PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak masalah dalam proses pembelajaran di sekolah,
lebih tepatnya di kelas, di mana siswa di tempatkan sebagai pendengar
setia saat guru menyampaikan konsep materi belajar. Sehingga siswa
merasa bosan dengan hanya duduk diam dan mendengarkan, seolah tidak
ada waktu yang terpakai untuk berfikir dan berkreasi seefektif mungkin.
Pemahaman siswa akan konsep materi yang diajarkan akan dirasa kurang
begitu dimengerti karena siswa tidak merasakan betul apa yang
disampaikan guru di kelas dan ini dirasa tidak efektif dalam proses
pembelajaran. Berkenaan dengan itu Isriani (2012) mengemukakan bahwa
guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa
hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik belajar.
Saat ini penting kiranya siswa mulai diberikan keluasan untuk
mendapatkan pengalaman dan pemahaman atas informasi yang diperoleh
dari penemuan-penemuan atau eksperimen-eksperimen yang mereka buat.
Dan tentunya akan menambah daya kreatifitas siswa di kelas.
Mahanal (2009: 1-2) mengatakan bahwa mata pelajaran biologi
memungkinkan untuk menghubungkan antara teori dengan praktek yang
bersifat membangun pengetahuan peserta didik (konstruktivistik) terhadap
lingkungan sekitar, sehingga tujuan KTSP dimungkinkan dapat tercapai
secara maksimal. Menurut Permendiknas RI no 22 tahun 2006 (dalam
Mahanal, 2009) mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Selanjutnya
dikemukakan juga bahwa permasalahan yang timbul adalah siswa tidak
mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
Karena itu perlu adanya suatu formulasi yang membawa siswa
pada tingkat kreatifitas yang lebih. dengan waktu yang cukup, sesuai
dengan waktu yang di gunakan untuk satu konsep bahasan, demi
tercapainya kurikulum yang sudah ditetapkan di sekolah juga penggunaan
media dan model yang tidak terlalu sulit dapat mempermudah siswa dan
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran yang
dimaksud adalah model project based learning, yang selanjutnya disebut
pembelajaran berbasis proyek. Isriani dan Dewi (2012: 128) mengatakan
bahwa model pembelajaran ini memiliki potensi yang besar untuk
memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa
Hasil penelitian di Amerika memperlihatkan bahwa pembelajaran berbasis
proyek telah menunjukkan hasil yang memuaskan (Richmond & Striley,
1996 dalam Miswanto, 2011: 61).
Dalam hal ini pokok bahasan Pencemaran Lingkungan yang
notabene merupakan pokok bahasan berwawasan lingkungan, harus betul-
betul dipahami oleh siswa tidak hanya untuk ketercapaian kurikulum tetapi
bagaimana siswa secara sadar memahami untuk kemudian menjaga
lingkungannya dari sesuatu yang menjadi pencemar lingkungan itu sendiri.
Ini akan dirasakan siswa juga guru bila menggunakan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek. Pembelajaran Berbasis Proyek ini lebih memusatkan
pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi siswa
dalam merancang sebuah proyek yang kemudian akan mereka kerjakan
dalam waktu yang sudah guru sediakan sesuai dengan konsep yang
diajarkan. Pada akhirnya siswa akan memahami konsep tersebut (baca:
Konsep Pencemaran Lingkunan) dengan proyek-proyek yang mereka
lakukan. Dan ini akan menambah kreatifitas siswa.
Bertitik tolak dari uraian diatas dalam upaya peningkatan
kreatifitas siswa dan kualitas pembelajaran juga pengajaran biologi perlu
mengubah paradigma lama bahwa guru adalah pengelola. Kegiatan
mengajar menggunakan hal yang tidak beroriantasi pada ”Bagaimana
saya belajar (Tearcher Conterend)” tetapi lebih kepada ”bagaimana saya
membelajarkan siswa”. Sehingga dianggap penting bagi peneliti untuk
dilakukan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Model PjBL
(Project Basid Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kreatifitas Siswa
pada Konsep Pencemaran Lingkungan di MAN Babakan Ciwaringin
Cirebon”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengguanaan Model PjBL (Project Based Learning) pada
Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan Ciwaringin?
2. Seberapa besar peningkatan kreatifitas siswa di MAN Babakan
Ciwaringin setelah menggunakan Model PjBL (Project Based
Learning)?
3. Adakah perbedaan kreaatifitas siswa yang diajar dengan
menggunakan Model PjBL (Project Based Learnign) pada konsep
Pencemaran Lingkungan dengan yang tidak?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji penggunaan PjBL (Project Based Learning) pada
Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan Ciwaringin.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kreatifitas siswa di
MAN Babakan Ciwaringin setelah menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning).
3. Untuk mengkaji perbandingan kreatifitas siswa yang diajar dengan
menggunakan PjBL (Project Based Learning) pada konsep
Pencemaran Lingkungan dengan yang tidak.
D. Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan bagi guru dalam menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning)
2. Guru dapat menggunakan Model PjBL (Project Based Learning)
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Meningkatkan Kreatifitas siswa khususnya pada konsep Pencemaran
Lingkungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pemebalajaran dalam tutorial (Trianto, 2011: 51). Model ini merupakan
karakteristik yang dimunculkan dalam pembelajaran sebagai langkah untuk
melaksanakan pembelajaran di kelas. Model harus sesuai dengan materi yang
diajarkan karena setiap materi atau konsep memiliki karakteristik tersendiri
sehingga bisa jadi suatu konsep tertentu harus menggunakan model tertentu
juga. Bila tidak menggunakan model yang cocok maka pembelajaran menjadi
tidak efektif yang dampaknya pada pemahaman siswa.
Joyce dan Weil (1992 dalam Trianto: 51) menyatakan bahwa: Models
of teaching are really models of learnign. As we help student acquire
information, ideas, skills, value, way of thinking and means of expressing
themselves, we are also teching them how to learn. Ini artinya guru harus
membantu siswa dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara
berfikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Jadi guru tidak memberikan
secara langsung tetapi bagaimana siswa diarahkan untuk menemukan sendiri.
C. Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas
dengan melibatkan kerja proyek (Isriani dan Dewi, 2012: 127). Menurut
Mahanal (2009: 2) pembelajaran PBL secara umum memiliki pedoman
langkah: Planning (perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi),
dan Processing (pengolahan). Selanjutnya dkemukakan bahwa PBL
mendukung pelaksanaan KTSP untuk mencapai tujuan pembelajaran biologi,
mengingat PBL merupakan pembelajaran yang komprehensif
mengikutsertakan siswa melakukan investigasi secara kolaboratif. PBL
membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh
yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Situasi belajar,
lingkungan, isi, dan tugas-tugas yang relevan, realistik, otentik, dan
menyajikan kompleksitas alami dunia nyata mampu memberikan
pengalaman pribadi siswa terhadap obyek siswa dan informasi yang diperoleh
siswa membawa pesan sugestif cukup kuat.
Begitu juga mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan
dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Ini sesuai dengan Pembelajaran
Berbasis proyek yang notabene lebih menekankan pada siswa melakukan dan
menemukan.
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis proyek
Menurut Thomas (2000, dalam Isriani, 2012: 127-128) fokus pembelajaran
terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan
siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatantugas-tugas
bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom
dalam mengontruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya
untuk menghasilkan produk nyata.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Sedikitnya ada lima prinsip pembelajaran berbasis proyek menurut Thomas
seperti dikutip Wena (2011, dalam Isriani, 2012: 128), antara lain:
a. Prinsip Sentralisk
Prinsip sentralis menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari
kurikulum.
b. Prinsip pertanyaan pendorong
Prinsip ini merupakan external motivation yang mampu menggugah
kemandiriannya dalam mengajarkan tugas-tugas pembelajaran
c. Prinsip Otonom
Merupakan kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran .
d. Prinsip Realistis
Prinsip mengatakan bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan
sepoerti di sekolah.
D. Kreatifitas
Kreatifitas yang diangkat apada penelitian ini yaitu kreatifitas yang
berfokus pada produk. Definisi yang berfokus pada produk kreatif
menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969)
yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele
(1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai
makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat
sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah
ada sebelumnya.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan
diatas peneliti menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi
ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif
(berbeda/lebih baik)”.
C. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah:
1. SIKLUS SATU
a) Tahap Perencanaan (Planning) :
1) Mengidentifikasi masalah
2) Menganalisis dan merumuskan masalah
3) Merancang pembelajaran dangan menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning)
4) Membuat rancangan indikator keberhasilan
5) Mendiskusikan penerapan penggunaan Model PjBL (Project
Based Learning)
6) Menyiapkan instrumen (pedoman observasi, angket dan tes
akhir)
7) Menyusun perencanaan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merancang dan melakukan
suatu proyek
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dengan menggunakan metode eksperimen tipe
Quasi Eksperimen (Sugiyono, 2012: 77). Penelitian ini direncanakan 2
siklus. Setiap siklus dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam mengenal konsep awal
Pencemaran Lingkungan diberikan test awal (pretes). Setiap siklus
dilaksanakan sesuai yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa dalam mengenal konsep pencemaran lingkungan dan
mengoptimalkan aktifitas dan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu penerapan Model PjBL (Project Based Learning) yang
dilanjutkan dengan diskusi kelompok kemudian diskusi kelas.
Dengan berpedoman pada evaluasi diatas, maka dilaksanakan
penelitian Quasi Eksperimen ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning).
2. Pelaksanaan tindakan (action).
3. Observasi (observation).
4. Refleksi (reflektion).
Daftar Pustaka
Usman, Moh Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Oleh:
Ayub Al Ansori
NIM: 59461226
IDENTITAS SISWA
1. Nama :.............................
2. Kelas :............................
TUGAS YANG DIBERIKAN
1. Judul proyek : Pengamatan Pencemaran Lingkungan Sungai
2. Tugas ke :1
3. Jangka waktu tugas : 1 minggu
No STANDAR SKOR/SKALA
1 Perencanaan Proyek (Lembar Observasi, 1 2 3 4
Angket Wawancara dan Proyek yang dibuat)
2 Pelaksanaan Proyek 1 2 3 4
3 Pembuatan Laporan Pyoyek 1 2 3 4
4 Presentasi Proye 1 2 3 4
Rubrik:
Skor Deskripsi
4 Memiliki catatan lengkap (catatan observasi, foto2, hasil
wawancara), Membuat laporan dengan lengkap,
Mempresentasikan laporan dengan lengkap di sertai data-data