Komunitas global kita yang dinamis dan terus bertumbuh sangatlah kaya akan informasi,
kesempatan, dan pertentangan. Melalui ponsel pintar dalam genggaman, kita mendapatkan
berita terupdate secara instan mengenai berbagai hal di berbagai belahan dunia dalam
jejaring sosial media. Melalui game online kita menemui banyak pemain internasional secara
real-time, juga instansi kampus di Amerika Serikat yang menawarkan berbagai macam
program studi di negara lain.
Hal ini juga terjadi pada perusahaan pada masa kini: IBM – sebuah perusahaan teknologi AS
– memiliki lebih banyak tenaga kerja di India daripada di AS; Ben & Jerry – sebuah brand es
krim yang sangat terkenal di AS – ternyata dimiliki oleh Unilever, sebuah firma yang berbasis
di Inggris dan Belanda; Tata Group di India ternyata merupakan pemilik dari Jaguar dan Land
Rover – dua merek mobil yang melegenda di Inggris; Honda, Nissan, dan Toyota yang
merupakan perusahaan otomotif Jepang menerima 80% hingga 90% keuntungannya dari
penjualan mobil di Amerika; komponen pesawat Boeing berasal dari pemasok yang berbasis
di 40 negara berbeda, serta banyak contoh lainnya.
Pada masa ekonomi global sumber daya, persediaan, pasar, dan kompetisi perdagangan
terjadi dalam cakupan global – tidak lagi secara lokal maupun nasional. Masa ini sangat
dipengaruhi oleh globalisasi, yaitu tumbuhnya saling ketergantungan antar komponen dalam
ekonomi global. Beberapa orang juga menyebutkan: globalisasi menciptakan ‘dunia tanpa
batas’. Karena kuatnya integrasi ekonomi, batas antarnegara bukan lagi hal yang penting.
Moss E. Kanter, mengenai globalisasi, menyebutkan: (globalisasi adalah) salah satu pengaruh
yang paling kuat dan meresap pada suatu bangsa (negara), bisnis, tempat kerja, komunitas,
dan kehidupan.
Manajemen Global
Manajemen global adalah memanajemani bisnis dan organisasi yang terdapat pada dua
negara atau lebih. Manajemen global, bagi banyak perusahaan, adalah sebuah jalan hidup
pada masa kini. Walau memiliki beberapa kerumitan, manajemen global juga menawarkan
banyak kesempatan baru bagi perusahaan. Hal tersebut dapat dicapai melalui kesuksesan
manajemen global yang bergantung pada kemampuan seorang manajer global yang memiliki
perspektif global yang kuat, sadar budaya, serta mengikuti isu dan kegiatan internasional
terkini.
Beberapa perusahaan yang go global adalah Cisco, Nike, Honda, dan Haier. Perusahaan
tersebut merupakan contoh bisnis internasional yang mencari keuntungan dari transaksi
barang dan jasa lintas nasional. Keuntungan dari bisnis internasional adalah:
Pada masa kini, ada satu keuntungan lain yang dapat ditambahkan: economic development-
ketika pelaku bisnis internasional mampu mendapatkan keuntungan tertentu sambil
membantu meningkatkan perekonomian domestik di negara lain.
Terdapat beberapa cara bagi perusahaan untuk go global, terdapat market-entry strategies
yang tidak membutuhkan dana investasi yang besar. Ataupun direct investment strategies
yang membutuhkan modal besar, namun memungkinkan perusahaan memiliki kendali penuh
atas bisnisnya di negara asing. Berikut adalah beberapa cara tersebut:
a. Global sourcing
Global sourcing adalah proses membeli bahan baku, membuat komponen, atau
menempatkan jasa di berbagai tempat di dunia. Cara ini merupakan langkah awal go
global yang dilakukan oleh banyak perusahaan. Salah satu contoh pelaku global
sourcing dalam perusahaan barang adalah Boeing. Satu buah pesawat 787 Dreamliner
yang dirakit di AS menggunakan badan pesawat yang dibuat di Italia, roda pendaratan
dari Perancis, interior kokpit dari Jepang, serta banyak komponen lainnya. Contoh
dalam bidang jasa adalah memiliki call center di Filipina dan menempatkan lembaga
riset dan perkembangan Brazil atau Russia.
Tiongkok adalah negara yang menjadi tujuan global outsourcing terbesar bagi
banyak perusahaan. Salah satu perusahaan yang melakukan global sourcing di
Tiongkok adalah Apple. Global sourcing oleh Apple dikerjakan perusahaan Hon Hai
yang memiliki nama dagang Foxconn – terkenal karena kontroversi yang ditimbulkan
dari perlakuan buruk terhadap pekerjanya. Terkadang karena rendahnya standar kerja
dan pada negara outsourcing dan audit internasional yang semakin umum,
perusahaan harus bekerja keras untuk memastikan reputasi merek dagangnya tidak
tercemar.
Masalah seperti kontraktor asing yang tidak jelas, upah buruh meningkat, dan
biaya transportasi yang mahal menyebabkan banyak perusahaan mengurangi
kegiatan global sourcing dan banyak melakukan reshoring—mengembalikan
manufaktur dan pekerjaan asing kembali ke negara asal. Alasan lain terjadinya
reshoring adalah biaya energi yang murah, upah buruh yang stabil, quality control
yang lebih baik, dan public relation yang lebih baik dengan memulai atau memperluas
operasi domestik.
Ketika sebuah perusahaan memasuki bisnis global, terdapat cukup banyak perbedaan dalam
lingkungan bisnis di negara asal dan negara asing. Tidak cukup hanya dapat menguasai
tuntutan operasi dengan pemasok internasional, distributor, pelanggan, dan pesaing, seorang
global manager juga harus dapat menghadapi tantangan tertentu –unique local challenges.