Anda di halaman 1dari 5

NAMA: KELOMPOK 9

ANGGOTA KELOMPOK:

- KIFLAN YHUDA ABUG

- GWYNETH BLESSY TAWAANG

- JELCY AURA BLESSING LANGI

- FACHRUL MAKALINGGANG

- GEVEN KRISTIAN MATUALAGE

KELAS: 4B2 - BISNIS INTERNASIONAL

Pengampu: Mneer JEFRY LEONARD A TAMPENAWAS

TEORI-TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

7.1 Motivasi Perdagangan Internasional

Manusia merupakan makhluk hidup yang tidak jauh dari ekonomi, terutama mengenai pemenuhan
kebutuhan baik barang maupun jasa. Tidak ada negara di dunia yang mampu hidup sendiri termasuk
dalam mencukupi kebutuhan rakyatnya. Mungkin ada beberapa negara yang dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri sendiri dengan memproduksi barang-barang atau jasa secara mandiri.

Namun, tidak mutlak hal ini dapat dipenuhi karena satu negara pasti membutuhkan peran serta dari
negara lain dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa hal yang menjadi alasan seperti
kemajuan ilmu pengetahuan, ketersediaan bahan baku, dan sebagainya menyebabkan kita
membutuhkan peran serta negara lain dalam memenuhi kebutuhan perekonomian suatu negara.

Perdagangan Internasional adalah kerja sama antara dua negara atau lebih dalam hal memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Selain itu, pengertian lainnya dapat diartikan sebagai kerja sama atau
kesepakatan ekonomi antara penduduk negara satu dengan negara lainnya yang dapat berupa
individu dengan individu, individu dengan negara atau pemerintah, atau negara dengan negara.

Perdagangan internasional merupakan salah satu indikator untuk dapat mengetahui maju tidaknya
pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Kegiatan utama yang berjalan di dalamnya ada dua, yaitu
impor dan ekspor. Impor merupakan kegiatan membeli barang atau jasa dari luar negeri dalam
memenuhi kebutuhan dalam negeri, sedangkan ekspor merupakan kegiatan menjual barang atau
jasa kepada suatu negara untuk dipakai dalam memenuhi kebutuhan negara yang bersangkutan.

Perdagangan internasional merujuk pada kegiatan ekonomi antarnegara dalam pertukaran barang
dan jasa melintasi batas-batas nasional mereka.
Hal ini melibatkan proses ekspor dan impor, di mana suatu negara menjual produk atau jasa kepada
negara lain, sementara sebaliknya, membeli barang dan jasa dari negara-negara mitra
perdagangannya.

Motivasi dibaliknya terlibatnya bisnis internasional:

1. Perluasan Pasar

Mungkin alasan paling jelas mengapa perusahaan terlibat dalam bisnis internasional adalah untuk
memperluas pasar mereka. Jika produk atau layanan suatu perusahaan berhasil di pasar
domestiknya, wajar saja jika mempertimbangkan ekspansi ke pasar luar negeri untuk menjangkau
basis pelanggan yang lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan penjualan, pertumbuhan,
dan profitabilitas.

2. Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi kunci dalam bisnis. Dengan menjalankan bisnis di berbagai negara,
perusahaan dapat mendiversifikasi sumber pendapatan mereka, sehingga mengurangi
ketergantungan mereka pada satu pasar. Hal ini dapat melindungi perusahaan dari kemerosotan
ekonomi atau kemunduran spesifik industri yang mungkin berdampak pada satu negara namun tidak
pada negara lain.

3. Akses terhadap Sumber Daya dan Bakat

Perusahaan sering kali terjun ke bisnis internasional untuk mengakses sumber daya dan talenta yang
mungkin tidak tersedia atau mungkin lebih mahal di negara asalnya. Hal ini dapat mencakup sumber
daya alam, keahlian teknologi, atau sumber daya manusia. Misalnya, banyak perusahaan teknologi
membuka kantor di negara-negara yang terkenal dengan talenta teknologinya, sementara
perusahaan manufaktur mungkin beroperasi di wilayah dengan sumber daya alam yang melimpah.

4. Keunggulan Kompetitif

Terkadang, memasuki pasar internasional memberi perusahaan keunggulan kompetitif. Mereka


mungkin menghadirkan produk, layanan, atau model bisnis unik ke pasar baru yang tidak dapat
ditiru dengan mudah oleh bisnis lokal. Sebaliknya, bisnis mungkin juga melakukan ekspansi global
untuk mengimbangi pesaing yang telah melakukan ekspansi internasional.

5. Optimalisasi Biaya

Mengurangi biaya adalah alasan penting lainnya mengapa perusahaan terlibat dalam bisnis
internasional. Hal ini dapat dicapai melalui biaya tenaga kerja yang lebih rendah, manfaat pajak, atau
bahan baku yang lebih murah di negara lain. Namun, penting bagi perusahaan untuk
menyeimbangkan pengurangan biaya dengan praktik bisnis yang etis untuk menghindari potensi
jebakan seperti eksploitasi atau kondisi kerja yang buruk.

6. Inovasi dan Pembelajaran

Menjalankan bisnis di berbagai negara memaparkan perusahaan pada ide-ide baru, teknologi,
praktik bisnis, dan kebutuhan pelanggan, sehingga memacu inovasi. Paparan ini juga dapat
mendorong pembelajaran dan pertumbuhan dalam organisasi, mendorong budaya kemampuan
beradaptasi dan perbaikan berkelanjutan.
Gelar bisnis internasiona dari sekolah bisnis internasional yang diakui dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi kompleksitas ini. Kurikulum
program semacam itu sering kali mencakup aspek teoritis bisnis internasional sekaligus memberikan
pengalaman dan wawasan praktis, mempersiapkan lulusan untuk menghadapi tantangan dan
memanfaatkan peluang yang datang dalam menjalankan bisnis di arena global.

7. Membangun Reputasi Merek

Berhasil beroperasi di banyak negara dapat meningkatkan reputasi perusahaan, sehingga


meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas. Kehadiran global memberi sinyal kepada pelanggan,
mitra, dan investor bahwa perusahaan memiliki kapasitas dan sumber daya untuk beroperasi pada
skala internasional.

8. Menanggapi Tren dan Permintaan Global

Di era kemajuan teknologi yang pesat dan peningkatan konektivitas, tren dan permintaan dapat
berasal dari penjuru dunia mana pun. Perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional memiliki
posisi yang lebih baik untuk merespons tren global dan perubahan permintaan. Baik itu menawarkan
produk yang disesuaikan dengan pasar internasional tertentu atau memanfaatkan tren yang berasal
dari luar negeri, bisnis internasional dapat beradaptasi dengan cepat dan memanfaatkan peluang
yang muncul.

9. Memperkuat Rantai Pasokan

Bisnis internasional juga dapat membantu perusahaan memperkuat rantai pasokan mereka. Dengan
menjalin hubungan dengan pemasok di berbagai negara, perusahaan dapat memastikan pasokan
bahan atau produk yang diperlukan tetap stabil, bahkan saat menghadapi gangguan seperti bencana
alam, ketidakstabilan politik, atau kemerosotan ekonomi di satu wilayah.

10. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Keberlanjutan

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional
sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan upaya keberlanjutan. Baik itu
dengan mencari produk perdagangan yang adil, berinvestasi dalam proyek energi terbarukan di luar
negeri, atau bermitra dengan LSM internasional dalam berbagai inisiatif, bisnis internasional dapat
menjadi sarana bagi perusahaan untuk berkontribusi terhadap keberlanjutan global dan
memberikan dampak positif bagi dunia.

-Motivasi utama di balik perdagangan internasional adalah mendapatkan akses ke sumber daya yang
tidak tersedia atau sulit diperoleh di dalam negeri, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas
melalui spesialisasi.

Dengan demikian, perdagangan internasional tidak hanya menjadi pendorong pertumbuhan


ekonomi global tetapi juga menciptakan jaringan saling ketergantungan di antara negara-negara di
seluruh dunia.

7.2 Teori-teori perdagangan internasional klasik berbasis negara


Serangkaian pemikiran dan konsep yang dikembangkan oleh para ekonom pada abad ke-18 dan ke-
19 untuk menjelaskan pola dan manfaat perdagangan antar negara. Teori-teori ini berfokus pada
keunggulan komparatif suatu negara sebagai dasar untuk melakukan perdagangan internasional.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai teori-teori perdagangan internasional klasik berbasis
negara:

1. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) oleh Adam Smith.

- Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan berspesialisasi dan mengekspor barang yang dapat
diproduksi dengan biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan negara lain (keunggulan mutlak).

- Negara akan mengimpor barang yang dapat diproduksi dengan biaya produksi yang lebih tinggi
dibandingkan negara lain.

- Perdagangan internasional akan menghasilkan keuntungan bagi semua negara yang terlibat
karena setiap negara dapat memperoleh barang dengan biaya yang lebih rendah.

2. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David Ricardo:

- Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan berspesialisasi dan mengekspor barang yang dapat
diproduksi dengan biaya relatif lebih rendah dibandingkan negara lain (keunggulan komparat.

7.3 Teori teori perdagangan internasional modern berbasis perusahaan

Teori Modern Perdagangan Internasional

Teori modern perdagangan internasional akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori Heckscher-Ohlin atau model proporsi faktor merupakan perluasan dari model Ricardian dan
menunjukkan bahwa perbedaan sumber daya negara merupakan kekuatan pendorong dalam
perdagangan internasional. Penelitian Morrow 2010) menyatakan bahwa keunggulan komparatif
berasal dari perbedaan kelimpahan faktor produksi dan intensitas faktor produk. Model H-O sering
juga disebut model 2x2x2, bermakna terdapat dua negara, dua faktor produksi (tenaga kerja dan
modal) dan dua barang. Menurut Heckscher-Ohlin dalam Akther, model ekspor suatu negara
bergantung pada barang-barang yang membutukan faktor kelimpahan negara tersebut untuk
diproduksi dan diimpor pada barang-barang yang menggunakan faktor negara yang relatif lebih
rendah. Dengan kata lain, negara memproduksi lebih banyak barang dan jasa yang sesuai untuk
diproduksi dengan menggunakan faktor kelimpahan dan mengekspor barang dan jasa, sedangkan
suatu negara tidak akan mengkhususkan diri dalam memproduksi barang-barang yang tidak sesuai
untuk diproduksi dengan faktor kelimpahannya, melainkan 16

mengimpor barang tersebut dari negara lain. Misalnya, negara-negara dengan rasio tenaga kerja
terhadap modal yang tinggi menghasilkan lebih banyak barang-barang yang menggunakan tenaga
kerja secara intensif dan mengimpor barang-barang yang secara intensif menggunakan modal untuk
diproduksi.

Dengan demikian, teori Heckscher-Ohlin menggambarkan pola perdagangan antar negara


berdasarkan intensitas relatif dan faktor kelimpahan produksi.

Sehingga dapat disimpulkan teori Heckscher-Ohlin menyiratkan bahwa kedua negara telah mencapai
neraca perdagangan berdasarkan pola perdagangan, spesialisasi produk dan ketersediaan sumber
daya alam. Teori ini juga membantu dalam mengurangi defisit perdagangan antar negara dalam
mencapai neraca pembayaran dan menjaga pola nilai tukar.

b. Teori Stolper Samuelson

Menurut teori perdagangan internasional penghapusan hambatan perdagangan dapat


meningkatkan spesialisasi produksi, meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Dengan pendayagunaan keunggulan komparatif masing-masing daerah maka konsumen
akan memperoleh manfaat dari produk yang lebih murah serta berkualitas. Stolper - Samuelson
dalam teorinya menunjukkan bahwa spesialisasi produk berdampak langsung pada upah dan
pengembalian modal. Teori Stolper - Samuelson menyatakan bahwa perubahan harga output
memengaruhi harga faktor ketika produksi positif dan keuntungan 17

ekonomi nol dipertahankan di setiap industri. Hal ini berguna dalam menganalisis efek pada
pendapatan faktor baik ketika negara beralih dari autarki ke perdagangan bebas atau ketika tarif
atau peraturan pemerintah lainnya diberlakukan dalam konteks model Heckscher-Ohlin (H-O).
Generalisasi teori Stolper - Samuelson tidak bertentangan dengan pandangan dasar teori
perdagangan internasional bahwa perekonomian yang menghadapi harga dunia tetap (fixed world
prices) akan memperoleh keuntungan secara keseluruhan dari pengurangan tarif. Namun teori ini
menyoroti potensi konflik distribusi atas kebijakan perdagangan dengan pengecualian ketika
kompensasi atas kerugian pendapat benar-benar dibayarkan.

Schingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga suatu barang akan menyebabkan kenaikan harga
faktor yang digunakan secara intensif dalam industri

tersebut dan penurunan harga pada faktor lainnya.

c. Teori Rybezynski

Teori Rybezynski mengasumsikan terdapat dua faktor produksi, dua negara dan dua teori, di mana
ketika satu faktor produksi meningkat maka produksi barang yang membutuhkan peningkatan faktor
tersebut secara intensif akan meningkat pula untuk diproduksi sedangkan produksi barang lainnya
menurun. Jones dalam

Akther et al., 2022 menyatakan bahwa ketika faktor-faktor produksi meningkat pada proporsi yang
beragam, produksi barang yang menggunakan tingkat peningkatan tersebut meningkat pada tingkat
yang lebih besar daripada faktor lainnya. Inoue dalam Akther et al., (2022) membuktikan teori
Rybezynski dalam

Anda mungkin juga menyukai