Anda di halaman 1dari 4

TUGAS EKONOMI MANAJERIAL

CONTOH KASUS PADA MATERI RPS 12

OLEH KELOMPOK 8 :

Putu Ananda Mahardika Putra (1807521135)

Ida Bagus Wiwekananda (1807521140)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020
Kasus Diskriminasi Harga Tingkat Pertama

Diskriminasi harga derajat I dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda

untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing

konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Walaupun harga

yang ditetapkan berbeda-beda, tetapi biaya yang dikeluarkan oleh produsen adalah sama.

Contoh dari diskriminasi harga adalah pelayanan dokter dan tiket pesawat terbang. Jika si

dokter mengetahui bahwa tingkat ekonomi pasien lemah, dokter bisa meminimalkan biaya

bahkan bisa menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk pasien yang mampu secara

ekonomi dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter untuk menangani setiap

pasien sama. Tetapi karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi pasien, dokter tidak

menerapkan beban biaya yang sama kepada setiap pasiennya.

Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi harga Tingkat 1. Harga Tiket Pesawat

Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal 5 Febuari 2013

pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp. 500.000,00.

Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat yang sama) harganya

menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hampir 150%. Dalam satu pesawat yang sama,

kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang

dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen sama. Inilah contoh-contoh kasus diskriminasi

harga Tingkat 1, ketika perbedaan harga dibedakan berdasarkan daya beli setiap konsumen.

Kasus Diskriminasi Harga Tingkat Kedua

Diskriminasi harga Tingkat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-

beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price konsumen. Contoh: perbedaan

harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1

bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya.

Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada produk mie instan produksi PT.

Indofood sukses makmur, yang di jual di Carrefour Indonesia, sebagai berikut :

Tabel 1. Perbandingan Harga Indomie Pada Pembelian Kardus Dan Eceran

Nama produk Harga per Harga satuan Harga satuan Selisih


Kardus bila membeli eceran Harga
(Rp) 1 Kardus ( Rp ) (Rp)
(Rp)
Indomie Ayam bawang 51.500 1.287,5 1.400 112,5
Indomie Soto 51.500 1.287,5 1.400 112,5
Indomie Kari ayam 57.500 1.437,5 1.600 162,5
Indomie Goreng 56.500 1.412,5 1.600 187,5
Indomie Goreng 56.500 1.412,5 1.600 187,5

rendang
Keterangan :. 1 Kardus mie instan isi 40 pcs

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perbedaan harga pembelian eceran dan

pembelian banyak (kardusan). Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 112,5 sampai dengan

Rp187,5. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara eceran sebenarnya

menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen. Ketika membeli secara kardus, produsen

mendapatkan keuntungan pembelian 40 pcs secara langsung walaupun secara nominal lebih

sedikit dengan keuntungan pembelian 40 pcs secara eceran. Konsumen pun merasa diuntungkan

dengan harga yang lebih murah bila membeli banyak (kardus). Bagi konsumen yang tidak

memerlukan mie instan dalam jumlah banyak, pembelian secara eceran sangat menguntungkan

konsumen. Bagi produsen pun, penjualan secara eceran akan menambah keuntungan.

Kebijakan diskriminasi harga Tingkat 2 dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen

karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku
usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian

eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per kardus, sehingga konsumen lebih baik

membeli barang langsung per kardus daripada membeli barang eceran.

Kasus Diskriminasi Harga Tingkat Ketiga

Diskriminasi harga Tingkat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda

untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok

konsumen. Diskriminasi harga tingkat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui

reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok

konsumen.

Contoh kasus dari diskriminasi harga tingkat ketiga adalah perbedaan harga yang

ditawarkan oleh pedagang minuman dan makanan ringan. Untuk jenis produk yang sama, harga

makanan yang di jual di warung pinggir jalan dan di Bandara Soekarno Hatta mengalami

perbedaan sebesar Rp 5.000,00, sedangkan untuk harga minuman berbeda Rp. 2.000,00.

Perbedaan harga ini disebabkan karena menurut produsen, terjadi perbedaan kemampuan atau

daya beli antara dua lokasi tersebut. Produsen menganggap bahwa bandara merupakan kawasan

yang cukup elit, sehingga produsen menganggap bahwa konsumen mampu membeli dengan

harga yang lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban biaya antara di warung klontongan dan

di Bandara Soekarno Hatta adalah sama. Tetapi karena daya belinya yang berbeda, harga yang

ditawarkan pun berbeda.

Anda mungkin juga menyukai