Anda di halaman 1dari 57

RENCANA MUTU

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


-

PEKERJAAN

MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR 2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


PT. TEKNIK EKSAKTA
Nomor : 01.LP/TE-MK/Rusun/MKS-02/III/2018 Makassar, 26 Maret 2018
Lamp :

Kepada Yth
Pejabat Pembuat Komitemen (PPK)
SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

Perihal : Rencana Mutu Konsultan Manajemen Konstruksi


Pembangunan Rumah Susun Makassar 2

Dengan hormat,

Sehubungan dengan pelaksanaan Manejemen Konstruksi Pembangunan Rusun Makassar 2,


maka sesuai Surat Perjanjian Nomor: HK.02.03/04/SPK/PPK.RSK/SATKER.PPSS/MK.2018
Tanggal 19 Maret 2018, PT. Teknik Eksakta selaku Konsultan Manajemen Konstruksi dengan
ini menyampaikan :

Rencana Mutu Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Rusun Makassar -2

Rencana Mutu inii disampaikan dengan harapan mampu memberikan gambaran pelaksanaan
di lapangan. Sekiranya masih diperlukan informasi lain yang terkait, kami senantiasa siap
memenuhinya.

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Konsultan Manajemen Konstruksi


PT. TEKNIK EKSAKTA

Ir. Sudirman
Team Leader
DAFTAR ISI
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
2. GAMBARAN UMUM WILAYAH
3. INFORMASI PENGGUNA JASA
4. ORGANISASI PELAKSANA
5. TUGAS DAN TANGGUNG-JAWAB
6. METODOLOGI PEKERJAAN
7. JADWAL PELAKSANAAN
8. JADWAL PERSONIL
9. JADWAL PENAGIHAN
10. PROSEDUR DAN STANDAR
PENDAHULUAN
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seperti yang telah dijelaskan dalam kerangka acuan kerja bahwa pemenuhan kebutuhan perumahan di
Indonesia masih belum teralisir sepenuhnya sebagai akibat dari pertambahan penduduk tidak diimbangi
dengan ketersediaan perumahan, serta rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan papan dan pertumbuhan perumahan baru rata-rata 800.000 unit per tahun menyebabkan
backlog.

Sehubungan dengan backlog tersebut diatas, Kementerian Perumahan Rakyat mempunyai sasaran khusus
dalam bidang rumah susun sesuai dengan rencana strategis 2015-2019. Berdasarkan target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Pemerintah Indonesia menargetkan pada
akhir 2019 jumlah backlog berdasarkan konsep kepemilikan berkurang menjadi 6,8 juta unit, backlog
berdasarkan konsep kepenghunian menjadi 5 juta unit, serta rumah tidak layak huni berkurang menjadi 1,9 juta
unit. Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah melalui Kementerian PUPR menjalankan fungsi, baik sebagai
regulator, maupun sebagai penyedia hunian, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dan
sebagai pendorong bagi para pengembang perumahan melalui kemudahan perizinan dan skema pembiayaan.

Demikian juga dengan ketersediaan asrama bagi mahasiswa belum memenuhi kapasitas dibanding dengan
jumlah mahasiswa. Kondisi ini mendorong pihak Universitas Hasanuddin melalui SNVT Penyediaan
Perumahan Sulawesi Selatan melaksanakan pembangunan Rumah Susun bagi Mahasiswa di kampus
Tamalanrea kota Makassar.

2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan memberi pekerjaan kepada PT. Teknik Eksakta
untuk melaksanakan Pekerjaan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah Susun
Makassar-2 dengan maksud, tujuan dan sasaran :
a. Melaksanakan tugas - tugas konsultansi dalam pengendalian proyek pada Tahap Konstruksi (Build).
b. Memberikan kepastian terpenuhinya kualitas dan kuantitas teknis, waktu, biaya, dan administrasi sesuai
dengan keinginan pemberi tugas sesuai kontrak.
c. Terlaksananya prosedur keteraturan teknis dan manajemen pengendalian proyek.
d. Memastikan Pembanguna Rumah Susun Makassar-2 ini dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam proyek ini antara lain terciptanya fisik bangunan yang
berkualitas optimum dalam waktu yang singkat serta manajemen penanganan yang baik agar
pelaksanaanya efektif serta efisien sesuai keinginan pemilik proyek.

3. Lingkup Pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi


a. Membuat Rencana Mutu Kerja (RMK).
b. Memberikan penilaian/penelitian atau contoh-contoh bahan yang diajukan/akan digunakan oleh
pelaksana dan menyatakan menyetujui/menolak untuk dipakai pada sebagian/seluruh pekerjaan.
c. Memeriksa kelengkapan gambar-gambar konstruksi (construction dan shop drawings) dan pelaksanaan
(as built drawing) untuk kelengkapan dokumen bangunan tersebut.
d. Memberikan laporan / peringatan kepada kontraktor terhadap penyimpangan pelaksanaan dari rencana
dan menyatakan/perhitungan pekerjaan tambah kurang serta perpanjangan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
e. Mereview dan menganalisis design bangunan serta biaya konstruksi.
f. Memperhitungkan dampak pembangunan, khususnya dalam hal lingkungan yang dapat menghambat
pembangunan.
g. Membuat acuan atas kualitas pekerjaan.
h. Membuat jadwal waktu penyelesaian proyek.
i. Mengatasi masalah yang terjadi selama pelaksanaan proyek berjalan.
j. Dalam melaksanakan tugasnya, manajemen konstruksi bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
4. Tugas dan Fungsi Konsultan Manajemen Konstruksi
a. Bekerjasama dengan pemilik proyek dan perencana mulai dari tahap Pelelangan hingga selesainya
proyek.
b. Setelah budget konstruksi, penjadwalan, dan spesifikasi pekerjaan sudah disepakati untuk
dilaksanakan, Manajemen Kontruksi mengawasi pelaksanaan dari keputusan yang telah disepakati
bersama tersebut, agar tidak melampaui budget atau melebihi waktu yang telah direncanakan. Apabila
masalah-masalah tersebut tidak dapat dihindari, maka tugasnya memberitahu pemilik proyek sehingga
pemilik proyek dapat mengetahuinya sedini mungkin untuk dapat menentukan keputusan apa yang
akan diambil selanjutnya.
c. Memberikan advis dan mengkoordinir kontraktor di lapangan dalam hal pengadaan material dan
peralatan, memperhatikan jadwal pelaksanaan pekerjaan kontraktor agar tidak terlambat, evaluasi
pekerjaan tambah/kurang, meneliti hasil dan kualitas pekerjaan kontraktor apakah sesuai dengan
spesifikasi yang diminta, melaporkan hasil pekerjaan kontraktor pelaksana kepada pemilik proyek.

5. Pentahapan Pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi


a. Tahap Persiapan Proyek (Pemilik)
b. Tahap Pelelangan (Pemilik)
c. Tahap Konstruksi
Pengadaan Dokumen Pelaksanaan
1) Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan pengadaan dokumen yang dibuat oleh konstraktor
yang meliputi program penyediaan dan penggunaan sumber daya, strategi dan pentahapan
penyusunan dokumen pelaksanaan.
2) Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik yang meliputi program pengendalian
sumberdaya, pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kuantitas dan
kualitas) pekerjaan, pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan keselamatan
kerja.
3) Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, susulan
koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi
penyimpangan.
4) Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dan terkait dalam pelaksanaan konstruksi
fisik.
Pelaksanaan Kontruksi fisik
1) Mengadakan evaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang disusun oleh pelaksana
konstruksi, yang meliputi program-program pencapaian konstruksi, penyediaan dan penggunaan
tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan bangunan, informasi, dana, program Quality
Assurance/Quality Control, dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
2) Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik yang meliputi program pengendalian
sumberdaya, pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kuantitas dan
kualitas) pekerjaan, pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan keselamatan
kerja.
3) Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, susulan
koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi
penyimpangan.
4) Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dan terkait dalam pelaksanaan konstruksi
fisik.
5) Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas :
- Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan
dasar dalam pengawasan pekerjaan dilapangan.
- Menyusun laporan akhir pekerjaan manajemen konstruksi.
GAMBARAN UMUM WILAYAH
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


INFORMASI PENGGUNA JASA
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


INFORMASI PENGGUNA JASA
1. Nama Kegiatan : Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah Susun
Makassar-2
Lokasi Kegiatan : Kampus Unhas Tamalanrea

2. Pemberi Tugas : SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan


Alamat Pemberi Tugas : Jl. Abd. Dg. Sirua Komp. PAM No. 7 Makassar
Alamat website: www.pu.go.id

Kepala SNVT. Penyediaan : Ir. Eka Rahendra, SST, MSP


Perumahan Provinsi Sulawesi
Selatan
Pejabat Pembuat Komitmen : Ir. Faisal Soedarno, MT

Ketua Pengawas Teknik dan :


Administrasi
Ketua Pengawas Keuangan :

3. Konsultan Manajemen : Teknik Eksakta


Konstruksi

Alamat : Jl. Raya Pendidkan Blok G/1 Makassar


P.O. BOX 00000000,
Telp. : -
Fax : -
E-mail :
Surat Perjanjian (Kontrak) : HK.02.03/045/SPK/PPK.RSK/SATKER.PPSS/MK.2018
Tanggal : 19 Maret 2018

Waktu Pelaksanaan : 240 hari kalender


Mulai : 19 Maret 2018 s.d. 18 November 2018
Nilai Kontrak : Rp. 474.100. 000,- (EmpatRatus Tujuh Puluh Empat
Juta Seratus Ribu Rupiah)
ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


STRUKTUR ORGANISASI
Team Leader
( Ketua Tim)

Wakil Ketua Tim


(Co-Team Leader)

Ahli Arsitektur Ahli Sipil Ahli Mekanikal Ahli Kuantitas


Struktur Elektrikal dan Biaya

Inspektur Pengawas
Lapangan
TUGAS DAN TANGGUNG-JAWAB
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

TUGAS DAN TANGGUNG-JAWAB


A. Ketua Tim (Team Leader) Manajemen Konstruksi

Team Leader adalah seorang engineer yang telah berpengalaman dan pengetahuan
yang luas dalam memimpin tim Konsultan Manajemen Konstruksi.
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
1. Bertanggung jawab dalam pengorganisasian dan pengendalian seluruh tugas-tugas
dari pekerjaan survey awal dan penyelidikan tanah/penelitian struktur bangunan
sampai dengan masa serah terima pembangunan proyek kepada Pemilik Proyek.
2. Memantau koordinasi di antara anggota-anggota tim Konsultan Manajemen
Konstruksi dan tanggap terhadap permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan
yang timbul yang bersifat teknis dan non teknis.
3. Bertanggung jawab penuh atas semua kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi,
baik secara manajerial, operasional, dan financial.
4. Bertanggung jawab atas semua kegiatan yang berhubungan dengan proyek ini baik
hubungan ke dalam (intern) maupun hubungan ke luar (ekstern).
5. Bertanggung jawab penuh terhadap laju proyek secara keseluruhan dan kualitas
hasil akhir.
6. Memantau tata kerja dari setiap personil yang ditugaskan untuk menangani proyek.
7. Memberikan usulan, saran-saran dan dukungan pada tahap review design maupun
tahap pelaksanaan kepada Pemilik Proyek.
8. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan.
9. Menyelenggarakan surat-menyurat dan Berita Acara yang bersangkutan dengan
pelaksanaan proyek.
10. Membuat laporan mingguan, bulanan dan akhir terhadap hasil pekerjaan konstruksi
yang dilaksanakan oleh kontraktor dengan masukan hasil-hasil rapat lapangan,
harian, mingguan dan bulanan.
11. Mengevaluasi sub kontraktor yang akan dipakai kontraktor utama, meliputi
penelitian kemampuan teknis maupun administrasi.

B. Co Leader (Chief Inspector)

Co-Leader adalah seorang engineer yang telah berpengalaman dan pengetahuan yang
luas dalam memimpin tim Konsultan Manajemen Konstruksi.
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
1. Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai
2. Mewakili dan membantu Team Leader dalam menjalankan tugasnya.
3. Bertanggung jawab langsung kepada Team Leader
4. Mengkoordinir Pengawas Lapangan
5. Mewakili Team Leader memimpin rapat-rapat minggguan dan rapat khusus

C. Tenaga Ahli (Arsitektur, Struktur, Mekanikal, Elektrikal, Kuantitas dan Biaya)

Tenaga Ahli seorang engineer yang telah berpengalaman dan mempunyai pengalaman
dan pengetahuan yang luas.
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
1. Melakukan survey lapangan guna mengindentifikasi kelayakan dan kesiapannya dari
segi sosial, lingkungan dan teknis bangunan.
2. Mempelajari dan memahami dokumen perancangan baik gambar, spesifikasi teknis
maupun perhitungan-perhitungan yang telah dibuat Konsultan Perencana.
3. Meminta penjeleasan tentang hal-hal yang kurang jelas dalam rancangan kepada
Konsultan Perencana.
4. Menterjemahkan hasil pemahaman dokumen perencanaan ke dalam suatu rencana
implementasi fisik.
5. Memeriksa dan menyetujui shop drawing yang diajukan kontraktor.
6. Memeriksa ijin pelaksanaan pekerjaan.
7. Mengarahkan, mengevaluasi dan menyetujui metode kerja yang diajukan kontraktor
serta memonitor terhadap pelaksanaan.
8. Mengarahkan dan mengevaluasi kuantitas dan kualitas pekerjaan dan memberi
arahan teknis dan penyelesaian masalah selama pelaksanaan pekerjaan fisik.
9. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian yang terjadi
selama pelaksanaan konstruksi fisik.
10. Memeriksa gambar-gambar terlaksana (as built drawing), sesuai dengan fisik
pekerjaan yang telah dilakukan.
11. Memeriksa semua hasil pengujian dan laboratorium yang telah dilaksanakan.
12. Menyempurnakan buku petunjuk penggunaan dan perawatan bangunan gedung,
peralatan dan perlengkapan gedung.
13. Melaksanakan koordinasi diantara anggota-anggota tim pengawas dan bertanggung
jawab mengenai Koordinasi Supervisi Implementasi fisik di lapangan serta tanggap
terhadap permasalahan-permasalahan pengawasan yang timbul di lapangan.
14. Mengadakan rapat berkala sedikitnya 1 (satu) kali dalam seminggu dengan Pemberi
Tugas, Konsultan Perencana dan Kontraktor untuk membahas permasalahan dan
persoalan yang timbul dalam pelaksanaan.

D. Pengawas Lapangan (Arsitektur, Struktur, ME, Lanscape dan Interior)

Pengawas Lapangan bertanggung jawab melaksanakan pengawasan pekerjaan di


lapangan. Tenaga Ahli Pengawas Lapangan adalah sub-Engineer yang berpengalaman
dibidangnya.
Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :
1. Mengarahkan dan mengawasi pekerjaan di lapangan dalam proses pelaksanaan
setiap hari.
2. Mengevaluasi kuantitas dan kualitas pekerjaan dan memberi arahan teknis selama
pelaksanaan pekerjaan fisik.
3. Mencatat segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan pekerjaan yang
diawasinya setiap hari.
4. Membuat laporan dan bertanggung jawab kepada Team Leader.
5. Menyusun daftar kekurangan-kekurangan dan cacat-cacat pekerjaan selama waktu
pelaksanaan.
6. Mengawasi perbaikan/rehabilitasi cacat/kurang dalam bangunan selama masa
pelaksanaan
7. Membuat laporan perbaikan/rehabilitasi cacat/kurang yang telah dilaksanakan.
8. Menyusun kerusakan/cacat-cacat yang timbul selama waktu pemeliharaan.
9. Membuat laporan perbaikan/rehabilitasi cacat/kurang yang telah dilaksanakan
dalam masa pemeliharaan.
METODOLOGI PEKERJAAN
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


METODOLOGI PEKERJAAN
A. MANAJEMEN PROYEK
Manajemen proyek pelaksanaan konstruksi terdiri dari :

1. Pengendalian Proyek
Pengendalian proyek pada intinya mencakup pengendalian atas rencana-rencana
Manajemen yang telah disebutkan di atas dan akan meliputi :
 Rencana Pengendalian Waktu/Schedule
 Rencana Pengendalian Lingkup Pekerjaan
 Rencana Pengendalian Biaya
 Rencana Pengendalian Dokumen
 Rencana Pengendalian Kualitas Pekerjaan / Mutu
 Rencana Pengendalian Kuantitas

Proses pengendalian berlangsung melalui langkah-langkah sebagai berikut:


 Laporan
 Analisis
 Identifikasi Arah Perubahan
 Periksa Penyebabnya
 Tentukan Langkah Korektif

Laporan yang digunakan untuk pengendalian merupakan laporan-laporan kemajuan Proyek


yang kemudian menghasilkan Rencana Pelaksanaan yang diperbaharui (Project Plan
Updates) berikut rencana-rencana tindakan koreksi.
Walaupun dokumentasi pengendalian terekam secara periodik melalui laporan-laporan
Mingguan, dan Bulanan, namun pada kenyataannya pengendalian proyek sebenarnya
akan dilakukan secara daily basis. Aktifitas pengendalian juga terutama akan tercermin
dalam kegiatan rapat pengendalian perkembangan proyek yang dilakukan secara
periodik maupun khusus.

Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu/kualitas bukan hanya dalam segi bahan/material yang dipakai harus
sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam kontrak saja tetapi meliputi mutu
dan kualitas pelaksanaan harus baik. Keduanya harus dilaksanakan bersama, karena
keduanya saling terkait satu dengan lainnya dan tak dapat dipisahkan dalam mencapai hasil
pekerjaan yang dikatakan baik dan memenuhi persyaratan.

Pengendalian Kualitas Bahan


Bahan material yang dipakai dilapangan harus memenuhi persyaratan, untuk dapat
menyatakan bahwa bahan/material tersebut dapat dipakai atau ditolak, tolak ukur yang
harus dipakai oleh Manajemen Konstruksi adalah :
a. Berita Acara Aanwizing
b. Kontrak Pekerjaan
c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
d. Peraturan Standarisasi yang berlaku
e. Gambar Pelaksanaan
f. Hasil Test Laboratorium
g. Peraturan Pemerintah, Kepres, dll.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengendalian kualitas bahan yaitu :
1. Persyaratan bahan
BAHAN yang akan digunakan harus memenuhi ketentuan yang ada untuk mencapai
kualitas bahan yang baik

2. Penyimpanan

Penyimpanan material yang kurang baik akan menyebabkan kerusakan pada


material yang akan digunakan, penyimpanan harus diperhatikan untuk bahan yang
berubah langsung karena kena air.

2. Pengendalian Kualitas Pelaksanaan


Kualitas pelaksanaan sangatlah penting dalam menentukan hasil akhir yang akan dicapai,
pengendalian kualitas tidak kalah pentingnya dari kualitas bahan karena bahan yang
bagus kalau tidak tepat dalam pelaksanaan di lapangan maka tidak akan mendapatkan
hasil yang baik, maka pengendalian kualitas pelaksanaan sangat penting diperhatikan
untuk menghasilkan hasil yang maksimum sesuai dengan persyaratan.

3. Quality Assurance Plan


QA Plan dimaksudkan untuk memberi keyakinan bahwa kontraktor melaksanakan
pekerjaan dan menghasilkan produk sesuai dengan Quality Plan dan sesuai dengan
persyaratan mutu yang ditetapkan dalam spesifikasi. Sedangkan secara spesifik
tujuannya adalah :
a) Menetapkan Quality Plan dan Kontraktor
b) Menjamin dilaksanakan penerapannya
c) Mengontrol interface pekerjaan

a. Quality Control
Pada Prinsipnya Kontraktor dituntut untuk memiliki sistem pengendalian kualitas
(quality kontrol) dalam seluruh tahapan pelaksanaan pekerjaan yang meliputi sistem
pengadaan material, keahlian kerja (workmanship), pengawasan, pemeriksaan, dan
pengetesan, dan sistem lain yang diperlukan utnuk menghasilkan kualitas sesuai dengan
persyaratan, yang dibuktikan dengan pendokumentasian yang terecord dengan baik atas
implementasi semua proses konstruksi tersebut.
Pendokumentasian implementasi proses konstruksi di atas adalah terdiri dari :
 Certificate Test untuk semua material konstruksi dan peralatan mekanikal dan
elektrikal.
 Spesifikasi untuk item/komponen yang difabrikasi sebelumnya (pre-fabrication)
dan/atau mix design untuk beton.
 Certificate of Compliance untuk semua material dan/atau komponen yang
didatangkan (di impor) dari pihak ketiga.
 Lembaran Checklist pada setiap tahapan pekerjaan dari tahap Pra Konstruksi,
selama Konstruksi dan Pasca Konstruksi : yang dapat memberikan petunjuk telah
dilaksanakannya proses pemeriksaan sesuai dengan kemajuan pekerjaannya.

b. Pemberitahuan Kegiatan Operasi (Notice of Operation)


Kontraktor bila diperlukan harus memberi tahu kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi semua informasi tertulis mengenai lokasi material diperoleh dan lokasi mana
pekerjaan sedang disiapkan. Semua pekerjaan permanen harus dilaksanakan dengan
persetujuan Konsultan. Pemberitahuan tertulis yang lengkap harus diajukan dalam waktu
yang mencukupi sebelumnya agar Konsultan dapat mengatur kegiatan inspeksi yang
diperlukan untuk proses persetujuan pelaksanaan konstruksi.

c. Monitoring dan Pemeriksaan Ulang.


Adalah tugas tim Manajemen Konstruksi untuk mengadakan monitoring dan
pengawasan pekerjaan konstruksi dan dokumentasi yang tetapi tidak terbatas pada
disebutkan di atas, dengan cara melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap item-item
beberapa item yang tercantum dalam checklist yang telah lengkap dilakukan (diisi,
dipenuhi) dan mengajukannya pada Pimpro untuk memperoleh persetujuan.

d. Perintah dan Tindakan Koreksi


Dalam hal pada pemeriksaan ulang tersebut didapati ketidaksesuaian dengan
persyaratan (non compliance) diperlukan dikeluarkannya Perintah Tindakan Koreksi
(Corrective Action Request) oleh Konsultan.
e. Kewajiban kontraktor atas Perbaikan Ketidaksesuaian
Kontraktor selanjutnya dituntut untuk melaksanakan kewajiban untuk memperbaiki
ketidaksesuaian pekerjaan. Kelalaian atas pelaksanaan kewajiban tersebut dapat
mengakibatkan Kontraktor harus menanggung resiko atas biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan proses pebaikan oleh pihak lain yang ditunjuk.

Pengendalian Kuantitas
Pengendalian Kuantitas meliputi volume, baik itu panjang, lebar, tinggi dan lainya.
Konsultan Manajemen Konstruksi harus mengawasi pelaksanaan proyek dengan teliti
sehingga tidak terjadi pencurian yang biasanya dilakukan oleh Kontraktor yaitu masalah
panjang, lebar, ataupun pencurian masalah spesifikasi campuran adukan di beton
sekunder, sehingga mengakibatkan kualitas tidak sesuai dengan perencanaan.

Pengendalian Dana
Dalam proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dapat terjadi perubahan-perubahan
yang mengakibatkan adanya Addendum pekerjaan, dimana dapat dilaksanakan setelah
ada surat resmi dari Pimpro/Pimbagpro.
Adapun prosedur Addendum pekerjaan sebagai berikut :
1. Penyesuaian di lapangan, setelah dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh oleh
pihak-pihak yang terkait, sehingga terpaksa ada pekerjaan tambah,
untuk ini Pimpro memberitahukan dengan surat resmi kepada pemborong dengan
tembusan kepada pihak-pihak terkait tentang adanya pekerjaan tambah tersebut,
dan sekaligus minta kepada pemborong untuk segera mengajukan penawaran biaya
pekerjaan tambah tersebut.
2. Pemborong kemudian menjawab dengan surat resmi dengan tembusan pada pihak-
pihak terkait, sekaligus mengajukan biaya tambahan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
3. Konsultan Manajemen Konstruksi berkewajiban untuk ikut meneliti pekerjaan
tambah/kurang yang akan dilaksanakan.
4. Mengecek perhitungan Volume Pekerjaan tambah/kurang
5. Harga satuan pekerjaan tambah yang jenisnya sama dengan pekerjaan sebelumnya
harus sama jika berbeda perlu dilakukan pemeriksaan. Setelah disepakati harga
pekerjaan tambah tersebut, Pimpro memberi perintah resmi untuk dilaksanakan.
6. Pelaksanaan pekerjaan tambah oleh Pemborong sebelum surat perintah tertulis dari
Pimpro, tidak dapat dibenarkan.
7. Pekerjaan tambah disini harus diperhatikan nilainya terhadap kontrak awal,
bila nilai pekerjaan tambah melampaui 10% dari kontrak, maka harus dibuat
Kontrak baru bukan Addendum. Sebaliknya bila nilai pekerjaan tambah kurang
dari 10%, maka cukup dibuat Addendum.

Pengendalian Waktu
Pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah Susun Makassar-2 sesuai jadwal
sangat penting, maka dalam Manajemen Konstruksi diperhatikan dalam masalah
waktu, karena itu diperlukan rencana kerja yang matang dalam bentuk Time Schedule
monitoring pekerjaan, yang diperjelas lagi dengan Weekly Schedule, untuk membuat
keduanya perlu adanya pemahaman yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Time Schedule
Kebenaran/ketetelitian pembuatan Time Schedule mengenai :
 Item pekerjaan yang dilaksanakan.
 Awal dan akhirnya Item pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
 Bobot fisik pada tiap Item pekerjaan berupa prosentase.
 Keterkaitan pekerjaan satu dengan lainnya, perlu adanya evaluasi khusus kapan
pekerjaan ini dimulai dan harus berakhir.

Time Schedule perlu dievaluasi kebenarannya yang menyangkut :


o Tenaga kerja harus sesuai dengan jenis pekerjaan, jumlahnya serta
keterampilannya.
o Material/Bahan harus tepat waktu dengan kualitas yang sesuai spesifikasi yang ada
dalam kontrak.
o Jumlah dan jenis peralatan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis dan
volume pekerjaan.
o Metode/Sistem yang digunakan harus dapat mendukung semua kegiatan/pekerjaan
di lapangan.
o Koordinasi harus berjalan dengan baik, sehingga menciptakan keserasian disetiap
bagian pekerjaan yang terkait.

b. WeeklySchedule Dibuat untuk :


Merencanakan Item-item pekerjaan selama periode satu minggu
Membuat langkah-langkah pelaksanaan setiap minggu
Membandingkan bobot rencana dengan realisasi dilapangan yang sering tidak
sama, biasanya realisasi di lapangan lebih kecil daripada bobot rencana kalau
tidak segera diatasi maka keterlambatan semakin membengkak, sehingga tidak
bisa tepat waktu, jadi tujuannya adalah mengantisipasi keterlambatan pekerjaan
di proyek.

Penyusunan Schedule proyek yang dapat dipertanggungjawabkan dan memudahkan


pengendaliannya adalah Schedule proyek yang realistis.
Pengendalian Schedule proyek juga hanya dapat dilakukan dengan baik apabila
informasi rencana-rencana kegiatan tersediakan setiap saat/periode dan tercatat
atau terorganisasikan secara rapih, dimulai dari adanya master Schedule proyek sebagai
baseline.
Schedule harus dapat meliputi seluruh jenis kegiatan proyek antara lain:
Project preparation phase
Design phase
Tendering phase
Demoliton works
Construction phase
Fitting out phase
Commissioning -Handover- migration phase

Yang dibuat dalam beberapa jenjang antara lain :


Project master Schedule
Individual contract Schedule
Be-weekly Schedule

Demikian juga, pengendalian akan efektif apabila : dilakukan secara prioritas, mulai dari
batasan-batasan milestone strategis, bagian-bagian paling krusial atau kritikal
selama penyelenggaraan proyek; koordinasi-koordinasi Schedule secara periodik; dan
responsif dalam menyikapi proggres atau kendala yang terjadi.
Bagian-bagian kritikal serta kendala yang dapat segera diidentifikasi dalam pengendalian
Schedule ini diperkirakan antara lain :
 Milestone rencana pembukaan/pemakaian.
 Long lead items
 Pekerjaan-pekerjaan fabrikasi
 Pekerjaan finishing
 Perubahan-perubahan pekerjaan
 Cuaca
 Jalur kegiatan kritis yang ditemukan setelah menyusun skuens pekerjaan
sesuai metode pelaksanaan yang ditetapkan.

Team Manajemen Konstruksi akan menggunakan perangkat lunak MS Project sebagai


fasilitas planning, monitoring & control Schedule. Pengendalian Schedule akan dimulai dari,
atau masukan pertamanya adalah Schedule proyek, kemudian diperiksa laporan-laporan
kemajuan termasuk adanya permintaan perubahan-perubahan rencana. Dari hasil
pantauan akan dikeluarkan Schedule updates berikut rencana tindakan lainnya. Bagan
atau format kontrol yang dipakai adalah Project Schedule Tracker.

Peralatan Dan Metode Kerja


Pemakaian peralatan di lapangan tergantung dari beberapa faktor pertimbangan, antara
lain :
a. Tempat atau lokasi pekerjaan.
b. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah direncanakan.
c. Faktor kesulitan yang ada dilapangan baik itu mengenai lokasi yang jauh,
susahnya transportasi dan lain-lainnya.
d. Sistem / metode kerja yang akan dipakai.
e. Biaya yang dianggarkan.

Keselamatan Dan Keamanan Kerja


Kecelakaan kerja sebisa mungkin dihindari baik itu mengenai tenaga kerja maupun material
dan bahan, yang mempengaruhi prestasi kerja dan pada akhirnya berdampak pada biaya
proyek, baik langsung maupun tidak langsung, secara umum ada beberapa prinsip dasar
pencegahan kecelakaan yang dipengaruhi pada setiap lokasi pekerjaan misalnya :
1. Peralatan yang akan digunakan harus berkondisi baik.
2. Menggunakan alat harus sesuai dengan kemampuan alat dan petunjuk yang
diperbolehkandalam buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik dan sesuai fungsinya
3. Penggunaan alat pelindung ditempat yang sekiranya berbahaya baik itu menggunakan
helm, sepatu pengaman, baju pengaman dll.
4. Dalam pelaksanaan pekerjaan harus teratur dan tidak simpang siur dan tidak menyalahi
peraturan teknis yang ada
5. Selalu mengadakan Check dan Recheck terhadap peralatan kerja yang dipakai,
sehingga layak dipakai atau tidak, bila kurang memenuhi jangan dipaksakan
menggunakan alat tersebut kalau tidak 100% keadaan alat siap pakai.
Selain itu yang biasa terjadi adalah terjadinya pencurian terhadap materil dan bahan
dilapangan, dan untuk menghindari pencurian terhadap bahan yang sering terjadi maka
Kontraktor harus melaksanakan :
1. Pembuatan pagar pengaman disekeliling proyek, bisa berupa seng, kawat berduri, dll.
2. Penerangan lampu di lokasi.
3. Melakukan Penjagaan di lokasi proyek.

Pembinaan Pekerjaan
Dalam Pembinaan Pekerjaan menyangkut pada Koordinasi pekerjaan yang
baik. Koordinasi terbagi dalam 2 bagian, yaitu :
1) Koordinasi lapangan/pelaksanaan
Yang dimaksud adalah Mengkoordinasi pada pekerjaan-pekerjaan satu dengan
yang lainnya yang saling terkait antara pekerjaan sipil, arsitektur dan mekanikal /
elektrikal, dalam mengkoordinasi di lapangan bisa dilakukan dengan Site Meeting
setiap seminggu sekali, tetapi kalau ada yang mendesak bisa dilakukan meeting saat itu
juga, sehingga Site Meeting dilakukan tergantung dari kebutuhan yang dihadapi
dilapangan.
2) Koordinasi keluar
Yang dimaksud adalah koordinasi yang menyangkut hubungan konsultan
Manajemen Konstruksi, Kontraktor, Staf Manajemen Konstruksi dan pihak-pihak
terkait lainnya mengenai proyek yang sedang dihadapi sehingga informasi yang
diterima baik oleh Kontraktor maupun Konsultan Manajemen Konstruksi tidak
tumpang tindih, dan tidak ada kesimpang siuran dari fersi masing-masing.

4. PENGENDALIAN WAKTU
Secara umum pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan melalui metode “fast
tracking” pada jadwal proyek. Dapat digambarkan gagasan tersebut melalui skema berikut
:

Penghematan waktu sebagaimana diatas, akan lebih banyak diperoleh melalui


perencanaan jadwal waktu pelaksanaan fisik, secara akurat. Perlu pula dukungan
perencanaan engineering dan procurement/logistic yang memadai sehingga penghematan
waktu dapat diperoleh atau paling kurang jangka waktu (time frame) yang ditetapkan
tidak terlampaui, sebagaimana ditunjukkan pada jadual induk terlampir.
Guna menjamin tidak terlampauinya kerangka waktu proyek, metoda fast tracking bahkan
dapat ditarik sejak masa perancangan, terpadu dengan masa lelang dan masa
pelaksanaan sesudahnya. Dapat digambarkan melalui skema berikut :
Metoda fast tracking pada jadwal induk sebagaimana ditunjukkan diatas, mempunyai
implikasi proyek tidak dapat dilaksanakan dalam satu kesatuan paket pekerjaan.
Melainkan dalam beberapa paket, dan seterusnya. Pembagian paket pekerjaan
(packeting) tidak dapat disusun sekedar berdasarkan atas fenomena waktu

sebagaimana contoh diatas, melainkan pula pertimbangan lainnya, seperti kekhususan


(specific/nature) pekerjaan, daya dukung Pemborong, efisiensi serta efektifitas pengaturan
ruang kerja dan lain-lain.
Pemaketan tersebut menuntut atau melahirkan konsekuensi perlunya koordinasi kuat,
semenjak proses engineering sampai dengan pelaksanaan instalasi konstruksi dilapangan.
Suatu kondisi yang tepat dimiliki oleh Konsultan Pengawas yang berada pada fungsi kontrol
saja. Sementara Konsultan Perencana yang berada pada fungsi aksi tidak diposisikan untuk
melaksanakan tugas demikian.
Karenanya dalam beberapa kesempatan praktis, packeting hanya dilakukan pada bagian-
bagian proyek yang dapat dipisahkan (detachable) dari pekerjaan induknya.

Pengendalian Biaya
Pemaketan pekerjaan sebagaimana dibahas diatas, sebagaimana tertuang diatas
kertas mempunyai dampak positif, berkurangnya nilai faktor pajak, faktor overhead &
profit pada harga yang ditawarkan Pemborong. Tetapi biasanya tidak diikuti dengan
perhitungan meningkatnya overhead Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, sebagai
akibat peningkatan kegiatan pengendalian.
Metoda lain dalam pengendalian biaya, tepatnya penghematan biaya, dilakukan melalui
proses value engineering. Suatu metoda peninjauan ulang (review) dokumen rancangan,
dengan membuang faktor-faktor yang sebenarnya tidak diperlukan (unnecessary), juga
faktor-faktor yang berlebihan melampaui kebutuhan minimal. Faktor-faktor demikian
muncul sebagai akibat penerapan “rule of thumb” yang berlebihan, standard kebutuhan
yang telah berubah, pola kerja lapangan yang telah berubah pula dan lain sebagainya.
Suatu bahasan teknis detail yang dapat diterangkan melalui ilmu struktur, target utama
value engineering. Pekerjaan struktur lazimnya adalah butir terbesar dalam perhitungan
biaya konstruksi, karenanya menjadi objek utama value engineering. Sesuatu yang tidak
akan terjadi pada proyek ini, karenanya kecilnya biaya pekerjaan struktur.
Sementara value engineering pada pekerjaan finish arsitektur tidak lazim dilakukan
karena banyaknya muatan non teknis, sedangkan pada pekerjaan utilitas biasanya telah
dirancang dengan efisien.
Satu-satunya peluang pengendalian biaya pada proyek ini, adalah mengatur keseimbangan
nilai pekerjaan perubahan (variation/change order) yang tidak dapat dihindarkan,
agar tidak melampaui batas anggaran dan dana cadangan.

Pengendalian Mutu
Seharusnya pengendalian mutu tidak lagi menjadi issue atau pokok bahasan lagi.
Konsultan Perencana, Pemborong dan Supplier diharapkan telah memiliki standard
performance yang memadai.
Sehingga pemeriksaan mutu yang dilakukan Konsultan Pengawas melalui proses
Quality Assurance Plan dan Quality Control, semenjak masa perancangan, engineering/
perencanaan sampai dengan konstruksi/instalasi, hanya akan menjaring kesalahan yang
bersifat manusiawi (human error), yang karenanya dapat diperbaiki dengan sukarela.
Bukan kesalahan yang disengaja (by crime), bahkan pula yang direncanakan (created
crime).

Pemilihan para pelaku proyek karenanya perlu mensyaratkan ketiga faktor pengendalian
diatas sebagai kriteria utama, sehingga proyek dapat diharapkan berjalan dengan
semestinya. Pada sisi lain diharapkan kesediaan Pemberi Tugas melonggarkan atau dapat
disebut terobosan atas kebiasaan pendanaan yang telah baku. Situasi krisis ekonomi yang
masih berlangsung dewasa ini, telah menghancurkan skema pembiayaan proyek yang
berlaku. Bahan-bahan harus dipesan sebelum diproduk, bahan yang ada harus dibayar
didepan atau cash and carry, sementara suku bunga bank masih tinggi, faktor-faktor
yang akan dibebankan pada penawaran harga dan pada akhirnya pada implementasi
lapangan akan terjadi tarik ulur antara jadwal konstruksi dan finansial cash flow.
Kesediaan Pemberi Tugas membayar “material on site” pada proses perhitungan prestasi
pembayaran (payment progress) yang dilakukan secara bulanan, akan lebih “berarti”
dibandingkan dengan ketiga teori pengendalian diatas.

5. PEMBINAAN KERJA
Konsultan Manajemen Konstruksi tidak hanya bertugas mengadakan Manajemen Konstruksi
terhadap mutu/kualitas, dana, dan waktu pekerjaan, tetapi juga harus memberikan
pembinaan terhadap kontraktor baik itu dalam segi teknis juga mengenai administrasi
dengan bertitik tolak pada Aanwijzing juga di tuntut mempunyai leadership dan pemahaman
dalam bidang teknis dan administratif. Di sini seorang Manajemen Konstruksi tidak
hanya bisa menyalahkan atau membenarkan suatu pekerjaan dengan bertitik tolak pada
dokumen kontrak, tetapi seorang Manajemen Konstruksi harus bisa memberikan
pengarahan serta penjelasan mengenai pendapatnya dilapangan mengapa pekerjaan yang
dilakukan oleh pihak kontraktor dikatakan salah, tetapi harus bisa memberikan alternatif
mencari jalan keluar terhadap perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan, agar pekerjaan
tersebut dapat terus berlanjut tidak berhenti. Artinya pembinaan tersebut sangatlah
berarti bila diberikan sebelum pekerjaan dimulai dan selama proses pelaksanaan. Hal ini
sangat berarti karena dapat menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan
oleh pihak kontraktor. Seringkali terjadi pembinaan tidak diberikan sehingga terjadi
kesalahan fatal yang mana sulit untuk diperbaiki dan terpaksa dibongkar karena tidak sesuai
dan tidak bisa ditoliler karena tidak sesuai dengan perencaannya. Disinilah pentingnya
arti pembinaan kerja yang harus diberikan oleh seorang Manajemen Konstruksi agar
kesalahan-kesalahan sedini mungkin dapat dimonitor. Pembinaan disini bisa dalam segi
teknis maupun administratif.

1. Bidang teknis antara lain :


o Mengevaluasi metode kerja yang akan dipakai oleh pihak kontraktor.
o Memberikan masukan dan saran berkaitan dengan metode yang akan dipakai,
kelemahannya apa dan tindakan apa yang harus dilakukan.
o Apabila terjadi perbedaan pendapat/pandangan dalam metode yang dipilih dapat
didiskusikan sehingga diperoleh pemecahannya.
2. Bidang administrasi antara lain :
o Memberikan pengarahan tentang prosedur perijinan pelaksanaan pekerjaan,
persetujuan material, pergantian material, dan lain-lain.
o Memberikan pengarahan berkenaan dengan prosedur adanya pekerjaan
tambah/kurang atau Addendum yang harus ditempuh
o Prosedur Addendum perpanjangan waktu.
o Prosedur surat menyurat.

6. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Keselamatan dan Keamanan pada masa konstruksi biasanya meliputi :
- Keselamatan
o Peraturan keselamatan kerja di lapangan.
o Organisasi keselamatan kerja yang diperlukan.
o Fasilitas kesehatan kerja (helm, lampu, rambu-rambu, fasilitas P3K, dan lain
sebagainya.
o Demonstrasi/pelatihan.
o Inspeksi periodik.
- Keamanan
o Organisasi keamanan yang diperlukan berikut personil.
o Ijin serta kontak-kontak yang diperlukan.
o Peraturan keamanan di proyek.
o Fasilitas keamanan seperti: pagar, gerbang, gardu/tower jaga, lampu spot, kartu
identitas, handly talkie, dan lain sebagainya.
o Demonstrasi/pelatihan.
Inspeksi periodik.

B. SUPERVISI KONSTRUKSI

Sebelum dilakukan pengawasan lapangan harus dipahami terlebih dahulu kegiatan dan jenis
bangunan yang akan dilaksanakan pembangunanannya :

1. Tipe yang akan dibangun


2. Luas bangunan
3. Konsep bangunan
4. ME yang akan dipasang
5. Acessories bangunan yang akan diinstalasi

Dengan demikian, maka sistem pengawasan dan supervisi konstruksi menjadi hal yang
sangat penting sehingga diperlukan suatu wadah organisasi yang memadai dalam
melakukan monitor terhadap segala aspek pekerjaan sedemikian rupa sehingga proyek ini
dapat selesai tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya.
Untuk memenuhi target di atas, perlu disiapkan program kerja dan menyusun satu tim
memadai dalam jumlah dan kualitas yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli seperti yang
dipaparkan pada usulan teknik ini pada point lainnya.

Dalam hal ini, perlu ditambah satu bagian dalam hal penyediaan bangunan yang dapat
diandalkan menjadi suatu bangunan yang baik, sesuai spesifikasi yang disyaratkan,
Konsultan lebih mengutamakan hal-hal yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi di lapangan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :

a) Menyusun langkah-langkah yang terencana baik dan efektif mengenai pelaksanaan


Dokumen Kontrak baik fisik maupun administrasi teknis yang tentunya dapat
dipahami oleh kontraktor. Kegiatan ini dilakukan diawali dari Pre Construction
Meeting ( Rapat Pendahuluan ) dan aktivitas lain pada masa mobilisasi.
b) Mengarahkan kontraktor untuk melakukan survei detail dan inventarisasi lapangan
kemudian melakukan rekayasa lapangan sesuai dengan kondlsi dan kebutuhan
lapangan. Hasil rekayasa lapangan di konsultasikan dengan Tim teknis dari Satuan
Kerja Penyediaan Perumahan, Pusat Pengembangan Perumahan, Kementerian
Perumahan Rakyat. ltem pekerjaan yang dapat dilaksanakan disesuaikan dengan
dana yang tersedia dengan melakukan optimalisasi.
c) Mengarahkan kontraktor dalam persiapan metode pelaksanaan untuk semua
kegiatan pekerjaan dan membantu membuat revisi bila memerlukan peningkatan
metode tersebut.
d) Mengarahkan kontraktor untuk merencanakan dan menyusun jadwal pelaksanaan
pekerjaan.
e) Bekerjasama dengan kontraktor dalam optimalisasi hasil kerja dari tenaga
kerjanya dan pendayagunaan peralatannya.
f) Senantiasa melakukan monitoring persediaan material dan peralatan yang
memadai selama pelaksanaan.
g) Melakukan pengujian lapangan baik untuk pengujian tanah maupun material
tainnya dengan tujuan utama adalah tercapainya program jaminan mutu
h) Secara periodik mengadakan Rapat Mingguan dengan pihak kontraktor guna
membahas semua kegiatan pekerjaan, terutama mengenai langkah-langkah yang
diperlukan untuk peningkatan dan efisiensi pelaksanaan di lapangan. Juga untuk
membahas secara detail dan menyelesaikan setiap masalah yang timbul, kaitan
dengan pengawasan mutu dan kemajuan pekerjaan.
i) Menyusun suatu metode yang menjamin, sehingga gambar kerja kontraktor tidak
terlambat dalam proses sejak pembualan dan koreksi hingga mendapat
persetujuan.
j) Menyelesaikan setiap perubahan dari perencanaan program, termasuk gambar
rencana dan spesifikasinya.
k) Membimbing kontraktor agar dapat memproduksi aggregate dengan mutu sesuai
spesifikasi yang telah disyaratkan.
l) Memeriksa dan menandatangani sertifikat pembayaran Bulanan Kontraktor,
sehingga penerimaan pembayaran dapat tepat pada waktunya, tanpa mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
m) Membuat laporan kepada Direksi secara tengkap dan kontinyu tentang segata
kemajuan pekerjaan metalui surat menyurat dan laporan kemajuan pekerjaan
bulanan.
n) Mengadakan rapat koordinasi sebulan sekali ( yang harus dihadiri oleh staf utama
dari Direksi dan Konsultan serta Kontraktor) untuk membahas dan memecahkan
masalah penting yang terjadi selama pelaksanaan proyek.
o) Senantiasa menjalin hubungan secara harmonis dengan orang yang terlibat pada
proyek ini.
Penjelasan tentang rencana usutan supervisi akan diuraikan dalam sub bab berikut ini.

A. Pekerjaan Persiapan

Apabila Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kontraktor atau surat resmi lainnya, yang
menyatakan bahwa kontraktor sudah bisa memulai pekerjaan maka harus segera dilakukan
langkah-langkah untuk memulai pekerjaan persiapan sebagai tahap pelaksanaan supervisi
konstruksi, antara lain :

1) Atas persetujuan satuan Kerja Penyediaan Perumahan melakukan mobilisasi personil


dan peralatan termasuk menyediakan kantor proyek dan perlengkapannya serta alat
transportasi.

2) Menyiapkan blanko standar dan membuat format laporan yang akan digunakan selama
pelaksanaan supervisi konstruksi (laporan lnspector, laporan pengujian tanah dan bahan,
blanko pengecekan topo-survey, blanko pengukuran volume pekerjaan, blanko persetujuan
request, surat menyurat antar instansi, blanko rekaman pengiriman dan pemakaian
peralatan / kendaraan dan lain-lain).

3) Mengikuti atau memfasilitasi terlaksananya pre construction Meeting untuk mendapatkan


kesepakatan mengenai paling tidak 4 hal sebagai berikut :

a. Kesamaan pengertian terhadap pasal-pasal DOKUMEN KONTRAK menyangkut:


o Variasi pekerjaan ( Pekerjaan tambah - kurang )
o Termination atau for feiture
o Mobilisasi
o Sub letting/ sub kontraktor
o Asuransi
o Dan lain-lain yang dianggap perlu.

b. Kesepakatan tentang tata cara dan proses administrasi, menyangkut :


 Request, approval & examination of works.
 Extension time for comptetion
 Drawing / gambar
 MC & Eskalasi
 PHO dan FHO
 Addendum kontrak
 Dan lain-lain yang dianggap pertu
c. Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan utama (Major
Item )
 Kemungkinan adanya perubahan komposisi / jumlah peralatan atau urutan
kegiatan pekerjaan yang tetah dituangkan kedalam program mobilisasi dan
jadwal konstruksi yang telah disepakati menjelang penandatanganan kontrak.

Hasil-hasil Pre Construction Meeting dituangkan dalam bentuk Berita Acara yang
ditandatangani bersama oleh :

a) PPK, Tim Teknis, Konsultan MK sebagai Supervisii dan General Superintendent


kontraktor.
b) Hal-hal penting lainnya harus dilakukan oleh konsultan pada tahap awal pekerjaan
adalah pengkajian ulang secara terinci dan evaluasi data yang telah ada seperti
standar perencanaan, rencana spesifikasi, surat keterangan material, persyaratan
kontrak, rencana aggaran biaya, rencana kerja, dan lain-lain. Hal ini bermanfaat
untuk menghilangkan keraguan atau mengoreksi kesalahan yang dapat ditemukan
serta dapat mengurangi biaya proyek dan menghemat waktu pelaksanaan dengan
pertimbangan yang dapat diterima secara teknis. Dalam Kerangka Acuan Kerja
telah dikemukakan bahwa studi terdahulu atas jalan yang akan dikerjakan ini
belum ada, sehingga akan dikoordinasikan dengan PPK dan Tim Teknis untuk
melakukan rekayasa lapangan dan selanjutnya kaji ulang perencanaan sesuai
dengan tingkat dan prosedur baku yang sudah ada. produk Kaji ulang perencanaan
akan disetesaikan datam priode mobitisasi, sehingga tidak menghambat aktivitas
kontraktor datam tahapan konstruksi selanjutnya. Untuk proyek pendek ( non multy
years), kaji ulang harus selesai dalam waktu 2 minggu setelah serah terima lahan,
dan dilakukan contract change order oleh panitia peneliti Pelakanaan Kontrak
kemudian dibuatkan Amandemen Kontrak.

B. Pengaturan Angkutan Material

1. Umum

Selama periode konstruksi, masyarakat tentu akan terganggu oleh aktivitas mobilisasi
angkutan material menuju lokasi pekerjaan. Hal ini tidak dapat dihindari, sebagai akibat
konsekuensi akan dilewatinya wilayaah pemukiman menuju lokasi pekerjaan konstruksi.
Untuk itu disarankan agar melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat dan
pihak-pihak terkait selama pelaksanaan konstruksi.

2. Usulan Pengaturan Angkutan Material

Konsultan akan mengusulkan untuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait


dengan pertimbangan secara matang dan teliti untuk meminimalkan gangguan dan
ketidaknyamanan yang dialami oleh masyarakat. Dengan demikian konsultan juga percaya
bahwa dalam penyusunan rencana pelaksanaan konstruki telah menjadi bagian
pertimbangan dalam hal ini.

Sebagai tambahan, rencana secara terinci datam pengawasan dan pengaturan lalu lintas
harus disusun sebagai berikut :

a. Selama tahap mobilisasi dan sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus


menyiapkan rencana detail tentang metode yang terbaik untuk pengawasan dan
pengaturan lalu lintas selama setiap tahap periode konstruksi. Rencana tersebut
harus meliputi semua kemungkinan metode pengawasan dan pengaturan lalu
lintas.
b. Setelah Kontraktor merumuskan rencana awal, maka harus mengadakan rapat
konsultasi dengan pihak konsultan, Proyek Manajer dan wakil dari instansi lain yang
terkait secara langsung guna membahas seturuh aspek perencanaan dan
memutuskan metode yang paling efektif yang akan digunakan dalam pengawasan
dan pengaturan lalu lintas.
c. Selain itu, konsultan juga akan melakukan koordinasi dengan kontraktor mengenai
pemanfaatan jalan kerja agar tetap dapat terpelihara.

Setelah rencana kontraktor tersebut sudah disiapkan, maka harus diperiksa oteh
konsultan (terkait dengan wakil dari instansi yang menghadiri rapat). Setiap perubahan dan
tambahan akan dikembalikan.

Selama pelaksanaan kontraktor menyelesaikan rencana tersebut, kemudian dikirim guna


mendapat konstruksi, konsultan harus senantiasa mengarahkan kontraktor untuk merevisi
rencana pengawasan dan pengaturan latu lintas jika perlu.
C. Program Jaminan Mutu

Pada dekade terakhir ini skala dan kompleksibititas proyek jalan semakin bertambah
besar, dana terbatas, periode pelaksanaan singkat dan tuntutan untuk menghindari
kesalahan pelaksanaan semakin intensif. Menurut konsultan paling tidak ada 3 hal yang
paling mendasar mengenai program jaminan mutu yang akan diuraikan berikut ini, yakni:

a. Pemahaman terhadap Syarat-syarat teknis pekerjaan.

Secara garis besar spesifikasi terdiri dari 6 pokok uraian sebagai berikut :

1) Uraian atau lingkup pekerjaan :

a) Mencakup seluruh bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam artikel / jenis


pekerjaan yang dimaksud
b) Pada umumnya yang tercakup lebih luas / banyak dari judul / jenis pekerjaan itu
sendiri.
c) Menentukan jenis peralatan yang diperlukan
d) Mempengaruhi struktur analisa harga satuan

2) Bahan atau Material

a) Mencakup ketentuan bahan baku maupun bahan olahan


b) Mencakup tata cara "handling"
c) Metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan
d) Sebelum pelaksanaan diharuskan melakukan percobaan/pengujian
e) Mengatur cara dan urut-urutan pelaksanaan, peralatan yang disarankan, keadaan
cuaca yang disarankan, pengendalian mutu setiap tahap pelaksanaan

3) Syarat hasil akhir dan pengendalian mutu ;

a) Merupakan persyaratan paling penting / menentukan sebelum pekerjaan tersebut


layak untuk diterima dan dibayar
b) Bagian dari proses pengendalian mutu tahap akhir.

4) Cara pengukuran hasil kerja

a) Mengandung unsur "penyederhanaan" dan memperkecil kemungkinan "silang


pendapat" di lapangan
b) Hasilnya pada umumnya lebih kecil dari apa yang telah dikerjakan ( dari sudut
kuantitas )
c) Sangat mempengaruhi "faktor koreksi" datam analisa harga satuan.

5) Cara pembayaran.

b. Mencakup satuan dari pembayaran ( Rp/ton, Rp/m2, Rp/liter' dll )


c. Pembayaran dimaksudkan sebagai "kompensasi" dari tenaga kerja, bahan,
peralatan, dsb, untuk metaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang tercakup datam
diskripsi pekerjaan yang dimaksud.

Penjelasan tersebut menyiratkan bahwa tidak akan mungkin diperoleh hasil yang optimal
dari proyek tanpa dilakukan pemahaman dan penerapan Dokumen Proyek secara baik oleh
semua pihak yang terkait.
b. Pelaksanaan kendali mutu yang benar.

Tata cara pengendalian mutu yang baik khususnya yang berkenaan dengan persyaratan
teknik :

1. Tahap Pengendalian mutu yang baik

Ada tiga tahap Pengendalian mutu :

Pengendalian mutu bahan baku


Pengendalian mutu bahan otahan
Pengendalian mutu bahan pekerjaan terpasang.

2. Jenis Pengendalian mutu yang baik.

Ada dua jenis pengendalian mutu yang harus dilakukan

Mutu tentang dimensi ( panjang, lebar, lebat. Elevasi,kemiringan, kerataan, dsb )


Mutu tentang kuatitas fisik

3. Aplikasi Spesifikasi yang benar.

Struktur Spesifikasi selalu mencakup 5 hal untuk tiap jenis pekerjaan maupun bahan,
Yakni:

Jenis pemeriksaan material


Metode pemeriksaan
Frekuensi pemeriksaan
Persyaratan mutu
Toleransi

c. Persetujuan atau Penolakan Pekerjaan

Pada setiap bagian pekerjaan yang sudah selesai, Konsultan akan mengadakan metode
"lnspeksi untuk menerima hasil pekerjaan" secara tepat. Jika pekerjaan sudah dilakukan
secara memuaskan dan sesuai dengan spesifikasi dalam Dokumen Kontrak, konsultan akan
membuat rekomendasi secara resmi kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Pekerjaan yang tidak dapat diterima atau tidak sesuai dengan spesifikasi, akibat
penyimpangan kualitas karena pelaksanaan yang buruk, pemakaian bahan yang rusak,
atau akibat hal lain sehingga ditolak akan diberikan catatan secara tertutis mengenai
alasan penolakan tersebut, dengan mengkoordinasikannya kepada tim teknis dan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) berkaitan dengan setiap pekerjaan Yang ditotak.

Program jaminan mutu, yang akan dilaksanakan oleh konsultan dalam melakukan tugas dan
tanggung jawabnya akan mengacu pada program jaminan mutu yang diuraikan diatas. Oleh
sebab itu dalam penanganan proyek ini selain tenaga professional yang kualified yang
akan ditugaskan, tenaga teknis yang akan diturunkan juga adalah tenaga-tenaga yang
sudah matang dan berpengalaman di bidang tugasnya masing- masing.

D. Monitoring Kemajuan Pekerjaan

1. Pengendalian Jadwal Pelaksanaan

Salah satu hal yang harus dilaksanakan konsultan setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SMPK)
adalah metakukan diskusi dengan kontraktor mengenai jadwal pelaksanaan yang lebih
terinci, untuk bersama-sama penyusun jadwal tersebut.

Berdasarkan pengalaman dalam supervisi konstruksi pada proyek yang sejenis, konsultan
menyadari benar bahwa jadwal membutuhkan evaluasi yang berkesinambungan untuk
memantau kelemahan struktur organisasi kontraktor, metode pelaksanaan, penugasan
personil, penggunaan peralatan dan lain sebagainya.

Pada umumnya petaksanaan kontrak dibagi atas 3 periode :

- Periode satu : Rencana pelaksanaan 0 - 30 %


- Periode dua : Rencana pelaksanaan 30 - 70%
- Priode tiga : Rencana pelaksanaan 70 - 100%

Suatu proyek dikatakan kritis bila :

- Pada priode kesatu : keterlambatan > 25%


- Pada priode kedua : ketertambatan > 15 %
- Pada Periode ketiga : Fisik belum selesai.

Proyek dikategorikan terlambat bila :

- Pada priode kesatu : keterlambatan 10 - 25 %


- Pada priode kedua : keterlambatan 10 - 15 %

Untuk Proyek kritis harus dilakukan Show Cause Meeting.

Oleh sebab itu Konsultan merencanakan akan mengendalikan kemajuan pekerjaan


konstruksi dengan CPM (Criticat Path Methode) dari jadwal pelaksanaan kerja. Dengan CPM
jadwal diperbaharui berdasarkan progress perbulan dengan Komputer. Sehingga Konsultan
MK (Supervision Team) akan melibatkan diri dengan semua aspek kegiatan pengendalian
kemajuan kerja.

Konsultan secara periodik setiap minggu, mengevaluasi jadwal kontraktor tentang


kemajuan dari kegiatan lapangan dan langkah-langkah perbaikan yang harus diambil
untuk mengurangi keterlambatan yang dialami.

Jika diprediksi bahwa bagian pekerjaan yang kritis ( Criticat Path ) akan tertunda,
konsultan segera memfasilitasi pelaksanaan rapat khusus dengan kontraktor dan
Pimpro/Pimbagpro untuk mendiskusikan semua item pekerjaan berhubungan dengan
masalah tersebut, menunjukkan secara tepat apa permasalahannya, memberi pengarahan
bagaimana mencari jalan keluarnya dan menginstruksikan kontraktor untuk mengambil
tindakan segera. Perlu dicatat bahwa hal ini harus diambil bukan setelah Critical Path
ditunda.

2. Evaluasi Ulang Terhadap Rencana Kerja Kontraktor

Sebelum pekerjaan konstruksi, konsultan akan mengkaji ulang dan melakukan evaluasi
tentang rencana kerja kontraktor yang memperlihatkan metode usulan dan prosedur
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Rencana kerja ini menggambarkan secara detaiL program kerja kontraktor seperti
mobilisasi, jadwat petaksanaan yang memperhitungkan lalu lintas dan faktor keamanan,
metodotogi pelaksanaan, program pengendalian mutu, metode pengadaan dan
penyimpanan material, penggunaan peralatan kerja, organisasi kerja, sub kontraktor (jika
ada) dan lain-lainnya.

Pertimbangan KonsuLtan atas rencana kerja kontraktor akan memerlukan perhatian khusus
terutama pada beberapa pokok persoalan berikut ini :

1. Metode pelaksanaan untuk mendapatkan mutu kerja sesuai dengan spesifikasi


dan syarat-syarat kontrak
2. Jadwal pelaksanaan pekerjaan secara detail dengan metode Critical Path dan
atas pertimbangan semua kegiatan item pekerjaan yang sating berkaitan
3. Perhitungan pengendalian keselamatan, terutama keamanan latu lintas yang
ada dengan mempertimbangkan kenyamanan masyarakat
4. Mobilisasi peralatan dan personil yang memadai.

Berdasarkan hasil evaluasi di atas, konsultan akan meminta kontraktor untuk merevisi
rencana kerja dan membantu bila diperlukan. Setelah rencana kerja tersebut diperbaiki
sesuai dengan pertimbangan konsultan, walaupun tetah disetujui. Akan tetapi tetap dikaji
ulang lebih jauh diperlukan.

jika memang Konsultan juga akan mengkoordinasikan dengan kontraktor untuk


menerapkan sistem penjadwalan dan monitoring dengan menggunakan diagram anak panah
(Arrow diagram) yang menggambarkan hubungan antara lokasi dan waktu pelaksanaan dari
setiap item pekerjaan.

Setiap item pekerjaan akan dihitung berapa lama pekerjaan pada lokasi tertentu akan
dikerjakan, sumber daya peralatan dan material dan tenaga yang menunjang pekerjaan
tersebut dan keterkaitannya dengan item pekerjaan lain. Dengan demikian Arrow diagram
memungkinkan beberapa jenis pekerjaan dapat dilakukan secara frontal tanpa saling
mengganggu, khususnya untuk optimalisasi pemakaian peralatan.

3. Perencanaan dan Koordinasi Kemajuan Jadwal CPM

Suatu metode yang efektif untuk kemajuan pekerjaan secara memuaskan, atau bahkan
untuk meningkatkannya, adalah hal yang memerlukan perhatian terutama dari segi
penjadwalan proyek dan rapat koordinasi yang diadakan setiap Minggu (sebaiknya setiap
hari Senin pagi) antara konsultan dan kontraktor. Dalam rapat ini harus dihadiri oleh
personil utama dari kedua pihak, untuk rumusan rencana kerja selanjutnya.

Pada saat yang sama, setiap masalah yang timbul yang dapat mempengaruhi metode
CPM, akan dianalisa dengan langkah-langkah yang tepat untuk mendapatkan
pemecahannya. Dalam hal ini, sebelum diadakan rapat bersama staf pada setiap akhir
Minggu (hari sabtu) untuk membicarakan kegiatan Minggu tersebut dan menentukan bobot
kemajuan yang dicapai'

Kemudian kontraktor harus pula mempersiapkan sebuah jadwal Bar-Chart sederhana yang
memperlihatkan jadwal pekerjaan selanjutnya yang direncanakan pada Minggu berikut
dan menunjukkan Rapat Koordinasi Mingguan pada setiap hari Senin antara konsultan dan
kontraktor.

Walaupun jadwal Mingguan kontraktor bersifat sementara, namun tetap akan membantu
secara efektif konsultan maupun kontraktor di lapangan terutama pengaturan personilnya
guna menghilangkan keraguan, sehingga dapat dapat mengakibatkan kemajuan yang lebih
positif.

Sepanjang koordinasi yang baik dan terpelihara antara konsultan dan kontraktor, maka
akan memudahkan terutama dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan, memecahkan
masalah dan menghindarkan kesalah pahaman serta akan memungkinkan tercapainya
pekerjaan yang maksimum.

4. Evaluasi Ulang Terhadap Gambar Pelaksanaan Kontraktor

Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar petaksanaan kepada Konsultan untuk


disetujui, dimana diperlihatkan secara lengkap dan lebih rinci seluruh bangunan/struktur
yang harus dibangun sesuai Construction Plant yang digunakan, waktu untuk pekerjaan
persiapan, pemeriksaan, perbaikan dan persetujuan gambar pelaksanaan yang bisa
dipertimbangkan dan jika tidak akan terjadi keterlambatan kemajuan kerja. Dengan
menyadari akan hal ini, konsultan dengan kontraktor menyusun jadwal proses gambar
pelaksanaan dan dipersiapkan untuk disetujui sesuai prioritas yang dapat mempengaruhi
critical path.

5. Memacu Keterlambatan Pekerjaan

Bila Kontraktor gagal memenuhi target dalam sesuai jadwal yang telah disepakati
sebelumnya baik akibat kelalaian kontraktor maupun akibat permasalahan tertentu
sehingga terjadi deviasi yang cukup besar, maka konsultan akan segera mengusulkan untuk
dilakukan Show Cause Meeting ( Rapat pembuktian ). Untuk proyek LCB ( Local
Competitive Bidding ) tingkatan pelaksanaan Show Cause Meeting dilakukan sesuai deviasi
keterlambatan proyek dengan urutan tingkatan sbb :

- Keterlambatan 10 - 15 % dilakukan scM tingkat Proyek.


- Ketertarribatan 15 - 25 % dilakukan SCM tingkat Tim Teknis.
- Keterlambatan > 25 % dilakukan SCM tingkat PPK

Materi rapat Show Cause Meeting mencakup hal sebagai berikut :

- Pembuktian tentang kemungkinan / kesanggupan kontraktor bila diberi kesempatan


umtuk mengatasi keterlambatan atau masalah
- Test Case yang diperintahkan kepada kontraktor guna membuktikan
kesanggupannya dalam jangka waktu tertentu.
- Usul tindak lanjut atas hasil evaluasi test case kepada jenjang yang lebih tinggi,
sampai ke Kepala Satuan Kerja.

Keputusan akhir atas pelaksanaan Show Cause Meeting dapat berupa :

- Dilanjutkan dengan perpanjangan waktu


- Dilanjutkan tapi denda pada akhir masa kontrak apabila pekerjaan belum
terselesaikan
- Kerja sama dengan Pihak Ketiga / Three Parties Agreement (TPA ).
- For Feiture.
- Pemutusan Kontrak.

a. Perpanjangan waktu pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan fisik kadang-kadang dijumpai hal-hal yang sebelumnya tidak


diperhitungkan dalam penentuan waktu pelakanaan datam dokumen kontrak, sehingga
bagaimanapun upaya kontraktor untuk mengerjakan tugasnya tetap terjadi keterlambatan
dari progress yang dibuat berdasarkan waktu pelaksanaan sesuai dengan dokumen
kontrak. Untuk kasus demikian, kontraktor akan mengajukan perpanjangan waktu dengan
alasan-alasan tertentu. Hal-hal yang layak dipertimbangkan untuk pemberian rekomendasi
perpanjangan waktu okeh konsultan adakah sebagai berikut :
- Pekerjaan tambah / kurang. Walaupun CCO yang disepakati adalah CCO balance,
namun item pekerjaan tambah yang diberikan memerlukan waktu pelaksanaan
yangl lebih lama dibanding dengan pengurangan item pekerjaan lain sebelumnya,
misalnya Penambahan kuantitas item pekerjaan Pasangan batu atau saluran
pasangan batu dengan mortar yang dikerjakan secara manual
- Perubahan Desain. Misalnya perubahan ketebalan rabart sehingga kuantitasnya
meningkat dibanding dengan pengurangan ketebalan
- Bencana Alam. Bila terjadi bencana alam misalnya terjadi banjir, tanah longsor
dan lain-lain sehingga aktivitas kontraktor terhambat atau ada bagian pekerjaan
yang rusak yang harus diperbaiki kembali oteh kontraktor. Bencana alam harus
dibuktikan dengan pernyataan dari Bupati / Gubernur'
- Hambatan Proyek. Proyek terhambat baik akibat "hilang" nya material pokok dari
pasaran, misatnya aspal atau semen maupun hambatan karena pembebasan tanah di
lokasi yang belum beres.
- Force Majeure. Terjadinya hal-hal yang diluar kekuasaan kedua pihak ( Kontraktor
dan pemitik Proyek ) misalnya : terjadi perang, pemberontakan, perang saudara,
huru-hara atau kekacauan lainnya. Kasus ini juga harus di "back up" dengan
Pernyataan dari Gubernur.
- Hujan yang luar biasa. secara umum hari hujan memang sudah diperhitungkan
dalam menghitung waktu pelaksanaan dalam dokumen kontrak, oleh sebab itu
kondisi yang bisa dipertimbangkan adalah bila hujan yang terjadi merupakan hujan
yang luar biasa akibat perubahan musim, misalnya terjadinya fenomena "El Nino"
pada tahun 1997 - 1998. Curah hujan yang terjadi harus dibuktikan data pencatatan
curah hujan harian.
- Prosedur pengusulan sampai persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dapat
dikemukakan sebagai berikut :
- Kontraktor : Mengajukan usulan tertutis dengan dilengkapi alasan perpanjangan
waktu dan waktu tambahan yang dibutuhkan kepada Pemimpin Proyek dengan
tembusan Konsultan Supervisi.
- Konsultan supervisi : mempelajari usulan kontraktor dan membuat Justifikasi teknis
termasuk mengevaluasi kebutuhan waktu pelaksanaan.
- Pemimpin Proyek meminta kepada Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak untuk
membahas usulan Kontraktor.
- Panitia Peneliti melaksanakan rapat yang dihadiri oleh unsure Proyek, Konsultan
Supervisi dan Kontraktor. untuk membahas usulan kontraktor tersebut. Panitia
Peneliti memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
mengenai usulan tersebut termasuk waktu yang disetujui apabila perpanjangan
waktu diberikan yang dituangkan dalam Berita Acara Rapat.
- Dengan dasar tersebut Pejabat Pembuat Komitmen (PPk) membuat amandemen /
addendum kontrak

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan sebelum Amandemen Kontrak diterbitkan adalah :

- Semua jaminan (uang muka, pelaksanaan dan lain-lain) harus disesuaikan.


- Jadwal pelaksanaan fisik Curva S disesuaikan, dengan tetap mempertahankan
kemiringan curva.

E. Pengendalian Biaya Proyek

1. U m u m

Konsultan menyadari sepenuhnya dalam hal pengendalian semua biaya yang berhubungan
dengan proyek dan akan membuat usaha pengendalian secara dini hingga akhir tahap
konstruksi. Berbagai cara untuk meLakukan hal ini, seperti penggunaan computer untuk
pengolahan data pembiayaan, menghindari keterlambatan kemajuan pekerjaan,
mempertahankan pekerjaan tambah kurang seminimal mungkin, dan menjamin prosedur
petaksanaan konstruksi yang pating efisien.

Dalam pengendalian biaya proyek yaitu meminimalkan biaya operasi lapangan,


menyiapkan sertifikat pembayaran secara teliti dan meyakinkan Kontraktor dengan
membayar pekerjaan yang telah dikerjakan, menyiapkan perkiraan pekerjaan sisa secara
berkala sehingga jadwaI pembayaran bisa disesuaikan dengan taksiran kemajuan pekerjaan
yang tepat, dan menjamin bahwa pekerjaan telah diterima sesuai dengan spesifikasi.

Sebagai ringkasan, cara terbaik untuk mengendalikan biaya proyek secara keseluruhan
adalah mengoptimalkan pekerjaan yang telah selesai dan menjamin bahwa tanggal
penyelesaian kontrak dapat dicapai tanpa adanya perpanjangan waktu.

2. Sistem Komputer untuk Pengolahan Data Pembiayaan Proyek

Menjaga data biaya proyek yang terbaru adatah bagian yang terpenting dari supervisi
konstruksi tetapi kegiatan ini menjadi sulit dan memerlukan waktu, dengan akibatnya
sering menjadikan kurang efektifnya metode ini.

Tetapi pada proyek ini Konsultan akan menggunakan system Komputer yang bisa beroperasi
dilapangan tanpa memerlukan alat penunjang yang lebih memadai. Hal ini berarti bahwa
konsultan harus dapat mengolah semua data yang berhubungan dengan pengontrolan biaya
proyek secara cermat, teliti dan cepat.

a. Persiapan dan Pemrosesan Tagihan Kontraktor

Sistem pembayaran yang biasa digunakan terhadap prestasi kontraktor terdiri dari :

* Sistem Monthly Certificate ( SMC )

System Monthty certificate merupakan cara pembayaran yang terhadap prestasi


pekerjaan kontraktor setiap bulan. Oleh karena itu Kontraktor akan mengajukan tagihan
setiap bulan kepada proyek mengenai prestasi pekerjaan yang bisa diterima baik secara
kuantitas maupun kualitasnya.

Dari Pengalaman mengerjakan proyek sejenis beberapa hal yang berkaitan dengan sistem
MC ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

 Harus diajukan setiap bulan meskipun progress yang ditagihkan Rp.o.


 Diajukan setiap tanggal 25 bulan yang bersangkutan Maksimal 7 hari setelah
tanggal pengajuan sudah harus ada tanggapan, diterima , diperbaiki atau ditolak.
 Maksimal 10 hari setelah pengajuan SPP diajukan Ke PPK.
 Tanggal 10 bulan berikut sudah disetujui untuk dibayar.
 Bila ada perbedaan pendapat terhadap item pekerjaan yang diajukan, MC bisa jalan
terus dengan menunda item pekerjaan yang masih bermasalah.
 Bila belum tercapai kesepakatan dapat dibayarkan 70%.
 Material On site dapat dibayarkan 80 % untuk material dan 4O % untuk agregat dari
kuantitas yang telah siap dilapangan.
 Oleh karena dalam MC digunakan sistem kumulatif maka dalam setiap pengajuan
MC terdapat potongan-potongan yang terdiri dari :

* Nilai bersih MC sebelumnya

* 10 % untuk jaminan pemeliharaan


* Angsuran uang Muka

* Pajak, denda dan lainnya

Pengajuan MC j uga ditengkapi dengan asuransi, sewa alat dan retribusi tambang galian
golongan C

* Sistem Termyn

Termyn dibayarkan apabila prestasi kontraktor telah mencapai progress tertentu yang
tercantum dalam kontrak. Penelitian dan pemeriksaan dilakukan oleh Direksi
Teknik/Konsultan Supervisi sesuai dengan progress yang diajukan. Maksimal 10 hari
setelah pengajuan dokumen termyn, SPP sudah harus disajikan.

Konsultan akan memeriksa dan mengevaluasi hasil pengukuran material dan opname
pekerjaan yang dapat diterima dan hasil pekerjaan sesuai dalam ketentuan Dokumen
Kontrak. Metode pengukuran dan perhitungan yang dipakai dalam menentukan jumlah
material terpasang dan hasil pekerjaan yang dapat diterima sebagaimana ditunjukkan
Dokumen Kontrak.

Kegiatan ini penting, sehingga Tim konsultan dipimpin Site Manager/Team Leader
didampingi oleh Quality Engineer/Chief lnspector dengan dibantu tenaga teknik lainnya
memeriksa pengukuran hasil pekerjaan dengan teliti dan dapat diterima Konsultan dengan
cara tepat akan memeriksa pengukuran hasil pekerjaan yang sudah disiapkan oleh
kontraktor dan akan menerima sesuai jumlah pekerjaan yang sebenarnya sesuai dengan
spesifikasi. Konsultan kemudian akan merekomendasikan Sertifikat Pembayaran Bulanan
atas pekerjaan yang telah selesai dan disetujui.

Format blanko standar yang digunakan disiapkan khusus untuk sertifikat pembayaran
bulanan yang tetah disetujui Direksi.

Jumlah pembayaran secara bertahap akan dihitung sebagaimana mestinya sesuai dengan
harga satuan dan jumlah pekerjaan yang sudah disetujui oteh Konsultan.

Sertifikat bulanan ditanda tangani oleh konsultan dan kontraktor kemudian Pembuat
Komitmen (PPK) untuk persetujuan Pembayaran.

b. Pemeriksaan Jumlah Material Sisa dan Perkiraan Biaya Berkala

Konsultan akan mengkaji ulang dan memeriksa secara berkata pekerjaan sisa, sehingga
dapat dibuat perkiraan biaya untuk semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
disampaikan kepada Direksi secara berkesinambungan tentang keadaan perkiraan
keseimbangan pekerjaan yang harus diselesaikan' Untuk hal ini Konsultan akan
menyiapkan jadwal pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan dengan taksiran dan
secara rutin diperbaharui secara berkata pula seiring dengan kemajuan pekerjaan yang
sebenarnya serta setiap perubahan jadwal pekerjaan.

F. Pengendalian Keselamatan

Keselamatan personil adalah hal yang sangat penting dan menjadi hal yang harus
dipertimbangkan dalam setiap pekerjaan konstruksi khususnya akibat terjadinya bangkitan
lalu lintas berhubung dengan pelaksanaan Proyek ini.

Selain faktor keamanan terhadap lalu lintas, personil yang terlibat dalam proyek juga
harus diingatkan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya longsor pada
pekerjaan galian' kemungkinan tertimbun apabila mengerjakan galian yang tebih tinggi
diatas kepala, dari bahan-bahan peledak apabila suatu pekerjaan galian batu harus
dilakukan dengan cara "blasting" dan lain-lain sebagainya.

Hampir dalam setiap dokumen kontrak, selalu dipersyaratkan agar kontraktor


mengasuransikan keseluruhan personil yang terlibat dalam proyek. Konsultan akan
mengkoordinasikan hal tersebut dengan Kepala SK/Pelaksana SK agar Kontraktor
memenuhi persyaratan tersebut.

Untuk keamanan pejalan kaki akan disusun dengan suatu pertimbangan khusus, terutama
kegunaan dengan maksud datam skala besar, tanda lalu lintas dan tanda pengatur,
barikade, lampu seperti yang diperlukan malam hari dan pengaman yang sama. Peralatan
rambu yang berwarna akan digunakan untuk lalu lintas pada lokasi yang berbahaya dan
selama perjalanan jam puncak. Beberapa galian terbuka ditutup dengan barikade yang
mempunyai reflektor dan bercahaya bila malam hari.

selama periode konstruksi, konsultan akan memberi tanda sederhana berdasarkan


pertimbangan keamanan atau daerah yang ditentukan untuk diperbaiki keamanannya,
dan kontraktor akan mengambil langkah secara tepat termasuk memperbaharui program
keamanan proyek.

G. Pekerjaan Tambah Kurang

Walaupun pada prinsipnya bahwa perintah kerja tambah kurang tidak di inginkan karena
dapat mengakibatkan pertambahan biaya dan perpanjangan waktu. Namun demikian
konsultan harus tetap menyiapkan kemungkinan timbulnya perubahan yang dapat saja
terjadi selama periode pembangunan jalan.

Ada dua bentuk perubahan atas pekerjaan, yakni :

change order, adalah suatu perintah tertulis yang diterbitkan oleh Kepala SK/Pelaksana SK
dengan rekomendasi Konsultan supervisi dan ditandatangani pula oleh Kontraktor, yang
menunjukkan bahwa pihak Kontraktor menerima adanya perubahan-perubahan atas
pekerjaan atau perubahan-perubahan atas dokumen Kontrak dan persetujuannnya pada
dasar pembayaran dan penyesuaian waktu, (bila ada) untuk tujuan pelaksanaan dari
perubahan itu

Addenda, adalah suatu perjanjian tertulis antara pemilik dan Kontraktor yang mensyahkan
perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau Dokumen Kontrak, yang mana terjadinya
variasi dalam struktur Harga satuan Mata Pembayaran dan diperkirakan akan menyebabkan
terjadinya variasi jumlah Nilai Kontrak dan sudah pernah dinegosiasi sebelumnya dan
disepakati melalui change order. Addenda juga harus dibuat pada saat penutupan Kontrak
dan untuk semua perubahan kontraktual atau perubahan teknis penting lainya, tanpa
memandang apakah terjadi variasi-variasi struktur Harga Satuan atau terhadap jumlah
Harga Kontrak.

Perubahan-perubahan atas pekerjaan dapat terjadi karena prakarsa dari


Konsuttan/Direksi Teknik atau prakarsa dari Kontraktor, dan persetujuannya dilaksanakan
melalui Change Order dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang terkait dalam proyek.
prosedur pendahuluan dari Change order tergantung dari pemrakarsa, yakni :

a. Diprakarsai oleh Konsultan supervisi / Direksi Teknik

Konsultan Supervisi akan mengirim suatu pemberitahuan tertulis kepada kontraktor yang
berisi :
1) Uraian detail dari perubahan yang diusulkan, dan lokasi perubahan di proyek.
2) Gambar tambahan atau revisinya dan spesifikasi, yang memuat rincian mengenai
perubahan yang diusulkan.
3) Perkiraan waktu untuk membuat perubahan.
4) Apakah usulan perubahan dapat dilaksanakan di bawah struktur Harga satuan
Mata pembayaran yang ada ataukah meruPakan penambahan Harga Satuan atau
jumtah Harga dibutuhkan untuk disepakati atau diresmikan dalam Addendum

Pemberitahuan semacam itu hanya merupakan permintaan untuk informasi, dan bukan
suatu instruksi untuk melaksanakan perubahan, juga bukan untuk menghentikan pekerjaan
yang sedang berlangsung.

b. Diprakarsai oleh Kontraktor.

Kontraktor dapat mengajukan perubahan dengan mengirim suatu pemberitahuan tertulis


kepada Kepata SK/Pelaksana SK dengan tembusan kepada Konsultan Supervisi mengenai :

1) Uraian detail dari usulan perubahan


2) Keterangan dan atasan membuat / mengajukan perubahan
3) Keterangan dan pengaruhnya terhadap jadwal pelaksanaan,(bila ada).
4) Keterangan tentang pengaruhnya terhadap pekerjaan dari sub kontraktor, (bila
ada).

Penjelasan detail mengenai apakah keseluruhan atau hanya sebagian dari perubahan yang
diusulkan akan dilaksanakan di bawah struktur Harga satuan Mata pembayaran yang ada,
termasuk pula dengan setiap tambahan Harga Satuan atau Jumlah Harga yang menurut
kontraktor perlu dipertimbangkan untuk disetujui.

sebelum perubahan atas pekerjaan (change order/Addenda) didefinisifkan, Konsultan


harus membuat semacam Justifikasi teknik" terhadap setiap item pekerjaan yang
dimaksud, untuk disampaikan kepada Kepata SK/Pelaksana SK.

Kepala SK/Pelaksana SK dapat meminta pertimbangan kepada Panitia Peneliti Pelaksanaan


Kontrak untuk membahas usulan perubahan pekerjaan tersebut, Panitia Peneliti
Pelakanaan Kontrak akan merekomendasikan kepada Kepala SK/Petaksana SK segara hal
yang berkaitan dengan usulan tersebut.

Rekomendasi tersebut djadikan acuan oleh Kepala SK / pelaksana SK untuk membuat /


melaksanakan change order atau Addenda,

Pelaksanaan Change Order.

lsi dari change order akan didasarkan pada, salah satu dari :

1) Kepala SK/Pelaksana SK akan menyiapkan change order dan memberi nomor urut
2) change order akan berisi uraian perubahan-perubahan dalam pekerjaan baik
penambahan maupun penghapusan, dengan tampiran dari dokumen Kontrak yang
direvisi seperlunya untuk menentukan perincian perubahan itu.
3) Change order akan menetapkan dasar-dasar pembayaran dan penyesuaian waktu
yang dibutuhkan, karena adanya perubahan yang timbul/terjadi. Dan bila diangap
perlu akan menetapkan pula setiap Harga satuan tambahan atau jumlah harga yang
telah dinegosiasi sebetumnya antara Pihak proyek dan kontraktor, yang diperlukan
untuk diresmikan didalam Addendum.
4) Kepala SK/Pelaksana SK akan menandatangani dan memberi tanggal Change Order
tersebut, yang menunjukkan bahwa Kontraktor setuju atas detail di dalam change order
tersebut.

H. Pelaksanaan Addenda.

1). Isi dari " Addenda" akan didasarkan pada, salah satu dari hal berikut ini:
a. Instruksi pemilik untuk melaksanakan perubahan atas Dokumen Kontrak, atau
b. Karena adanya perubahan kontraktual atau teknis penting,atau
c. Change order yang telah ditanda tangani atau Change order berisikan tambahan
Harga Satuan Mata Anggaran atau tambahan terhadap jumlah harga, atau
d. Karena adanya perubAhan kuanlitas yang berakibat menimbulkan variasi-variasi
dalam jumtah Harga Kontrak, yang berarti merubah jumlah harga kontrak yang
telah dicantumkan sebetumnya dalam Surat Perjanjian kontrak atau pada
Addendum terdahulu, atau
2). Perhitungan kuantita akhir dan jumlah Harga Kontrak untuk Addendum penutupan pada
waktu Penutupan Kontrak.
3). Kepata SK/Pelaksana SK menyiapkan Addendum.
4). Addendum akan menguraikan setiap masalah perubahan pekerjaan yang bersifat
kontraktual, teknis atau kuantitas, baik untuk penambahan maupun penghapusan,
dengan lampiran dari dokumen Kontrak yang direvisi sepertunya untuk menentukan
perincian perubahan itu.
5). Pihak Kepala 5K dan Kontraktor bersama - sama menandatangani Addendum ini dan
menyampaikannya ke atasan langsung Kepala SK untuk dimintakan persetujuan dan
tanda tangan.

I. Klaim dan Perselisihan

1. U m u m

Konsultan akan senantiasa mengutamakan aspek musyawarah dalam penyelesain klaim dan
perselisihan dengan kontraktor, sehingga situasi hubungan harmonis dalam pengawasan
dan pola efisiensi proyek tetap terpelihara dan ditekan untuk keseluruhan unsur terkait
yaitu kontraktor, konsultan, unsur Proyek dan Kementerian Perumahan Rakyat.

2. Proses Klaim

Jika klaim diajukan oleh kontraktor, maka konsultan akan menjaga etika profesional dengan
memberikan evaluasi yang bijaksana sesuai prosedur klaim yang ada dalam daftar dalam
perjanjian kontrak. Evaluasi dimulai dengan review secara tetiti isi dari klaim dan
keseluruhan data pendukung. Data pendukung sangat penting, dengan demikian
kontraktor harus menyerahkan tambahan data yang lebih detail. Konsultan juga akan
melihat acuan dari data yang dapat digunakan yang dengan berbagai sistem yang
digunakan untuk klaim seperti, surat-menyurat, laporan, test/laboratorium, catatan
suryey, jadwal harian, dokumen kontrak, data cuaca, sertifikat pembayaran, perhitungan
lalu lintas, dokumentasi dan sebagainya.

Setetah seturuh data yang digunakan telah diperoleh, maka konsultan membuat studi
pendekatan berdasarkan kejadian yang berkaitan dengan klaim, sehingga penetapan dapat
dibuat, seperti validitas dari setiap kegiatan klaim. Konsultan kemudian akan menyiapkan
laporan detail seluruh aspek dari klaim termasuk data pendukung, biaya/jadwal, dan hasil
temuan serta rekomendasi. Setelah laporan lengkap, maka diserahkan kepada Pinbagpro
untuk diperiksa.

Laporan konsultan tersebut, dipelajari dan dievaluasi ulang oleh Pelaksana SK untuk selang
beberapa waktu. Keputusan akan dilakukan setelah isi klaim sebagian/seluruhnya
disetujui atau ditolak, sehingga konsultan akan menyampaikan kepada Kontraktor tentang
hal yang bersangkutan secara detail dari hasil keputusan ini.

1. Penyelesaian Perselisihan

Jika perselisihan timbul, konsultan akan (sama dengan garis besar metode proses klaim di
atas) tetap berupaya pada penyelesaian secara musyawarah. Konsultan akan menerima
penyerahan alasan perselisihan secara tertulis dari pihak Kontraktor termasuk
pertanyaan dan data penunjang sebagai data pendukung terjadinya perselisihan tersebut.

Konsultan informasi juga yang akan senantiasa tanggap untuk melakukan review dapat
menimbulkan perselisihan dalam seluruh permasalahan, petunjuk umum yang diberikan
dalam kondisi umum kontrak diikuti untuk menurunkan perselisihan.

Perlu juga diingatkan kepada Kontraktor mengenai hirarki kontrak dengan urutan
"kekuatan" sebagai berikut :

- Kontrak

- Adenda

- Ketentuan Umum

- Ketentuan Khusus

- Spesifikasi Umum

- Spesifikasi Khusus

- Daftar Kualitas dan Harga Satuan

- Gambar Rencana

J. Tahap Penyelesaian Konstruksi

Bila progress fisik sudah mencapai 97%, Kontraktor dapat mengusulkan serah terima
pekerjaan secara tertulis kepada pimpro/Pimbagpro dengan tembusan kepada Konsultan
Supervisi. Ada dua tahapan serah terima pekerjaan yakni :

a. Serah Terima Pekerjaan sementara ( Provisonal hand over / PHO).

Usulan Kontraktor akan ditindaklanjuti oleh Konsultan Supervisi dengan memeriksa langsung
kebenaran progress fisik yang diajukan oteh Kontraktor, kemudian merekomendasikannya
ke Kepala SK/Pelaksana SK bahwa pekerjaan memang sudah sesuai dengan usulan
kontraktor dan diharapkan akan segera rampung seluruhnya (100%) pada saat pemeriksaan
oleh panitia PHO.

Berdasarkan usulan Kontraktor dan rekomendasi Konsultan Supervisi, Kepala SK/Pelaksana


SK akan meminta kepada Panitia PHO yang sudah dibentuk sebelumnya untuk mengadakan
rapat Serah Terima pekerjaan. Untuk mempermudah pekerjaan Tim PHO nantinya,
terlebih dahulu ketiga unsur yang terkait dalam proyek tersebut, yakni unsur proyek,
Konsultan Supervisi dan Kontraktor akan melakukan pemeriksaan pendahuluan mengenai
kondisi proyek dan membuat daftar kekurangan dan ketidak sempurnaan pekerjaan (List
of defect and deficiencies).

Ketua Panitia PHO akan menanggapi surat Kepala SK/Pelaksana SK dan membuat undangan
untuk membicarakan hal tersebut.

Urutan pelakanaan PHO selanjutnya pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Rapat pleno I

Dalam rapat pleno l, paling tidak dibicarakan 3 hal :

a. Pembentukan Group yang biasanya terdiri dari 3 - 4 Group

Setiap Group akan diketuai oleh salah seorang dari unsur Panitia dengan anggota masing-
masing dari unsur proyek,Konsultan Supervisi dan kontraktor.

b. Jadwal pemeriksaan proyek, untuk menentukan :

• Mekanisme dan waktu kunjungan lapangan I (first Visit)

• Rapat Pleno ll

c. Job description masing-masing Group

2. Pemeriksaan Proyek

a. First Visit.

Group l, ll dan lll akan melakukan pemeriksaan langsung di lapangan dan mengecek serta
menyesuaikan daftar kekurangan dan ketidaksempurnaan pekerjaan yang telah dibuat
sebelumnya serta melakukan pengujian terhadap beberapa sampel yang diambil secara
acak. Sedangkan Group Administasi kantor akan memeriksa kelengkapan administrasi
proyek.

b. Rapat Group

Hasil pemeriksaan lapangan dan administrasi teknis serta pengujian laboratorium akan
didiskusikan bersama dalam oleh masing-masing group dan dibuatkan resume hasil
pemeriksaan dan usulan solusi pemecahan masalah.

c. Rapat Pteno ll.

Dalam rapat pleno ll, Ketua masing-masing group mengemukakan hasil rapat group yang
ditanggapi oleh group lain. Berdasarkan hasil pembahasan, rapat kemudian memutuskan
untuk menerima atau menokak serah terima pekerjaan. Bila Panitia dapat menerima hasil
pekerjaan, maka rapat kemudian membicarakan mengenai :

Menentukan batasan waktu kepada kontraktor untuk memperbaiki segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan pekerjaan.

Menentukan waktu untuk kunjungan kedua (second visit) untuk memeriksa perbaikan
yang dilakukan oleh Kontraktor

d. Second visit

Sesuai waktu yang telah disepakati datam Rapat Pleno ll, Tim PHO akan turun kembali ke
lapangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap hasil-hasiI perbaikan yang telah dilakukan
oleh Kontraktor sesuai daftar kekurangan dan ketidaksem purnaan pekerjaan.
3. Rapat Pleno lll

Rapat ini bertujuan untuk membahas laporan hasil kunjungan kedua, Tim PHO dan
berdasarkan laporan tersebut apabila dinyatakan bahwa secara kekurangan dan
ketidaksempurnaan pekerjaan telah dilaksanakan sesuai petunjuk maka dapat dibuat
Berita Acara serah terima sementara pekerjaan.

b. Serah Terima Pekerjaan Akhir ( Final Hand Over/ FHO).

Final Hand Over dilakukan apabila masa pemeliharaan telah berakhir. Tim FHO akan
kembali meninjau keadaan proyek minimal 21 hari sebelum akhir masa pemeliharaan. Tim
PHO akan merekomendasikan kepada Kepala SK/Pelaksana SK bahwa proyek sudah dapat
diterima.

Tindak lanjut dari rekomendasi tersebut, akan dibuatkan berita acara serah terima
pekerjaan dari Kontraktor ke PPK. Selanjutnya Kepata SK / Pelaksana SK akan
menyerahkan tanggung jawab pemeliharaan dan operasional ruas jalan yang telah
diselesaikan kepada Kepala Satuan Kerja Penyediaan Perumahan, Pusat Pengembangan
Perumahan, Kementerian Perumahan Rakyat.

K. Koordinasi Kegiatan

a) Umum

Sehubungan dengan penyusunan rencana pelaksanaan, jika tenaga dan peralatan tidak
dengan sesuai kondisi yang telah disyaratkan, maka pekerjaan proyek tidak akan selesai
dalam pola yang terbaik.

Demikian juga bila kegiatan yang berjalan tidak dalam koordinasi yang baik, maka tidak
dapat pula dicapai hasil yang baik antara pemerintah, konsultan, dan kontraktor. Untuk
itu konsultan akan mencurahkan segala usaha koordinasi selama dalam kegiatan proyek
dengan mantap dan lancar.

Salah satu sistim terbaik untuk menjaga koordinasi yang erat adalah mengadakan
pertemuan secara teratur terutama antara konsultan dan kontraktor, seperti pada
beberapa jenis pertemuan yang secara garis besar diuraikan di bawah ini. Perlu dipahami
pula bahwa jenis pertemuan di bawah bukanlah suatu keharusan dan ketetapan yang
mengikat.

b) Pertemuan Mingguan Staf Konsultan

Jenis pertemuan ini akan diadakan pada hari Sabtu dengan para peserta senior atau
merupakan sebagai penanggung jawab, seperti Supervision Engineer dan Quality
Enginer/Chief lnspector.

Pertemuan personil akan membahas masalah penting seperti jenis permasalahan dari
kegiatan yang dibutuhkan untuk. Memecahkan permasalahan, quality control, kemajuan,
keselamatan, dan lain lain. Konsultan akan memantau kegiatan mingguan yang telah lewat,
rencana kerja mingguan mendatang dan menyiapkan agenda untuk pertemuan mingguan
konsultan dan kontraktor, umumnya diadakan setiap hari Senin berikutnya.

c) Pertemuan Mingguan Konsultan dan Kontraktor


Seperti tetah disinggung, bahwa pertemuan ini akan lebih baik bila diadakan pada waktu
pada hari Senin yang dihadiri oleh senior tim konsultan yaitu Site Engineer dan Project
Manager dari kontraktor serta dari gugus kendali mutu. Selama pertemuan, kontraktor harus
mempresentasikan tentang rencana kerja untuk seminggu berikutnya.

Masalah lain yang akan dibahas dan dianggap penting adalah kontrol kwalitas, kemajuan,
status/operasi peralatan, kontrol keamanan, dan masalah lain dengan rencana yang dibuat
dan cara mengoreksinya. Pada saat dimulai pertemuan konsultan akan memberikan
agenda uraian prinsip yang akan dibahas dan setelah itu disiapkan risalah secara garis
besarnya dalam pertemuan pembagian rencana berikutnya kepada kontraktor dan pihak
lainnya. Risalah pertemuan ini terbukti sangat berguna dalam meneliti dan mendapatkan
data yang sering dibutuhkan untuk waktu mendatang.

d) Pertemuan Bulanan Direksi, Konsultan dan Kontraktor

Pertemuan ini diadakan pada akhir atau awal bulan, akan dihadiri oleh Kepala SK,
kontraktor serta beberapa staf senior yang ditunjuk dan Site Engineer dari konsultan.

Sebelum pertemuan, konsultan akan menyiapkan agenda daftar draft point utama yang
akan dibahas secara khusus dalam hubungannya dengan masalah kontrol kualitas,
kemajuan, pengajuan rekening, keamanan hubungannya dengan masyarakat dan lain-lain.

Selama pertemuan, jadwal CPM yang tepat dapat dipakai sebagai acuan untuk
memperlihatkan status terakhir dari kemajuan yang sedang dibuat. Risalah pertemuan
akan disiapkan oteh konsultan dan dibagikan kepada peserta sebagai pedoman dan akan
digunakan. Seperti telah diuraikan, risalah-risalah pertemuan sering terbukti sangat
penting.

e) Rapat Bulanan Konsultan dan Satker.

Setiap bulan juga Konsultan akan mengikuti Rapat Koordinasi yang dilaksanakan oleh
Satker. Rapat dimaksudkan untuk melaporkan secara langsung ke Satker mengenai
kemajuan pekerjaan lapangan, hambatan yang ditemui, Evaluasi Kinerja Konsultan yang
disampaikan oleh Kepala SK/Pelaksana SK, Hal-hal yang menyangkut administrasi kontrak
konsultan dan lain-lain sebagainya. Resume rapat akan dibuat oleh masing-masing SE
sebagai kelengkapan surat perjalanan Dinas dalam kaitannya dengan penagihan invoice
konsultan

f) Jadwal Program Pelaksanaan Supervisi

Sesuai dengan uraian di atas, maka lingkup layanan jasa konsultan, sesuai tahapan supervisi
konstruksi dari pekerjaan persiapan sampai laporan pengendalian mutu dan pekerjaan-
pekerjaan lainnya yang dianggap perlu (selain datam kontrak) telah tercakup di dalam
bagian pendekatan dan metodologi pelaksanaan.

Demikian juga untuk program tersebut, agar dapat terlaksana secara lancar sesuai
mekanisme yang tetah disusun, akan disertai dengan jadwal pelaksanaan.

Dengan demikian konsultan akan berusaha secara maksimal untuk menyusun dan
menyajikan suatu rencana kerja pelaksanaan supervisi dengan memperhitungkan jangka
waktu yang tersedia sesuai dengan estimasi pelaksanaan dari untuk masing-masing item
pekerjaan dan hal lainnya.

g) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Konstruksi


Petunjuk teknis yang diberikan oleh Konsultan dan petunjuk-petunjuk umum yang
diberikan oteh Kepala SK/Pelaksana SK tentang teknis pelaksanaan pekerjaan secara garis
besar dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Pekerjaan Tanah

• Pekerjaan galian tanah

Pekerjaan ini harus mencakup penggatian, penanganan, dan pembuangan dari tanah atau
material lain dari badan jalan atau disekitarnya. Galian dibagi menjadi dua macam :

a. Galian biasa

b. Galian padas

Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagi galian
padas, sedangkan galian padas harus mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau
lebih atau galian yang harus menggunakan alat bertekanan udara, pemboran atau
peledakan. adapun prosedur dari penggalian sebagai berikut:

a. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar.

b. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan ganguan seminimal mungkin terhadap


material dibawah dan dituar batas galian.

c. Dimana material terbuka pada garis formasi atau permukaan lapis tanah dasar,maka
meterial tersebut harus dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang atau diganti
dengan timbunan pilihan.

d. Peledakan sebagai salah satu pembongkaran padas (penggalian) hanya dapat dilakukan
bila pengunaan alat penggaruk hydrolis tidak praktis dan harus persetujuan direksi.

• Pekerjaan urugan

Pekerjaan uragan disini ialah pekerjaan pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan


pemadatan tanah dasar serta urugan kembali galian. Dalam pekerjan Pengurugan tidak
boleh dilakukan pada waktu hujan dan pemadatan urugan tidak boleh dilakukan setelah
hujan atau lainnya bila kadar air material diluar rentang yang ditentukan. Urugan secara
garis besar terbagi dua yaitu :

 urugan biasa
 urugan pilihan

Pemasangan dan pemadatan urugan dimulai dari :

a. Penyiapan tempat kerja

Sebelum pemasangan urugan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah penyiapan
tempat kerja dimana semua bahan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibuang dari
lokasi pekerjaan.

b. Pemasangan urugan

o Urugan harus dibawah kepermukaan yang tetah disiapkan dan disebar merata dalam
lapis yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi rabat lapisan nantinya.
o Sebaiknya urugan tanah diangkut langsung dari lokasi sumber materiat ketokasi yang
telah dipersiapkan dan penimbunan stok urugan sebaiknya dihindari.
o Untuk penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan drinase
poros harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dari dua material
tersebut. Pemadatan urugan
o Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan masing-masing lapis harus
dipadatkan benar-benar dengan menggunakan alat pemadat yang memadai.
o Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari material berada dalam rentang 3%
sampai lebih dari 1% dari kadar air optimum.
o Urugan padas ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal 20 cm yang sanggup
menutupi rongga pada bagian padas atau urugan.
o Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu jalan
sedemikan sehingga masing-masing bagian menerima usaha pemadatan yang sama.

• Pekerjaan pasangan batu

Pekerjaan pasangan batu pada jalan mencakup pekerjaan struktur yang ditunjukkan pada
gambar yang terbuat dari pasangan batu. Umumnya pasangan batu digunakan hanya
untuk struktur seperti tembok penahan tanah, talud, pondasi gorong-gorong persegi dan
tembok kepala gorong-gorong yang konstruksinya dari pasangan batu.

Pekerjaan pasangan batu meliputi pekerjaan :

a. Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank dimana


nantinya akan menjadi dasar untuk pelaksanaan pekerjaan dimana dimensi dan eleavasi
ditentukan. Pekerjaan persiapan juga termasuk penyiapan meterial yang akan digunakan
,dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya. Material disini ialah batu ditambah pasir dan
semen (adukan) yang kesemuanya harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

b. Pelaksanan Pekerjaan pasangan batu.

Pekerjaan pasangan batu dimulai dari :

o Persiapan pondasi

Pondasi pada struktur pasangan batu harus disiapkan karena merupakan pendukung dari
pasangan batu tersebut. Dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga
horisontal.

o Pemasangan batu

Sebelum memasang batu seharusnya landasan dari adukan segar yang paling sedikit 3 cm
tepatnya dipasang pada pondasi sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan
pertama.

C. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Pengertian K3:
Keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat dari
kecelakaan kerja
Dasar Hukum
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Yang diatur
oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik di darat,
di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Tujuan K3
Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional Menjamin
keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut Memeliharan sumber
produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien
Pengertian Kecelakaan Kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan) dan
tidak diharapkan karena mengakibatkan kerugian, baik material maupun penderitaan bagi
yang mengalaminya. Sabotase atau kriminal merupakan tindakan di luar lingkup
kecelakaan yang sebenarnya.
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja (5 K ) :
1. Kerusakan
2. Kekacauan Organisasi
3. Keluhan dan Kesedihan
4. Kelaianan dan Cacat
5. Kematian

Klasifikasi Kecelakaan
1. Menurut jenis kecelakaan :
- Terjatuh
- Tertimpa benda jatuh
- Tertumbuk atau terkena benda
- Terjepit oleh benda
- Gerakan yang melebihi kemampuan
- Pengaruh suhu tinggi
- Terkena sengatan arus listrik
- Tersambar petir
- Kontak dengan bahan-bahan berbahaya
- Lain-lain

2. Menurut sumber atau Penyebab Kecelakaan


- Dari mesin
- Alat angkut dan alat angkat
- Bahan/zat erbahaya dan radiasi
- Lingkungan kerja

3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan : Patah tulang, memar, gegar otak, luka bakar, keracunan
mendadak, akibat cuaca, dsb

Pencegahan Kecelakaan Kecelakaan dapat dihindari dengan:


1. Menerapkan peraturan perundangan dengan penuh disiplin
2. Menerapkan standarisasi kerja yang telah digunakan secara resmi
3. Melakukan pengawasan dengan baik
4. Memasang tanda-tanda peringatan
5. Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat
Penanggulangan Kecelakaan

1. Penanggulangan Kebakaran
Jangan membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat yang mengandung bahan
yang mudah terbakar.
Hindarkan sumber-sumber menyala di tempat terbuka Hindari awan debu yang mudah
meledak. Perlengkapan pemadam kebakaran Alat-alat pemadam kebakaran dan
penanggulangan kebakaran terdiri dari dua jenis:
a. Terpasang tetap di tempat
1. Pemancar air otomatis
2. Pompa air
3. Pipa-pipa dan slang untuk aliran air
4. Alat pemadam kebakaran dengan bahan kering CO2 atau busa

Alat-alat pemadam kebakaran jenis 1-3 digunakan untuk penanggulangan kebakaran yang
relatif kecil, terdapat sumber air di lokasi kebakaran dan lokasi dapat dijangkau oleh
peralatan tersebut. Sedangkan alat jenis ke-4 digunakan jika kebakaran relatif besar,
lokasi kebakaran sulit dijangkau alat pemadam, atau tidak terdapat sumber air yang
cukup, atau terdapat instalasi atau peralatan listrik, dan atau terdapat tempat
penyimpanan cairan yang mudah terbakar.

Gambar (a) menunjukkan rumah (almari) tempat penyimpanan peralatan pemadam


kebakaran. Disebelah kiri adalah tempat gulungan pipa untuk aliran air, sedangkan di
sebelah kanan berisi alat pemadam kebakaran yang dapat dibawa. Alat jenis ini bisa berisi
bahan pemadam kering atau busa. Gambar (b) adalah alat pemadam kebakaran jenis
pompa air. Alat ini biasanya dipasang di pinggir jalan dan gang antar rumah di suatu
komplek perumahan. Jika terjadi kebakaran di sekitar tempat tersebut, mobil kebakaran
akan mengambil air dari alat ini. Air akan disemprotkan ke lokasi kebakaran melalui mobil
pemadam kebakaran. Gambar (c) adalah alat pemadam kebakaran jenis pemancar air
otomatis. Alat ini biasanya dipasang di dalam ruangan. Elemen berwarna merah sebagai
penyumbat air yang dilapisi kaca khusus. Jika terjadi kebakaran di sekitar atau di dalam
ruangan, maka suhu ruangan akan naik. Jika suhu udara di sekitar alat tersebut telah
mencapai tingkat tertentu (800) kaca pelindung elemen penyumbat akan pecah dan secara
otomatis air akan terpancar dari alat tersebut.

b. Dapat bergerak atau dibawa


Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap kantor bahkan rumah tangga. Pemasangan alat
hendaknya di tempat yang paling mungkin terjadi kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat
dengan tempat kebakaran dan mudah dijangkau saat terjadi kebakaran. Cara menggunakan
alat-alat pemadam kebakaran tersebut dapat dilihat pada label yang terdapat pada setiap
jenis alat. Setiap produk mempunyai urutan cara penggunaan yang berbeda-beda. Jika
terjadi kebakaran di sekitar lingkungan kerja, segera lapor ke Dinas Kebakaran atau kantor
Polisi terdekat. Bantulah petugas pemadam kebakaran dan polisi dengan membebaskan
jalan sekitar lokasi kebakaran dari kerumunan orang atau kendaraan lais selain kendaraan
petugas kebakaran dan atau polisi.

2. Penanggulangan Kebakaran Akibat Instalasi Listrik dan Petir


Buat instalasi listrik sesuai dengan aturan yang berlaku Gunakan sekering/MCB sesuai
dengan ukuran yang diperlukan Gunakan kabel yang berstandar keamanan yang baik Ganti
kabel yang telah usang atau acat pada instalasi atau peralatan listrik lain Hindari
percabangan sambungan antar rumah Lakukan pengukuran kontinuitas penghantar,
tahanan isolasi, dan tahanan pentanahan secara berkala Gunakan instalasi penyalur petir
sesuai standar
3. Penanggulangan Kecelakaan di dalam Lift Pasang rambu-rambu dan petunjuk yang
mudah dibaca oleh pengguna jika terjadi keadaan darurat Jangan memberi muatan lift
melebihi kapasitasnya Jangan membawa sumber api terbuka di dalam lift Jangan merokok
dan membuang puntung rokok di dalam lift Jika terjadi pemutusan aliran listrik, maka lift
akan berhenti di lantai terdekat dan pintu lift segera terbuka sesaat setelah berhenti.
Segera keluar dari lift dengan hati-hati
4. Penanggulangan Kecelakaan terhadap Zat Berbahaya Zat berbahaya adalah bahan-bahan
yang selama pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanannya dan
penggunaannya menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan
dan bahaya-bahaya lainnya terhadap gangguan kesehatan orang yang bersangkutan
dengannya atau menyebabkan kerusakan benda.

Jenis-jenis bahan yang membahayakan :


1. Bahan- bahan eksplosif
Adalah bahan yang mudah meledak. Ini merupakan bahan yang paling berbahaya. Bahan ini
bukan hanya bahan peledak, tetapi juga semua bahan yang secara sendiri atau dalam
campuran tertentu jika mengalami pemanasan, kekerasan atau gesekan akan
mengakbatkan ledakan yang biasanya diikuti dengan kebakaran. Contoh: garam logam yang
dapat meledak karena oksidasi diri, tanpa pengaruh tertentu dari luar
2. Bahan-bahan yang mengoksidasi
Bahan ini kaya oksigen, sehingga resiko kebakaran sangat tinggi.
3. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Tingkat bahaya bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya. Makin rendah titik
bakarnya makin berbahaya
4. Bahan-bahan beracun
bahan ini bisa berupa cair, bubuk, gas, uap, awan, bisa berbau dan tidak berbau. Proses
keracunan bisa terjadi karena tertelan, terhirup, kontak dengan kulit, mata dan
sebagainya. Contoh: NaCl bahan yang digunakan dalam proses pembuatan PCB. Bahan ini
seringkali akan menimbulkan gatal-gatal bahkan iritasi jika tersentuh kulit
5. Bahan korosif
Bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali, atau bahan-bahan kuat lainnya yang dapat
menyebabkan kebakaran pada kulit yang tersentuh
6. Bahan-bahan radioaktif
Bahan ini meliputi isotop-isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung
bahan radioaktif. Contoh: cat bersinar Tindakan Pencegahan Pemasangan label dan tanda
peringatan Pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan harus sesuai dengan ketentuan
dan aturan yang ada Simpanlah bahan-bahan berbahaya di tempat yang memenuhi syarat
keamanan bagi penyimpanan bahan tersebut.
Simbol-Simbol Tanda Bahaya

Pendekatan Keselamatan Lain


a) Perencanaan
Keselamatan kerja hendaknya sudah diperhitungkan sejak tahap erencanaan berdirinya
organisasi (sekolah, kantor, industri, perusahaan). Hal-hal yang perlu diperhitungkan
antara lain: lokasi, fasilitas penyimpanan, tempat pengolahan, pembuangan limbah,
penerangan dan sebagainya
Ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur: menempatkan barang-barang di tempat yang
semestinya, tidak menempatkan barang di tempat yang digunakan untuk lalu lintas orang
dan jalur-jalur yang digunakan untuk penyelamatan darurat Menjaga kebersihan
lingkungan dari bahan berbahaya, misalnya hindari tumpahan oli pada lantai atau jalur lalu
lintas pejalan kaki
Pakaian Kerja Hindari pakaian yang terlalu longgar, banyak tali, baju berdasi, baju sobek,
kunci/ gelang berantai, jika anda bekerja dengan barabg-barang yang berputar atau mesin-
mesin yang bergerak misalnya mesin penggiling, mesin pintal Hindari pakaian dari bahan
seluloid jika anda bekerja dengan bahan-bahan yang mudah meledak atau mudah terbakar

b) Peralatan Perlindungan Diri


Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses
konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu
lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam
suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya
peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya,
semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/
perlengkapan perlindungan diri atau personal protective Equipment(PPE) untuk semua
karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia
terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai
badan. Megingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan
yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya
menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap
pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa
bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau
kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus
cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata Kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu,


batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat
partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak
terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan
perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata
adalah mengelas.
4. Sarung Tangan

Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan


utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-
benda keras dab tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu
kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi
tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti medorong
gerobag cor secara terus-meerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang
bersentuhan dengan besi pada gerobag.
5. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan
sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk
mengunakannya dengar benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan
untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya
saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh
dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk
menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu
atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman
atau safety belt. Fungsi utama talai penganman ini dalah menjaga seorang
pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan
erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-
bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang
cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila
setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi
mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu
kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong,
mengampelas, mengerut kayu.
9. Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum
digunakan. Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai
ketinggian tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan
utama.

Tanda-tanda keselamatan di tempat kerja.


JADWAL PELAKSANAAN
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


JADWAL PERSONIL
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


Jadwal Penugasan Personil

DURASI (240 Hari )


A POSISI OB Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Team Leader 8 OB
r
m Co-Team
8 OB
r Leader

Ahli Arsitektur 8 OB
ur

ktur Ahli Struktur 8 OB


Ahli
kal Mekanikal 8 OB
al Elektrikal
8 OB
Ahli Kuantitas
as
dan Biaya
ya
or Inspektor 8 OB

JUMLAH 56 OB
JADWAL PENAGIHAN
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


PROSEDUR DAN STANDAR
RENCANA MUTU
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEKERJAAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
RUMAH SUSUN MAKASSAR -2
LOKASI
Kampus Unhas Tamalanrea Kota Makassar

PEMILIK

SNVT. Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Selatan

KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai