BAB II
DASAR TEORI
2.1 Biomassa
2.1.1 Pengertian biomassa
Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman
baik secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi dalam
jumlah yang sangat besar. Biomassa juga disebut sebagai “fitomassa” dan seringkali
diterjemahkan sebagai bioresource atau sumber daya yang diperoleh dari hayati. basis
sumber daya ini meliputi ratusan bahkan ribuan spesies tanaman daratan dan lautan,
berbagai sumber pertanian, perhutanan dan limbah residu dari proses industri serta
kotoran hewan.
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik
berupa produk maupun buangan. Selain digunakan untuk tujuan primer yaitu serat,
bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Pada umumnya
digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Potensi biomassa di Indonesia yang biasa digunakan sebagai sumber energi
jumlahnya sangat melimpah. limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan
semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan
menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain
seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati
memberikan tiga keuntungan langsung. pertama, peningkatan efesiensi energi, secara
keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan
terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena
seringkali membuang limbah biasa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga,
mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat
penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Salah satu langkah untuk mengurangi emisi karbondioksida ialah melalui
pengenalan energi terbarukan dan ramah lingkungan, energi tersebut merupakan
6
Tabel 2.1 Analisis Proximate dan Ultimate Beberapa jenis Biomassa (sumber : Asian
BiomassHandbook)
Proximate analysis Ultimate analysis
(wt,%,dry basis) (wt,%,dry basis) High‐Heating
Sample
Volatil Fixed Value (MJ/KG)
Ash C H N S O
e Carbon
Pine 0.2 86.3 13.5 45.2 6.3 0.1 0 48.2 20.0
Chestnut 0.4 82.1 17.5 45.5 5.7 0.2 0 48.2 19.1
Eucalyptus 0.5 84.6 14.9 46.8 6.1 0.1 0 46.5 19.5
Cellulose residue 1.3 87.7 11.0 41.0 6.4 0.3 0 51.0 17.6
Coffea husks 4.5 79.4 16.1 43.2 6.3 2.6 0.2 43.2 20.1
Grape waste 7.5 67.9 24.6 50.0 6.0 2.0 0.1 34.4 22.1
Almond shells 1.2 79.3 19.5 49.2 6.0 0.2 0 43.4 19.7
Olive stones 0.6 81.4 18.0 50.6 6.1 0.1 0 42.6 19.0
Olive Oil waste 7.1 77.3 15.7 48.9 6.2 1.4 0.2 36.2 21.6
Pet coke 0.6 12.6 86.8 87.2 4.1 1.5 5.4 1.2 35.2
High‐Volatile
7.6 37.7 54.7 77.9 5.1 1.7 1.7 6.2 32.4
bituminous coal
7
energi yang di miliki setiap jenis biomassa. Nilai kalor adalah jumlah panas yang
dihasilkan saat bahan menjalani pembakaran sempurna atau dikenal sebagai kalor
pembakaran. Nilai kalor ditentukan melalui rasio komponen dan jenisnya serta rasio
unsur di dalam biomassa itu sendiri (terutama kadar karbon). Berikut cara mengetahui
nilai kalor dan kandungan biomassa :
⋯ ° ………………………...……………...…(2.1)
∆ °
∆ °
°
⋯ ………………………………………….……(2.2)
Dimana :
∆ = Temperature pada benzoid acid
∆ = Temperature pada biomassa
= Temperature awal
= Temperature awal
= Massa benzoid acid (1 gram)
= Massa biomassa (1 gram)
8
9
10
b. Pemanfaatan Biomassa
Untuk memanfaatkan sumber energi berupa biomassa sebagai bahan bakar maka
diperlukan sebuah teknologi untuk mengkonversikannya. terdapat beberapa teknologi
untuk mengkonversi biomassa yang diperlihatkan pada gambar 2.2. Proses
pembakaran secara langsung adalah teknologi yang paling sederhana, biomassa
dibakar dan akan menghasilkan energi panas yang digunakan misalnya untuk
memanaskan tungku atau boiler. Konversi termokimiawi adalah teknologi konversi
biomassa yang memerlukan perlakuan panas untuk memicu reaksi kimia, yang akan
menghasilkan gas yang memiliki karateristik tertentu sebagai bahan bakar. Sedangkan
konversi biokimiawi adalah teknologi konversi biomassa yang menggunakan bantuan
mikroba dalam menghasilkan bahan bakar, berikut adalah contohnya :
1. Biobriket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi
biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya
menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya
batubara saja yang bias dibuat briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam,
serbuk gergaji, serbuk kayu dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan
briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
2. Pirolisis
Pirolisis adalah penguraian biomassa karena adanya panas pada suhu yang lebih
dari 500 °C. pirolisis juga diartikan sebagai dekomposisi kimia bahan organik melalui
proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana material
11
mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah
kasus termolisis. Pirolisis ekstrim, yang hanya meninggalkan karbon sebagai residu
disebut karbonisasi.
Pada pirolisis terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisis primer dan
pirolisis sekunder. Pirolisis primer adalah pirolisis yang terjadi pada bahan baku
(umpan), sedangkan pirolisis sekunder adalah pirolisis yang terjadi atas pertikel dan
gas atau uap hasil pirolisis primer. Perlu diingat bahwa pirolisis adalah penguraian
karena panas, sehingga keberadaan sangat dihindari pada proses ini karena akan
memicu reaksi pembakaran.
3. Liquefaction
Liquefaction merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan
proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan
dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran
dengan cairan lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquefaction terjadi
pada batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan
memudahkan dalam pemanfaatan.
4. Biokimia
Pemanfatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia.
Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi
dan an aerobic digestion. an aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau
selulosa menjadi dan gas lain melalui proses biokimia.
Selain an aerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong
dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau glukosa
dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan . Akan tetapi, karbohidrat
harus mengalami penguraian (hidrolisis) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil
fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk
pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didestilasi
sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99,5 %.Adapun tahapan proses an
aerobic digestion adalah diperlihatkan pada gambar 2.3.
12
13
terdapat dalam sekam padi mencapai 16,98%. Nilai kalor dari sekam padi adalah
sekitar 14,8 MJ/kg dan sedikit dibawah nilai kalor kayu (~ 17-20 MJ/kg).
Tabel 2.3. Komposisi Kimia Sekam Padi (% berat) (sumber : Haryadi, 2006)
Komponen % Berat
Kadar air 32,40 – 11,35
Protein kasar 1,70 – 7,26
Lemak 0,38 – 2,98
Ekstrak nitrogen bebas 24,70 – 38,79
Serat 31,37 – 49,92
Abu 13,16 – 29,04
Pentosa 16,94 – 21,95
Sellulosa 34,34 – 43,80
Lignin 21,40 – 46,97
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil) 1125 kg/m3, dengan nilai kalori
1kg sekam sebesar 3300 kkalori, serta memiliki bulk density 0,100 g/ ml, nilai kalori
antara 3300-3600 kkalori/kg sekam dengan konduktivitas panas 0,271 BTU (Houston,
1972). Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan bahan bakar ataupun sebagai
adsorpsi pada logam-logam berat.
14
b. Pemurnian Air
Pemanfaatan sekam padi untuk menjernihkan air yaitu melalui proses
filtrasi/penyaringan partikel, koagulasi dan adsorpsi. akan tetapi karbon yang
terkandung didalamsekam padi berfungsi sebagai koagulan pembantu menyerap atau
menurunkan logam-logam pada air yang tercemar.
c. Bahan Bakar
Pembakaran merupakan satu metode yang umum dan sering digunakan dalam
proses akhir pengolahan sekam padi. Sekam padi yang dibakar secara langsung untuk
meneruskan aliran uapnya atau digunakan di dalam generator untuk menghasilkan
tenaga penguat dengan minyak yang memiliki nilai bahan bakar.
d. Bahan Bangunan
Manfaat sekam padi adalah sebagai bahan bangunan yang berhubungan dengan
pengerasan balok, batu bata, ubin, batu tulis dan sifat lunak. Yang dapat dimanfaatkan
sesuai dengan fungsinya.
15
2.2.2 Batubara
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi sumber daya alam
melimpah. Batubara merupakan salah satu komoditi sumber daya alam yang
dihasilkan dari aktifitas pertambangan di Indonesia. pada tahun 2010 produksi
batubara Indonesia mencapai 325 ton. Batubara merupakan bahan tambang srategis
dalam penyediaan sumber energi suatu negara dikarenakan harga minyak dunia yang
semakin tinggi. Produksi batubara Indonesia diperkirakan akan mengalami kenaikan
di masa yang akan datang. Prediksi kenaikan produksi batubara di Indonesia
didominasi oleh batubara peringkat rendah (lignit) yaitu sekitar (60-70 %) dari total
cadangan batubara. Batubara kualitas rendah belum banyak dieksploitasi karena masih
mengalami kendala dalam transportasi dan pemanfaatan. Batubara peringkat rendah
mempunyai kandungan air total cukup tinggi sehingga nilai kalor menjadi rendah.
Oleh karena itu diperlukan teknologi khusus, salah satunya adalah menggunakan
teknologi gasifikasi untuk memanfaatkan batubara peringkat rendah agar dapat
digunakan sebagai pengganti batubara peringkat tinggi yang cadanganya sudah mulai
menipis.
a. Analisa Batubara
Terdapat dua metode untuk menganalisis batubara. analisis ultimate dan analisis
proximate. analisis ultimate menganalisis seluruh elemen komponen batubara, padat
atau gas. dan analisis proximate menganalisis hanya fixed carbon, bahan yang mudah
menguap, kadar air dan persen abu. Analisis ultimate harus dilakukan oleh
labolatorium dengan peralatan yang lengkap oleh ahli kimia yang terampil, sedangkan
analisis proximate dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana.
- Analisis proximate
Analisis proximate menunjukan persen berat dari fixed carbon, bahan mudah
menguap, abu, dan kadar air dalam batubara. Jumlah fixed carbon dan bahan yang
mudah menguap secara langsung turut andil terhadap nilai panas batubara. fixed
carbonbertindak sebagai pembangkit utama panas selama pembakaran. Kandungan
bahan yang mudah menguap yang tinggi menunjukan mudahnya penyalaan bahan
bakar. Kadar abu merupakan hal penting dalam perancangan grate tungku, volume
pembakaran, peralatan kendali polusi dan sistem handling abu pada tungku. Analisis
16
proximate untuk berbagai jenis batubara tersebut antara lain dijelaskan dan
digambarkan dalam tabel 2.4.
Tabel 2.4 Analisis Proximate untuk berbagai jenis Batubara (sumber : pedoman Efisiensi Energi
untuk Industri di asia-www.energyefficiencyasia.org)
fixed carbon
fixed carbon merupakan bahan bakar padat yang tertinggal dalam tungku setelah
bahan yang mudah menguap didistilasi. Kandungan utamanya adalah karbon tetapi
juga mengandung hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen yang tidak terbawa gas. fixed
carbon memberikan perkiraan kasar terhadap nilai panas batubara. Persentase fixed
carbon dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
17
% % ……………………...……(2.4)
Kadar abu
Abu merupakan kotoran yang tidak akan terbakar. Kandungannya berkisar antara
5% hingga 40%. efek dari abu adalah :
- Mengurangi kapasitas handling dan pembakaran.
- Meningkatkan biaya handling.
- Mempengaruhi efisiensi pembakaran dan efisiensi boiler.
- Menyebabkan penggumpalan dan penyumbatan.
Sampel bahan bakar dari pengujian moisture dipanaskan kembali pada
temperature 700-750 °C selama 1,5 jam untuk mendapatkan nilai kandungan abu/ash.
Jumlah kandungan abu dapat dihitung dengan persamaan :
100 % …………….…...……………..(2.5)
Kadar air
Kadar air (moisture) adalah kandungan air pada bahan bakar padat. Semakin
besar kandungan air yang terdapat pada bahan bakar padat, maka nilai kalornya
semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Kadar air akan menurunkan kandungan panas
per kg batubara dan kandungannya berkisar antara 0,5 hingga 10 %. Kadar air
menyebabkan :
- Meningkatkan kehilangan panas karena penguapan dan pemanasan berlebih dari
uap.
- Membantu pengikatan partikel halus pada tingkatan tertentu.
- Membantu radiasi transfer panas.
18
Cara pengujian kadar air adalah dengan cara memanaskan sampel bahan bakar
pada temperature 105-110 °C selama 1 jam. agar mendapatkan nilai kandungan
moisture digunakan persamaan :
% 100 % …………………………..…….(2.6)
Kadar Sulfur
Pada umumnya berkisar pada 0,5 hingga 0,8% Efek dari kadar sulfur antara lain :
- Mempengaruhi kencenderungan terjadinya penggumpalan dan penyumbatan.
- Mengakibatkan korosi pada cerobong dan peralatan lain seperti pemanas udara dan
economizers.
- Membatasi suhu gas buang yang keluar.
Analisis ultimate
Analisis ultimate menentukan berbagai macam kandungan kimia unsur-unsur
seperi karbon, hidrogen, oksigen, sulfur dll. Analisa ini berguna dalam penentuan
jumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran dan volume serta komposisi gas
pembakaran. Informasi ini diperlukan untuk perhitungan suhu nyala dan perancangan
saluran gas buang. Analisis ultimate untuk berbagai jenis batubara dalam tabel di
bawah.
Tabel 2.5 Analisis Ultimate Batubara (sumber : pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di asia-
www.energyefficiencyasia.org)
19
Gambar 2.5 Grafik batasan Konversi Thermokimia Biomassa (sumber : Putri, 2009)
Gasifikasi merupakan salah satu proses konversi termokimia bahan bakar, seperti
batubara, biomassa dan limbah-limbah. Proses termokimia lainnya adalah pembakaran
dan pirolisis (pembakaran tanpa oksigen). Pada gasifikasi, bahan bakar padat diubah
menjadi gas (gas producer) yang dapat dibakar secara langsung sebagai bahan bakar
maupun digunakan sebagai bahan baku untuk produksi gas sintetik atau hidrogen.
Gasifikasi biomassa merupakan proses termokimia yang komplek yang meliputi
sejumlah reaksi kimia elementer. Gasifikasi diawali dengan oksidasi parsial bahan
bakar lignoselulosik dengan agen gasifikasi (misalnya udara, oksigen, uap air atau
). Kemudian, unsur volatile (volatile matter) akan dilepaskan ketika bahan bakar
dipanaskan melalui oksidasi parsial dan menghasilkan produk-produk pembakaran
H2O dan CO2. Air yang terkandung dalam biomassa akan menguap dan proses pirolisis
berlanjut bilamana bahan tersebut terus dipanaskan. Penguraian termal dan oksidasi
20
parsial gas-gas pirolisis terjadi pada suhu yang lebih tinggi dan menghasilkan CO, H2,
CO2, CH4, H2O, gas hidrokarbon lainnya, tar, arang, unsur anorganik dan abu.
Gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi umumnya berupa menghasilkan CO,
H2, CO2, CH4, H2O dan N2. Selain itu, dalam gasifikasi juga akan dihasilkan bahan
organik (tar) dan bahan anorganik (H2S, HCL, NH3, Logam-logam alkali) serta
partikel. Komposisi dari gas-gas hasil gasifikasi, seperti suhu, tekanan agen gasifikasi
(gasifying agent).
Tetapi sejauh ini teknologi gasifikasi masih stagnan pada skala penelitian karena
kosumsi energinya terlalu besar. Namun, ada beberapa negara yang telah menerapkan
teknologi ini pada pembangkit tenaga listrik, dimana gas yang dihasilkan dari reaktor
gasifikasi dipakai untuk menggerakkan generator. Terdapat berbagai macam tipe
gasifier didunia dan berapa dapat dibedakan berdasarkan :
a. Mode Fluidisasi
b. Arah aliran
c. Gas yang diperlukan untuk proses gasifikasi
21
Gambar 2.6 Skema Reaktor unggun tetap aliran Counter-Current (kiri) dan Co-Counter
Current(kanan) (sumber : Biomass Thermochemical Conversion, Paul Grabowski,
2004)
22
23
24
1. Updraft Gasifier
Pada tipe ini udara masuk melalui arah bawah dan mengoksidasi arang secara
parsial untuk menghasilkan CO dan (jika digunakan uap) dan ditambah (jika
digunakan udara). Gas ini kemudian bertemu dengan biomassa. Gas yang sangat panas
tersebut mempirolisa biomassa, menghasilkan karbon padatan (arang), uap air dan 10-
20% uap minyak pada temperature 100-4000 C, tergantung pada kadar air biomassa.
Selanjutnya arang akan dioksidasi parsial oleh udara dan menghasilkan gas.
25
2. Downdraft Gasifier
3. Crossdraft Gasifier
Mungkin gasifikasi tipe cross-draft lebih menguntungkan dari pada Updraft dan
down-draftgasifier. Keuntungannya seperti suhu gas yang keluar tinggi, reduksi
yang rendah dan kecepatan gas yang tinggi yang dikarenakan desainnya. Tidak seperti
down-draft dan up-draft gasifier, tempat penyimpanan, pembakaran dan zona reduksi
pada cross-draft gasifier terpisah. Untuk desain bahan bakar yang terbatas untuk
pengoperasian rendah abu bahan bakar seperti kayu, batubara, limbah pertanian.
26
Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan ketiga jenis reaktor tersebut yang
akan diuraikan sebagai berikut :
27
Crossdraft Gasifier a. suhu gas yang keluar tinggi a. komposisi gas yang
b. reduksi rendah dihasilkan kurang bagus
c. kecepatan gas tinggi b. gas CO yang dihasilkan
d. tempat penyimpanan, tinggi, gas H rendah
pembakaran dan zona c. gas metan yang dihasilkan
reduksi terpisah juga rendah
e. kemampuan
pengoperasiannya sangat
bagus
f. waktu mulai lebih cepat
2. Daerah pirolisis
Tidak seperti pembakaran, pirolisis terjadi pada tempat yang tidak terdapat
oksigen, kecuali dalam kasus dimana oksidasi parsial diperbolehkan untuk
menyediakan energi termal yang dibutuhkan untuk proses gasifikasi. Terdapat tiga
variasi antara lain :
- Mild Pyrolysis
- Slow pyrolysis
- Fast pyrolysis
Pada pyrolysis molekul besar hydrocarbon dipecah menjadi partikel kecil
hydrocarbon. Fast pyrolysis hasil utamanya adalah bahan bakar cair, slow pyrolsis
menghasilkan gas dan arang. Mild pyrolysis yang saat ini sedang dipertimbangkan
28
untuk memanfaatkan biomassa yang efektif. Pada proses ini biomassa dipanaskan 200-
300°C tanpa kontak dengan oksigen. Struktur kimia dari biomassa diubah, dimana
menghasilkan karbon dioksida, karbon monoksida, air, asam asetat, dan methanol.
Mild pyrolisis meningkatkan densitas energi dari biomassa.
Pada suhu di atas 250° C, bahan bakar biomassa dimulai pyrolysing. Rincian
pyrolysis ini reaksi yang tidak dikenal, tetapi orang biasa menduga bahwa molekul-
molekul besar (seperti selulosa, hemi-selulosa dan lignin) terurai menjadi molekul
berukuran sedang dan karbon (char) selama pemanasan bahan baku. Produk pirolisis
mengalir ke bawah zona pemanasan pada gasifier. Beberapa akan terbakar di daerah
oksidasi, dan sisanya akan memecah molekul yang lebih kecil dari hidrogen, metan,
karbon monoksida, etana, etilena, dll. Jika tetap berada di zona panas cukup lama. Jika
waktu tinggal di zona panas terlalu pendek atau suhu terlalu rendah, maka molekul
yang berukuran menengah akan berpindah dan mengembun sebagai tar dan minyak,
dalam suhu rendah bagian dari sistem. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolysis
beserta produknya adalah :
3. Daerah Oksidasi
Dibentuk pada tingkat dimana oksigen (udara) dimasukkan. Reaksi dengan
oksigen sangat eksostermik dan mengakibatkan kenaikan tajam suhu sampai 1200°C.
sebagaimana yang dibutuhkan di atas, fungsi penting zona oksidasi, selain penghasil
panas, adalah untuk mengkonversi dan mengoksidasi hampir semua produk
terkondensasi dari zona pirolisis. Untuk menghindari titik-titik dingin di zona oksidasi,
kecepatan udara masuk dan geometri reaktor harus dipilih dengan baik. Umumnya dua
metode yang digunakan untuk mendapatkan suhu yang terdistribusi :
- Mengurangi luas penampang pada ketinggian tertentu dari reaktor.
- Penyebaran nozel inlet udara di atas lingkaran mengurangi cross-sectional
area, atau alternatif menggunakan inlet udara sentral dengan perangkat
penyemprotan.
29
4. Daerah Reduksi
Produk reaksi dari zona oksidasi (gas panas dan bara arang) bergerak turun ke
zona reduksi. Di zona ini panas masuk secara sensible dari gas dan arang yang
dikonversi sebanyak mungkin menjadi energi kimia dari gas produser. Produk akhir
dari reaksi kimia yang terjadi di zona reduksi adalah gas mudah terbakar yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar gas pada pembakaran motor dalam dan sedikit abu.
Abu yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa kadang-kadang harus dibuang dari
reaktor. Biasanya akan timbul perapiaan di dasar peralatan dan dengan demikian
membantu untuk mencegah penyumbatan yang dapat menyebabkan obstruksi aliran
gas. Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi pada zona tersebut :
Bourdouar reaction :
C+ 2 CO – 172 (MJ/Kmol)
CO methanation :
C+3 206 (MJ/Kmol) + …………..……(2.6)
1. Temperatur Gasifikasi
Temperatur gasifikasi harus tinggi karena dalam tahap pertama gasifikasi adalah
pengeringan untuk menguapkan kandungan air dalam batubara dan biomassa agar
menghasilkan gas yang bersih. Temperatur yang tinggi juga dapat berpengaruh dalam
menghasilkan gas yang mudah terbakar.
30
SGR = ………………………………………………...(2.8)
FCR =
= ………..……………………………………......(2.9)
GFR = …………………………………………………...(2.10)
5. Persentase Char
Persentase char adalah perbandingan banyaknya arang yang dihasilkan dengan
banyaknya biomassa yang dibutuhkan. % char dapat dihitung menggunakan rumus :
31
bahan bakar dan waktu menghasilkan gas, ditambah waktu untuk benar-benar
membakar semua bahan bakar dalam reaktor. Dapat dihitung menggunakan rumus :
………………………………………………………………………(2.12)
Dimana :
FCR = Fuel Consumption Rate (Kg/hr)
T = Waktu konsumsi bahan bakar (hr)
= Massa jenis bahan bakar (kg/m³)
……………………………………………………………….(2.13)
Dimana :
AFR = Air Fuel Rate (tingkat aliran udara) (m³/jam)
FCR = Fuel Consumption Rate (kg/jam)
= Massa jenis Udara (1,25 kg/m³)
= Rasio ekuivalensi (0,3 - 0,4)
SA = udara stoikimetri dari bahan bakar padat
32
12 kg C + 32 kg O2 44 kg CO2
1 kg C + 32/12 kgO2 44/12kg CO2 …………………….……….(2.14)
Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O menurut persamaan :
H 2 + ½ O2 H2 O
2 kg H2 + 16 O2 18 kg H2O
1 kg H2 + 8 kg O2 9 kg H2O ……………………………..……..….(2.15)
Belerang (S) terbakar berdasarkan persamaan :
S + O2 SO2
32 kg S + 32 kg O2 64 kg SO2
1kg S + 1 kg O2 2kg SO2 …….……………….…………….(2.16)
=M ΔT ……………….……………….…………………….............(2.19)
= …………………………….………….………………….…..….(2.20)
Dimana :
= Energi yang dibutuhkan (Kcal/hr)
M = Massa (Kg)
33
…………………………………………………………………..(2.21)
Dimana :
FCR =Fuel Consumption rate (kg/jam)
= Energi panas yang dibutuhkan (KJ/jam)
HV = Heating Value of fuel (KJ/Kg)
= Efisiensi gasifier
34
= merupakan nilai pembakaran tertinggi, yang dalam hal ini uap air yang
terbentuk dari hasil pembakaran dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas
pengembunannya turut dihitung.
= merupakan nilai pembakaran terendah, yang mana dalam hal ini uap air
yang terbentuk dari hasil pembakaran tidak perlu dicairkan terlebih dahulu, sehingga
panas pengembunannya tidak turut dihitung serta tidak dinilai lagi sebagai panas
pembakaran yang terbentuk.
= ……………………………….………………………....(2.24)
Dimana :
= laju udara yang dibutuhkan reactor (Kg/jam)
SA = Udara stoikometri dari bahan bakar padat
= Waktu operasi memanaskan air (jam)
35
Sedangkan pengaruh besarnya heat loss, semakin kecil heat loss semakin besar
pengaruhnya terhadap efisiensi gasifikasi.
Pengaruh temperatur dan besarnya nilai dari equivalen ratio gasifikasi juga
mempengaruhi efisiensi gasifikasi. Untuk bahan bakar biomassa dengan nilai
persentase karbon yang rendah, temperatur gasifikasi dikondisikan pada 782oC -
927oC pada ekuivalen ratio 0,244-0,295. Pada equivalen ratio yang lebih rendah,
jumlah udara menjadi berlimpah menjadikan panas banyak terbuang, efisiensi
gasifikasi turun. Untuk memastikan semua karbon bereaksi, temperatur harus tinggi
> 927oC dan equivalen ratio 0,4. Pada kondisi tersebut persentase tar yang dihasilkan
sangat tinggi. Ada dua cara untuk mengatasi hal tersebut, yaitu memanaskan udara
masuk gasifier dan memperlama waktu tinggal (residence time) produk gas. Efisiensi
gas hasil gasifikasi dapat dihitung dengan cara dan persamaan berikut :
Mencari N2 yang disupply dari udara yang mana mengandung sekitar 78%:
Supply N2 Udara = 0,769 x SA ……………………………………….…...(2.25)
Mencari total energi dari gas mampu bakar/syngas (CO, H2 dan CH4)
Energi syngas= energi syngas CO + energi syngas H2 + energi syngas CH4…….(2.29)
36
Tabel 2.7 Higher Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV) Gas mampu Bakar
Gas Higher Heating Value (MJ/kg mol) Lower Heating Value (MJ/kg mol)
CO 282,99 282,99
H2 285,84 241,83
CH4 890,36 802,34
Sumber: Basu, 2006
Setelah memperoleh nilai abundance N2 dan CO, dapat dilanjutkan perhitungan pada
persentase kandungan gas yang ingin diinginkan, dengan menggunakan persamaan :
% 100% % % % % % % ……………(2.34)