merupakan faktor yang turut mempengaruhi
keunikan proyek konstruksi.
Pengendalian (control) diperlukan untuk menjaga kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan. Tiap pekerjaan yang dilaksanakan harus benar-
benar diinspeksi dan dicek oleh pengawas lapangan, apakah sudah sesuai dengan
spesifikasi atau belum. Misalnya pengankutan bahan harus diatur dengan baik dan
bahan-bahan yang dipesan harus diuji terlebih dahulu di masing-masing
pabrikannya. Dengan perencanaan dan pengendalian yang baik terhadap kegiatan-
kegiatan yang ada, maka terjadinya keterlambatan jadwal yang mengakibatkan
pembengkakan biaya proyek dapat dihindari.
Untuk mengatisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan
mengatasi kendala terbatasnya waktu manajemen dalam mengendalikan seluruh
unsur pekerjaan proyek, maka diperlukan suatu konsep pengendalian yang efektif
yang dikenal dengan nama Management By Exception (MBE). Teknik yang
diterapkan MBE adalah dengan membandingkan antara perencanaan terhadap
parameter proyek yang dapat diukur setiap saat. Laporan hanya dilakukan pada
saat-saat tertentu jika terdapat kejanggalan atau performa tidak memenuhi syarat.
Ada tiga penilaian terhadap mutu suatu proyek konstruksi, yaitu penilaian atas
mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. Divisi pengendalian mutu fisik konstruksi
terpisah dengan divisi pengendalian jadwal dan biaya. Pengendalian terhadap mutu
fisik konstruksi dilakukan secara tersendiri oleh pengawasan teknik melalui gambar-
gambar rencana dan spesifikasi teknik. Pengendalian jadwal dan biaya dimasukkan
dalam divisi manajemen proyek yang mencakup pemantauan kemajuan pekerjaan
(progress), reduksi biaya, optimasi, model dan analisis.
Gambar 2.1
Gambar Siklus Pengendalian dalam Proyek Konstruksi
Sepanjanag daur hidup proyek hanya sekitar 20% kegiatan manajemen proyek
berupa perencanaan, selebihnya adalah kegiatan pengendalian. Perencanaan
sebagian besar dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dimulai,
fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan pengendalian.
bisa juga timbul karena kerumitan pendefinisian struktur organisasi proyek yang
dibuat oleh perencana.
Mutu suatu pengendalian tidak terlepas dari mutu informasi yang diperoleh. Jika
informasi yang diperoleh pengawas di lapangan dapat mewakili kondisi yang
sebenarnya maka solusi yang diambil akan lebih mengena sasaran. Ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan agar pengendalian dan sistem informasi berlangsung
baik, yaitu :
A. Ketepatan Waktu
Ketelambatan pemantauan hanya akan menghasilkan informasi yang sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisi
manajer dapat melacak dengan cepat bila terdapat bagian yang memiliki performa
jelek.
E. Obyektifitas Data
Data yang diperoleh harus sesuai apa yang terjadi di lapangan. Pemakaian asumsi
kira-kira atau pendapat pribadi tidak boleh dimasukkan sebagai data hasil
pengamatan.
BAB III
ASPEK-ASPEK YANG BERKAITAN DENGAN PENGENDALIAN PEKERJAAN
(PROYEK)
Gambar 3.1
Indikator Kinerja Waktu
Kurva S adalah alat monitor dan evaluasi yang informsinya paling mudah dan
jelas untuk dibaca, apabila dengan tampilan kombinasi menggunakan diagram
batang-sehingga pengelola proyek dapat cepat mengatisipasi bila ada
penyimpangan pada proyek. Untuk mempermudah monitoring dan evaluasi,
diberikan baseline setiap periode tertentu.
Gambar 3.2
Indikator Kinerja Biaya dan Waktu
Bentuk kurva di atas adalah kurva earned value yang dapat mengevaluasi
penggunaan biaya dan jadwal waktu proyek sekaligus dan lebih realistis dari kedaan
yang terjadi di lapangan. Bentuk kurva ini juga dapat memberikan prediksi mengenai
biaya dan jadwal proyek bila terjadi penyimpangan.
Gambar 3.3
Indikator Kinerja Mutu
Gambar di atas menunjukkan presentase bobot kondisi mutu untuk setiap kegiatan
dari A sampai H untuk kategori produk yang sesuai mutu (PS mutu) dan produk tidak
sesuai mutu (PTS Mutu). Setiap proyek hendaknya mempunyai dokumentasi
indicator kinerja mutu, agar pekerjaan selanjutnya yang sejenis dapat menghasilkan
produk dengan mutu yang lebih baik serta memuaskan pemilik proyek dan
menghasilkan kinerja perusahaan.
D. Indikator Kinerja K3
Dalam memonitor dan mengevaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
proyek, bentuk kurva S dapat dijadikan indikator yang menunjukkan persentase
bobot kumulatif dari :
1) Kondisi Tanpa Kecelakaan (KTK)
2) Kondisi Dengan Kecelakaan (KDK)
Pada gambar di bawah kondisi tanpa kecelakaan dan dengan kecelakaan tugas
dievaluasi untuk memperbaiki metode kerja dari masing-masing kegiatan proyek
dengan mengutamakan keselamatan.
Gambar 3.4
Indikator Kinerja K3
Setiap proyek hendaknya mempunyai dokumentasi indikator kinerja KE, agar pada
pekerjaan selanjutnya yang sejenis dapat dihasilkan produk yang kondisinya lebih
baik serta memuaskan pemilik proyek dan meningkatkan kinerja
Gambar 3.5
Diagram Alir Pengendalian Schedulling Proyek
Tabel 3.1
Tabel Bill of Quantity Proyek
No Volume Satuan
Uraian Pekerjaan
Kegiatan Pekerjaan
I Pekerjaan Persiapan
A10 Pek. Perataan Tanah 500 m2
A20 Pek. Pembersihan 500 m2
II Pekerjaan Tanah
B10 Pek. Galian Tanah 96 m3
B20 Pek. Pondasi 30 m3
B30 Pek Timbunan Tanah 96 m3
Tabel 3.2
Laporan Waktu Harian, Mingguan dan Bulanan
II Pekerjaan
Tanah
B10 Pek. Galian Selesai 10/27/2003 10/31/2003 10/31/2003 100%
Tanah
B20 Pek. Pondasi Selesai 10/30/2003 11/8/2003 11/8/2003 100%
B30 Pek. Selesai 11/9/2003 11/10/2003 11/10/2003 100%
Timbunan
Tanah
Format laporan ini dibuat secara berkala dalam basis harian, mingguan atau
bulanan. Hasil monitoring proyek diharapakan dapat menjadi input data yang
digunakan sebagai informasi untuk melakukan pembaharuan untuk melakukan
tindakan koreksi secara interaktif. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
plotting pembuatan kurva S atau kurva Earned Value serta diagram batang
berdasarkan bobot penyelesaiannya dengan membandingkannya terhadap
rencana untuk memudahkan tindakan selanjutnya.
Tabel 3.3
Laporan Penggunaan Jumlah Sumber Daya
II Pekerjaan
Tanah
B10 Pek. Labor 7 Orang 1/7/1900 100%
Penggalian
Tanah
Material
Equipment 1 buah 1 100%
Format laporan ini dibuat secara berkala dalam basis harian, mingguan, atau
bulanan, disesuaikan dengan kebutuhan proyek. Data kebutuhan sumber daya
menjadi input dalam menentukan metode-metode penjadwalan seperti network
planning dan diagram batang, yang dibuat secara manual atau menggunakan
software computer. Baris labor dapat dirinci lagi menjadi pekerja, tukang, kepala
tukang dan mandor atau lainnya dengan detail jumlah penggunaannya, demikian
pula dengan material dan equipment. Penggunaan sumber daya dikendalikan
setiap saat agar tidak melebihi kapasitas maksimum yang ada. Dan bila
melebihi, perataan sumber daya dapat dilakukan dengan cara meratakan
distribusi sumber daya di sepanjang proyek.
Tabel 3.4
Tabel Progress Biaya
I Pekerjaan
Persiapan
A10 Pek. Labor 30000 30000 100%
Meratakan
Tanah
Material
Equipme
nt
A20 Pek Labor 13500 13500 100%
Pembersihan
Material
Equipme
nt
II Pekerjaan
Tanah
B10 Pek. Labor 42339 423390 100%
Penggalian 0
Tanah
Material
Equipme
nt
B20 Pek. Pondasi Labor 35047 3504760 100%
60
Informasi dari table ini sangat berguna untuk membuat tampilan laporan
progress biaya, juga untuk pembuatan kurva S yang dapat dikonversikan melalui
bobot pekerjaan atau kurva earned value yang menunjukkan nilai hasil biaya
yang telah dikeluarkan pada periode-periode tertentu.
Semua bentuk laporan di atas dibuat dan diperbaharui setiap kali melakukan
monitoring terhadap kinerja biaya dan waktu dengan menentukan baseline
secara periodik. Untuk memudahkan proses pengadilan, pada kolom paket
kegiatan dapat dirinci lagi sesuai dengan spesifikasi kegiatan. Dengan demikian
hal-hal kecil namun penting dapat diidentifikasi dan dicatat sesuai dengan
kebutuhan informasi yang diinginkan.
Gambar 3.6
Diagram Batang dengan Kurva S Rencana dan Progress Aktual
Dari tabel di atas terlihat bahwa Kurva S aktual terdapat di bawah kurva S rencana.
Kondisi ini menunjukkan bahwa progress proyek mengalami keterlambatan yang
terlihat dari minggu pertama hingga baseline akhir minggu ke-6. Karena informasi di
atas sifatnya masih awal dan tidak ada cukup data untuk dapat melakukan tindakan
koreksi, maka diperlukan lagi data-data mengenai total float dan kegiatan kritisnya
untuk mempercepat durasi proyek; caranya dengan Duration-Cost Trade Off dengan
kombinasi metode Network.
Gambar 3.7
Aspek dalam Pengendalian Proyek Konstruksi
3.3.1 Umum
Pengendalian biaya konstruksi atau Construction Cost Control adalah
merupakan salah satu aspek dalam pengendalian proyek (Project Control). Ada 3
(tiga) variable penting yang harus dikendalikan selama proses pelaksanaan suatu
proyek, yaitu:
▪ Kualitas mutu proyek (M)
▪ Waktu penyelesaian proyek (W)
▪ Biaya pelaksanaan proyek (B)
Gambar 3.8
Mekanisme Fungsi Control
1. Time Controll
realisasinya durasi yang diperlukan bertambah oleh berbagai sebab, maka ini
berarti tingkat produktivitas dari sejumlah sumber daya tersebut menurun, yang
akibatnya tentu saja biayanya menjadi naik. Belum lagi pengaruh dari biaya tidak
langsung yang akan bertambah sebanding dengan tambahnya waktu. Namun
demikian waktu dari kegiatan yang dipercepat dari waktu normalnya juga dapat
menyebabkan turunnya produktivitas atau kenaikan biaya. Bila suatu kegiatan
ditetapkan durasinya terlalu cepat, lebih cepat dari waktu normalnya, maka
produktivitasnya juga menurun karena walaupun lebih singkat tetapi dengan
pengerahan sumber daya yang berlebihan.
Oleh karena itu dalam pengendalian waktu pelaksanaan proyek, biasanya bila
proyek terlambat, perlu dilakukan percepatan waktu pelaksanaan salah satu atau
lebih dari satu kegiatan, agar durasi total dari proyek tidak terlampaui, untuk
menghindari pinalti berupa denda. Dengan demikian biasanya kita harus memilih
kegiatan mana saja dalam suatu lintasan kritis yang harus dipercepat dengan
resiko biaya yang paling kecil.
Jadi dalam kaitannya dengan pengendalian biaya, maka tindakan dalam
pengendalian waktu pelaksanaan ada beberapa alternatif sesuai dengan
kondisinya, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menepati total durasi proyek yang telah ditetapkan untuk menghindari resiko
denda dan dampak lainnya yang merugikan, terutama adalah kesulitan
pengaturan sumber daya perusahaan (alat, tenaga, dan modal).
b. Mempercepat atau memperlambat suatu kegiatan tetapi masih dalam total
durasi yang ditetapkan, yang dapat menurunkan biaya.
c. Kalau terpaksa harus mempercepat durasi kegiatan atau beberapa kegiatan
untuk mengejar keterlambatan yang terjadi, maka harus dapat memilih kegiatan
yang mana, yang diputuskan untuk dipercepat, yang memilki dampak kenaikan
biaya terkecil
Alat kendali waktu yang digunakan pelaksanaan proyek, pada dasarnya ada tiga
macam, yaitu :
Jenis dari method scheduling tersebut, biasanya dipilih untuk dapat memberikan
informasi yang jelas tentang penyimpangan waktu yang terjadi. Pada umumnya
yang dilakukan adalah agar batas waktu akhir dari proyek tidak dilampaui. Karena
disamping menghindari pinalti denda, juga menghindari fluktuasi harga yang
cenderung naik.
2. Quality Controll
juga bahwa mutu pekerjaan khususnya mutu yang bersifat obyektif (dapat ukur)
seperti kekuatan, dimensi dan lain-lain, perlu dikendalikan agar tidak berlebihan
karena akan merupakan waste yang menambah biaya saja.
Kalau diketahui bahwa standar mutu ada terlalu rendah, maka karena alasan
citra tersebut di atas, kontraktor dapat memberi saran kepada pemilik bangunan
agar persyaratan mutu yang ditetapkan dilakukan peningkatan.
Ada hubungan yang jelas antara mutu pekerjaan dengan biaya pelaksanaan
yang perlu disadari oleh para kontraktor, yang dapat digambarkan dengan sebuah
grafik seperti di bawah ini :
Gambar 3 9
Grafik Hubungan antara Mutu Pekerjaan dengan Biaya Pelaksanaan
Dari grafik tersebut di atas dapat dibaca bahwa bila mutu pekerjaan di bawah
standar, maka biaya akan naik, hal ini karena akan terjadi pembongkaran pekerjaan
untuk diulang lagi. Tetapi bila mutu pekerjaan lebih tinggi dari standar, juga akan
menaikkan biaya pelaksanaan terhadap biaya standarnya (cost budget) sebagai
misal persyaratan beton K-300 tetapi yang terjadi beton dengan K-300. Untuk mutu
subyektif (yang tidak dapat diukur secara obyektif), misal mutu pekerjaan lebih
bagus secara visual dari yang diharapkan, dalam hal ini biayanya naik, karena
Jadi inti dari manajemen mutu adalah menyediakan budget untuk biaya
pengawasan dan pencegahan dengan tujuan untuk memperkecil kegagalan mutu.
Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi saat ini sudah banyak yang
menggunakan sistem yang modern. Bahkan saat ini telah digunakan standar
sistem mutu yang dikenal sebagai ISO 9001 versi 2000.
Khusus untuk pengendalian mutu produk dalam pengendalian mutu modern
meliputi: input, proses dan out put dalam kegiatan produksi (pelaksanaan proyek).
Inti dari pengendalian mutu pekerjaan yang berkaitan dengan biaya adalah
menekan sekecil mungkin terjadinya kegagalan produk, menuju kepada tingkat
ideal yaitu Zero Defect. Secara grafis upaya pengendalian mutu, dalam
manajemen mutu dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.10
Upaya Pengendalian Mutu dalam Manajemen Mutu
3. Safety Controll
Construction safety (keamanan konstruksi) mempunyai dua aspek yang penting yang
harus diperhatikan secara bersamaan yaitu :
b. Aspek Ekonomi, yaitu biaya maupun waktu yang hilang sebagai akibat dari
kecelakaan yang terjadi baik biaya secara langsung maupun biaya yang tidak
langsung.
Dengan demikian harus kita pahami dan kita kenali bahwa ada satu lagi yang
berkaitan dengan biaya konstruksi, yaitu “Cost of Safety”.
Cost of Safety
Gambar 3.11
Unsur-unsur untuk Keperluan Cost Budgeting dari Cost Controlling
Sasaran Pengendalian
Dengan melaksanakan safety system diharapkan cost of safety dapat
dikendalikan ini juga berarti mengendalikan biaya proyek.
Gambar 3.12
Pengurangan Total Biaya Keamanan
Inspection dan prevention cost ini di dalam penyusunan cost budget harus
disediakan. Sedang accident cost bila terjadi adalah merupakan suatu resiko
yang diterima.
Pada saat penyusunan safety plan. Ujudnya rencana pengawasan dan rencana
pencegahan yang keduanya dianggarkan di cost budget sebagai inspection cost
dari prevention cost. Safety plan ini disusun berdasrkan atas pertimbangan-
pertimbangan terhadap penyebab dari kecelakaan yang telah diuraikan di depan.
➢ Tindakan Penyelamatan
Bila terjadi kecelakaan maka harus dilakukan tindakan evakuasi /
penyelamatan secara cepat terhadap :
– Korban kecelakaan
– Kondisi bangunan (keamanan struktur bangunan)
Untuk tindakan evakuasi ini, harus dilakukan oleh orang-orang yang sudah
terlatih dan mampu bertindak secara cepat dan tepat.
Untuk pengawasan sistem yang ada, maka perlu adanya petugas khusus
menangani tentang keamanan (safety), baik yang berkedudukan di lapangan,
maupun di kantor Pusat/Cabang
4. Cost Control
Dalam kegiatan usaha jasa kontruksi pengendalian biaya sangat penting artinya
untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan oleh sifat
usaha jasa konstruksi (kontraktor) yang selalu menghadapi dilema, yaitu:
▪ Harga jual (nilai kontrak) yang bersifat konservatif (relative tetap nilainya)
▪ Biaya produksi (biaya pelaksanaan proyek) yang bersifat fluktuatif selama
proses pelaksanaan dan cenderung membesar bila dikendalikan.
Untuk menghadapi kondisi yang dilematis tersebut diperlukan dua kemampuan
yang sangat mendasar agar perusahaan dapat bertahan hidup dan dapat
berkembang yaitu:
▪ Kemampuan tentang Construction Cost untuk memenangkan persaingan
harga secara aman (cost estimate)
▪ Kemampuan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya (cost control)
Butir pertama sampai dengan keempat adalah merupakan akibat dari kurangnya
pengetahuan tentang construction cost, sedang selebihnya adalah merupakan
akibat dari kurangnya kemampuan dalam kontrol.
Kegagalan akibat kelompok yang pertama tidak dapat diperbaiki setelah proyek
dimulai, tetapi kelemahan kelompok yang kedua masih ada kesempatan untuk
memperbaiki selama proses konstruksi.
Unsur-unsur Biaya
Dalam cost budget, biasanya biaya langsung proyek dirinci menjadi sebagai
berikut :
▪ Biaya bahan/material
▪ Biaya upah
▪ Biaya alat
▪ Biaya subkontrak
Keempat unsur tersebut adalah sebagai kelompok yang dominan dan unsur
sisanya yang merupakan kelompok minor adalah :
Oleh karena itu cost control disamping berfungsi mengendalikan transaksi yang
ada, hasil akhirnya juga diharapkan dapat memberikan umpan balik kepada
estimator, berapa sebenarnya real cost yang terjadi untuk tiap item pekerjaan
terutama item pekerjaan yang sifatnya dominan.
Faktor biaya
Pada dasarnya setiap biaya item terdiri dari dua factor yang dikalikan, yaitu :
▪ Quantity pekerjaan
▪ Harga satuan pekerjaan
Namun demikian pada kenyataannya memang ada item pekerjaan yang tidak
memiliki quanty, karena sulit untuk dihitung secara persis, dalam hal ini biasanya
untuk item tersebut quantity sebagai 100% dari harganya dinyatakan sebagai
harga lump sum. Item seperti ini banyak terdapat pada preliminaries. Untuk
keperluan evaluasi terhadap realisasi item ini, biasanya menggunakan
pendekatan prosentase penyelesaian. Misal, bila item pekerjaan tersebut
diperkirakan selesai separuh, berarti nilainya adalah 50% dari harga lump sum
yang ada. Dengan demikian maka sasaran control yang harus dipahami adalah :
▪ Tiap unsur dari biaya yaitu biaya bahan, upah, alat, subkontrak, dan
seterusnya
▪ Faktor dari masing-masing unsure biaya, yaitu quantity dan harga satuan.
Sering seorang pengendali biaya terjebak hanya pada total biaya saja, dan
pengendalian yang dilakukan hanya terhadap harga satuan saja, pada hal sering
terjadi membengkaknya biaya bisa saja terjadi karena factor quantitynya yang
tidak terkendali dengan baik. Hal ini perlu dipahami benar, karena kedua hal
tersebut berbeda sekali cara pengendalian.
Oleh karena itu, setiap ada penyimpangan biaya, unsur biaya apapun, harus
dapat dipastikan penyimpangan yang terjadi akibat faktor quantity atau harga
satuan atau bahkan karena keduanya.
Sebab-sebab Penyimpangan
Sebab-sebab penyimpangan biaya terhadap budgetnya, untuk masing-masing
unsur biaya dapat dirinci, baik dari faktor quantity maupun dari faktor harga
satuan,antara lain sebagai berikut :
• Biaya bahan/material
Penyimpangan biaya bahan dari faktor quantity dapat disebabkan oleh
hal-hal di bawah ini :
• Biaya upah
Penyimpangan biaya upah dari faktor quantity dapat disebabkan oleh hal-
hal di bawah ini :
• Biaya alat
Penyimpangan biaya alat ditinjau dari faktor quantity, dapat disebabkan
oleh hal-hal di bawah ini :
Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian, pada dasarnya adalah mencegah terjadinya
penyimpangan-penyimpangan pada semua unsur biaya seperti yang diuraikan di
atas. Termasuk melakukan tindakan perbaikan apabila terjadi penyimpangan.
Pada saat serah terima yang pertama, yang biasanya persyaratannya adalah
proyek selesai secara fisik, pelaksanaan proyek masih ada kewajiban sampai
dengan masa pemeliharaan selesai. Selama masa pemeliharaan tersebut, biaya
masih terjadi, khususnya untuk kegiatan pemeliharaan atau kegiatan perbaikan,
bila ada bagian-bagian dari proyek harus diperbaiki.
Semua tindakan dan keputusan yang diambil dalam proses pengendalian harus
mempertimbangkan aspek-aspek biaya, mutu, waktu, dan keamanan.
Oleh karena itu kekompakan team sangat penting peranannya dalam kegiatan
pengendalian. Ini berate pada saat membentuk organisasi di lapangan dan
mengisin orang-orangnya, harus dipertimbangkan secara masak. Sebaiknya bila
tidak karena terpaksa agar dihindari adanya perubahan personil atau organisasi
selama dalam proses konstruksi.
Gambar 3.13
Alur Kegiatan Pengendalian
Yang dimaksud Mitra kerja adalah: supplier, subkontraktor, penyewa alat dan
mandor borong
Evaluasi Biaya
Biaya yang terjadi pada proses pelaksanaan, perlu dievaluasi pada setiap
periode tertentu, misal tiap satu bulan. Hal tersebut dilakukan untuk dapat
mengetahui bagaimana hasil tindakan pengendalian pelaksanaan proyek, pada
periode tersebut, bila dibandingkan dengan budgetnya.
Bila terjadi penyimpanan maka masih ada kesempatan untuk dapat melakukan
tindakan perbaikan agar sasaran yang telah ditetapkan tetap dapat dicapai,
setidak-tidaknya mendekati dari budgetnya. Contoh formulir evaluasi biaya dapat
dilihat di bawah ini :
BAB IV
MONITORING DAN UPDATING
Jarang ditemui suatu kedaan dimana suatu rencana schedule (jadwal) dapat
tepat dengan pelaksanaan di lapangan. Untuk dapat mencapai kondisi demikian
dibutuhkan suatu perencanaan yang amat cermat dan didukung oleh faktor luar
(alam), supaya hal tersebut dapat dicapai. Penandaan prestasi pekerjaan dalam alat
pengendalian (schedule) dilanjutkan dengan penyesuaian urutan kegiatan disebut
dengan updating. Pada umumnya kegiatan ini didukung oleh piranti komputer
dikarenakan proses ini cukup rumit dan membutuhkan ketelitian.
Jika prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan rencana kegiatan, perubahan
konstruksi di lapangan, terjadi permasalahan di lapangan yang belum terselesaikan
dapat menyebabkan terjadinya penundaan pekerjaan (delay). Untuk mengembalikan
prestasi sesuai rencana schedule semula, maka dibutuhkan revisi schedule untuk
memperbaiki deviasi yang terjadi. Kegiatan revisi schedule ini adalah bagian dari
kegiatan rescheduling. Pada umumnya reschedule dilakukan bersama-sama
dengan proses updating. Proses updating diperlukan terutama untuk mengetahui
pengaruh yang terjadi akibat pelaksanaan di lapangan terhadap rencana schedule
penyelesaian pekerjaan/proyek. Perubahan ini kemungkinan dapat menimbulkan
perubahan rangkaian kegiatan atau terjadinya perbedaan prestasi/progress
pekerjaan dari durasi rencana. Reschedule dilakukan dengan cara menyesuaikan
original schedule dengan kondisi saat ini dan bertujuan untuk mengantisipasi
terjadinya pergeseran konsep pelaksanaan kontraktor, memperbaiki prestasi
kontraktor yang kurang baik dan untuk melakukan analisis delay.
Kontraktor melakukan updating schedule dengan mempertimbangkan berbagai
faktor. Dalam industri prestasi/progress diciptakan di lokasi proyek dengan berbagai
kendala di lapangan yang harus dihadapi. Situasi ini akan berbeda dengan seorang
scheduler yang mencoba menyusun rangkaian kegiatan yang dituangkan dalam
sebuah schedule hanya berdasarkan informasi yang terbatas. Schedule yang
direncanakan belum tentu dapat mengantisipasi keadaan yang akan dialami proyek
dalam proses pelaksanaan di kemudian hari. Permasalahan yang tidak tampak atau
tidak dapat diprediksi menjadi kendala utama dalam penyusunan rencana kegiatan
seperti perubahan cuaca, perubahan lingkup pekerjaan, dan kesalahan yang
diketahui setelah dilaksanakan di lapangan. Kemungkinan tidak sesuainya antara
rencana, durasi kegiatan, serta waktu penyelesaian dengan pelaksanaan di
lapangan adalah sangat besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk
mengaplikasikan schedule yang telah disusun guna penyelesaian proyek, maka
sudah seharusnya selalu dilakukan updating serta reschedule (jika diperlukan) untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak dapat diprediksi tersebut di atas.
Schedule yang telah disesuaikan (update) sangat berarti bagi semua pihak yang
terlibat dalam proyek (tidak hanya kontraktor saja). Karena masing-masing pihak
mempunyai kepentingan tersendiri, sehingga harus mengetahui dengan pasti
tentang prestasi pekerjaan dari proyek tersebut. Pihak kontraktor berkewajiban
menginformasikan schedule yang telah disesuaikan (update) kepada pihak-pihak
yang terkait dalam proses pelaksanaan proyek. Jika prestasi kontraktor melebihi dari
rencana, maka pihak pemilik proyek harus mengetahui akan hal itu, terutama
berkaitan dengan rencana pembayaran kepada kontraktor. Hal ini perlu disiapkan
karena berkaitan dengan rencana penyediaan dana pembayaran oleh owner.
Sedangkan kegunaan pemahaman schedule yang telah disesuaikan (bagi
kontraktor) adalah untuk menentukan tindakan selanjutnya agar prestasinya
semakin baik, hal ini dapat dicermati dalam lintasan kritis yang terjadi dalam
schedule yang telah disesuaikan (update).
Pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan schedule rencana tidak hanya
mempercepat proses pengajuan termijn oleh kontraktor, namun juga akan
mempercepat pengembalian retensi yang ditahan oleh owner sebagai jaminan
bahwa kontraktor bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan spesifikasi. Bentuk kontrak tertentu memperbolehkan eliminasi atau
membagi dua retensi jika prestasi yang dicapai kontraktor lebih 50% dan posisi
prestasi di atas dari schedule rencana. Pembayaran yang cepat serta reduksi
retensi akan menambah modal kerja kontraktor, sehingga kontraktor dapat
membayar kepada sub kontraktor serta supplier sebagai kedua pihak yang sangat
menentukan dalam mencetak prestasi di lapangan. Dengan demikian kondisi
keuangan kointraktor dapat lebih baik guna penyelesaian proyek.
Jika salah satu kegiatan dalam rangkaian kegiatan mengalami keterlambatan
maka waktu yang hilang tersebut tidak dapat dikembalikan, pemulihan durasi
konstruksi dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan tertentu, sehingga
deviasi yang terjadi dapat diatasi. Tindakan yang dilakukan dengan cara mereduksi
durasi kegiatan berikutnya jika memungkinkan.
Jika waktu penyelesaian proyek tidak sesuai dengan kesepakatan yang tertulis
dalam kontrak maka harus ditinjau kembali penyebab terjadi keterlambatan tersebut.
Pihak yang bertanggung jawab terjadinya delay dapat dikenakan denda. Kontraktor
harus bertanggung jawab terhadap delay yang terjadi kepada owner jika penyebab
terjadinya delay adalah kontraktor. Demikian pula owner harus bertanggung jawab
kepada kontraktor jika owner adalah penyebab terjadinya delay. Perencana juga
harus bertanggung jawab kepada kontraktor dan owner jika penyebab terjadinya
delay adalah perencana. Semua pihak yang berpotensi menjadi penyebab
terjadinya delay harus mengetahui dengan pasti sebab-sebab serta harus dapat
membuktikan bahwa mereka bukan penyebabnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan
schedule yang disesuaikan (update) secara continue, sehingga pengaruh
perubahan, kesalahan dan penundaan dapat digunakan untuk menentukan pihak
yang paling bertanggung jawab terjadinya delay.
Schedule yang telah disesuaikan dapat membuktikan data-data yang penting
yang terjadi pada waktu tertentu. Jika tidak dilakukan updating maka berakibat
kontraktor kehilangan control terhadap proyeknya serta tidak dapat digunakan
sebagai dasar analisis untuk mengajukan perpanjangan waktu.
Penyesuaian schedule dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan,
hal ini tergantung dari ukuran proyek, kompleksitas proyek dan karakteristik proyek.
Pada umumnya updating dilakukan setiap bulan sekali, namun ini bukan merupakan
aturan yang mutlak, tetapi lebih ditentukan oleh pengelola proyek.
Updating schedule dapat digunakan sebagai bahan pertemuan antara pihak
yang terlibat dalam proyek untuk membahas prestasi pekerjaan serta perencanaan
yang akan datang (tindakan koreksi), Dari pertemuan ini diharapkan masing-masing
pihak selalu ingat akan janji dan tanggung jawabnya. Updating dapat dilakukan
berbagai cara misalnya :
a. Identifikasi tanggal mulai dan selesainya suatu kegiatan (actual) atau hanya
menunjukkan bahwa kegiatan tersebut telah selesai (jika tanggal actual tidak
diketahui)
b. Mengestimasi prestasi pekerjaan (persentase) yang telah dicapai, hal ini dapat
digunakan sebagai dasar penentuan prestasi yang telah dicapai untuk
penagihan pembayaran (progress payment)
c. Identifikasi durasi kegiatan untuk memberikan informasi sisa waktu dari setiap
kegiatan. Dapat juga sebagai dasar untuk mengevaluasi durasi yang tersisa
berdasarkan pengalaman di lapangan. Setelah dilakukan updating sebaiknya
network diagram ditampilkan sebagai dasar kontraktor untuk menyelesaikan
pekerjaan untuk memperbaiki metode pelaksanaan serta untuk menunjukkan
pengaruh perubahan yang terjadi dalam proyek.
NETWORK DIAGRAM :
Kegiatan Durasi ES EF LS LF TF FF IF
A 10 0 10 0 10 0 0 0
B 6 10 16 10 16 0 0 0
C 18 10 28 10 37 9 9 9
D 8 37 45 37 45 0 0 0
E 17 16 33 20 37 4 4 4
F 21 16 37 16 37 0 0 0
G 11 45 56 45 56 0 0 0
H 10 37 47 37 47 0 0 0
I 6 47 53 50 56 3 3 3
J 9 47 56 47 56 0 0 0
K 4 56 60 56 60 0 0 0
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN