Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Tata Tulis Laporan dan Karya Ilmiah
INDAH OKTAVIANI
521417002
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
menurun kan kitab al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia sepanjang zaman.
Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad saw yang telah menuntun dan
memberi pedoman untuk umat Islam sehingga dapat dijadikan sebagai dasar Ilmu
Pengetahuan dalam peradaban.
Adapun alasan kami membuat makalah ini yang berjudul kenaikan harga
cabe adalah karena ini merupakan tugas dari mata kuliah yang diberikan oleh
dosen kami yang telah memberi arahan serta masukan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Lebih lanjut, tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan
makalah kami ini, tentulah memiliki kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa
mendatang.
Demikianlah kata pengantar dari kami, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembacanya dan bernilai di mata Allah SWT.
1
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Budidaya Cabai dan Rantai Pemasarannya...............................................................3
2.2 Rata-Rata Harga Cabai di Indonesia..........................................................................4
3.2 Faktor Penyebab Kenaikan Harga Cabai di Indonesia...............................................5
2.4 Dampak Kenaikan Harga Cabai.................................................................................7
2.5 Solusi Mengatasi Kenaikan Harga Cabai di Indonesia...............................................7
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................10
3.2 Saran......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penurunan harga cabai yang mulai terlihat beberapa waktu terakhir ini
juga memperlihatkan pola yang tidak biasa. Berdasarkan pola historis, inflasi
cabai biasanya diikuti oleh deflasi pada bulan selanjutnya dengan magnitude
yang kurang lebih sama sehingga harga cabai cenderung kembali turun di
sekitar level harga ketika sebelum terjadi kenaikan. Namun, hingga awal tahun
2011 harga cabai masih bertahan pada level yang tinggi. Dengan kata lain,
harga cabai lambat untuk turun kembali. Meningkatnya harga cabai yang
cukup signifikan tersebut ditengarai terkait dengan menurunnya pasokan yang
dipengaruhi oleh adanya gangguan produksi yang cukup parah. Curah hujan
yang lebih tinggi (kemarau basah) yang terjadi hampir disepanjang tahun tidak
mendukung produksi tanaman cabai dan tanaman hortikultura lainnya pada
umumnya. Selain itu, spekulasi pedagang ditengarai memperparah besarnya
kenaikan harga.
3
Dan hal ini Diperparah dengan nilai tukar rupiah yang semakin
merosot. Apabila Inflasi yang terjadi saat ini tidak segera dilakukan tindakan
penyelesaiannya, maka dikhawatirkan akan terus menjadi tekanan terjadinya
inflasi yang semakin besar dimasa mendatang. Karena itu harus segera
dilakukan tindakan penyelamatan terhadap system perekonomian Indonesia.
1.3 Tujuan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
5
Gambar 1 Rantai Pemasaran Cabai Dari Petani ke Konsumen
Tabel 2 Harga Cabai Pada Berbagai Tingkatan Selama Tahun 2009-2011 (Rp)
Dari tabel 2, dapat di lihat bahwa harga cabai mengalami fluktuasi atau
kenaikan yang cukup signifikan dari rata-rata harga terendah dan rata-rata
harga tertinggi. Harga rata-rata terendah cabe merah keriting yang sampai ke
tangan konsumen hanya Rp 6.500,00 sedangkan rata-rata harga tertingginya
mencapai Rp 49.000,00. Untuk harga rata-rata terendah cabe rawit merah
sebesar Rp 12.000,00 sedangkan rata-rata harga tertingginya yaitu Rp
58.000,00. Kenaikan harga cabai tersebut mencapai 5 kali lipat dari harga
terrendahnya. Data tersebut merupakan data kenaikan rata-rata harga cabai di
Indonesia, sedangkan dibeberapa daerah, kenaikan harga cabai dapat
mencapai Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00 per kg. "Sebelum Tahun Baru
harga cabai mencapai Rp 80.000,00 per kg lalu turun Rp 60.000,00. Setelah
itu naik lagi Rp 70.000,00 sampai sekarang naik terus," tutur Aman, pedagang
cabai di Pasar Pandansari (06 Januari 2011). Bahkan di pasar tradisional,
harga cabai berkisar Rp 80.000,00 hingga Rp 100.000,00 per kg, yang
6
menurut beberapa pedagang bandrol Rp 100.000,00 per kg merupakan harga
terendah sebab sebelumnya harga berkisar Rp 120.000,00 per kg. Jika diecer,
yang biasanya dengan Rp 2.000,00 pembeli bisa mendapatkan cabai, maka
sekarang uang yang harus dikeluarkan adalah minimal Rp 5.000,00," keluh
pedagang. Berikut adalah data kenaikan harga cabai yang didapatkan dari
Badan Pusat Statistik Jawa Barat: untuk cabai merah besar, kenaikannya
mencapai 102%, sedangkan untuk cabai rawit, kenaikannya mencapai 127%.
Padahal pantauan BPS sebelumnya di 7 Kota di Jawa Barat saat Desember
2010, kenaikan harga cabai masih sekitar 60% untuk cabai merah dan 65%
untuk cabai rawit. Kenaikan ini mempengaruhi inflasi bahan pangan di
Indonesia. “Untuk cabai sendiri, andil inflasi terhadap kelompok bahan
makanan adalah sebesar 0.28% untuk cabai merah dan 0.12% untuk cabe
rawit,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Barat, Lukman Ismail. Semua
kenaikan ini dikarenakan permintaan cabai yang meningkat dan musim hujan
yang berlangsung pada beberapa pekan terakhir yang mengakibatkan
menurunnya jumlah produksi cabai. “Produksi cabai merah di Jawa Barat
pada tahun 2009 mencapai 209.000 ton dengan luas area lahan 16 ribu hektar,
sedangkan untuk cabai rawit adalah 106.000 ton dengan area lahan 7.849
hektar. Sedangkan data pada bulan Oktober lalu menyatakan bahwa jumlah
panen cabai merah menurun menjadi 175.000 ton dengan luas lahan yang
sama.
7
2. Hama/penyakit: Selain cuaca ekstrem, gagalnya panen cabai juga
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit (hama patek, virus kuning,
virus mozaik, jamur, dan ulat buah).
3. Bencana alam di wilayah lain: Secara nasional pasokan cabai di pasar
berkurang karena turunnya produksi dari sentra cabai yang terkena
dampak letusan Gunung Merapi (seperti Magelang, Yogyakarta,
Temanggung) dan Gunung Bromo (sekitar Probolinggo, Pasuruan,
Malang). Ini menyebabkan produksi cabai di empat kabupaten penelitian
menjadi sumber utama penyediaan cabai di Jawa.
4. Minat menurun: Jatuhnya harga cabai pada tahun 2009 yang turun
sampai Rp3.000-Rp4.000 per kg mengurangi minat petani untuk
menanam cabai walaupun lahannya tersedia. Penerimaan hasil penjualan
cabai yang menurun drastis membuat petani kekurangan modal untuk
menanam cabai di musim tanam berikutnya.
8
2. Biaya transportasi ikut mengalami kenaikan
3. Bunga bank relatif tinggi untuk pedagang yang meminjam uang di bank,
4. Danya pungutan-pungutan yang terjadi di lapangan.
5. Modal yang dimiliki oleh petani tidak mencukupi untuk sekedar
melindungi tanaman pangan yang telah ditanam
6. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani kecil di indonesia
7. Banyaknya tanaman cabai yang di serang hama dan akibatnya banyak
petani yang mengalami gagal panen.
8. Ketidakmampuan pemerintah mengimbangi harga pasar
9. Buruknya pengelolaan stok pangan nasional
10. Spekulasi para tengkulak
11. Hasil panen buruk
12. Lemahnya regulasi pengaturan harga oleh pemerintah.
9
1. Pemerintah perlu melakukan kajian mengenai rantai pemasaran cabai dan
bahan pangan lainnya sehingga dapat diketahui pada titik mana terjadi
inefisiensi pemasaran untuk selanjutnya dapat diambil langkah-langkah
penanggulangannya.
2. Dilakukan Pengembangan teknologi dan inovasi bidang pertanian.
3. Mengembangkan industri baru pengolahan cabai.
4. Membuat badan logistik pangan.
5. Membuat regulasi pengaturan harga.
6. Memotong mata rantai tengkulak.
7. Substitusi bahan baku cabai.
8. Penyuluhan yang dilakukan rutin terhadap kelompok tani di Indonesia.
9. Menggunakan alat penopang curah hujan semacam kelambu.
10. Pemerintah harus menyiapkan benih cabai bagi petani.
11. Menghimbau masyarakat untuk menanam cabai di rumahnya masing-
masing.
12. Mengurangi proporsi cabai pada proses produksi.
13. Memprioritaskan permintaan lokal dari pada ekspor.
14. Mengelola bahan baku sendiri.
15. Menambah nilai tambah produk.
16. Mengurangi impor bibit cabai.
17. Mengendalikan stok pangan nasional. Untuk pelaksanaannya perlu
dibentuk suatu badan pengawasan pangan yang dapat mengawasi kondisi
pangan di dalam negeri.
18. Melakukan stabilisasi harga pangan nasional. Untuk itu diperlukan adanya
regulasi pengaturan harga agar pemerintah dapat berperan penting dan
berperan langsung dalam mengendalikan harga pangan khususnya cabai.
19. Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi faktor produksi dan
distribusi adalah peningkatan produksi pangan dan pertanian yang diikuti
dengan perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur vital, terutama jalan
negara sampai jalan desa. Peningkatan produktivitas pangan (per satuan
lahan dan per satuan tenaga kerja) wajib menjadi acuan strategi kebijakan,
10
karena Indonesia tidak dapat mengandalkan cara-cara konvensional dan
sistem budidaya yang telah diadopsi selama 40 dekade terakhir.
20. Solusi yang dapat ditawarkan untuk menanggulangi faktor perubahan
iklim memang tidak ada yang berdimensi jangka pendek, karena proses
adaptasi dan mitigasi memerlukan waktu dan proses penyesuaian yang
relatif lama. Namun demikian, strategi penguatan cadangan pangan di
tingkat pusat melalui Perum Bulog, serta di daerah melalui divisi regional
dan sub-regional di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dijadikan
langkah penting dalam jangka menengah. Paling tidak, untuk menjaga
tingkat aman dan stabilitas harga pangan yang lebih berkelanjutan,
cadangan beras yang dikuasai Bulog harus di atas 1,5 juta ton atau lebih.
Cadangan beras pemerintah (CBP) di bawah 1 juta ton bukan angka yang
aman dalam mengantisipasi eskalasi harga pangan pokok. Artinya,
penanggulangan lonjakan harga pangan ini memerlukan kombinasi solusi
jitu pada tingkat keputusan politik dengan presisi tinggi pada tingkat teknis
ekonomis. Persoalan pangan dan kebutuhan pokok lain bukan ajang
eksperimen pencitraan para pemimpin, tetapi merupakan uji kepatutan dan
hati nurani kaum elit di negeri ini yang pantas disebut negarawan dan
hamba Allah yang beriman.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
3. Salah satu penyebab keengganan petani untuk bertanam cabai adalah
fluktuasi harga yang tajam. Usulan petani bila memungkinkan dapat
diterapkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang menjamin
kepastian harga. Harga keekonomian cabai sekitar Rp15.000 per kg.
DAFTAR PUSTAKA
13
14
LAMPIRAN