Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan praktek kerja nyata ini. Dalam laporan praktek kerja nyata ini penulis
mencoba melaporkan dan menguraikan pelaksanaan kerja praktek di Gardu Induk
150 KV Gondangrejo PT. PLN Trans JBT APP Salatiga. Dimana penulis
menyusun laporan ini dengan pembahasan “Lightning Arrester unit Transmisi
Gardu Induk 150 KV Gondangrejo”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah
Praktek Kerja Nyata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga laporan ini dapat saya
selesaikan, karena disadari tanpa bantuan berbagai pihak, maka sulit bagi saya
untuk menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar kelak dapat menggerakkan kesadaran generasi muda untuk terus
menerus menuntut ilmu. Akhir kata, semoga laporan ini memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membaca.

11
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………….…………... i

LEMBAR PENGESAHAN ……….………….……………............................ ii

SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTEK ………………………….….. iii

SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTEK …….…………….. iv

KATA PENGANTAR .………………………………..................………........ v

DAFTAR ISI …………………….………….............………………………... vi

DAFTAR GAMBAR ….......………………..........…...……………….…....... vii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang …………...................………………………..…......... 1

1.2 Tujuan Kerja Praktek …………......…….………………..……….….. 1

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .………..…..................…….……… 2

1.4 Batasan Masalah ……………..........….......………………................... 2

1.5 Metode Pengumpulan Data ……………….............….…..................... 2

BAB II. PROFIL INSTITUSI/PERUSAHAAN TEMPAT KP.......................... 3

2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) .……...……................................... 3

2.2 Lokasi Perusahaan ……………............…............................................. 3

2.3 Tugas Utama dan Wilayah Kerja PT PLN (Persero) APP Salatiga....... 3

2.4 Visi dan Misi Perusahaan.....………………………………….............. 4

2.5 Struktur Organisasi Perusahaan ……...............……………….............. 4

2.6 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga.............. 5

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6

3.1. Gambaran Umum Gardu Induk PT. PLN Persero)

Trans JBT APP Salatiga ..…………...................................................... 6

3.2. Klasifikasi Gardu Induk …………………………...............…............ 6

2
3.3. Peralatan dan Perlengkapan Gardu Imduk …..…...........……….......... 7

BAB IV. LIGHNING ARRESTER DI GARDI INDUK 150 KV

GONDANGREJO............................................................................................. 18

4.1 Pendahuluan.......................................................................................... 18

4.1.1 Pengertian....................................................................................... 18

4.2 Prinsip Kerja Lightning Arrester.................................…....................... 19

4.3 Kontruksi Lightning Arrester ……………………….……..........…...... 19

4.3.1 Varistor/ Active Part………………………………..……........... 20

4.3.2 Housing LA………………………………………...………........ 21

4.3.3 Sealing dan Pressure Relief System ………………………......... 23

4.3.4 Grading Ring ………………………………………………….... 23

4.3.5 Peralatan Monitoring dan Insulator Dudukan ………………….. 25

4.3.6 Struktur Penyangga Lighning Aresster ……………………….... 24

4.4 Klasifikasi Linghning Arester……………...………….......................... 24

4.4.1 Berdasarkan Level Tegangan WithstandVoltage…...................... 24

4.4.2 Berdasarkan Letak Pemasangan ................................................... 25

4.5 Pemeliharaan Lighning Arrester ………………………………...…..... 27

BAB V. PENUTUP......................................................................................... 34

5.1 Kesimpulan ................…………………………………...................... 34

5.2 Saran ……………………...........…………………………….............. 35

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 36

LAMPIRAN....................................................................................................... 37

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga 4

Gambar 2.2 PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga................................ 5

Gambar 3.1 Potensial Transformator (PT).......................................................... 10

Gambar 3.2 Current Transformator (CT)............................................................ 11

Gambar 3.3 Transformator bantu (Trafo PS)...................................................... 11

Gambar 3.4 Busbar/Rel....................................................................................... 12

Gambar 3.5 Lightning Arrester .......................................................................... 12

Gambar 3.6 Saklar Pemisah (PMS)..................................................................... 13

Gambar 3.7 Saklar Pemutus (PMT).................................................................... 13

Gambar 3.8 Saklar Pengetanahan ....................................................................... 14

Gambar 3.9 Rele Proteksi dan Papan Alarm....................................................... 15

Gambar 3.10 Baterai............................................................................................ 15

Gambar 4.1 Gambar Lightning Arrester di GI 150 KV Gondangrejo ................ 16

Gambar 4.2 Konstruksi LA.................................................................................. 18

Gambar 4.3 Keping Blok Varistor Zinc Oxide ................................................... 19

Gambar 4.4 Sealing dan Pressure Relief System LA ......................................... 20

Gambar 4.5 Grading Ring................................................................................... 21

Gambar 4.6 Counter LA dan Counter Meter Arus bocor LA ............................. 21

Gambar 4.7 Struktur penyangga lightning Arrester ............................................ 22

Gambar 4.8 Arrester Transmisi............................................................................ 24

Gambar 4.9 Contoh pengukuran Thermovisi di Gardu Induk Gondangrejo...... 26

4
Gambar 4.10 Contoh Hasil Pengukuran Thermovisi .......................................... 27

Gambar 4.11 Skema pelaksanaan pengukuran tahanan ...................................... 30

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transformator merupakan komponen terpenting dalam penyaluran dan


distribusi tenaga listrik. Seiring dengan meningkatnya permintaan energi listik
maka keperluan akan transformator dengan sendirinya meningkat mengikuti
bertambah besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Oleh karena itu transformator
merupakan unsur utama dari sistem penyaluran dan distribusi energi listrik dan
merupakan peralatan yang paling mahal harganya, maka sistem proteksi atau
pengamanan terhadap sebuah transformator baik terhadap gangguan-gangguan
yang terjadi dari dalam transformator itu sendiri maupun dari luar transformator
tersebut sangat perlu diperhatikan.

Listrik memiliki peran penting dan strategis, ketersediannya harus memenuhi


aspek andal, aman dan akrab dengan lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik
ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenuhi ketentuan
dan persyaratan yang berlaku. Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh
sistem pengaman yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan
sistem yang ada. Proteksi sistem tenaga listrik merupakan perlindungan atau
pengaman pemabangkitan (pemabangkit tenaga listrik), penyalur (transmisi),
pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
Sistem pengamanan dari surja petir pun tak kalah pentingnya dalam
komponen proteksi gardu indukyaitu komponen alat Lightning Arrester. Fungsi
utama dari Lighning Arrester (LA) merupakan peralatan yang berfungsi untuk
melindungi peralatan listrik lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun
surja petir)

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Kurikulum studi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta,


mata kuliah praktek kerja nyata merupakan mata kuliah wajib dilaksanaka oleh
mahasiswa.

6
Praktek Kerja Nyata dilaksanakan di Gardu Induk 150 KV Gondangrejo PT. PLN
(Persero) Trans JBT APP Salatiga yang bertujuan untuk:

1. Mengetahui peralatan-peralatan pada gardu induk.

2. Mengetahui gambaran umum alat Lightning Arrester.

3. Mengetahui fungsi dan prinsip kerja Lightning Arrester.

1.3 Tempat dan Waktu Praktek

Praktek Kerja Nyata di laksanakan selama satu bulan, dimulai tanggal 04


september 2017 sampai 31 september 2017

1.4 Batasan Masalah

Dalam makalah ini kami akan membatasi topik permasalahan yang akan
kami bahas yaitu, mengenai “Lightning Arrester unit Transmisi Gardu Induk
Gondangrejo”.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang di gunakan untuk pengumpulan data dalam pelaksanaan


praktek kerja nyata ini adalah :

1. Pengamatan Langsung
Dilakukan dengan cara langsung mengamati langkah langkah yang dikerjakan
dalam proses pemeliharaan pada Lightning Arrester Gardu Induk Gondangrejo.
2. Wawancara
Berupa pengumpulan informasi dan konsultasi secara lisan dengan pihak pihak
yang terkait.
3. Pengambilan Data
Dilakukan dengan mengunakan data tertulis untuk mengetahui lebih jelas
tentang Lightning Arrester
4. Studi Pustaka
Berupa pengumpulan literatur dari para ahli sebagai data pelengkap.

7
BAB II

PROFIL INSTITUSI/PERUSAHAAN TEMPAT PKN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT PLN (Persero) APP Salatiga merupakan salah satu unit dari PT PLN
(Persero) P3B JB yang sekarang berubah menjadi Transmisi Jawa Bagian Tengah
dimana dibentuk berdasarkan SK Direktur No. 1466.K/DIR/2011 tanggal 13
Desember 2011. Proses Bisnis APP Salatiga adalah Pelaksana Pemeliharaan.
Tugas utama PT PLN (Persero) APP Salatiga adalah mengelola transmisi dan
transaksi tenaga listrik di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta selatan
secara unggul, andal, terpercaya.

2.2 Lokasi Perusahaan

Pemilihan lokasi yang tepat bagi perusahaan memiliki peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan keberhasilan usaha yang dijalankan dan berguna
untuk kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Lokasi PT. PLN (Persero)
TRANS-JBT APP Salatiga sendiri berlokasi di Jl. Diponegoro No. 149 Salatiga.

2.3 Tugas Utama dan Wilayah Kerja PT PLN (Persero) APP Salatiga

Tugas utama PT PLN (Persero) APP Salatiga adalah mengelola transmisi


dan Gardu Induk di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta selatan secara
unggul, andal, terpecaya. Wilayah Kerja PT PLN (Persero) APP Salatiga adalah
meliputi 3 (tiga) daerah atau Base Camp yaitu Base Camp Salatiga, Yogyakarta
dan Surakarta dengan jumlah gardu induk yang dikelola sebanyak 31 (tiga puluh
satu), dimana terdapat 62 Trafo IBT Dan Trafo Distribusi (3638 MVA) serta
panjang transmisi 2101,702 kms .

8
2.4 Visi dan Misi Perusahaan

2.4.1 Visi PT PLN (Persero) APP Salatiga

Menjadi unit pengelola transmisi dan transaksi tenaga listrik yang


Unggul, Andal dan Terpercaya berkelas dunia.

2.4.2 Misi PT PLN (Persero) APP Salatiga

Misi PT PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga adalah :


1. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara
efisien, andal, dan akrab lingkungan;
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga

9
2.6 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga

Gambar 2.2 PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga

Wilayah kerja PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga adalah Salatiga,
Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam mengelola transmisi dan gardu
induk di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta selatan PT. PLN (Persero)
TRANS-JBT App Salatiga selalu mengadakan hubungan komunikasi dengan
Gardu Induk di tiap daerah, APJ, APD dan APB sehingga hal apapun dapat
diminimalisasi kekurangannya.

Berdasarkan operasi dan pemeliharaan system penyaluran, PT. PLN (Persero)


TRANS-JBT App Salatiga dibagi dalam 3 Basecamp, yaitu : Basecamp Salatiga,
Basecamp Surakarta, dan Basecamp Yogyakarta.

10
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tinjauan Umum Gardu Induk

Gardu induk di sebut juga gardu unit pusat beban yang merupakan
gabungan dari transformer dan rangkaian switchgear yang tergabung dalamsatu
kesatuan melalui sistem kontrol yang saling mendukung untuk keperluan
operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja mengubahtegangan yang
dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjaditenaga listrik menjadi
tegangan tinggi atau tegangan transmisi dansebaliknya mengubah tegangan
menengah atau tegangan distribusi.
Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).
Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik.Berarti,
gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.Sebagai sub
sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan
penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan.Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lainnya
melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk distribusi melalui feeder tegangan
menengah.
3.2 Fungsi Gardu Induk
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Fungsi gardu induk secara umum :
a. Mentransformasikan daya listrik :
1.Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
2.Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
3.Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/20KV, 70KV/20kV).
4.Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50/60 Hertz).
b. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari system tenaga
listrik.

11
c. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan
tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan
tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah
yang ada di gardu induk.
d. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita
kenal dengan istilah SCADA.
e. Menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada
tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu
induk lain.
3.3 Klasifikasi Gardu Induk
Gardu induk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam menurutdari segi
fungsi, segi pemasangan, dll. Berikut adalah jenis-jenis dari Gardu Induk :
3.3.1. Gardu induk (substations) berdasarkan dari pemasangan peralatan dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :

a. Gardu Induk Pasang Luar(out door substation)


Gardu induk jenis pasangan luar terdiri dari peralatantegangan tinggi pasangan
luar. Pasangan luar yang dimaksudadalah diluar gedung atau bangunan. Walaupun
ada beberapa peralatan yang lain berada di dalam gedung, seperti peralatan
panelkontrol, meja penghubung (switch board) dan baterai. Gardu Induk jenis ini
ini memerlukan tanah yang begitu luas namun biaya kontruksinya lebih murah dan
pendinginannya murah.

b. Gardu Induk Pasangan Dalam (indoor door substation)


Disebut Gardu induk pasangan dalam karena sebagian besar peralatannya
berada dalam suatu bangunan. Peralatan ini sepertihalnya pada gardu induk
pasangan luar. Dari transformator utama, rangkaian switchgear dan panel kontrol
serta batere semuanya.Jenis pasangan dalam ini dipakai untuk menjaga keselarasan
dengan daerah sekitarnya dan untuk menghindari bahaya kebakaran dan gangguan
suara.

c. Gardu Induk Semi-Pasangan Luar(semi-out door substation)

12
Sebagian peralatan tegangan tingginya terpasangdi dalam gedung dan yang
lainnya dipasang diluar dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
lingkungan.Karena konstruksi yang berimbang antara pasangan dalam dengan
pasangan luar inilah tipe gardu induk inidisebut juga gardu induk semi pasangan
dalam.
d. Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah(underground substation)
Sesuai dengan namanya, gardu induk pasangan bawah tanahhampir semua
peralatanya terpasang dalam bangunan bawah tanah.Hanya alat pendinginan
biasanya berada diatas tanah, dan peralatan-peralatan yang tidak memungkinkan
untuk ditempatkandi bangunan bawah tanah.Gardu induk jenis ini umumnya
berada dipusat kota, karena tanah yang tidak memadai.
3.3.2. Gardu induk (substations) berdasarkan dari tegangan dapat diklasifikasikan
menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk transmisi
Yaitu gardu induk yang mendapat daya dari saluran transmisi untuk
kemudian menyalurkannya ke daerah beban (industri, kota, dan sebagainya).
Gardu induk transmisi yang ada di PLN adalah tegangan tinggi 150 KV dan
tegangan tinggi 30 KV.
b. Gardu induk distribusi
Yaitu gardu induk yang menerima tenaga dari gardu induk transmisi dengan
menurunkan tegangannya melalui transformator tenaga menjadi tegangan
menengah (20 KV, 12 KV atau 6 KV) untuk kemudian tegangan tersebut
diturunkan kembali menjadi tegangan rendah (127/220 V atau 220/380 V)
sesuai dengan kebutuhan.
3.3.3. Gardu induk (substations) berdasarkan dari fungsinya dapat diklasifikasikan
menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu
tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem. Gardu
Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage
yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang
jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi
tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.

13
b. Gardu Induk Penurun Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari
tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau
tegangan distribusi. Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena
di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
c. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga
listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh
(voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh karena diperlukan alat penaik
tegangan, seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan
normal.
d. Gardu Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang beban
motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor
berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau
menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan
air kembali ke kolam utama.
e. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke
tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
3.3.4. Gardu induk (substations) berdasarkan dari isolasi yang digunakan dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk dengan isolasi udara
Merupakan gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian
yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya. Gardu
Induk ini berupa gardu induk konvensional memerlukan tempat terbuka yang
cukup luas.
b. Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara bagian
yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun
antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan. Gardu
induk ini disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS),
yang memerlukan tempat yang sempit.

14
3.3.5. Gardu induk (substations) berdasarkan dari sistemrel/ busbar yang digunakan
dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk sistem ring busbar.
Merupakan gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk
jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan
lainnya dan membentuk ring (cincin).
b. Gardu induk sistem single busbar.
Merupakan gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung
(akhir) dari suatu sistem transmisi.
c. Gardu induk sistem double busbar.
Merupakan gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu
induk sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya
pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver
sistem). Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.
d. Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar.
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya
gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik
atau gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk
ini sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat
dilakukan perubahan system (manuver system). Sistem ini menggunakan 3 buah
PMT dalam satu diagonal yang terpasang secara deret (seri).

15
3.4 Peralatan dan Perlengkapan Gardu Induk

Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari
beberapa perlengkapan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari
jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer. Gardu induk dilengkapi komponen
utama sebagai fasilitas yang diperlukan sesuai dengan tujuannya serta mempunyai
fasilitas untuk operasi dan pemeliharaan. , Secara umum perlatan dan perlengkapan
pokok yang ada di Gardu Induk terdiri dari :

3.4.1. Transformator Daya

Transformator daya atau tenaga merupakan peralatan listrik yang berfungsi


untuk menyalurkan tenaga listrik dari tegangan tinggi (500 KV) ke tegangan
menengah (200 KV) atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan).
3.4.2. Transformator Tegangan

Gambar 3.1 Potensial Transformator

Trafo tegangan disebut juga potensial transformator adalah trafo yang


berfungsi menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah dan tegangan
rendah, untuk sumber tegangan alat-alat ukur dan alat-alat proteksi. Fungsi trafo
tegangan (potensial transformer) :

16
1. Memperkecil besaran tegangan pada system tenaga listrik menjadi besaran
tegangan untuk system pengukuran atau proteksi.
2. Mengisolasi rangkaian sekunder tehadap rangkaian primer.
3. Memungkinkan standarisasi rating tegangan untuk peralatan sisi sekunder.
3.4.3. Transformator Arus

Gambar 3.2 Current Transformator (CT)


Trafo arus disebut juga current transformer (CT) berfungsi untuk menurunkan
arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah untuk
keperluan pengukuran dan pengaman. Menurut tipe kontruksinya :
a. Tipe Cincin (ring/window tipe)
b. Tipe Tangki Minyak
c. Tipe cor-coran Cast Resin (mounded cast resin tipe)
3.4.4. Transformator Bantu

Gambar 3.3 Tranformator bantu ( Trafo PS)

Transformator bantu/ Trafo pemakaian sendiri (Trafo PS) adalah trafo yang
digunakan untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu induk

17
tersebut. Jadi merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti motormotor 3
fasa yang digunakan sebagai motor pompa sirkulasi minyak trafo beserta motor-
motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pasokan sumber tenaga
cadangan seperti sumber DC yang merupakan sumber utama jika terjadi
gangguan dan sebagai pasokan tenaga untukproteksi sehingga proteksi
tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.
3.4.5. Busbar/ rel

Gambar 3.4 Busbar/Rel


Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara
TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Bahan dari rel terbuat dari bahan tembaga
(bar copper atau hollow conductor). Ada beberapa jenis konfigurasi busbar yang
digunakan hingga saat ini.

18
3.4.6. Lightning Arrester

Gambar 3.5 Lighning Arrester


Berfungsi sebagai alat untuk melindungi isolasi atau mengamankan instalasi
(peralatan listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih yang diakibatkan
oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan
atau pemutusan rangkaian, alat ini bersifat sebagai by-pass disekitar isolasi yang
membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat sistem pentanahan sehingga
akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidakmerusak isolasi peralatan
listrik.
3.4.7. Saklar Pemisah (PMS)

Gambar 3.6 Saklar Pemisah (PMS)


Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi
lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian
yang tidak berbeban.Oleh karena itu pemisah tidak boleh dihubungkan atau
dikeluarkan dari rangkaian listrik dalam keadaan berbeban.Cara pemasangan PMS

19
dibedakan ataspasangan dalam dan pasangan luar. Tenaga penggerak dari PMS
adalah secara manual, motor, pneumatic atau angin dan hidrolis.
3.4.8. Pemutus Tenaga

Gambar 3.7 Saklar Pemutus (PMT)


Pemutus tenaga (PMT) adalah peralatan atau saklar untuk menghubungkan atau
memutuskan suatu rangkaian/jaringan listrik sesuai dengan ratingnya. PMT
memutuskan hubungan daya listrik bila terjadi gangguaan, baik dalam keadaan
berbeban maupun tidak berbeban dan proses ini di lakukan dengan cepat. Pada
waktu menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu
suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus
dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas
SF6.
3.4.9. Sakelar Pengetanahan

Gambar 3.8 Saklar Pengetanahan

20
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor
pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar
Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak
bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka).
3.4.10. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat
pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi
atau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk
menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang
berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau
kapasitor shunt dan reaktor shunt.
3.3.11. Rele Proteksi dan Papan Alarm

Gambar 3.9 Rele Proteksi dan Papan Alarm


Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya
kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang terganggu sekecil
mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan pelayanan penyaluran
tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi. Sedangkan papan alarm atau
announciator adalah sederetan nama-nama jenis gangguan yang dilengkapi dengan
lampu dan suara sirine pada saat terjadi gangguan, sehingga memudahkan petugas
untuk mengetahui rele proteksi yang bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.

21
3.3.12. Baterai

Gambar 3.10 Baterai


Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu mempunyai
keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka batere dipakai sebagai sumber tenaga
kontrol dan proteksi pada gardu induk. Peranan dari batery sangat penting karena
pada saat gangguan terjadi, batery sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan
alat-alat kontrol dan proteksi. Bentuk fisik baterai yang digunakan pada gardu
induk.

22
BAB IV
LIGHTNING ARRESTER (LA)
DI GARDU INDUK 150KV GONDANGREJO

4.1. Pendahuluan
4.1.1 Pengertian
Lightning Arrester merupakan peralatan yang berfungsi untuk melindungi
peralatan listrik lain dari tegangan surja baik surja hubung maupun surja petir.
Surja mungkin merambat di dalam konduktor saat peristiwa kegagalan sudut
perlindungan petir, blackflashover akibat pentanahan yang tinggi, proses switching
maupun gangguan fasa-fasa ataupun fasa tanah.
Arrester harus memiliki sifat khusus dimana pada keadaan normal, arrester
berlaku sebagai isolator yaitu menahan arus yang bernilai kecil. Apabila timbul
tegangan lebih surja, arrester berlaku sebagai konduktor yang melewatkan arus
yang tinggi. Setelah surja hilang, arrester harus cepat kembali menjadi isolator
sehingga pemutus daya tidak sempat membuka.

Gambar 4.1-Gambar Lightning Arrester di GI 150 KV Gondangrejo

23
4.2 Prinsip Kerja Lightning Arrester

Lightning Arrester/ Surge Arrester memiliki peran penting di dalam


kordinasi isolasi peralatan di gardu induk. Adapun prinsip kerjanya yaitu pada
saat peristiwa surja, travelling wave/gelombang berjalan merambat di
penghantar sistem transmisi dengan kecepatan mendekati cahaya. Surja dengan
panjang gelombang dalam orde mikro detik ini membuat dua logam pada
arrester akan bekerja saling terhubung dan menyalurkan arus listrik (sebagai
konduktor). Namun fungsi konduktor ini tidak akan mengenai sistem kelistrikan
yang ada karena salah satu kutub itu akan meneruskan ke tempat pembumian.
Pembuatan tempat pembumian(grounding) harus bagus dengan nilai tahanan
yang kecil sehingga tidak mengganggu kinerja arrester. Dengan demikian
adanya tegangan kejut atau surge tidak akan merusak peralatan listrik, dan
dengan tanpa memutuskan arus listrik sedikitpun. Prinsip kerja surge arrester
seperti itu sangat bermanfaat digunakan untuk menjaga kestabilan tegangan
listrik pada jaringan listrik PLN yang umumnya berada tinggi di atas tanah
seperti sutet maupun transformator listrik.

4.3 Kontruksi Lightning Arrester

Lightning Arrester di saluran transmisi dan di gardu induk mempunyai


konstruksi yang hampir serupa. Komonen utamanya adala varistor atau
komponen aktif yang terbuat dari Zinx Ocide. Varistor ini berbentuk keping
blok, tersusun di dalam housing/kompartemen yang terbuat dari porselen
ataupun polymer. Selain sebagai penyangga, housing ini juga berfungsi untuk
menginsulansi antara bagian bertegangan dan tanah pada tegangan operasi pada
LA.

24
Gambar 4.2- Konstruksi LA

Lightning Arrester juga dilengkapi dengan katup pressure relief di kedua


ujungnya. Katup ini berfungsi untuk melepaskan tekanan internal yang berlebih,
pada saat LA dialaui arus surja. Kontruksi lain pendukung LA terdiri dari : struktur
penyangga, grading ring, pentanahan dan alat monitoring.

4.3.1 Varistor / Active Part

Active Part terdirin dari kolom varistor Zinc Oxide (ZnO). Keping Zinc
Oxide dicetak dalam bentuk silinder yang besaran diameter keping tergantung pada
kemampuan absorbsi energi dan nilai discharge arus. Material silinder terbuat dari
alumunium. Silinder ini memiliki kemampuan mekanis, juga befungsi sebagai
pendingin.

Diameter keping bervariasi dari 30 mm untuk arrester kelas distribusi


hingga 100 mm untuk arrester HV/EHV. Setiap keping blok memiliki timggi
bervariasi dari 20 hingga 45 mm.

25
Gambar 4.3 - Keping Blok Varistor Zinc Oxide

Nilai residual voltage untuk setiap keping ZnO pada saat dilewati arus surja
bergantung pada diameter keping tersebut. Sebagai contoh pada keping dengan
diameter 32 mm, nilai residual voltagenya sebesar 450V/mm, sementara untuk
diameter 70 mm nilai resiudal voltage menurun menjadi 280V/mm. Hal ini berarti,
pada suatu keping ZnO dengan diameter 70 mm dan tinggi 45 mm terdapat
kemampuan residual voltage sebesar 12,5 kV. Bila nilai residual voltage yang
diinginkan sebesar 823 kV, maka diperlukan 66 keping ZnO tersusun ke atas. Hal
ini akan menyebabkan tinggi LA mencapai 3 meter, dimana ke stabilan mekanis
LA tidak baik, oleh karenanya LA juga didesain untuk dipasang
bertingkat(stacked).

4.3.2 Housing LA

Tumpukan keping ZnO diletakkan didalam sangkar rod, umumnya terbuat


dari FRP (Fiber Glass Reinforced Plastic). Compression spring dipasang pada
kedua ujung kolom active part untuk memastikan susunan keping memiliki
ketahanan mekanis. Kompartemen housing dapat terbuat dari porselen atau
polymer. Alumunium Flange direkatkan pada kedua ujung housing dengan
menggunakan semen.

26
4.3.3 Sealing dan Pressure Relief System

Sealing ring dan relief diaphgram dipasang di kedua ujung arrester. Sealing
ring terbuat dari material sintetis sementara pressure relief diaphgram terbuat dari
steel/nikel dengan kualitas tinggi. Pressure relief bekerja sebagai katup pelepasan
tekanan internal pada saat LA mengalirkan arus lebih.

Gambar 4.4 - Sealing dan Pressure Relief System LA

4.3.4 Grading Ring

Grading ring diperlakukan pada LA dengan ketinggian >1,5 meter atau pada
LA yang dipasang bertingkat. Grading Ring berfungsi sebagai kontrol distribusu
dengan medan elektris sepanjang permukaan LA. Medan kritis pada bagian yang
dekat dengan tegangan akan lebih tinggi, sehingga stress active part diposisi
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada posisi dibawahnya. Stress ini dapat
menyebabkan degradasi pada komponen active part.

Pemilihan ukuran grading ring perlu mempertimbangkan jarak antara fasa.


Jarak aman antar konduktor harus sama dengan jarak antar grading ring antar fasa
dari arrester.

27
Gambar 4.5 - Grading Ring

4.3.5 Peralatan Monitoring dan Insulator Dudukan

Lightning Arrester dilengkapi dengan peralatan monitoring, yakni counter


jumlah kerja LA dan/atau meter arus bocor total. Sebelum diketanahkan, kawat
pentanahan dilewatkan dahulu pada peralatan monitoring. Oleh karenanya,
insulator dudukan perlu dipasang baik pada kedua ujung peralatan monitor,
maupun pada dudukan LA, agar arus yang melalui LA hanya melewati kawat
pentanahan.

Gambar 4.6 - Counter LA dan Counter Meter Arus bocor LA

28
4.3.6 Struktur Penyangga Lightning Arrester

Lightning Arrester dipasang pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah,


untuk itu diperlukan struktur penyangga yang terdiri dari pondasi dan struktur besi
penyangga.

Gambar 4.7 Struktur penyangga lightning Arrester

4.4 Klasifikasi Lightning Arrester

Ragam Lightning Arrester mempunyai lingkup yang luas, mulai dari


penggunaan elektronika hingga pada sistem transmisi Tegangan tinggi maupun
Tegangan Ekstra Tinggi. Secaara umum Lightning Arrester pada Sistem Transmisi
secara umum dapat dikelompokan berdasar beberapa kategori :

4.4.1 Berdasarkan Level Tegangan Withstand Voltage

Peralatan yang dilindungi mengacu pada IEC 60071-1 :

a) Range I (1kV-245kV)

29
b) Range II (diatas 245kV)

Klasifikasi ini didasarkan pada perbedaan karakter surja, dimana pada


Range II surja akibat proses switching lebih membahyakan peraltan dari pada surja
lightning. Oleh karena proses switching memiliki steepness yang lebih lambat,
maka diperlukan pula arrester dengan karakteristik komponen non linier yang
berbeda.

Berdasar ANSI/ IEEE C62.1 dan C62.11 membedakan lightning arrester


ke dalam 4 kelas:

a. Station Class
b. Intermediate Class
c. Distribusi Class
d. Secondary Class

4.4.2 Berdasar Letak Pemasangan

Arrester pada HV/EHV menurut pemasangannya dibedakan menjadi


sebagai berikut :

a. Arrester GIS
b. Arrester Saluran Transmisi swicth.

Untuk tipe Gap, stress akibat tegangan tower frekuensi tidak mempengaruhu
kondisi arrester, namun sulit memoniyor kondisi arrester karena tidak dilengkapi
dengan counter, yang dapat dilaksanakan adalah monitoring kondisi tanduk api
untuk menentukan apakah telah terjadi proses discharge.

30
Gambar 4.8 – Arrester Saluran transmisi

Sementara untuk arrester tanpa gap, dipasang pada konduktor terhubung ke


ground dilengkapi dengan disconector switch(yang akan bekerja bila telah terjadi
arus di atas bilai nominalnya), arrester line jeis ini juga dilengkapi dengan counter
sehingga memidahkan proses monitoring.

c. Arrester Gardu Induk

Merupakan Arrester kebanyakan yang terpasang di Gardu induk menurut


materai penyusun housing, material gardu induk dibedakan menjadi:

1. insulator porselen

2. insulator polimer

d. Berdasar material penyusun komponen non linear

Arrester dengan menggunakan komponen non linear yang terakhir


digunakan adalah metal oksida, sekalipun sedikit sekali(dan sudah tidak
diproduksi) arrester menggunakan komponen non linier dari silikon karbida(SiC).

31
4.5 Pemeliharaan Lightning Arrester

Kegiatan pemeliharaan LA salah satunya adalah proactive maintenance, yakni


pemeliharan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya failure(kegagalan)
peralatan. Kemudian ada lagi Kegiatan reactive maintenance (kegiatan perbaikan
pasca gangguan) tidak termasuk dalam pembahasan dalam laporan ini. Kegiatan
proactive maintenance dapat dibedakan menjadi preventive maintenance dan
predictive maintenance.

Dipasang baik paralel dengan insulator pada tower(umumnya sering dengan


spark gap) atau dipasang pada konduktor sebagai pengganti damper dilengkapi
dengan disconector

Preventive maintenance dikenal juga sebagai Time Based Maintenance


(TBM). Dalam TBM, kegiatan pemeliharaan dilaksanakan dengan interval
tertentu, tanpa memperhatikan apakah kondisi peralatan memang sudah
memerlukan tindakan pemeliharaan atau tidak. Preventive maintenance pada
lightning arrester sebagai contoh adalah penggantian LA berdasarkan asesmen hasil
ukur LCM.

Predictive maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan


untuk mengetahui kondisi peralatan, termasuk juga kegiatan pemeliharaan yang
dilaksankan berdasarkan kondisi peralatan tersebut. Predictive maintenance pada
lightning arrester sebagai contoh adalah pengukuran arus bocor resistif LA (LCM),
perubahan interval pengukuran LCM setelah diketahui kondisi LA “weak”,
pengukuran nilai tahanan insulasi LA.

Kegiatan predictive maintenance dikelompokkan ke dalam level inspeksi


berdasarkan tingkat kesulitan pelaksanaan jenjang diagnosa, yaitu :

1. Inspeksi Level 1 Lightning Arrester (IL-1)

Inspeksi online dengan pengamaatan secara kasat mata menggunakan panca


indra (penglihatan, pendengaran, penciuman). Kegiatan bertujuan untuk
mendekteksi adanya ketidaknormalan atau anomali pada peralatan.

32
2. Inspeksi Level 2 Lightning Arrester (IL-2)

Inspeksi online dengan berbagai jenis pengukuran yang bertujuan untuk


mengetahui kondisi peralatan, pengukuran ini dilaksanakan dalam kondisi
bertegangan. Adapun jenis pengukuran IL-2 pada LA adalah sebagai berikut :

a. Pengukuran Thermovisi

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui adanya hotspot / titik panas yang
mengindikasikan adanya anomali pada LA, dengan cara pengamatan komponen /
bagian dari LA dengan menggunakan alat bantu kamera thermal / kamera
thermovisi, bukan thermo gun.

Gambar 4.9 - Contoh pengukuran Thermovisi di Gardu Induk Gondangrejo

33
Gambar 4.10 Contoh Hasil Pengukuran Thermovisi di Gardu Induk Gondangrejo

b. Pengukuran arus bocor

Pengukuran arus bocor (LCM) adalah kegiatan pengukuran arus bocor resistif
dengan kompensasi harmonisa orde ke-3 yang bertujuan untuk mengetahui
degradasi komponen aktif (varistor) LA. Prinsip Pengukuran LCM :

Kondisi varistor ZnO pada LA dapat diketahui melalui analisis arus bocor
resistif dengan prinsip dasar sebagai berikut :

1. Komponen non linear, ZnO, bila diberi tegangan sinusoidal akan menghasilkan
arus bocor dengan harmonisa.
2. Arus bocor memiliki beragam harmonisa, seperti harmonisa orde ke-3, 5 dan
seterusnya, namun hanya arus bocor resistif dengan harmonisa ke-3 yang
paling dominan dalam menunjukan kondisi varistor ZnO.
3. Adanya harmonisa dari tegangan sistem di luar LA, dapat mempengaruhi hasil
pengukuran arus bocor , khusunya harmonisa yang berasal dari stray
capacitance sistem. Harmonisa yang berasal dari luar LA ini dapat
mempengaruhi hasil ukur LCM, sehingga kompensasi diperlukan untuk
memperoleh hasil ukur yang akurat.

34
Metode pengukuran dan perhitungan LCM sebagai berikut

Berdasarkan skema diatas, arus bocor resistif dihasilkan tidak hanya melalui
pengukuran namun juga perhitungan internal yang kompleks.

Hal- hal berikut ini harus diperhatikan selama proses pengukuran :

1. Lakukan pengukuran Thermovisi sebelum pelaksanaan uji LCM karena


apabila ditemukan Hotspot pada komponen LA maka pengukuran LCM tidak
boleh dilakukan.
2. Grounding alat uji harus baik. LCM.
3. CT clip-on harus menutup sempurna saat pengukuran.
4. Seluruh koneksi pengukuran terhubung baik, tidak longgar.
5. Pastikan setting LCM benar :

35
a. Mode : gunakan mode 3-fasa
b. Temp: setting suhu untuk pengukuran tidak kontinu, menggunakan setting
manual, masukan estimasi suhu LA.
c. Line: masukan tegangan operasional satt pengukuran (tegangan kontinu-Uc)
d. Averrage: Jumlah cacah perhitungan, standar deviasi (penunjuk error
perhitungan), akan semakin kecil, bila nilai Averrage semakin besar (rata-
rata 10-20 kali cacah)
6. Posisi menaruh Electric Probe :10 cm vertikal dibawah insulator dudukan LA
dan 5 cm horizontal dari LA, tidak menyentuh piringan indulator LA.
7. Catatan pelaksanaan pengukuran :
a. Pengukuran dilaksanakan minimal 4 kali dengan posisi probe yang berbeda.
( posisi depan – belakang – samping kiri dan samaping kanan.)
b. Hasil ukur arus bocor resistive adalah nilai rata-rata dari keempat
pengukuran.
3. Inspeksi Level-3 Lightning Arrester (IL-3)
Inspeksi offline yang bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan
(condition assessment), dilaksanakan dalam kondiai tidak bertegangan.
Adapan IL-3 pada lightning arrester adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran Nilai Tahanan Insulasi (Megger Test)
Pengukuran nilai tahanan insulasi bertujuan untuk mengetahui
kemampuan insulasi LA pada tegangan operasional. Titik pengujiannya ada
pada 3 titik yaiu sebagai berikut :
1. Tahanan insulasi LA dari terminal atas hingga ground
2. Tahan insulasi pada setiap stack LA.
3. Tahanan insulasi insulator dudukan/post insulator.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses penukuran adalah


sebagai berikut:

1. Pastikan LA dalam kondisi bersih.


2. Lepaskan koneksi kawat konduktor dan kawat grounding LA.
3. Pastikan uji memiliki supply catu daya yang baik.
4. Gunakan alat uji dengan kemampuan ukur > 1GΩ

36
5. Pasca pengukuran, pastikan koneksi kawat konduktor dan kawat grounding LA
terpasang kembali dengan benar

Skema pelaksanaan pengukuran tahanan insulasi tercantum dalam


gambar berikut :

Gambar 4.11 - Skema pelaksanaan pengukuran tahanan

b. Pengukuran Nilai Pentanahan


Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem pentanahan LA.
Nilai pentanahan yang tinggi menunjukkan adanya anomali pada sistem
pentanahan LA.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses pengukuran nilai
pentanahan adalah sebagai berikut:
1. Pastikan alat uji memiliki supply daya yang baik.
2. Lepaskan kawat pentanahan dari rangkaian LA. Pengukuran dilakukan hanya
pada rangkaian pentanahan.
3. Bersihkan kawat pentanahan, sehingga alat ukur terkoneksi baik dengan kawat
pentanahan.
4. Gunakan bumi sebagai referensi pengukuran, bukan pentanahan peralatan lain
yang sudah terhubung dengan sistem mesh gardu induk
5. Pasca pengukuran, pastikan koneksi sistem pentanahan terhubung kembali
dengan benar
c. Pengujian Surge Counter LA
Pengujian surge counter LA bertujuan untuk mengetahui apakah alat
tersebut mampu bekerja pada saat terjadi surja. Jika dalam kondisi baik,

37
counter akan bertambah bila di beri impulse tegangan DC. Impulse tegangan
DC yang digunakan dalam pengujian dihasilkan dari kapasitor 400-500 µF,
220-300 VAC.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses pengukuran nilai
pentanahan adalah sebagai berikut:
1. Lepaskan kawat pentanahan di kedua sisi surge counter LA
2. Lakukan pembersihan insulator surge counter LA sebelum pelaksanaan
pengujian
3. Pelaksanaan pengujian:
a) Charge kapasitor dengan tegangan supply AC 220 V selama 30– 60 detik
b) Hubungkan kedua kutub kapasitor dengan segera pada kedua ujung surge
counter, sehingga impulse DC current dialami oleh surge counter.

38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Gardu induk merupakan sub sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik,
atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Sebagai
sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai
peran penting dalam menyalurkan energi listrik ke konsumen secara
maksimal walaupun jarak pembangkit listrik sngatlah jauh.
2. Sistem Peralatan pada Gardu Induk :
a) Lightning Arrester (LA)
b) Potensial Transformer (PT)
c) Current Transformer (CT)
d) Pemisah Tegangan (PMS)
e) Pemisah Tenaga (PMT)
f) Busbar / Rel
g) Transformator Daya (TRF)
h) SCADA
i) Teknologi Telekomunikasi
3. Lightning Arrester merupakan peralatan yang berfungsi untuk melindungi
peralatan listrik lain dari tegangan surja baik surja hubung maupun surja
petir.
4. Prinsip kerja Lightning Arrester yaitu pada saat peristiwa surja, travelling
wave/gelombang berjalan merambat di penghantar sistem transmisi dengan
kecepatan mendekati cahaya. Surja dengan panjang gelombang dalam orde
mikro detik ini membuat dua logam pada arrester akan bekerja saling
terhubung dan menyalurkan arus listrik (sebagai konduktor). Namun fungsi
konduktor ini tidak akan mengenai sistem kelistrikan yang ada karena salah
satu kutub itu akan meneruskan ke tempat pembumian.
5. Pemeliharan Lightning Arrester meliputi beberapa tahap salah satunya yaitu
proactive maintenance, yakni pemeliharan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya failure(kegagalan) peralatan (Predictive dan preventive
maintenance).

39
5.2 Saran
Untuk Gardu Induk 150 Kv Gondangrejo :
1) Manfaatkan lahan kosong disekitar lingkungan gardu induk untuk ditanami
pepohonan yang dikira tidak mengganggu sistem gardu induk seperti
pepohonan buah, agar terlihat lebih asri, hijau dan tidak terlalu panas.
2) Fasilitas olahraga untuk menunjang operator dalam menjaga kesehatan dan
mengusir bosan ketika sedang tidak ada pekerjaan.
Untuk Mahasiswa Praktik Kerja Nyata :
1) Berusahalah untuk lebih proaktif untuk memahami segala yang ada di gardu
induk.
2) Perhatikan dan pelajari semua yang diberikan oleh pembimbing kerja
dilapangan, serta minta data-data yang diperlukan.
3) Jangan ceroboh ketika melakukan pekerjaan, selalu menanyakan atau
menunggu instruksi dari pembimbing lapangan.
4) Selalau Perhatikan keselamatan kerja, seperti memakai helm yang standar
saat dilapangan.

40
DAFTAR PUSTAKA

PT. PLN (PERSERO). 2014. Himpunan Buku Pedoman Pemeliharan Primer


Gardu Induk. Jakarta:PT. PLN (PERSERO)
Muharram, Audhie Restu. 2016. Lightning Arrester (LA). www.bloglistrik.com.
Diakses pada 28 November 2017.
Sugeng. 2017. Mengenal Arrester, apa fungsi dan bagaimana prinsip kerja serta
pemasangannya. www.duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com Diakses pada
28 November 2017.

41
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA NYATA
PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER PADA PT.PLN (PERSERO)
TRANS JBT AREA PELAKSANAAN PEMELIHARAAN SALATIGA
BASECAMP SURAKARTA GARDU INDUK 150 kV GONDANGREJO

Disusun oleh :

Muhamad Panji Panuntun (D400140013)


Ilham Fahmi Huda (D400140041)

Mengetahui, Telah di periksa dan disetujui,


Ketua Program Studi Dosen Pembimbing,
Teknik Elektro

Umar, ST, MT. Bambang Hari P., S.T., M.T.

42
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA NYATA
PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER
PT.PLN (PERSERO) TRANS JBT AREA PELAKSANAAN
PEMELIHARAAN SALATIGA BASECAMP SURAKARTA GARDU
INDUK 150 kV GONDANGREJO

Disusun oleh :

Muhamad Panji Panuntun (D400140013)


Ilham Fahmi Huda (D400140041)

Dilakasanakan pada tanggal :


4 September – 30 September 2017

Mengetahui,
SPV Gardu Induk Gondangrejo

Mualif Yusron

43
LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA)
PADA GARDU INDUK 150 KV GONDANG REJO
PT. PLN (PERSERO)
TRANS JBT APP SALATIGA

Laporan Praktek Kerja Nyata ini digunakam sebagai


Salah satu syarat memenuhi tugas Praktek Kerja Nyata Konsentrasi Sistem Tenaga
Listrik pada Program Studi Teknik Elktro

Disusun Oleh :

Muhamad Panji Panuntun (D400140013)


Ilham Fahmi Huda (D400140041)

44
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

45

Anda mungkin juga menyukai