Anda di halaman 1dari 21

ETIKA DALAM BISNIS

NORMA, MORAL, DAN ETIKA DALAM BISNIS GLOBAL

Kelompok 12
Anggota :
1. Sofi Naqiyyah 1913290007
2. Nabila Ade W 1913290012
3. Silvia Maharani 1913290018
4. Astri Dewi Rahayu 1913290008
5. Syafa 1913290023
6. Chefia Ratih 1914290070
7. Risa 1913290023

Dosen :
SUMARI, SE., M.M

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I 2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Norma, Moral, dan Etika dalam Bisnis Global.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kepada Dosen SUMARI, SE., M.M pada Mata Kuliah Etika Bisnis Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Norma,
Moral, dan Etika dalam Bisnis Global bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Hormat Kami

Kelompok 12

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN ........................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................5
Bab II PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Etika Bisnis Di Dunia Untuk pembangunan............................................6
2.2 Menegakan Bisnis.................................................................................10
2.3 Prinsip Penerapan Etika Bisnis.............................................................12
2.4 Dampak Pembanguna Ekonomi Terhadap Lingkungan Hidup.............14
2.5 Kerja Sama Ekonomu Asia Pasifik (APEC)..........................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................21

3
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bisnis adalah fenomena modern yang tidak bisa dipisahkan dari
masyarakat. Bisnis dilakukanoleh manusia dengan manusia yang berarti
norma atau nilai-nilai yang baik terbawa dalamkehidupan bisnis. Dalam
praktik seorang pebisnis lebih suka menggunakan/berhubungandengan
perusahaan yang baik kualitasnya dalam segala aspeknya. Bisnis
merupakan prosesnegosiasi antara dua pihak atau lebih yang dilakukan
dengan tujuan untuk mencapaikesepakatan bersama yang bermotif untuk
mendapat keuntungan. Dalam beberapa tahun inidunia ekonomi
berkembang sangat pesat dan bersifat modern. Perkembangan ekonomi
yangsangat pesat tentunya memiliki faktor-faktor yang harus diperhatikan
oleh pelaku ekonomi. Dalam perusahaan dibutuhkan perencanaan jangka
panjang dan strategi yang tepat untukdapat bersaing dalam persaingan
global yang sangat ketat saat ini.
Apabila suatu perusahaan tidak melakukan perencanaan yang tepat,
maka perusahaan tersebut akan berdampak kalahbersaing dengan
perusahaan lain dan akan berdampak pada kebangkrutan. Maka dalam
halini perusahaan harus pintar dan cermat dalam memilih strategi sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi
pemahaman kitatentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi,
teknologi, transaksi, aktivitas danusaha yang kita sebut bisnis. Etika bisnis
merupakan studi standar formal dan bagaimanastandar itu diterapkan ke
dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modernuntuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada
orang-orang yang ada didalam organisasi.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud etika,bisnis di dunia usaha untuk pembangunan?
2. Bagaimana menegakan Etika Bisnis
3. Apa prinsip penerapan Etika Bisnis
4. Bagaimana dampak Pembangunan Ekonomi Terhadap Lingkungan
Hidup
5. Bagaiman Kerja sama Ekonomi Asia Paifik (APEC).

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui Etika Bisnis di Dunia Usaha Untuk Pembangunan
2. Dapat mengetahui Bagaimana Menegakan Etika Bisnis
3. Dapat mengetahui Prinspi Etika Bisnis
4. Dapat mengetahui dampak Pembanguna Ekonomi Terhadap Lingkungan
Hidup
5. Mengetahui Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik

5
Bab II
Pembahasan

2.1 Etika Bisnis Di Dunia Untuk pembangunan


Sebenarnya Etika Bisnis mulai ramai didiskusikan kira-kira pada 80-an
ketika dunia bisnis Internasional terjadi penyimpangan yang melibatkan para
pelaku bisnis di perusahan Internasional. Dengan melaksanakan bisnis yang
baik di sertai dengan etika yang ada, dan didukung oleh tata kelola perusahaan
yang baik, maka para pelaku bisnis yang ada di komunitas tersebut akan
berjalan dengan baik. Jika para pelaku bisnis itu mendapatkan profit dan roda
perekonomian dapat berjalan, tentunya akan memberikan dampak bagi
pembangunan di negara dimana pelaku bisnis itu melakukan kegiatannya.
Dapat dibayangkan jika suatu negara para pelaku-pelaku bisnis itu tidak
menjalakan etika maupun peraturan yang berlaku. Mereka akan menjalakan
usahannnya dengan berbagai cara hanya untuk mencari keuntungan. Sebagai
contoh adalah adanya penyuapan, pemberian grativikasi kepada pejabat
tertentu, hadiah, dan lain-lain. Hal ini tentu akan merusak mentalitas bangsa itu
sendiri.
Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini, telah membentuk lembaga
independen yang mengawasi perilaku-perilaku pejabat publik dan pelaku bisnis
dalam melakukan kegiatannya, misalnya Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), Pengadilan Tindak Pidana Korupsi ( Tipikor ), Satgar Mafia Hukum dan
Sebagainya. Lembaga-lembaga ini dibentuk guna memberikan dampak postif
bagi negara kita, terutama agar para pelaku bisnis ikut andil dalam roda
perekonomia kita. Dengan ekonomi berjalan baik dan efisien dan efektif dengan
aturan-aturan berlaku dan menerapkan Good Corporte Governance, maka
pembangunan ekonomi negara kita juga akan maju.
Namun pada kenyantannya, pelanggaran terhadap etika bisnis masi sering
dijumpai di Indonesia. Praktik bisnus selama ini dinilai masi cenderung
mengabaikan etika, rasa keadilan dan sering kali didukung dengan praktik-
praktik yang tidak terpuju ( moral hazard). Pelanggaran etika yang sering
dilakukan oleh pihak “Pelaku Bisnis Nakal”, menurut informasi dari KPK adalah

6
penyuapan dan pemerasan. Berdasarkan data dari Word Bank, dalam setiap
tahun di seluruh dunia sebanyak US$ 1 Triliun ( sekita Rp 9.000 Triliun ) uang
habis diperuntukan sebagai uang suap. Dana itu diyakini telah meningkatkan
biaya opersional perusahaan atau ekonomi biaya tinggi ( high cos ecomony )
yang tentunya perusahaan akan tidak efisen dalam menjalakan usahanya.
Karena begitu sangat penting etika bisnuis tersebut, maka dapat ditinjau dari
dua prespektif makro dan mikro
1. Prespektif Makro
Pertumbuhan pembanguna suatu neara sangat tergantung pada
efektifitas dan efisen sistem pasar dalam mengalokasikan barang dan
jasa. Beberapa kindis yang diperlukan supaya sistem dapat bekerja
secara efektif dan efisen adalah :
a. Adanya hak memiliki dan mengelola prperti swasta
b. Adanya kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa
c. Adanya ketersediaan informasi yang akuran berkaitan dengan
barang dan jasa
Apabila dari salah satu subsistem, dalam sistem pasar ini
melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan dapat
memepengaruhi keseimbangan sistem menghambat
pertumbuhan sistem secara makro
Contoh contoh perilaku tidak etis pada prespektif makro adalah :
a. Penyuapan / Graktivikasi, yaitu dengan memberikan sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan
seorang pejabat alam melaksankan kewajiban publik. Suap
yang dimaksudkan untuk memanipulasi sesorang dengan
membeli pengaruh. “Pembelian’ Itudapat melakukan dengan
membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun
‘pembayarankembali’ setelah deal terlaksana
b. Tindakan pemaksaan merupakan tekanan, pembatasan,
dorongan dengan paksa menggunakan jabatan atau ancaman
untuk memkasakan kehendak. Tindakan pemaksaan ini

7
mislaknya berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan
jabatan, pemecatan, atau penolakan terhadap sesorang.
c. Informasi palsu ( Deceptive information), yaitu memberikan
informasi yang tidak benar dan salah untuk mengetahui atau
menutupu sesuatu yang tidak benar
d. Pencuriaan dan penggelapan : tidak hanya dibidang politik dan
militer, didalam bidang bisnis pun sudah ada kegiatan
spionase. Misalnya Polisi Amerika telah menangkap dua orang
warga cina dengan tunduhan mencuri eancangan microchip
dan rahasia perusahaan dari perusahaan komputer sun
microsystem Inc, dan Trident microsystem Inc mereka
ditangkap di bandar udara San Fransisco saat akan terbang ke
negeri Cina
e. Perlakuan diskriminantif, yaitu perlakuan tidak adil dan
penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan
oleh ras, jenis kelami, kewarganegaraa, atau agama
2. Prespektif Mikro
Dalam lingkup mikro perilaku etis identik dengan kepercayaan atau
trust. Dalam lingkup mikro terdapat rantai relasi dimana pemasok
( supplier) perusahaan, kosnumen, dan karyawan saling
berhubungan dalam kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi. Tiap
mata rantai di dalam relasi harus selalu menjaga etika, sehingga
kepercayan yang mendasar hubungan bisnis dapat terjaga dengan
baik
Bagaimana etika bisnis bagi pelaku bisnis dapat beperan dalam
menciptakan keberlangsungan usaha? Sebagian besar perusahaan berusaha
menciptakan adanya repetitve purchase ( pembelian berulang ) yang dilakukan
konsumen. Hal ini hanya dapat terjadi jika konsumen merasakan “Puas”
( custumer satisfaction) dalam mengkonsumsi produk tersebut. Perilaku tidak
etis yangdilakukan oleh perusahaan dapat mencedarai kepuasan konsumen ini.
Dalam kaitannya dengan relasi bisnis, setiap perusahaan ingin bekerja
sama dengan perusahaan yang dapat dipercaya. Kepercayaan (trust) ini ada di

8
dalam reputasi perusahaan yang tidak dapat diciptakan dalam waktu singkat.
Perilaku etis adalah salah satu komponen utama dalam membangun reputasi
perusahaan.
Dalam hubungan dengan pihak perbankan, banyak perbankan yang
memasukkan komponen etika bisnis dalam mempertimbangkan pengesahan
permohonan kredit. Pihak perbankan lebih yakin dalam mengabulkan pinjaman
terhadap perusahaan yang telah melaksanakan prinsip-prinsip Corporate Social
Responsibility.
Dalam skala global, telah merebak kesadaran baru bahwa selain
memiliki hak-hak sebagai konsumen, mereka juga memiliki kewajiban. Mereka
menyadari bahwa perilaku konsumsi mereka dapat berpengaruh terhadap
ketidakadilan dan kerusakan lingkungan. Itu sebabnya, lapisan masyarakat
yang terdidik mulai selektif di dalam mengonsumsi suatu barang/jasa. Mereka
tidak akan membeli barang yang diproduksi oleh perusahaan yang membalak
hutan. Mereka menolak produk dari pabrik yang tidak memberi upah yang layak
kepada buruhnya.
Sedangkan secara internal, penerapan etika juga dapat meningkatkan
kinerja dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Hal ini terjadi akibat pihak
manajemen dan karyawan yang cenderung hanya mencari keuntungan,
sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etika yang berlaku. Segala
bentuk kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya
ditujukan sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi yang tidak sehat ini.
Di dalam persaingan atau kompetisi yang sangat tinggi, perusahaan
yang dapat bertahan adalah perusahaan yang inovatif, proaktif, dan berani
dalam mengambil risiko (take risk). Hal ini hanya dapat terjadi jika perusahaan
itu memiliki budaya perusahaan (corporate culture) yang suportif. Salah satu
syaratnya adalah adanya etika perusahaan,

9
2.2 Menegakan Bisnis
Pengertian etika harus dibedakan dengan etiket. Etiket berasal dari
bahasa Prancis etiguette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara
sesama manusia. Adapun etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah
moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila,
agama, suku, dan ras.
Berikut ini pendapat beberapa pakar bidang filsafat maupun etika:
“Etika merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu, etika mencari keterangan
(benar) yang sedalam-dalamnya, Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari
ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia. Apa yang tertemukan oleh etika
mungkin menjadi pedoman seseorang, tetapi tujuan etika bukanlah untuk
memberi pedoman, melainkan untuk tahu.” (Prof. Ir. Poedjawiyatna)

“Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan merupakan
filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaranajaran dan
pandangan-pandangan moral.” (Franz Magnis Suseno)

“Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.” (A. Sonny Keraf)

“Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika disebut pula
akhlak dan disebut pula moral.” (Drs. Sudarsono)
Dengan mempelajari dan memahami definisi dan pendapat-pendapat di
atas, maka kita mengetahui bahwa ada banyak pengertian tentang etika. Yang
penting bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada
kedudukan yang pantas dalam kegiatan bisnis. Tugas pelaku bisnis adalah
berorientasi pada norma-norma moral. Dalam melaksanakan pekerjaannya

10
sehari-hari dia berusaha selalu berada dalam kerangka 'etis', yaitu tidak
merugikan siapa pun secara moral. Tolak ukur dalam etika bisnis adalah
standar moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu mempertimbangkan
standar moral dalam mengambil keputusan: apakah keputusanku ini dinilai baik
atau buruk oleh masyarakat? Apakah keputusanku berdampak baik atau buruk
kepada orang lain? Apakah keputusanku ini melanggar hukum atau tidak?
Ada dua prinsip yang dapat digunakan sebagai indikator dalam dimensi etis
untuk tindakan pelaku bisnis dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Prinsip Konsekuentialis
Konsep etika ini berfokus pada konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang dilakukan seseorang. Ini artinya, penilaian apakah sebuah
keputusan dapat dikatakan etis atau tidak, itu tergantung pada
konsekuensi (dampak) dari keputusan tersebut. Misalnya, keputusan
mengalirkan lumpur panas ke laut. Penilaian etis atas keputusan ini
diukur dari dampaknya terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian
masyarakat.
2. Prinsip Nonkonsekuentialis
Konsep etika ini mendasarkan penilaian pada rangkaian peraturan yang
digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan. Penilaian
etis lebih didasarkan pada alasan, bukan pada akibarnya. Ada dua
prinsip utama di dalam konsep ini, yaitu:
A. Prinsip Hak: Menjamin hak asasi manusia. Hak ini
berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling
melanggar hak orang lain.
B. Prinsip Keadilan: Keadilan biasanya terkait dengan isu hak,
kejujuran, dan kesamaan. Prinsip keadilan dapat dibagi
meniadi tiga jenis, yaitu :
1) Keadilan distributif. Keadilan yang sifatnya
menyeimbangkan alokasi benefit dan beban
antaranggota kelompok. Benefit terdiri dari pendapatan,
pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan, dan waktu luang.

11
Beban terdiri dari tugas kerja, pajak, dan kewajiban
sosial.
2) Keadilan rctributif. Kcadilan yang terkait dengan
retribution (ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan
tindakan. Seseorang harus bertanggung jawab atas
dampak negatif atas tindakan yang dilakukannya
(kecuali jika tindakan tersebut dilakukan atas paksaan
pihak lain).
3) Keadilan kompensatoris. Keadilan yang terkait dengan
kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi
yang diterima dapat berupa perlakuan medis,
pelayanan, dan barang penebus kerugian. Masalah
terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus
kerugian, misalnya kehilangan nyawa manusia.
2.3 Prinsip Penerapan Etika Bisnis
Dalam ranah ilmu filsafat, kajian etika berusaha menjiwab secara kritis
terhadap pertanyaan: menyapa sebuah perbuatan ini dinilai baik atau buruk?
Namun dalam dunia bisnis secara praktis, kita harus mengoperasionalkan etika
bisnis sehingga dapat diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari. Berikut ini
adalah sepuluh prinsip di dalam menerapkan etika bisnis yang positif:
1. Etika bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi. Tidak ada perbedaan
yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat
merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita
yakini sebagai kebenaran
2. Etika bisnis itu berdasarkan pada fairness. Apakah kedua pihak yang
melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap
konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi
kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan
3. Etika bisnis itu membutuhkan integritas. Integritas merujuk pada
keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis
memperlakukan orang dengan hormat, jujur, dan berintegritas. Mereka
menepati janji dan melaksanakan komitmen.

12
4. Etika bisnis itu membutuhkan kejujuran. Bukan zamannya lagi bagi
perusahaan untuk mengelabui pihak lain dan menyembunyikan cacat
produk. Zaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur
mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
5. Etika bisnis itu harus dapat dipercayai. Jika perusahaan Anda terbilang
baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis
Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stakeholder
Anda.
6. Etika bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan
yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan
dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam
ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang
pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat
komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
7. Etika bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang
beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan
bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi,
ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban
terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal, dan lain. lain,
Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.
8. Etika bisnis itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah
bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan
bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada
saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak
punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan
yang beretika.
9. Etika bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus
merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik,
tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai, dan
harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat
dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.

13
10. Etika bisnis itu dimulai dari pimpinan. Kepemimpinan sangat
berpengaruh terhadap warna dari perusahaan ataupun institusinya.
Perilaku seorangpemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi
anak buahnya.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis
merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen
yang tidak puas, dapat berdampak menyebarnya keluhan itu kepada
komunitasnya atau masyarakat lainnya. Dalam era informasi yang serba cepat
dan canggih seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar
dengan cepat dan masif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok,
pemodal, dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya
cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.

2.4 Dampak Pembanguna Ekonomi Terhadap Lingkungan Hidup


Dengan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi terutama dunia bisnis,
maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Banyaknya
pembangunan pabrik maupun industri dalam pengolahan kekayaaan alam yang
dimiliki di negara kita seperti pertambangan mineral (batubara, minyak bumi,
emas, dan sebagainya) tentunya akan memiliki dampak terhadap ekosistem
yang ada. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang serius akan hal ini.
Dengan dibuatkan aturan-aturan dan sSanksi-sanksi hukum bagi pelaku bisnis
yang melanggar, akan mengurangi risiko pengrusakan terhadap lingkungan
hidup. Sehingga nantinya generasi penerus kita juga akan dapat menikmati
lingkungan hidup yang nyaman.
Dari uraian di atas, maka perusahaan sebagai institusi/lembaga bisnis,
selain mengejar keuntungan juga harus memiliki tanggung jawab terhadap
lingkungan hidup. Hal ini biasanya diimplementasikan terhadap tanggung jawab
sosialnya. Dalam ekonomi global istilah Corporate Social Responsibility (CSR)
mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah
kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 2Ist Century
Business (1998), karya John Elkington. Dalam Brundtland Report (1987),
Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus, yaitu 3P, yang dapat artikan
sebagai profit, planet, dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat
(people). Hal ini juga merupakan salah satu etika sebagai pelaku bisnis dalam
menjalankan bisnisnya.

14
Pada saat ini jika perusahaan yang menjalankan bisnisnya tanpa
memedulikan lingkungan hidup, maka akan mendapatkan kecaman dunia, dan
dalam komunitas bisnis akan dikucilkan bahkan ditinggalkan oleh rekan-rekan
bisnisnya. Contoh: pembalakan liar yang merusak lingkungan maka akan
berhadapan dengan sanksi masyarakat sekitarnya dan aparat hukum. Dari sisi
ekonomi tindakan terscbut memang dapat mendatangkan keuntungan yang
berlipat-lipat, namun dari segi etika dan aturan jelas merupakan tindakan
pelanggaran hukum dan merusak lingkungan hidup, yaitu merusak ekosistem
hutan.
Namun demikian, dewasa ini belum ada definisi CSR yang secara
universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi Corporate
Social Responsibility (CSR) di bawah ini menunjukkan keragaman
pengertian CSR menurut berbagai organisasi.
1. World Business Council for Sustainable Development
CSR adalah komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk
berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi,
dan meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya,
serta komunitas lokal dan masyarakat Juas pada umumnya.
2. International Finance Corporation
CSR adalah komitmen dunia bisnis untuk memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerja sama
dengan karyawan, keluarga mercka, komunitas lokal, dan
masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui
cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.
3. Institute of Chartered Accountants, England and Wales
CSR adalah jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis
mampu memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,
dengan memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham
(shareholders) mereka.
4. Canadian Government
CSR adalah kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi,
lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan
keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara
transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat
yang sehat dan berkembang.
5. European Commission
CSR adalah sebuah konsep dengan mana perusahaan
mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam
operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para
pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan prinsip
kesukarelaan.
6. CSR Asia

15
CSR adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi secara
berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan,
seraya menycimbangkan beragam kepentingan para stakeholder.
International Organization for Standardization, sebuah lembaga
sertifikasi internasional, saat ini sedang melakukan pengembangan
standar internasional ISO 26000 mengenai Guidance on Social
Responsibility yang juga memberikan definisi CSR, Meskipun pedoman.
CSR standar internasional ini baru akan ditetapkan tahun 2010, draf
pedoman ini bisa dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah:
"Tanggung jawab scbuah organisasi terhadap darnpak-dampak dari keputusan-
keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,
mempertimbangkan harapan para pemangku kepentingan, sejalan dengan
hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta
terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh”.

Pembangunan adalah milik masyarakat (community base development).


Agenda pemberdayaan ckonomi harus memihak kepentingan masyarakat
mewujudkan kesejahteraannya secara lebih adil dan berkesinambungan.
Strategi pemberdayaan masyarakat perlu dipahami dan menjadi komitmen
yang mendasar bagi segenap komponen masyarakat dalam menyelenggarakan
kebijaksanaan ekonomi melalui sistem perencanaan pembangunan yang
realistis, maupun melalui upaya pemihakan kepada ekonomi rakyat yang masih
tertinggal dan rawan kondisi krisis.

Dalam usaha pemberdayaan masyarakat dalam kerangka arah baru


pembangunan, merupakan perwujudan paradigma pembangunan berkelanjutan
yang berorientasi pada manusia (people centered sustainable development).
Strategi pemberdayaan masyarakat menekankan langkah nyata
pembangunan yang demokratis, yang berindikasikan proses pembangunan
dari, oleh, dan untuk masyarakat, yang berlangsung melalui serangkaian
proses perubahan struktur dengan fungsi yang benar secara
berkesinambungan. Proses perencanaan pembangunan yang demikian itu
ditujukan agar setiap komunitas di masyarakat yang menikmati pembangunan
haruslah mereka yang menghasilkan, dan mereka yang menghasilkan haruslah
yang menikmati.
Adanya perkembangan globalisasi ekonomi berdampak kepada
transformasi ekonomi di mana-mana, termasuk terjadi di Indonesia. Terdapat
tiga hal penting dari perkembangan ekonomi global tersebut yang sangat
berpengaruh, Pertama, disetujuinya hasil Putaran Uruguay tentang GATT
(General Agreement on Tariffs and Trade) tahun 1995 dan kemudian digantikan

16
oleh WTO (World Trade Organization) mulai tahun 1996. Secara global, hal ini
menandai terbentuknya perdagangan bebas yang bertujuan meminimumkan
hambatan perdagangan. Kedua, pemerintah Indonesia bersama 17 pemerintah
negara lain dalam pertemuan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation),
menghasilkan deklarasi Bogor (Bogor Declaration) tentang liberalisasi
perdagangan dan investasi yang akan berlaku pada 2010 untuk negara-negara
maju, dan tahun 2020 untuk negara-negara berkembang. Ketiga, pemerintah
negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, merencanakan untuk
memberlakukan AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada 2003.

Bagi Indonesia, upaya para pemerintah di hampir seluruh dunia yang


mengakui kehadiran World Trade Organization (WTO) serta Tencana
pemberlakuan blok-blok perdagangan regional secara bebas, jelas mempunyai
keterkaitan eksternal dan berdampak terhadap perekonomian domestik. Begitu
juga halnya dengan diterimanya kesepakatan liberalisasi perdagangan dan
investasi, mau tidak mau akan mendorong proses transformasi ekonomi dalam
negeri. Dampaknya akan menimbulkan berbagai implikasi bagi masa depan
perekonomian nasional dan regional.

2.5 Kerja Sama Ekonomu Asia Pasifik (APEC)


Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) yang dibentuk pada
1989 di Australia untuk pertama kalinya melakukan pertemuan ekonomi
informal para pemimpin ekonomi APEC di Blake Island, Amerika Serikat
pada 1993. Pada pertemuan tersebut telah dikeluarkan suatu APEC
Leaders Economic Vision Statement, yang pokok-pokok isinya adalah:

1. Menyadari adanya keterkaitan (interdependence) dan


keanekaragaman (diversity) yang ada, maka dikembangkanlah
suatu komunitas (community) ekonomi Asia Pasifik. Para
anggotanya bersepakat menciptakan dasar-dasar ekonomi
bagi kawasan Asia Pasifik dengan menggalang kekuatan,
memperkuat kerja sama dan mendorong kesejahteraan.
2. Dasar-dasar pertumbuhan ekonomi adalah sistem
perdagangan multilateral dan oleh karena itu, diberikan
dukungan penuh agar Putaran Uruguay dapat diselesaikan
secara berhasil.

17
3. Perlu dilakukan pembicaraan lanjutan untuk mengurangi
hambatanhambatan perdagangan dan investasi agar
perdagangan dapat diperluas di dalam kawasan dan di dunia:
sehingga barang, jasa, modal, dan investasi mengalir bebas di
kawasan ekonomi.

Dalam pertemuan di Blake Island, Konferensi APEC membentuk


visi masyarakat ekonomi Asia-Pasifik, juga diputuskan agar pertemuan
serupa dapat disclenggarakan di Bogor-Indonesia sebagai tuan rumah,
dan Ketuanya adalah Presiden Republik Indonesia. Pada Pertemuan
Ekonomi APEC 15 November 1994 di Bogor berhasil mengeluarkan
Deklarasi Para Pemimpin Ekonomi APEC tentang Tekad Bersama
(APEC Economic Leaders Declaration of Common Resolve), yaitu:

“Ini adalah suatu peristiwa bersejarah di mana para pemimpin


ekonomi kawasan Asia Pasifik, suatu kawasan yang paling
dinamis pertumbuhannya di dunia, menjawab tantangan
perubahan ekonomi regional dan global yang cepat, menggalang
potensi ekonomi bersama bagi pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat, memberikan sumbangan penting bagi masa
depan ekonomi dunia dengan menyatakan di Bogor telah
ditentukan rancangan mengenai masa depan kerja sama ekonomi
demi perbaikan prospek pertumbuhan ekonomi yang dipercepat,
seimbang dan merata, tidak hanya di kawasan Asia Pasifik, tetapi
juga di seluruh dunia.”

Pertemuan para pemimpin ekonomi APEC tersebut juga sepakat


menentukan landasan idiil, konstitusional, dan operasional untuk
menjalin kerja sama ekonomi di kawasan Asia-Pasifik secara
berkelanjutan. Meletakkan - dasar-dasar kerja sama masa depan Asia-
Pasifik itu. Isu mengenai Kemitraan, — adalah prinsip-prinsip saling
menghormati dan saling menguntungkan merupakan landasan idiil.
Persetujuan GATT dan WTO sebagai landasan konstitusional, dan

18
semua persetujuan APEC dengan prinsip yang kuat membantu yang
lemah menjadi landasan operasionalnya.

Kerja sama ekonomi negara-negara Asia-Pasifik dilakukan untuk


mendorong sebagai berikut.

1. Diperkuatnya sistem perdagangan multilateral yang terbuka


(berdasarkan persetujuan GATT dan WTO):
2. Perluasan liberalisasi perdagangan dan investasi dalam Asia-
Pasifik,
3. Peningkatan kerja sama pembangunan Asia-Pasifik.

Oleh karena itu, dibuatlah deklarasi yang mengemukakan tekad


semua anggota agar ikut melaksanakan sepenuhnya komitmen-
komnitmen terhadap GATT dan berpartisipasi penuh dalam WTO yang
juga dilakukan melalui liberalisasi unilateral-deregulasi.

Tujuan jangka panjang adalah terciptanya perdagangan dan


investasi yang bebas dan terbuka di Asia-Pasifik (free trade and
investment in the area). Pada pelaksanaan liberalisasi perdagangan dan
investasi di kawasan Asia-Pasifik, para pemimpin APEC sepakat
menetapkan sejumlah sasaran dan tujuan yang spesifik, termasuk
perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di Asia-Pasifik
paling lambat tahun 2010 untuk negara maju dan negara berkembang.
Perluasan dan percepatan program fasilitasi tahun 2020 perdagangan
dan investasi, dan mengintensifkan kerja sama pembangunan untuk
mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan, pembangunan yang
merata, dan stabilitas nasional.

Dalam pertemuan APEC di Jepang pada 1995 disepakati Agenda


Aksi Osaka yang merupakan landasan bagi APEC daiam bekerja guna
mencapai tujuan bersama. Agenda tersebut berdasarkan pada
liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi yang menyertainya,
serta kerja sama ekonomi dan teknik.

Program-programnya mencakup 12 area, yakni:

19
1. Pembangunan SDM (sumber daya manusia)
2. Ilmu pengetahuan
3. Teknologi Industri
4. Perusahaan kecil dan menengah
5. Energi
6. Transportasi
7. Telekomunikasi dan informasi
8. Pariwisata
9. Investasi dan perdagangan
10. Promosi perdagangan
11. Konseryasi sumber daya kelautan, dan
12. Teknologi pertanian.

Pada saat ini bangsa Indonesia telah memasuki era reformasi dan
pasca reformasi di semua bidang, termasuk bidang pembangunan
ekonomi. Dalam era ini akan dilanjutkan, ditingkatkan, diperluas, dan
lebih diperdalam kegiatan pembangunan dalam segala bidang guna
mencapai sasaran utama pembangunan, yaitu terciptanya kualitas
manusia dan masyarakat

Indonesia yang maju. Sehingga dalam upaya melanjutkan dan


meningkatkan pembangunan, tantangan yang dihadapi semakin berat
dan kompleks. Oleh karena itu, dalam upaya mencapai sasaran
pembangunan di masa mendatang, harus tanggap terhadap
perkembangan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun
global yang harus dimanfaatkan untuk lebih memacu perkembangan
ekonomi nasional dan daerah.

20
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Etika bisnis bagi pelaku bisnis dapat beperan dalam menciptakan
keberlangsungan usaha, Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran
baik-buruk bagi tingkah laku manusia. Apa yang tertemukan oleh etika mungkin
menjadi pedoman seseorang, tetapi tujuan etika bukanlah untuk memberi
pedoman, melainkan untuk tahu. Dengan semakin berkembangnya kegiatan
ekonomi terutama dunia bisnis, maka sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap lingkungan hidup.Adanya perkembangan globalisasi ekonomi
berdampak kepada transformasi ekonomi di mana-mana, termasuk terjadi di
Indonesia. Terdapat tiga hal penting dari perkembangan ekonomi global
tersebut yang sangat berpengaruh, Oleh karena itu, dalam upaya mencapai
sasaran pembangunan di masa mendatang, harus tanggap terhadap
perkembangan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun global yang
harus dimanfaatkan untuk lebih memacu perkembangan ekonomi nasional dan
daerah.

21

Anda mungkin juga menyukai