Anda di halaman 1dari 5

TEORI MODERN EKSPOR DAN IMPOR

Sri Delvin Lakutu, Viranita Datau, Yuliyana Djamalu

Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Sultan
Amai Gorontalo

Latar Belakang

Teori perdagangan yaitu, pelonggaran terhadap beberapa asumsi pada teori


perdagangan yang dikembangkan oleh Heckscher-Ohlin. Pada model perdagangan
Heckscher-Ohlin terdapat beberapa asumsi yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan
perdagangaan saat ini.

Jika asumsi-asumsi tersebut kita longgarkan seluruhnya, sebagai konsekuensinya kita


pun dituntut untuk merumuskan teori-teori baru guna menjelaskan sebagian pola dan praktik
perdagangan internasional yang terjadi dewasa ini yang sesuai dengan asumsi yang
disepakati. Dengan demikian, pelonggaran asumsi yang menjadi pijakan teori Heckscher-
Ohlin tersebut sekaligus merupakan langkah awal yang baik bagi kita untuk mempelajari
teori-teori baru mengenai perdangan internasional dan mengetahui keterkaitannya dengan
dasar model dasar Heckscher-Ohlin tersebut.

Asumsi kedua dari teori Heckscher-Ohlin adalah kedua Negara memiliki tingkat
teknologi produlsi yang sama. Padahal, tingkat teknologi yaitu memiliki dan digunakan oleh
maisng-masing neggara jelas sangat berbeda. Teknologi ini sendiri dapat dianggap sebagai
salah satu jenis faktor produksi sehingga perdangan yang didasarkan pada warisan tingkat
teknologi antar negara masih dapat dianggap tercantum dalam teori Heckscher-Ohlin. Akan
tetapi, jika perdangan itu didasarkan pada perubahan-perubahan dalam teknologi yang
senantiasa terjadi diberbagai Negara, maka teori dasar Heckscher-Ohlin itu pun kehilangan
argumentai yang relevan.

Asumsi ketiga, yakni bahwa komoditas X merupakan sebuah komoditas pada L (atau
pada tenaga kerja), sedangkan Y adalah komoditas padat K atau padat modal (hal ini berlaku
untuk kedua negara) yang mengasumsi kondisi bahwa perubahan intensitas faktor dalam
masing-masing komoditas tidak dimungkinkan. Padahal dalam perkembangan teknologi dan
sumber daya manusia saat ini, perubahan intensitas faktor tersebut merupakan kenyataan
yang tidak bisa dibantah. Namun seandainya asumsi itu tetap kita tolak, itu sama saja dengan
kita menolak teorinya.

Dari teori-teori diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa pelonggaran atas sebagian
besar asumsi dasar teori Heckscher-Ohlin tersebut hanya akan memodifikasikannya tanpa
mengganggu keberlakuannya. Tentu saja ada beberapa asumsi yang tidak bisa kita
tinggalkan. Sebagai contoh, jika kita menyisihkan asumsi skala ekonomis yang konstan atau
asumsi tentang persaingan tentang persaingan sempurna, maka itu berarti kita telah menolak
keberlakuan teori Heckscher-Ohlin. Kalau kedua asumsi tersebut kita tinggalkan, maka kita
harus mencari teori perdangan yang lain guna memahami sebagian besar transaksi perdangan
internasional atas dasar skala ekonomis yang meningkat dan persaingan tidak sempurna,
karena hubungan perdangan internasional ini tidak akan dapat dijelaskan atas teori
Heckscher-Ohlin. Demikian pula jika kita menanggalkan asumsi kebakuan teknologi. Jika
kita ingin memahami tejadinya perdagangan internasional yang didasarkan pada selisih
perubahan atau kemajuan teknologi yang terjadi dari waktu ke waktu diberbagai negara,
maka kita harus mencari teori perdagangan yang baru karena teori Heckscher-Ohlin tidak
akan dapat menjelaskannya.

Skala Ekonomis dan Perdagangan Internasioanl

Skala hasil yang konstan artinya, kita mengonsumsi bahwa jika input untuk suatu
industri dilipatduakan, maka output industri tersebut juga kan berlipat dua. Namun, dlam
kenyataannya, nahwa industri atau sektor ekonomi yang beroperasi atas dasar skala
ekonomis, sehingga semakin besar skal produksinya, akan semakin besar produktivitasnya
(dengan kelipatan yang semakin lama semakin besar). Jika terdapat skala ekonomis, pelipat
gandaan input yang diguanakan oleh suatu sektor industri akan meningkat produksi industri
lebih dari dua kali lipat semakin banyak input yang ditambahkan, akan semakin besar
kelipatannya.

Selanjutnya skala ekonomis internal muncul jika biaya per unit tergantung pada
besarnya suatu perusahaan, sehingga hal ini tidak perlu dikaitkan dengan besarnya industri
yang bersangkutan. Skala ekonomis eksternal dan internal tersebut masing-masing
menimbulkan implikasi yang bereda terhadap struktur industri. Suatu industri dimana skala
ekonomisnya sepenuhnya bersifat eksternal (yakni, dimana tidak ada keunggulan khusus begi
perusahaan-perusahaan yang memiliki skala besar) biasanya akan terdiri dari banyak
perusahaan kecil, dan strukturnya akan berkembang menjadi persainagn sempurna.
Sebaliknya, jika skala ekonomis internal memberikan perusahaan-perusahaan berukuran
besar suatu keunggulan biasanya biaya atas peruahaan-perusahaan kecil, maka hal ini pada
akhirnya dapat diciptakan struktur pasar persainagn tidak sempurna (menuju struktur pasar
monopoli). Baik skala ekonomis eksternal maupun internal merupakan penyebab penting
bagi terjadinya perdagangan internasional.

Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Dalam sebuah perekonomian atau pasar persainagn sempurna, perusahaan –


perusahaan yang ada atau tidak bisa mempengaruhi harga. Artinya, penjual barang harus
selalu menerima kenyataan bahwa mereka dapat menjual sebanyak mungkin yang mereka
kehendaki asalkan berdasarkan pada harga yang berlaku, dan mereka sama sekali tidak dapat
dipengaruhi harga yang mereka terima atas produk yang mereka jual.

Perusahaan monopolis biasanya menghadapi kurva yang bentuknya melengkung ke


bawah dari kiri atas ke kanan bawah. Bentuk kurva permintaan demikian menunjukan bahwa
perusahaan tersebut bisa menghasilkan lebih banyak output hanya jika harganya turun.
Tingkat output yang memaksimalkan keuntungan perusahaan monopolis tercapai ketika
pendapatan marjinal sama dengan biaya marjinal.
Pada kasus oligopoli, kebijakan harga merupakan variabel yang independen bagi
perusahaan. Setiap perusahaan, dalam proses persatuan harga, tidak hanya akan
mempertimbangkan tanggapan-tanggapan konsumen, akan tetapi ia juga harus selalu
memperhitungkan tanggapan-tanggapan yang kemungkinan akan diambil oleh para
pesaingnya.

Hubungan Perdagangan Internasioanl dengan Ekpor

Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri yang dijual secara luas
di luar negeri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor bersih meliputi :

1. Selera konsumen untuk barang-barang yang diproduksi di dalam dan diluar negeri
2. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri
3. Nilai tukar (kurs) yang menetukan jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk
membeli sejumlah mmata uang asing
4. Penetapan konsumen di dalam dan luar negeri
5. Biaya membawa barang dari suatu negara ke negara lain
6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasioanl.

Dalam teori perdagangan internasioanl disebutkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi
permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar, pendapatan dunia dan
kebijakan perdagangan luar negeri negara mengimpor dan devaluasi di negara ekportir.

Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga domestik, nilai tukar,
kualitas produk, teknologi, kapasitas produksi, bunga modal, upah tenaga kerja, harga input,
modal dan kebijakan deregulasi (negara eksportir). Sementara berdasarkan beberapa
penelitian yang pernah dilakukan, fungsi penawwaran ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor
dibagi dengan harga domestik dan PDB domestik sebagai indeks kapasitas produksi suatu
negara. Namun menurut Malik jumlah penawaran ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor,
harga domestik, nilai tukar nominal dan time trend.

Teori Permintaan

Dari sisi permintaan, Blanchard (2006) menyatakan bahwa ekspor dipengaruhi oleh
nilai tukar riil dan pendapatan negara mitra dagang. Apabila pendapatan negara mitra dagang
tinggi maka permintaan akan barang-barang domestik akan meningkat artinya ekspor
meningkat. Apabila terjadi peningkatan nilai tukar riil maka permintaan terhadap ekspor akan
meningkat karena terjadi penurunan harga relatif barang-barang domestik terhadap barang-
barang negara mitra dagang.
Ada lima hal dominan yang menyebabkan terjadinya perubahan permintaan ekspor,
yaitu :

a. Harga barang itu sendiri


Jika harga suatu barang semakin murah, maka akan terjadi peningkatan permintaan
barang, begitu juga sebaliknya, jika suatu barang semakin mahal maka akan terjadi
penurunan permintaan barang.
b. Tingkat pendapatan masyarakat
Semakin besar pendapatan berarti semakin besarnya permintaan. Jika terjadi kenaikan
pendapatan masyarakat, maka kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Namun
apabila terjadi penurunan pendapatan masyarakat, maka kurva permintaan akan
bergeser ke kiri.
c. Cita rasa atau selera konsumen terhadap barang itu
Cita rasa atau selera masyarakat pada umumnya akan berubah dari waktu ke waktu.
Selera menggambarkan bermacam-macam pengaruh budaya dan sejarah. Selera
mungkin mencerminkan kebutuhan psikologis dan fisiologis sejati, selera mungkin
mencakup kecanduan yang terjadi secara artifisial dan selera mungkin juga
mengandung sebuah unsur yang kuat dari tradisi atau agama.
d. Harga barang lain yang berkaitan terutama barang perlengkapan dan barang pengganti
Kenaikan harga barang substitusi akan menggeser kurva permintaan ke kanan, dan
penurunan harga barang substitusi barang akan menggeser kurva permintaan ke kiri.
Sedangkan kenaikan harga barang komplementer akan menggeser kurva permintaaan
ke kiri dan penurunan harga barang komplementer akan menggeser kurva permintaan
ke kanan.
e. Harapan atau perkiraan konsumen terhadap harga barang yang bersangkutan
Permintaan suatu barang akan berubah searah dengan ekspetasi masyarakat terhadap
harga barang yang bersangkutan. Maksudnya adalah ekspetasi konsumen terhadap
harga barang di masa mendatang, yakni apakah harga itu akan naik, turun atau tetap.
Jika konsumen mengira bahwa harga suatu barang akan naik bulan depan maka
sebelum harga barang itu betul-betul naik, kurva permintaan akan bergeser ke kanan.
Sebaliknya, jika konsumen mengira bahwa harga akan turun bulan depan kurva
permintaan akan bergeser ke kiri.

Hubungan Perdagangan Internasioanal dengan Impor

Kurva permintaan impor negara mitra dagang diturunkan dari kurva permintaan
konsumen dari penawaran produsen di negara mitra dagang. Ketika harga di negara importir
sevesar P1 maka negara ekportir akan memproduksi sebesar S1 dan konsumsi sebesar D1,
sehingga permintaan impor negara importir sebesar D1 - S1. Ketika harga negara importir
dinaikan menjadi P2 maka negara eksportir akan memproduksi sebesar S 2 dan konsumen
sebesar D2, sehingga total impor negara importir sebesar D2 – S2 (konsumsi di negara
eksportir lebih besar dari pada produksi di negara eksportir). Kurva permintaan impor
berbentuk donward sloping dikarenakan ketika harga naik, jumlah barang yang diminta
menurun. Pada posisi A, konsumsi di negara mitra dagang sama dengan produksinya
sehingga akan melakukan perdagangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ekananda, Mahyus. 2015. Ekonomi Internasioanl Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai