Anda di halaman 1dari 3

BAGIAN KETIGA

PENGARUH POLITIK TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN

OLEH: MUH SAEROZI

Simbiosis politik dan pendidikan sudah diuraikan sepintas di bab satu. Bab tiga ini

akan melanjutkan diskusi tentang sejauhmanakah kekuatan politik mempengaruhi

kebijakan pendidikan dan bagaimana cara mempengaruhinya. Pembahasan akan

menggunakan pendekatan sejarah supaya fenomena pengaruh dan perubahannya

tampak jelas.

Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa kekuasaan merupakan inti politik.

Kekuasaan meskipun terbatas, tetapi mempunyai daya pengaruh dan daya paksa ke

pihak lain untuk mengikutinya. Daya pengaruh dan daya paksa kepada pihak lain

dilakukan atas dasar keputusan-keputusan pemerintah. Keputusan-keputusan

pemerintah terhadap suatu masalah dikenal dengan istilah kebijakan. Hasbullah

mendefinisikan kebijakan sebagai keputusan pemerintah yang menjadi pedoman

tingkah laku guna mengatasi masalah atau persoalan yang di dalamnya terdapat

tujuan, rencana, dan program yang akan dilaksanakan.1 Suatu kebijakan menurut

Budi Winarno ada yang bersifat positif dan negatif. Kebijakan pemerintah bersifat

positif bila diekspresikan dalam bentuk tindakan yang jelas untuk memengaruhi

suatu masalah tertentu, sedangkan suatu kebijakan bersifat negatif bila pemerintah

mengambil keputusan untuk tidak melakukan sesuatu terhadap suatu masalah. Jadi,

pemerintah tidak campur tangan terhadap suatu masalahpun dikategorikan sebagai

suatu kebijakan..2

Dalam praktik politik, pemerintah melakukan campurtangan terhadap suatu

masalah atau tidak campurtangan punya daya pengaruh kepada publik. Pemerintah

1
H.M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 30.
2
Budi Winarno, Kebijakan Publik, Teori, Proses, dan Studi Kasus, Yogyakarta, CAPS, 2014, hlm.24.
ketika memutuskan untuk campurtangan atau tidak campurangan pasti dilandasi

dengan maksud dan tujuan tertentu.3 Ketika pemerintah bersikap diam terhadap suatu

masalah, sedangkan solusi atas masalah itu dianggap penting oleh rakyat, maka

sebagian rakyat pasti ada yang bertanya-tanya kenapa kepemerintah diam saja?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu merupakan tanda bahwa rakyat terpengaruh oleh

sikap diam pemerintah. Bagi sebagian orang, sikap diam pemerintah dapat dianggap

sebagai pembiaran, tetapi bagi sebagian yang lain bisa jadi dianggap sebagai

keberpihakan.

Hal lain yang perlu ditekankan di sini adalah kebijakan pendidikan bukan

merupakan keputusan-keputusan pribadi seseorang untuk menyelesaikan masalah

pribadi, tetapi keputusan pemerintah untuk menyelesaikan masalah publik di bidang

pendidikan. Kriteria suatu masalah dikategorikan publik bila masalah itu

menyangkut kepentingan orang banyak dan penyelesaiannya harus melibatkan

pemerintah. Misalnya, pembangunan sekolah, pengangkatan guru, penerimaan siswa

baru, penggunaan ijazah, dan penulisan gelar. Selain masalah publik dikenal adanya

masalah prifat, yaitu masalah yang sifatnya pribadi dan tidak memerlukan orang lain

untuk menyelesaikannya.4

A.G Subarsono menjelaskan bahwa suatu kebijakan bersifat herarkhis,

sehingga ada kebijakan lingkup nasional, regional, maupun lokal.5 Misalnya,

Undang-undang Pendidikan, Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan, Peraturan

Menteri Pendidikan, Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan, Peraturan Daerah

tentang Pendidikan, Keputusan Gubernur tentang pendidikan, Paraturan Daerah

tentang Pendidikan, Keputusan Bupati tentang Pendidikan, dan seterusnya.

3
M. Irfan Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta, Bumi Aksara, 2001, hlm. 20-21.
4
Harbani Pasalong, Kepemimpinan Birokrasi, Bandung, Alfabeta, 2013, hlm. 57
5
AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013,
hlm. 3.
Keputusan Kepala Sekolah di suatu sekolah termasuk dalam ketegori kebijakan

pendidikan.

Kebijakan di suatu negara sesungguhnya adalah anak kandung politik, sebab

lahir dari rahim kekuasaan. ...

Anda mungkin juga menyukai