Kenaikan Harga Kedelai yang Berdampak Pada Kelangkaan dan Kenaikan Harga Tempe (Studi Kasus)
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya
mengkonsumsi makanan bergizi, mengakibatkan konsumsi makanan olahan kedelai sebagai sumber protein nabati yang bergizi tinggi juga meningkat. Namun tingginya permintaan tersebut tidak diimbangi dengan meningkatnya produksi kedelai dalam negeri. Produksi kedelai yang terus menurun setiap tahunnya menyebabkan tingkat ketergantungan kedelai Indonesia terhadap impor cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sekitar 60 persen atau lebih total kedelai yang tersedia (“available supply”) digunakan untuk industry tempe. Kenaikan harga kedelai memberikan dampak yang cukup besar bagi industri tempe terkait dengan industri tempe memiliki skala industri kecil dan rumah tangga dengan modal yang kecil dan akses terhadap pinjaman dana juga terbatas. Kenaikan harga kedelai menyebabkan biaya produksi tempe meningkat, walaupun para pengrajin telah menaikkan harga jual tempe namun hasil penerimaan dari penjualan tahu tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Kondisi ini menyebabkan pengrajin tempe terancam kehilangan mata pencahariannya juga para pekerja menjadi pengangguran. Di sisi lain konsumen juga akan kesulitan dalam mendapatkan tempe sebagai bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan harga terjangkau. Dalam bulan Maret 2022 harga Tempe di pasaran sekitar Rp.3,000,- per potong nya, dan pada bulan Mei 2022 harga Tempe di pasaran sudah mencapai Rp.4,000- per potong nya. Jika kenaikan harga tersebut tetap berlanjut, maka dikhawatirkan banyak produsen tempe dan tahu tidak dapat melanjutkan usahanya dikarenakan pendapatan tidak dapat digunakan untuk menutupi kenaikan biaya produksi. Maka dari itu para produsen Tempe melakukan kebijakan dengan menaikkan harga Tempe di pasaran. Contoh soal terkait studi kasus: Harga tempe di pasar mengalami kenaikan, awalnya Rp.3,000- per potong dengan jumlah penawaran sebesar 20 potong. Setelah harga naik menjadi Rp.4,000- per potong dengan jumlah penawaran sebanyak 30 potong. Berapakah tingkat elastisitas penawarannya? Jawab: ∆Q = 30 potong – 20 potong = 10 potong ∆P = Rp 4.000 – Rp 3.000 = Rp 1.000 P = Rp 3.000 Q = 20 potong ∆Q P Es= ₓ ∆P Q 10 3.000 Es= ₓ 1.000 20 30.000 3 Es= = 20.000 2 Es= 1,5 Jadi, elastisitas penawaran tempe adalah 1,5. Ini menunjukkan bahwa penawaran tempe bersifat elastis, di mana tingkat perubahan yang ditawarkan jauh lebih besar daripada tingkat perubahan harganya.