OLEH KELOMPOK 8 :
Diskriminasi harga derajat I dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Walaupun harga
yang ditetapkan berbeda-beda, tetapi biaya yang dikeluarkan oleh produsen adalah sama.
Contoh dari diskriminasi harga adalah pelayanan dokter dan tiket pesawat terbang. Jika si
dokter mengetahui bahwa tingkat ekonomi pasien lemah, dokter bisa meminimalkan biaya
bahkan bisa menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk pasien yang mampu secara
ekonomi dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter untuk menangani setiap
pasien sama. Tetapi karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi pasien, dokter tidak
Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi harga Tingkat 1. Harga Tiket Pesawat
Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal 5 Febuari 2013
pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp. 500.000,00.
Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat yang sama) harganya
menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hampir 150%. Dalam satu pesawat yang sama,
kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang
dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen sama. Inilah contoh-contoh kasus diskriminasi
harga Tingkat 1, ketika perbedaan harga dibedakan berdasarkan daya beli setiap konsumen.
Diskriminasi harga Tingkat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-
beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price konsumen. Contoh: perbedaan
harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1
Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada produk mie instan produksi PT.
rendang
Keterangan :. 1 Kardus mie instan isi 40 pcs
pembelian banyak (kardusan). Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 112,5 sampai dengan
Rp187,5. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara eceran sebenarnya
menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen. Ketika membeli secara kardus, produsen
mendapatkan keuntungan pembelian 40 pcs secara langsung walaupun secara nominal lebih
sedikit dengan keuntungan pembelian 40 pcs secara eceran. Konsumen pun merasa diuntungkan
dengan harga yang lebih murah bila membeli banyak (kardus). Bagi konsumen yang tidak
memerlukan mie instan dalam jumlah banyak, pembelian secara eceran sangat menguntungkan
konsumen. Bagi produsen pun, penjualan secara eceran akan menambah keuntungan.
karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku
usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per kardus, sehingga konsumen lebih baik
Diskriminasi harga Tingkat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
konsumen.
Contoh kasus dari diskriminasi harga tingkat ketiga adalah perbedaan harga yang
ditawarkan oleh pedagang minuman dan makanan ringan. Untuk jenis produk yang sama, harga
makanan yang di jual di warung pinggir jalan dan di Bandara Soekarno Hatta mengalami
perbedaan sebesar Rp 5.000,00, sedangkan untuk harga minuman berbeda Rp. 2.000,00.
Perbedaan harga ini disebabkan karena menurut produsen, terjadi perbedaan kemampuan atau
daya beli antara dua lokasi tersebut. Produsen menganggap bahwa bandara merupakan kawasan
yang cukup elit, sehingga produsen menganggap bahwa konsumen mampu membeli dengan
harga yang lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban biaya antara di warung klontongan dan
di Bandara Soekarno Hatta adalah sama. Tetapi karena daya belinya yang berbeda, harga yang