Anda di halaman 1dari 6

5 | Manajemen Internasional

Komunitas global kita yang dinamis dan terus bertumbuh sangatlah kaya akan informasi,
kesempatan, dan pertentangan. Melalui ponsel pintar dalam genggaman, kita mendapatkan
berita terupdate secara instan mengenai berbagai hal di berbagai belahan dunia dalam
jejaring sosial media. Melalui game online kita menemui banyak pemain internasional secara
real-time, juga instansi kampus di Amerika Serikat yang menawarkan berbagai macam
program studi di negara lain.

Hal ini juga terjadi pada perusahaan pada masa kini: IBM – sebuah perusahaan teknologi AS
– memiliki lebih banyak tenaga kerja di India daripada di AS; Ben & Jerry – sebuah brand es
krim yang sangat terkenal di AS – ternyata dimiliki oleh Unilever, sebuah firma yang berbasis
di Inggris dan Belanda; Tata Group di India ternyata merupakan pemilik dari Jaguar dan Land
Rover – dua merek mobil yang melegenda di Inggris; Honda, Nissan, dan Toyota yang
merupakan perusahaan otomotif Jepang menerima 80% hingga 90% keuntungannya dari
penjualan mobil di Amerika; komponen pesawat Boeing berasal dari pemasok yang berbasis
di 40 negara berbeda, serta banyak contoh lainnya.

Manajemen dan Globalisasi

Pada masa ekonomi global sumber daya, persediaan, pasar, dan kompetisi perdagangan
terjadi dalam cakupan global – tidak lagi secara lokal maupun nasional. Masa ini sangat
dipengaruhi oleh globalisasi, yaitu tumbuhnya saling ketergantungan antar komponen dalam
ekonomi global. Beberapa orang juga menyebutkan: globalisasi menciptakan ‘dunia tanpa
batas’. Karena kuatnya integrasi ekonomi, batas antarnegara bukan lagi hal yang penting.
Moss E. Kanter, mengenai globalisasi, menyebutkan: (globalisasi adalah) salah satu pengaruh
yang paling kuat dan meresap pada suatu bangsa (negara), bisnis, tempat kerja, komunitas,
dan kehidupan.

Menanggapi beberapa pendapat mengenai globalisasi pada paragraf di atas, Pankaj


Ghemawat seorang sarjana manajemen internasional menyebutkan bentuk World 3.0. Hal
tersebut merupakan kondisi dalam globalisasi ketika identitas nasional suatu negara tetap
kuat walau negara tersebut terlibat dalam ekonomi global.

Manajemen Global

Manajemen global adalah memanajemani bisnis dan organisasi yang terdapat pada dua
negara atau lebih. Manajemen global, bagi banyak perusahaan, adalah sebuah jalan hidup
pada masa kini. Walau memiliki beberapa kerumitan, manajemen global juga menawarkan
banyak kesempatan baru bagi perusahaan. Hal tersebut dapat dicapai melalui kesuksesan
manajemen global yang bergantung pada kemampuan seorang manajer global yang memiliki
perspektif global yang kuat, sadar budaya, serta mengikuti isu dan kegiatan internasional
terkini.

Alasan Perusahaan Go Global

Beberapa perusahaan yang go global adalah Cisco, Nike, Honda, dan Haier. Perusahaan
tersebut merupakan contoh bisnis internasional yang mencari keuntungan dari transaksi
barang dan jasa lintas nasional. Keuntungan dari bisnis internasional adalah:

Profits—Mendapatkan keuntungan lebih besar.

Costumers—Memasukki pasar baru untuk mendapatkan pelanggan baru.

Suppliers—Mendapatkan akses terhadap bahan baku, produk, dan jasa.

Labor—Mendapatkan akses terhadap tenaga kerja lebih murah bertalenta.

Capital—Memanfaatkan sumber daya keuangan yang lebih besar.

Risk—Memperkecil resiko dengan menyebarkan aset diberbagai negara.

Pada masa kini, ada satu keuntungan lain yang dapat ditambahkan: economic development-
ketika pelaku bisnis internasional mampu mendapatkan keuntungan tertentu sambil
membantu meningkatkan perekonomian domestik di negara lain.

Bagaimana Cara Perusahaan Go Global

Terdapat beberapa cara bagi perusahaan untuk go global, terdapat market-entry strategies
yang tidak membutuhkan dana investasi yang besar. Ataupun direct investment strategies
yang membutuhkan modal besar, namun memungkinkan perusahaan memiliki kendali penuh
atas bisnisnya di negara asing. Berikut adalah beberapa cara tersebut:

a. Global sourcing
Global sourcing adalah proses membeli bahan baku, membuat komponen, atau
menempatkan jasa di berbagai tempat di dunia. Cara ini merupakan langkah awal go
global yang dilakukan oleh banyak perusahaan. Salah satu contoh pelaku global
sourcing dalam perusahaan barang adalah Boeing. Satu buah pesawat 787 Dreamliner
yang dirakit di AS menggunakan badan pesawat yang dibuat di Italia, roda pendaratan
dari Perancis, interior kokpit dari Jepang, serta banyak komponen lainnya. Contoh
dalam bidang jasa adalah memiliki call center di Filipina dan menempatkan lembaga
riset dan perkembangan Brazil atau Russia.
Tiongkok adalah negara yang menjadi tujuan global outsourcing terbesar bagi
banyak perusahaan. Salah satu perusahaan yang melakukan global sourcing di
Tiongkok adalah Apple. Global sourcing oleh Apple dikerjakan perusahaan Hon Hai
yang memiliki nama dagang Foxconn – terkenal karena kontroversi yang ditimbulkan
dari perlakuan buruk terhadap pekerjanya. Terkadang karena rendahnya standar kerja
dan pada negara outsourcing dan audit internasional yang semakin umum,
perusahaan harus bekerja keras untuk memastikan reputasi merek dagangnya tidak
tercemar.
Masalah seperti kontraktor asing yang tidak jelas, upah buruh meningkat, dan
biaya transportasi yang mahal menyebabkan banyak perusahaan mengurangi
kegiatan global sourcing dan banyak melakukan reshoring—mengembalikan
manufaktur dan pekerjaan asing kembali ke negara asal. Alasan lain terjadinya
reshoring adalah biaya energi yang murah, upah buruh yang stabil, quality control
yang lebih baik, dan public relation yang lebih baik dengan memulai atau memperluas
operasi domestik.

b. Melakukan ekspor dan impor


Bentuk kedua dari bisnis internasional adalah mengekspor, yaitu menjual produk
dalam negeri ke negara asing. Kebalikan dari mengekspor adalah mengimpor, yaitu
membeli produk asing dan menjualnya di pasar dalam negeri.
Karena pertumbuhan industri ekspor menciptakan lapangan kerja, pemerintah
sering kali menawarkan saran serta bantuan untuk mengembangkan dan memperluas
pasar ekspor.

c. Lisensi dan franchise


Bisnis internasional juga terjadi melalui perjanjian lisensi, yang terjadi ketika
perusahaan asing membayar untuk mendapatkan hak membuat atau menjual produk
perusahaan lain di wilayah tertentu. Lisensi yang didapat biasanya juga termasuk
teknologi manufaktur yang unik, paten khusus, dan merek dagang. Dengan begitu,
lisensi seperti ini memiliki potensi risiko. Contoh kasusnya adalah New Balance yang
memberikan lisensi terhadap sebuah perusahaan Tiongkok untuk membuat salah
produk New Balance. Setelah lisensi tersebut dicabut, perusahaan Tiongkok ini tetap
membuat sepatu tersebut dan terus menerus menjual sepatu tersebut di sekitar Asia.
Satu satunya cara bagi New Balance untuk menghadapi hal ini adalah dengan beracara
di pengadilan Tiongkok yang menghabiskan biaya tidak sedikit.
Franchising adalah salah satu bentuk lisensi yang terjadi ketika perusahaan
asing membeli hak untuk menggunakan nama dan metode operasi perusahaan lain di
negara asalnya. Versi internasional beroperasi dengan cara yang sama dengan
perjanjiang francshise domestik. Contoh perusahaan yang melakukan hal ini adalah
McDonald’s, Wendys, dan Subway, yang menjual desain rumah makan, peralatan,
bahan baku produk, resep, dan sistem manajemen kepada pemodal asing, dengan
mempertahankan merek tertentu, produk, dan standar operasi. Salah satu tantangan
terkait dengan international franchising adalah membuat menu local yang digemari
sambil mempertahankan keterpaduan dengan tujuan branding yang lebih luas.

d. Joint venture dan strategic alliances


Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment / FDI) melibatkan pengaturan dan
pembelian seluruh atau sebagian dari sebuah bisnis di negara lain. Bagi banyak negara
di dunia, kemampuan menarik investor bisnis asing menjadi sebuah kunci kesuksesan
dalam ekonomi global. Istilah insourcing sering digunakan untuk menjelaskan FDI yang
menghasilkan lapangan kerja. Sebagai salah satu contoh, FDI di AS dengan total nilai
125 miliar dollar AS berhasil menciptakan 6 juta lapangan pekerjaan.
Salah satu cara yang umum dalam memulai FDI adalah dengan melakukan joint
venture, yaitu kepemilikan bersama antara perusahaan dalam negeri dengan
perusahaan asing yang setuju untuk menyatukan sumber daya, menanggung bersama
risiko, dan bersama-sama menjalankan bisnis. Joint venture dapat terjadi dengan dua
cara, yaitu dengan cara membeli sebagian dari perusahaan lokal yang sudah berjalan
di suatu negara mapun secara bersama-sama memulai dari awal suatu perusahaan.
Joint venture secara internasional merupakan sebuah tipe kemitraan global
strategic alliances. Dalam kemitraan ini, perusahaan dalam negeri dan perusahaan
asing berbagi sumber daya dan pengetahuan untuk keuntungan yang saling
menguntungkan satu sama lain. Para mitra dalam aliansi berharap untuk
mendapatkan lebih dari apa yang mereka dapatkan dibandingkan bila tidak tergabung
dalam hubungan kemitraan. Perusahaan lokal bisa mendapatkan teknologi dan
kesempatan untuk memperoleh kemampuan baru, sedangkan perusahaan asing
dapat memperolah pasar dan bantuan ahli lokal yang lebih mengerti pasar dan kondisi
perdagangan setempat.
Terdapat potensi risiko bisnis dan kesulitan memilih mitra kerja dalam
melakukan joint venture. Mungkin saja tujuan joint venture yang diimpikan para pihak
yang tergabung dalam kemitraan berbeda dan bertentangan. Risiko yang dapat terjadi
adalah kerugian atas terbukanya rahasia bisnis. Sering kali dalam kasus kemitraan
internasional, pelanggaran hak cipta dan praktek bisnis adalah suatu hal yang sulit
untuk dibedakan.

e. Anak perusahaan asing (foreign subsidiaries)


Salah satu cara menghindari risiko dan masalah yang dapat terjadi dalam joint venture
dan strategic alliances adalah kepemilikan penuh dari sebuah usaha di negara asing.
Foreign subsidiary merupakan sebuah usaha dalam negeri yang sepenuhnya dimiliki
oleh asing. Anak perusahaan tersebut dapat dibuat dari awal sebagai greenfield
venture, ataupun melalui akuisisi sebuah usaha lokal.
Walau memiliki anak perusahaan asing adalah tingkat tertinggi dari
keterlibatan dalam usaha internasional, hal tersebut dapat sangat menguntungkan.
Seorang analis, ketika Nissan membangun sebuah pabrik di Mississippi, berkomentar
bahwa hal tersebut merupakan strategi yang cemerlang karena dengan begitu dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan lebih cepat dan membangun reputasi yang
menguntungkan sebagai local employer dibandingkan sebuah perusahaan asing.

Lingkungan Bisnis Global

Ketika sebuah perusahaan memasuki bisnis global, terdapat cukup banyak perbedaan dalam
lingkungan bisnis di negara asal dan negara asing. Tidak cukup hanya dapat menguasai
tuntutan operasi dengan pemasok internasional, distributor, pelanggan, dan pesaing, seorang
global manager juga harus dapat menghadapi tantangan tertentu –unique local challenges.

1. Sistem hukum dan politik


Perusahaan internasional harus dapat mengikuti peraturan lokal yang sering kali asing
bagi mereka. Permasalahan hukum yang paling sering terjadi adalah pendirian dan
pemilikan bisnis, negosiasi dan implementasi kontrak dengan pihak asing, menangani
valuta asing, dan hak kekayaan intelektual.
Kekacauan politik, kekerasan, dan pergantian pemerintahan merupakan
bidang yang dikenal sebagai risiko politik –yaitu potensi kerugian nilai sebuah investasi
dalam/atau kendali manajerial terhadap asset di negara asing karena ketidakstabilan
dan pergantian politik pada negara tuan rumah. Beberapa contoh ancaman risiko
politik datang dari terorisme, perang saudara, konflik bersenjata, serta pergantian
sistem pemerintahan dan kebijakan. Hal tersebut tidak bisa dihindari namun bisa
diantisipasi.
Banyak perusaah internasional menggunakan sebuah teknik perencanaan
yang disebut analisis risiko politik untuk meramalkan kemungkinan terjadinya
peristiwa yang dapat mengancam keamanan investasi asing.

2. Kontrak dagang dan hambatan perdagangan


Ketika sebuah perusahaan internasional merasa dicurangi oleh negara asing, ataupun
ketika sebuah perusahaan lokal merasa kompetitor asing telah merugikan mereka,
pemerintah masing-masing dapat mengajukan kasus tersebut ke lembaga World
Trade Organization (WTO). Negara-negara anggota WTO setuju untuk bernegosiasi
dan menyelesaikan perselisihan mengenai tarif dan pembatasan perdagangan.
Negara anggota WTO harus memberikan satu sama lainnya status ‘bangsa
yang paling disukai’ dan perlakuan paling baik dalam melakukan ekspor dan impor
antar satu sama lain. Walau demikian hambatan perdagangan masih ada, yaitu tarif
(pajak impor yang diberlakukan pemerintah) serta hambatan nontarif seperti kuota,
larangan impor, dan bentuk lain kebijakan proteksi yang melindungi usaha dalam
negeri.
3. Aliansi ekonomi regional
Salah satu ciri dari globalisasi adalah berkembangnya berbagai aliansi ekonomi
regional, yaitu aliansi beberapa negara untuk bekerja sama dengan tujuan keuntungan
ekonomi. Contohnya di kawasan Amerika adalah NAFTA (North America Free Trade
Agreement) yang beranggotakan Amerika Serikat, Canada, dan Meksiko sebagai
kawasan dagang bebas biaya. Di kawasan Eropa terdapat EU (The Europian Union)
yang merupakan aliansi ekonomi dan politik regional dengan anggota negara-negara
Eropa. Melalui EU, 28 negara di Eropa dapat menghilangkan hambatan perdagangan
lintas negara dan 17 negara di Eropa menggunakan satu mata uang yang sama yaitu
Euro yang menjadi alternatif dan kompetitor utama mata uang dollar AS dalam
ekonomi global.
Di kawasan Asia dan Pasifik, terdapat Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC) yang mempromosikan investasi dan perdagangan bebas di kawasan tersebut.
Serta terdapat Southern Africa Development Community yang menghubungkan 14
negara di kawasan selatan Afrika dalam perdagangan dan pembangunan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai